Bab I
Bab I
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Usia
Alamat
Agama
Suku Bangsa
Tanggal Masuk RS
Tanggal Keluar RS
No RM
Ruang Perawatan
: An. R.I.R.
: Perempuan
: 19 Agustus 2011
: 1 tahun 1 bulan
: Sruwuh RT 41 Donotirto Kretek Bantul
: Islam
: Jawa
: 2 Oktober 2012
: 5 Oktober 2012
: 481351
: Anggrek
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien tanggal 2 Oktober 2012
1. Keluhan Utama
Batuk, pilek, dan demam.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan batuk, pilek, dan demam hilang timbul
sejak 1 minggu SMRS. Nafas terdengar grok-grok. Pasien susah
makan dan minum. Orang tua pasien mengaku batuk pilek sering
kambuh dalam satu bulan terakhir ini disertai demam hilang timbul
dan berat badan susah meningkat. Mual (-), muntah (-), sesak nafas (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Anggota keluarga (ayah pasien) yang tinggal satu rumah sering batukbatuk berdahak lebih dari 3 minggu dan perokok aktif serta mendapat
pengobatan rutin TBC dari dokter.
5. Riwayat Pribadi
a. Riwayat Kehamilan
Ibu kontrol teratur setiap bulan ke bidan dan mendapat tablet
tambah darah dan vitamin. Obat selalu diminum. Selama hamil ibu
dinyatakan sehat, mual-mual (+), bengkak pada tungkai (-),
perdarahan pervaginam (-). Ibu tidak pernah mengkonsumsi jamujamuan, tidak merokok, maupun mengkonsumsi obat-obatan. Ibu
menyangkal mempunyai penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
asma, dan jantung.
b. Riwayat Persalinan
Lahir di bidan usia kehamilan 39 minggu dengan berat badan lahir
2800 gram, bayi lahir spontan. Bayi lahir menangis kuat, air
ketuban jernih, bayi tidak biru ataupun kuning.
c. Riwayat Pasca Persalinan
Bayi dapat menetek kuat, tidak kuning, tidak biru, tidak sesak
nafas, dan tidak kejang.
Kesan : Riwayat kehamilan cukup baik, riwayat persalinan baik,
dan riwayat pasca persalinan baik.
d. Riwayat Makanan
Usia
0-4 bulan
5-7 bulan
8-13 bulan
Kualitas
ASI
ASI
Bubur susu
ASI
Nasi tim
Kuantitas
Diberikan sesuka bayi
Diberikan sesuka bayi
3 kali sehari, 1 piring kecil
Diberikan sesuka bayi
3 kali sehari, 1 piring kecil
C. PEMERIKSAAN
Kesan Umum
Berat Badan
: 8.7 kg
Lingkar Kepala
: 43 cm
Nadi
Suhu badan
Pernafasan
: 101 x/menit
: 38.1oC
: 32 x/menit
Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala
Rambut
: Mesosefal
: Hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata
Pemeriksaan Mata
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Pupil
Pemeriksaan Telinga
: Edema (-/-)
: Anemis (-/-)
: Ikterik (-/-)
: Reflek cahaya (+/+), isokor (+/+)
Otore (-/-)
Nyeri tekan (-/-)
Serumen (-/-)
Pemeriksaan Hidung
Sekret (+/+)
Epistaksis (-/-)
Pemeriksaan Leher
Kelenjar tiroid
Kelenjar limfanodi
: Tidak membesar
: Membesar (+), nyeri (-)
Pemeriksaan Thorax
Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Belakang Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
: Peristaltik (+)
Perkusi
: Timpani (+)
Palpasi
Pemeriksaan Ekstremitas
Tungkai
Lengan
Gerakan
Kanan
Bebas
Kiri
Bebas
Kanan
Bebas
Kiri
Bebas
Tonus
Normal
Normal
Normal
Normal
Trofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Edema
Status Gizi
: 8.7 10.4
: 0.6 SD (baik)
11.5 10.4
Kebutuhan Kalori
Kalori total
Protein
: 87 kcal
Lemak
: 174 kcal
Hasil
Satuan
Tanggal 2 Oktober 2012
Nilai Normal
HB
AL (Angka Leukosit)
AE (Angka Eritrosit)
AT (Angka Trombosit)
HMT (Hematokrit)
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil
Basofil
Batang
Segmen
Lymposit
Monosit
12.5
14.1
gr %
ribu/u
L : 13-17; P : 12-16
Dws : 4-10; Anak : 9-12
4.8
414
l
juta/ul
ribu/u
L : 4.5-5.5; P : 4.0-5.0
150-450
37.2
l
%
L : 42-52; P : 36-46
1
1
3
67
23
5
%
%
%
%
%
%
2-4
0-1
2-5
52-67
20-35
4-8
2. Foto Rontgen
E. Diagnosis Kerja
1. ISPA
2. TB Paru pada Anak
3. Status Gizi: BAIK
F. TERAPI
Infus D 5% makro 5 tpm
Injeksi ampicilin 3x250 mg
Injeksi cefotaxim 3x250 mg
Injeksi metilprednisolon 3x9.4 mg
PO paracetamol syr 1 cth k/p
Nebulizer ventolin 1.75cc / 8 jam
Diet : 3 x nasi tim
G. FOLLOW UP
Rabu, 03 Oktober 2012
S
Batuk (+), pilek (+), batuk grok-grok, demam (-), BAB/BAK lancar
KU
Sedang, Compos Mentis
BB
8.7 kg
VS
T 36.3 C; N 100 x/menit; RR 28 x/menit
Kepala
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret
mata (-/-), sekret hidung (+/+), sekret telinga (-/-),
O Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremita
s
ISPA
A TB Paru Anak
Status Gizi Baik
Infus D 5% makro 5 tpm
VS
Kepala
T 36 C; N 99 x/menit; RR 24 x/menit
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret
mata (-/-), sekret hidung (-/-), sekret telinga (-/-),
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremita
s
ISPA
A TB Paru Anak
Status Gizi Baik
Infus D 5% makro 5 tpm
s
TB Paru Anak
A
Status Gizi Baik
BLPL
P
PO Lasal 3x1/2 cth
O Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremita
s
TB Paru Anak
A
Status Gizi Baik
PO Isoniazid 1x90 mg
PO Rifampisin 1x135 mg
PO Pirazinamid 2x90 mg
PO Heptasan 1x1/3 tablet
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).
Tuberkulosis
merupakan
penyakit
infeksi
yang
disebabkan
oleh
anak
merupakan
faktor
penting
di
negara-negara
berkembang, karena jumlah anak berusia di bawah 15 tahun adalah 40-50 % dari
jumlah seluruh populasi. 4
Dye dkk. (2000) melaporkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga
dalam kasus tuberkulosis (0,4 juta kasus baru) setelah India (2,1 juta kasus) dan
Cina (1,1 juta kasus). Jumlah seluruh kasus TB anak dari 7 Rumah Sakit Pusat
Pendidikan di Indonesia selama 5 tahun (2006-2010) adalah 1086 penderita TB
dengan angka kematian bervariasi dari 0-14,1 %. Kelompok usia terbanyak adalah
12-60 bulan (42,9 %), sedangkan untuk bayi kurang dari 12 bulan didapatkan 16,5
%. 4, 6
C. ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch pada tahun
1882. Basil tuberkel termasuk ke dalam famili Mycobacteriaceae. M tuberculosis
adalah kuman aerob, tidak berspora, tidak motil, pertumbuhannya lambat,
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut juga sebagai basil tahan asam (BTA). Basil
tuberkulosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun eksotoksin). Basil
tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan
kering, tetapi dalam cairan mati pada suhu 60 C dalam 15-20 menit. Kuman TB
cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa
jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat
dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. 1, 2, 4, 5
D. KLASIFIKASI
Ranke membagi tuberkulosis dalam 3 stadium, yaitu: 5
Stadium pertama
Stadium kedua
Stadium ketiga
tuberculosis)
Klasifikasi lain dari tuberkulosis ialah : 5
Tuberkulosis primer : merupakan infeksi pertama dari tuberkulosis
Tuberkulosis subprimer : merupakan komplikasi tuberkulosis primer
Tuberkulosis pascaprimer : merupakan reinfeksi yang dapat terjadi
endogen dan eksogen setelah infeksi primer sembuh
Sekarang
stadium, yaitu : 5
1. Tuberkulosis primer
2. Tuberkulosis pasca primer
E. CARA PENULARAN
Penularan Mycobacterium tuberculosis biasanya melalui udara, sehingga
sebagian besar fokus primer tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui
udara, penularan dapat per oral misalnya minum susu yang mengandung basil
tuberkulosis, biasanya Mycobacterium bovis. Dapat juga terjadi melalui kontak
langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit. Tuberkulosis kongenital sangat
jarang dijumpai. 5
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke dalam bentuk droplet. Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa
jam. Orang dapat terinfeksi apabila droplet tersebut masuk ke dalam saluran
pernafasan, kemudian kuman TB dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh
lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Pasien TB anak jarang
menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa di sekitarnya. Hal ini
disebabkan karena kuman TB sangat jarang ditemukan dalam sekret endobronkial
dan jarang terdapat batuk. 4
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari paru-paru. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif,
maka penderita tersebut dianggap tidak menular. 1
F. FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi TB maupun
timbulnya penyakit TB pada anak dibagi menjadi faktor risiko infeksi dan faktor
risiko progresi infeksi menjadi penyakit (risiko penyakit). 4
Risiko Infeksi TB
Faktor risiko terjadinya infeksi TB adalah sebagai berikut : anak yang
memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis,
kemiskinan, serta lingkungan yang tidak sehat (tempat penampungan atau panti
perawatan). Kemungkinan seseorang terinfeksi TB juga ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. 1, 4
Faktor risiko TB pada anak yang terpenting adalah pajanan dari orang
dewasa yang infeksius. Bayi
memiliki risiko tinggi terinfeksi TB. Semakin dekat bayi tersebut dengan ibunya,
makin besar pula kemungkinan bayi tersebut terpajan percik renik (droplet nuclei)
yang infeksius. 4
Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak-anak akan
lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif,
terdapat infiltrat luas pada lobus atau kavitas, produksi sputum yang banyak dan
encer, batuk produktif dan kuat, serta terdapat lingkungan yang kurang sehat,
terutama sirkulasi udara yang tidak baik. 4
Risiko Penyakit TB
Orang yang telah terinfeksi kuman TB tidak selalu akan mengalami sakit
TB. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan progresi infeksi TB menjadi sakit TB
adalah:4
1. Usia
Anak 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TB, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna (imatur). Resiko tertinggi terjadinya progresivitas TB adalah pada dua
tahun pertama setelah infeksi. Namun, risiko sakit TB ini akan berkurang secara
bertahap seiring pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TB, 43 %
akan menjadi sakit TB. Sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi sakit
TB hanya 24 %, pada usia remaja 15 %, dan pada dewasa 5-10 %. Anak < 5 tahun
juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami TB diseminata (misal TB milier dan
TB meningitis), dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi.
2. Konversi tes tuberkulin dalam 1-2 tahun terakhir
3. Malnutrisi
4. Keadaan imunocompromised (misal pada infeksi HIV, transplantasi organ,
keganasan, pengobatan imunosupresi)
5. Faktor yang tidak kalah penting adalah status sosioekonomi yang rendah,
penghasilan yang kurang, kepadatan hunian, pengangguran dan pendidikan yang
rendah, dan kurangnya dana untuk pelayanan masyarakat.
G. PATOGENESIS
Masuknya basil tuberkulosis tidak selalu menimbulkan penyakit.
Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis,
serta daya tahan tubuh manusia. 5
Paru merupakan port dentre lebih dari 98 % kasus infeksi TB. Kuman
TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup sangat kecil ukurannya (<5
m), sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus
berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana. Masuknya kuman TB
ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis nonspesifik. Makrofag
alveolus akan memfagosit kuman TB, dan biasanya mampu menghancurkan
sebagian besar kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak
mampu menghancurkan kuman TB, kemudian kuman akan bereplikasi dalam
makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya
akan menyebabkan makrofag mengalami lisis, dan kuman TB membentuk koloni
di tempat tersebut. 1, 4
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB. Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Lokasi pertama koloni kuman TB
di jaringan paru disebut fokus primer Ghon. Ghon dan Kudlich (1930)
menemukan bahwa 95,93 % dari 2114 kasus mereka mempunyai fokus primer di
dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan
mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis (susceptible).
1, 4, 5
kompleks primer inilah, dinyatakan telah terjadi infeksi TB primer. Hal tersebut
ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu
timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin. Selama masa inkubasi, uji
tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluler
tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan sistem
imun yang berfungsi baik, saat sistem imun seluler berkembang, maka proliferasi
kuman TB akan berhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB tetap dapat hidup
dalam granuloma. 4
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang
masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya
reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB.
Meskipun demikian, beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persisten atau
dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan
menjadi penderita TB. 1
Apabila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB yang masuk ke dalam
alveolus akan segera dimusnahkan. Kemudian, fokus primer di jaringan paru
biasanya mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi
setelah mengalami nekrosis perkejuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional
juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi proses penyembuhannya
tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. 4
Kompleks primer dapat mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi
dapat disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer
di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis local. Jika
terjadi nekrosis perkejuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar
melalui bronkus, sehingga meninggalkan kavitas paru. Kelenjar limfe hilus atau
paratrakeal yang mulanya berukuran normal saat infeksi, akan membesar karena
reaksi inflamasi yang berlanjut, sehingga bronkus akan terganggu. Obstruksi
parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal menimbulkan hiperinflasi di segmen
distal paru. Obstruksi total dapat menyebabkan atelektasis. Kelenjar yang
mengalami inflamasi dan nekrosis perkejuan dapat menimbulkan erosi dan
diseminata ini terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun pejamu (host) dalam
mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita. 4
Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute generalized hematogenic
spread dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui
cara ini akan mempunyai ukuran yang lebih kurang sama. Istilah milier berasal
dari gambaran lesi diseminata yang menyerupai butir padi-padian (millet seed).
Lesi ini secara patologi anatomik berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang
secara histologik merupakan granuloma. 4
Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30 % anak yang
terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5-10 % anak yang terinfeksi, dan
paling banyak terjadi dalam 1 tahuin, tetapi dapat juga terjadi 2-3 tahun kemudian.
TB ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer. 4
dijumpai demam yang tidak begitu tinggi dan eritema nodosum, tetapi kelainan
kulit ini jarang dijumpai pada anak. Gejala tuberkulosis primer dapat juga berupa
panas yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek.
Gambaran klinis tuberkulosis primer lain ialah panas, batuk, anoreksia, batuk,
berat badan yang menurun. Tuberkulosis dapat juga menunjukkan gejala seperti
bronkopneumonia, sehingga pada anak dengan gejala bronkopneumonia yang
tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan bronkopneumonia yang adekuat
harus dipikirkan kemungkinan tuberkulosis. 4, 5
Sebagian besar manifestasi klinis sakit TB terjadi dalam 5 tahun pertama,
terutama pada 1 tahun pertama, dan 90 % kematian karena TB terjadi dalam tahun
pertama setelah diagnosis TB. 4
Manifestasi Sistemik (Umum / Nonspesifik)
Gejala sistemik yang sering timbul salah satunya adalah demam. Temuan
demam pada pasien TB berkisar antara 40-80 % kasus. Demam biasanya tidak
tinggi dan hilang timbul dalam jangka waktu yang cukup lama. Manifestasi
sistemik lain yang sering dijumpai adalah anoreksia, berat badan tidak naik (turun,
tetap, atau naik namun tidak sesuai grafik tumbuh), dan malaise (letih, lesu,
lemah, lelah). 4
Pada sebagian kasus TB paru pada anak, tidak ada manifestasi respiratorik
yang menonjol. Batuk kronik merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa.
Sedangkan pada anak, gejala batuk kronik lebih sering disebabkan oleh asma.
Fokus primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah parenkim paru
yang tidak memiliki reseptor batuk. Gejala batuk kronik pada TB anak dapat
timbul bila limfadenitis regional menekan bronkus, sehingga merangsang reseptor
batuk secara kronik. Batuk berulang dapat timbul bila anak dengan TB mengalami
penurunan imunitas tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi respiratorik akut
(IRA) berulang. Gejala sesak jarang dijumpai, kecuali pada keadaan sakit berat
yang berlangsung akut, misalnya pada TB milier dan efusi pleura. 4
Gejala umum atau nonspesifik pada TB anak secara ringkas adalah sebagai
berikut : 1, 4
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan
tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang
baik (failure to thrive)
Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan
tidak naik dengan adekuat (failure to thrive)
Demam lama ( 2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas
(bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain), yang
dapat disertai keringat malam. Demam pada umumnya tidak tinggi
Gejala-gejala dari saluran nafas, yaitu batuk lama > 3 minggu (sebab lain
telah disingkirkan), tanda cairan di dada dan nyeri dada
Gejala-gejala dari saluran cerna : diare persisten dan berulang yang tidak
sembuh dengan pengobatan, benjolan (massa) di abdomen, dan tandatanda cairan dalam abdomen
2. Manifestasi neurologis
- Meningitis TB
Terjadi akibat penyebaran langsung kuman TB ke jaringan selaput saraf
(meningens) pada tipe penyebaran acute generalized hematogenic. Walapun
jarang, meningitis TB dapat juga terjadi pada protracted hematogenic spread
akibat pecahnya suatu fokus TB lama ke dalam vascular. Mekanisme lain adalah
pecahnya focus lama di selaput meningeal yang terbentuk pada masa occult
hematogenic spread ke dalam ruang subaraknoid, yang merupakan bentuk lain
reaktivasi TB. Gejala biasanya berhubungan dengan gangguan saraf kranial,
misalnya nyeri kepala, penurunan kesadaran, kaku kuduk, dan kejang.
- Tuberkuloma otak
Manifestasi klinisnya sesuai dengan lesi fokal otak (proses desak ruang)
yang tumbuh secara lambat, misalnya nyeri kepala, muntah.
3. Tulang
Gejala yang umum ditemukan pada TB tulang adalah nyeri, bengkak di
sendi yang terkena dan gangguan atau keterbatasan gerak. Gejala infeksi sistemik
biasanya tidak nyata. Pada bayi dan anak yang sedang tumbuh, epifisis tulang
merupakan daerah dengan vaskularisasi tinggi yang disukai oleh kuman TB. Oleh
karena itu, TB tulang lebih sering terjadi pada anak daripada orang dewasa.
Manifestasi klinis TB tulang biasanya muncul secara perlahan dan samar,
sehingga sering lambat terdiagnosis dan tidak jarang pasien datang pada tahap
lanjut denngan kelainan tulang yang sudah lanjut dan ireversibel.
Bentuk-bentuk TB tulang :
4. Kulit
- skrofuloderma
5. Mata
- Konjungtivitis fliktenularis
Konjungtivitis fliktenularis dapat juga dijumpai pada anak dengan
tuberkulosis. Flikten pada mata diduga sebagai gejala hipersensitivitas dan dalam
flikten tidak terdapat basil tuberkulosis. Selama tuberkulosis atau fokus
tuberkulosis masih ada, flikten sering tetap hilang timbul.
- Tuberkel koroid
6. TB organ-organ lainnya, misal peritonitis TB, TB ginjal, dan lain-lain
I. DIAGNOSIS
Diagnosis TB paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman TB dari
bahan yang diambil dari penderita, misalnya dahak, bilasan lambung, biosi, dan
lain-lain. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian
besar diagnosis TB anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran foto rontgen
dada dan uji tuberkulin. Seorang anak harus dicurigai menderita tuberkulosis
apabila : 1, 4
terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat dalam 3-7 hari berupa
kemerahan dan indurasi 5 mm, maka anak tersebut dicurigai terinfeksi
M. tuberculosis
Oleh karena itu jika membaca tuberkulin pada anak-anak > 5 tahun, faktor BCG
dapat diabaikan.
Pada anak, kontak erat dengan pasien tuberkulosis dewasa aktif dan BTA
positif, atau anak dengan imunocompromised, misal gizi buruk, keganasan,
diameter indurasi 5 mm harus dicurigai telah terinfeksi TB. Pada anak tanpa
risiko, tetapi tinggal di daerah endemis TB, uji tuberkulin perlu dilakukan pada
umur 1 tahun, 4-6 tahun, dan 11-16 tahun. Tetapi pada anak dengan risiko tinggi
didaerah endemis TB, uji tuberkulin perlu dilakukan setiap tahun.
Uji tuberkulin positif dapat dijumpai pada 3 keadaan sebagai berikut :
1. Infeksi TB alamiah
a. Infeksi TB tanpa sakit
b. Infeksi TB dan sakit TB
c. Pasca terapi TB
2. Imunisasi BCG (infeksi TB buatan)
3. Infeksi M. atipik/ M. leprae
Saat ini telah ditemukan pemeriksaan imunitas seluler cara lain, yaitu
enzyme-linked immunospot interferon gamma (ELISpot TB), yang mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan ini dapat membedakan
antara hasil positif yang disebabkan oleh infeksi M. tuberculosis, oleh BCG, dan
oleh infeksi M.atipik. Namun, pemeriksaan ini belum dapat membedakan antara
infeksi TB dan sakit TB. Pemeriksaan ini juga belum dapat digunakan dalam
praktek klinis, mengingat harganya masih mahal dan belum tersedia di Indonesia.
Radiologis 4
Lebih dari 95 % TB primer terjadi di parenkim paru, sehingga foto toraks
paru posteroanterior dan lateral selalu dilakukan. Komplek primer lebih banyak
ditemukan pada foto toraks paru bayi dan anak kecil daripada dewasa.
Gambaran rontgen paru pada TB tidak khas. Kelainan radiologis tersebut
dapat juga ditemukan pada penyakit lain. Sebaliknya pada foto rontgen paru yang
normal (tidak terdeteksi), tidak dapat menyingkirkan diagnosis TB jika klinis dan
pemeriksaan penunjang lain mendukung. Dengan demikian, pemeriksaan rontgen
paru saja tidak cukup untuk mendiagnosis TB.
Secara umum, gambaran radiologis yang sugestif TB adalah sebagai
berikut :
milier
kalsifikasi
atelektasis
kavitas
efusi pleura
Jika dijumpai ketidaksesuaian (diskonkruensi) antara gambaran klinis
(ringan) dengan gambaran radiologis (berat), harus dicurigai TB. Pada keadaan
foto rontgen paru tidak jelas, bila perlu dilakukan pemeriksaan pencitraan lain,
seperti CT-Scan toraks.
Bakteriologis 4, 6
Diagnosis pasti TB dibuat jika ditemukan
atau area nekrosis kaseosa di tengah granuloma. Gambaran khas lainnya adalah
ditemukannya multinucleated giant cell (sel datia Langhans). Diagnostik
histopatologi dapat ditegakkan dengan ditemukannya perkejuan (kaseosa), sel
epiteloid, imfosit dan sel datia Langhans. Namun, pemeriksaan ini sulit dalam
mendapatkan spesimen pemeriksaan. Spesimen yang paling mudah dan paling
sering diperiksa adalah limfadenopati kolli, dengan pemeriksaan biopsi aspirasi
jarum halus atau biopsi. Pemeriksaan ini mempunyai perancu, yaitu infeksi M.
atipik dan limfadenitis BCG yang secara histopatologis sulit dibedakan dengan
TB.
Serologik 4
Oleh karena pada anak, terutama anak kecil sulit mendapatkan spesimen
untuk pemeriksaan basil TB, maka dicari pemeriksaan alternatif yang mudah
pelaksanaannya, yaitu pemeriksaan serologis (pemeriksaan imunitas humoral).
Selain itu, dengan pemeriksaan serologis diharapkan dapat membedakan antara
infeksi TB dan sakit TB. Berbagai penelitian dan pengembangan pemeriksaan
imunologik antigen-antibodi spesifik untuk M. tuberculosis, seperti ELISA
(enzyme-linked immunoabsorbent assay) dengan menggunakan PPD, A60, 38kDa,
lipoarabinomanan (LAM) dengan bahan pemeriksaan dari darah, sputum, cairan
bronkus, cairan pleura dan cairan serebrospinal, telah dilakukan. Juga yang akhirakhir ini diteliti adalah deteksi anti-interferon-gamma autoantibody (anti IFN-).
Semua pemeriksaan ini umumnya masih dalam taraf penelitian untuk pemakaian
klinis praktis.
Penegakan Diagnosis
Pada uraian di atas, terlihat bahwa tidak ada satupun data klinis maupun
penunjang selain pemeriksaan bakteriologis yang dapat memastikan pemeriksaan
diagnosis TB. Diagnosis TB tidak dapat ditegakkan hanya dari anamnesis,
pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang tunggal. Oleh karena sulit
menegakkan diagnosis TB pada anak, banyak usaha membuat pedoman diagnosis
dengan sistem skoring dan alur diagnostik. 4