Anda di halaman 1dari 3

KAJIAN HUKUM

PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) Tbk

A. KRONOLOGIS
Bahwa PT Semen Baturaja (Persero) Tbk selanjutnya PTSB, Sehubungan dengan
adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995
Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun, Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tentang
Pengelolaan B3, dan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, oleh karena itu diperlukan
kajian hukum untuk mengetahui korelasi pengaturan di perusahaan PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk terkait pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
sesuai dengan peraturan tersebut.

B. DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang Tata Cara
Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun, Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3,
dan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun

C. PERTANYAAN
Apa saja yang harus dilakukan perusahaan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
terhadap limbah B3 (gypsum)?
D. ANALISA HUKUM
1. Bahwa berdasarkan Pasal 59 ayat 1 (satu) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Setiap orang
yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang
dihasilkannya.
2. Bahwa berdasarkan Pasal 59 ayat 7 (tujuh) Undang-Undang Nomor 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, ketentuan
lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
3. Bahwa mengingat Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan
Berbahaya sebagai turunan dari Undang-Undang nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, berdasarkan Asas
Hukum Positif Lex Posteriori Derogat Legi Priori artinya Hukum yang
terbaru (Posterior) mengenyampingkan Hukum yang lama (prior), maka
Peraturan Pemerintah yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah Nomor
101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya
menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya.
4. Bahwa berdasarkan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya, Kategori
Limbah B3 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dalam Peraturan Pemerintah ini. Berdasarkan Lampiran I tersebut,
Limbah Gipsum ditetapkan dalam golongan Limbah B3 kategori 2.
5. Bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat 1 (satu) Peraturan Pemerintah Nomor 101

tahun 2014 bahwa setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib


melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkannya.
6. Bahwa Berdasarkan Pasal 10 ayat 1 (satu) Peraturan Pemerintah Nomor 141
tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya,
setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan pengurangan
Limbah B3. Hal ini diatur lebih lanjut dalam Bab III Peraturan Pemerintah ini.
7. Bahwa berdasarkan Pasal 12 ayat 1 (satu) Peraturan Pemerintah Nomor 141
tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya,
setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan penyimpanan
Limbah B3. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyimpanan ini diatur dalam
Bab IV Peraturan Pemerintah ini.
8. Bahwa berdasarkan Pasal 31 ayat 1 (satu) Peraturan Pemerintah Nomor 141
tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya,
setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan pengumpulan
Limbah

B3 yang

dihasilkannya.

Ketentuan

lebih

lanjur mengenai

Pengumpulan ini diatur dalam Bab V Peraturan Pemerintah ini.


9. Bahwa berdasarkan Pasal 47 ayat 2 (dua) Peraturan Pemerintah Nomor 141
tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya,
Pengangkutan Limbah B3 dapat dilakukan dengan menggunakan alat angkut
yang terbuka untuk Limbah B3 kategori 2. Ketentuan mengenai
Pengangkutan ini diatur dalam Bab VI Peraturan Pemerintah ini.
10. Bahwa berdasarkan
E. KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai