Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Secara garis besar kelumpuhan saraf terbagi atas 2 kelompok yaitu upper
motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN). Susunan saraf pusat
dimulai dari otak, batang otak, medula spinalis, dan kornu anterior medula
spinalis. Susunan saraf tepi dimulai dari kornu anterior medula spinalis, saraf tepi,
neuromuscular junction, dan otot
Untuk menegakkan diagnosis dalam sistem saraf dan menentukan letak
lesi atau kelainan yang terjadi maka, selain anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
merupakan dasar dari penegakan diagnosis, pemeriksaan penunjang juga banyak
dibutuhkan oleh pasien pasien tertentu. Salah satu pemeriksaan penunjang yang
paling penting adalah pemeriksaan radiologi atau sering disebut sebagai
neuroimaging.
Pemeriksaan neuroimaging biasanya dibutuhkan untuk mendiagnosa
berbagai penyakit saraf dengan manifestasi klinis berupa kelumpuhan ekstremitas
dan atau kelumpuhan pada nervus kranialis yang dapat berasal dari gangguan pada
otak maupun pada medulla spinalis.
Dari banyaknya pemeriksaan pencitraan yang dilakukan pada pasien
pasien sistem saraf, dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan mengenai
pemeriksaan diagnostik dan interpretasi dari CT Scan otak, foto polos
TENGKORAK, dan foto polos tulang belakang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

Anatomy Ct Scan Kepala, Foto X-Ray Tengkorak, dan X-Ray Tulang


Belakang
A. CT Scan Kepala
CT scan adalah x-ray khusus yang mengambil gambar penampang
dari semua jenis jaringan. CT scan kadang-kadang disebut CAT scan.
"A" mengacu pada kata aksial, yang merupakan orientasi tertentu dari
gambar.(1)
Untuk membaca dan menilai hasil dari CT scan kepala / otak,
maka diperlukan pengetahuan mengenai anatomi otak pada CT scan.
Pada CT scan dapat dilihat ventrikel otak, basal ganglia, serta lobus
lobus otak. Pada potongan sagital, CT Scan kepala dibagi atas 3 level
yaitu : high midbrai, cerebral puduncle, dan high pons. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :(2, 3)

Gambar 1. Potongan sagital pada anatomi otak(3)

Keterangan (A) :

Keterangan (B) :

Mastoid air cells


Cerebellum
Medulla
Temporal lobe
Gambar 2. Gambaran fossa posterior
(A) dansinus
low cerebellum (B)
Sphenoid
pada CT ScanEthmoid
otak(3) sinus

Cerebellar tonsil
Medulla
Foramen Magnum

Keterangan :
Cerebellum
Circummesencephalic cistern
IVth ventricel
Pons
Temporal lobe
Suprasellar cistern
Frontal lobe
Dorsum sellae
Gambar 3. High pons (1st Key Level)(3)

Keterangan :
Cerebellum
Circummesencephalic cistern
IVth ventricel
Pons
Suprasellar cistern
Sylvian cistern

Gambar 4. Cerebral Peduncle (2nd Key Level) (3)

Keterangan :
Cerebellum
Quadrigeminal cistern
Sylvian cistern
IIIrd ventricel
Frontal horn (lateral ventricle)

Gambar 5. High Midbrain Level (3rd Key Level )(3)

Keterangan :
Sylvian cistern
Quadrigeminal cistern
Posterior limb (internal capsule)
Lentiforn nucleus
Anterior limb (internal capsule)
Caudate nucleus
Frontal horn (lateral ventricle)

Gambar 6. Regio Basal Ganglia(3)

Keterangan :
Occipital horn
Calcified choroid
Lateral ventricle
Calcified falx
Central sulcus

Gambar 7. Upper Cortex(3)

Gambar 8. Potongan axial, sagital, dan coronal otak(4)

B. X-Ray Tengkorak
Tengkorak membungkus dan melindungi otak dan struktur terkait.
Tengkorak adalah kotak tulang padat dengan bagian belakang terdiri
dari oksipital dan tulang parietal, bagian atas yang terdiri dari tulang
frontal dan dua tulang parietal dan bergabung dengan sutura sagitalis,
kanan dan kiri sisi terdiri dari parietal dan tulang temporal skuamosa,
bagian depan yang terdiri dari tulang frontal dan struktur wajah dan
dasar yang terdiri dari tulang occipital, petrosa tulang temporal dan
sphenoid.(5)

Lateral :
1. Frontal Bone
2. Mandible
3. Maxilla
4. Zygoma
5. Greater wing of sphenoid
6. Parietal bone
7. Squamous temporal bone
8. Zygomatic arch
9. Mastoid process of temporal bone
10. Occiput

Frontal :
1. Frontal bone
2. Mandible
3. Maxilla
4. Zygoma
5. Greater wing of sphenoid
6. Inferior orbital fissure
7. Superior orbital fissure
8. Nasal bone
Gambar 3. Anatomi tengkorak tampak dari lateral dan frontal(5)

Lateral :
Vertex
Coronal suture
Frontal lobe
Frontal sinus
Orbital plates
Cribiform plate
Ethmoid air cells
Sella turcica
Spenoid sinus
Maxillary sinus
Mastoid region
Occipital bone
External acoustic meatus

Gambar 4. Anatomi X-ray Tengkorak

C. X-Ray Tulang Belakang


Tulang belakang manusia terdiri atas 33 ruas yaitu : 7 tulang
cervical pada bagian leher, 12 tulang torakal dengan tulang rusuk, 5
lumbal di bagian punggung bawah, 5 sacral, dan 4 coccygeal. Pada foto
polos tulang belakang gambarannya sebagai berikut :(6)

Gambar 5. X-ray cervical AP/Lateral

Gambar 6. X-ray Thoracal AP/Lateral

Gambar 6. X-ray Thoracolumbal AP/Lateral

II.

Pembacaan Foto dan Interpretasi Ct Scan Kepala, Foto X-Ray


Tengkorak, dan X-Ray Tulang Belakang
A. CT Scan
CT Scan kepala yang sekarang ini sering digunakan untuk
mendiagnosa kelainan pada organ dalam kepala ada CT Scan kontras.
Penggunaan

intravena

kontras

radio-opak

secara

signifikan

meningkatkan kemampuan CT untuk memvisualisasikan struktur normal


dan abnormal tertentu. Kontras menyoroti struktur pembuluh darah serta
lesi yang menyebabkan gangguan aliran darah otak. Maka kelainan
pembuluh darah seperti aneurisma, pembedahan, dan malformasi arteri
akan lebih mudah divisualisasikan (meskipun angiografi tetap studi
pilihan ketika kelainan ini muncul). Kontras juga akan menyoroti lesi
yang menyebabkan gangguan aliran darah otak. Lesi tersebut termasuk
proses inflamasi otak (misalnya, infeksi) dan tumor.(7)
Sebelum membaca foto CT Scan perlu diketahui terlebih dahulu
mengenai densitas dan warna yang akan nampak pada hasil CT Scan.
Dapat di lihat pada tabel berikut :(7)
Density
High
Medium
Low

Tissue
Mineral / bone
Water / fluid
Air / lung

Visual Representation
White
Gray
Black

Tabel 1. Gambaran hasil CT Scan berdasarkan densitasnya

Dengan mengetahui densitas dan warna yang akan tervisualisasi


pada hasil CT Scan, maka dapat diketahui hasil yang abnormal dari
suatu kelainan. Proses proses yang menimbulkan kelainan pada otak
yang dapat divisualisasikan adalah :(8)
a) Tumor intrakranial
b) Edema serebri
c) Lesi kontusio serebri
d) Infark serebri
e) Perdarahan intrakranial
f) Lesi dimielinisasi
g) Hidrosefalus internus dan eksternus

Untuk melihat kelainan tersebut, dalam CT Scan dapat digunakan


istilah Blood Can be Very Bad yaitu : Blood = blood/darah, Can =
Cisterna, be = brain/otak, Very = ventrikel, Bad = bone/tulang.(4)
Blood
Perdarahan akut muncul hyperdense (putih terang) pada CT Scan.
Hal ini disebabkan fakta bahwa molekul globin relatif padat dan
karenanya efektif menyerap sinar x-ray. Sebagian darah menjadi lebih
tua dan globin yang rusak, kehilangan penampilan hyperdense ini,
dimulai dari bagian perifer lesi. Lokalisasi yang tepat dari darah adalah
sama pentingnya dengan mengidentifikasi keberadaan lesi.(4)

Gambar 7. Gambaran CT Scan kepala yang mengalami perdarahan.


(A) Akut, (B) Subakut, (C) Kronik

Cisterna
Ada 4 hal yang perlu diperiksa pada bagian ini yaitu :(4)

Circummesencephalic cincin cairan serebrospinal di sekitar otak


tengah; pertama yang akan hilang pada gambaran CT Scan akibat
peningkatan tekanan intrakranial.
Suprasellar Lokasi dari lingkaran Willis; Area yang sering
aneurisma subarachnoid hemorrhage.
Quadrigeminal tidak terlihat pada CT Scan akibat oleh adanya
herniasi rostrocaudal
Sylvian antara lobus temporal dan frontal; situs traumatis dan
distal pertengahan otak aneurisma dan perdarahan subarachnoid
Brain
Pada otak, aspek yang dinilai adalah : (4)
Pola Symmetry Sulkus (gyrus) juga dibedakan pada orang dewasa
dan simetris sisi ke sisi.
Diferensiasi abu-abu putih

tanda

awal

dari

aneurisma

serebrovaskular adalah hilangnya diferensiasi abu-abu putih; lesi


metastasis sering ditemukan di perbatasan abu-abu putih
Shift midline shift harus berada di tengah, dengan jarak ventrikel
merata ke sisi; juga dapat memiliki pergeseran rostrocaudal,
dibuktikan dengan hilangnya ruang cisternal; hilangnya sulkus akibat
peningkatan tekanan di satu kompartemen;
Hiper / hypodensity Peningkatan densitas akibat darah, kalsifikasi,
media kontras intravena; penurunan kepadatan dengan udara / gas

(pneumocephalus), lemak, iskemia (aneurisma serebrovaskular),


tumor.
Ventrikel
Proses patologis penyebab dilatasi (hidrosefalus) atau kompresi /
pergeseran; hidrosefalus biasanya terlebih dahulu jelas dalam pelebaran
tanduk temporal (biasanya kecil dan seperti celah); pemeriksa harus
mengambil dalam "whole picture" untuk menentukan apakah ventrikel
yang membesar karena kurangnya jaringan otak atau peningkatan
tekanan cairan cerebrospinal. (4)
Bone
Kepadatan tertinggi pada CT scan; diagnosis patah tulang
tengkorak dapat membingungkan karena adanya sutura di tengkorak;
membandingkan sisi lain dari tengkorak untuk simetri (sutura) terhadap
asimetri (fraktur); fraktur tengkorak basilar umumnya ditemukan di
petrous ridge (mencari darah di sel mastoid udara). (4)

Gambar 8.
(Kiri) gambaran tumor
otak dan edema yang
meyebabkan pergeseran
garis midline. (Kanan) CT
Scan otak normal

B. X-Ray Tengkorak

Pemanfaatan foto polos cranium dalam praktek umum sangat


jarang. Pada umumnya dilakukan pada kejadian fraktur cranium.
Beberapa fraktur cranium antara lain:(5)
Fraktur Linear, garis tembus tajam yang lurus atau miring, dapat
menyeberangi alur pembuluh darah dan menyebabkan pelebaran
sutural.
Fraktur depresi, memiliki tepi padat lengkung, lebih serius
daripada yang sederhana, proyeksi tangensial mungkin
diperlukan.
Fraktur pada dasar tulang tengkorak, diakibatkan oleh cairan
udara (darah) di tingkat sinus sphenoid, CSF rhinorrhoea dan
atau perdarahan dari telinga.
C. X-Ray Tulang Belakang
Pada pemeriksaan foto tulang belakang dapat ditemukan adanya
fraktur. Fraktur dapat terlihat dengan adanya garis fraktur pada tulang
belakang, selain fraktur dapat pula diperhatikan ada atau tidak nya
dislokasi pada tulang belakang. Setelah itu, yang dinilai adalah osteofit
pada tepi anterior korpus vertebra yang merupakan suatu tanda
spondilitis. Spondilitis ini merupakan suatu penyakit degenaratif. Jika
osteofit menonjol pada daerah kanalis vertebralis sehingga membuatnya
menyempit hal ini lah yang dapat menjadi penyebab kompresi dari
medulla spinalis. (8)
Ruas ruas tulang belakang juga perlu diperhatikan. Pada pasien
pasien ankylosing spondilosis, ruas tulang belakangnya menghilang dan
terlihat cenderung menyatu sehingga terdapat gambaran seperti bambu.
Sehingga sering disebut dengan Bamboo Spine. (8)

Mineralisasi tulang

juga dinilai dalam foto tulang belakang,

berkurangnya mineralisasi pada tulang biasanya dapat ditemukan pada


III.

pasien pasien dengan osteoporosis.(8)


Indikasi Ct Scan Kepala, Foto X-Ray Tengkorak, dan X-Ray Tulang
Belakang
A. CT Scan
Tujuan atau indikasi dilakukaknnya pemeriksaan CT Scan pada kepala
yaitu :(9)
Perdarahan, cedera otak dan tengkorak patah tulang pada pasien
dengan cedera kepala.
Perdarahan yang disebabkan oleh aneurisma yang pecah pada
pasien dengan sakit kepala parah tiba-tiba.
Bekuan darah atau perdarahan di dalam otak segera setelah
pasien menunjukkan gejala stroke.
Menentukan jenis stroke.
Tumor otak.
Rongga otak (ventrikel) membesar pada pasien dengan
hidrosefalus.
Penyakit atau kelainan tengkorak.
Mengevaluasi sejauh mana tulang dan kerusakan jaringan lunak
pada pasien dengan trauma wajah, dan perencanaan bedah
rekonstruksi.
Mendiagnosa penyakit pada tulang temporal di sisi tengkorak,
yang dapat menyebabkan masalah pendengaran.
Menentukan apakah peradangan atau perubahan patologis lain
yang hadir dalam sinus paranasal
Rencana terapi radiasi untuk kanker otak atau jaringan lainnya.
Membantu dalam mendapatkan sampel jaringan (biopsi) dari
otak.
B. X-Ray Tengkorak

Indikasi untuk dilakukannya foto tengkorak yaitu apabila dicurigai


adanya fraktur pada kejadian kejadian trauma kepala, infeksi maupun
tumor. Selanjutnya dapat digunakan CT Scan untuk melihat struktur dan
kelainan yang lebih jelas.(1)
C. X-Ray Tulang Belakang
Adapun indikasi dilakukannya foto polos tulang belakang yaitu
untuk melihat adanya fraktur atau dislokasi, anomali kongenital,
perubahan perubahan degeneratif, tumor medulla spinalis dan tumor
tulang belakang. Foto tulang belakang biasanya dilakukan pada pasien
yang mengeluhkan penurunan fungsi sensorik, motorik, maupun otonom
seperti paraparese, hipostesi maupun gangguan pada buang air kecil dan
buang air besar pada pasien.(8)

DAFTAR PUSTAKA
1.
Hopkins T. Guide to Lab and Diagnostic Test.
Philadelphia: F.A. Davis Company; 2005.
2.
Garishah
F.
Neuroimaging.
Fakultas
Kedokteran
Universitas Diponegoro.
3.
Heather P. ABCs of Head CT Interpretation in the
Emergency Department: CT Interpretation Workshop Guide.
FERNE. 2009.
4.
Andrew P. How to Read a Head CT Scan. Elsevier Health;
2008
[cited
2015
27
May];
Available
from:
http://www.elsevierhealth.com.au/media/us/samplechapters/97
81416028727/Chapter%2069.pdf.
5.
Oldnall N. Radiography of The Skull. Tameside General
Hospital. 1996.
6.
McCan S, Wise E. Kaplan Anatomy Coloring Book. New
York: Kaplan Medican; 2011.
7.
Darin D, Scott R, Jerrold R. Essentials of Neuroimaging
for Clinical Practice. Washington DC: American Psychiatric
Publishing Inc; 2004.
8.
Mahar M, Priguna S. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
Rakyat; 2012.
9.
Computed Tomography (CT) - Head. RadiologyInfo.org;
2014
[cited
2015
27
May];
Available
from:
http://www.radiologyinfo.org.

Anda mungkin juga menyukai