Anda di halaman 1dari 20

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. M GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI : HALUSINASI PENGLIHATAN DI WISMA GELATIK
RSJ. PROF. HB. SAANIN PADANG

OLEH :
SYNTHIA LOLA ANDIKHA, S.KEP
Y.A FIKA MUNANDAR, S.KEP
IKA HANDAYANI, S.KEP
ERITA LUSIANA, S.KEP
RAHMIATI DS, S.KEP
SRY YULIATI, S.KEP

Pembimbing Akademik

(Ns. Feni Betriana, S. Kep)

Pembimbing Klinik

Pembimbing Klinik

(Ns. Syafrizal,S.Kep)

(Ns.Desirianti,S.Kep.)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah seminar kasus ini tepat pada waktunya.
Adapun judul makalah ini adalah Asuhan Keperawatan pada Tn. M
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi di Ruang Gelatik RSJ. Prof. HB.
Saanin Padang.
Selama proses penyusunan kasus seminar ini, penulis mendapatkan
banyak bimbingan, bantuan, dukungan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Feni Betriana, S. Kep selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan pengetahuan, bimbingan, koreksi serta saran
sehingga kasus Seminar ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Ns. Syafrizal, S. Kep & Ibu Ns. Deisrianti, S. Kep selaku
pembimbing klinik di RSJ. Prof HB. Saanin Padang yang telah banyak
memberikan pengetahuan, bimbingan, koreksi serta saran sehingga
kasus Seminar ini dapat diselesaikan.
3. Rekan-rekan kelompok yang sudah banyak memberikan sumbangan
saran dan semangat juang untuk menyelesaikan kasus seminar ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah seminar kasus ini
masih terdapat kekurangan. Untuk ini penulis mengharapkan pada pembaca
semua untuk memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan dari makalh ini.
Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini
dapat bermanfaaat baagi kita semua demi kemajuan bersama.

Padang, Januari 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuntunan dan masalah hidup yang semakin meningkat serta
perkembangan teknologi yang pesat menjadi stressor pada kehidupan
manusia. Jika individu tidak mampu melakukan koping dengan adaptif,
maka individu beresiko mengalami gangguan jiwa. World Health
Organization tahun 2001 menyatakan bahwa sekitar 450 juta orang di
dunia memiliki gangguan mental. Fakta lainnya adalah 25% penduduk
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama
hidupnya. Gangguan

jiwa mencapai 13% dari penyakit dunia,

dibandingkan TBC (7,2 %), Kanker (5,8%), Jantung (4,4%) maupun


malaria (2,6%). Masalah gangguan jiwa dapat terus meningkat jika tidak
dilakukan penanganan (WHO, 2001)
Ganggguan jiwa tersebar hampir merata diseluruh dunia, termasuk
diwilayah Asia Tenggara. Berdasarkan data dari

World

Health

Organization, hampir sepertiga dari penduduk diwilayah Asia Tenggara


pernah mengalami gangguan neoropsikiatri (Yosep, 2011).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
bahwa penderita gangguan jiwa berat dengan usia diatas 15 tahun di
Indonesia mencapai 0,46%. Hal ini berarti terdapat lebih dari 1 juta jiwa di
Indonesia yang menderita gangguan jiwa berat. Prevalensi tertinggi
didaerah khusus Ibukota Jakarta (2,03%), lalu Nangro Aceh Darussalam
(1,9%), dan Sumatera Barat (1,6%). Berdasarkan data tersebut diketahui
bahwa 11,6% penduduk Indonesia mengalami masalah gangguan mental
emosional.
Ada dua jenis gangguan jiwa yang dapat ditemui dimasyarakat,
yaitu gangguan jiwa ringan dan gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa
ringan contohnya adalah gangguan mental emosional. Gangguan jiwa
berat salah satunya adalah skizofrenia. Sebagian besar pasien yang dirawat
di Rumah Sakit jiwa adalah pasien dengan gangguan jiwa berat skizofrenia
(Yosep, 2011)

Skizofrenia adalah penyakit neurologis yang mempengaruhi


persepsi, cara berpikir, bahasa, emosi, dan prilaku sosial pasien
berdasarkan data APA (The American Psychiarti Assosiation), di Amerika
Serikat terdapat 300 ribu pasien penderita skizofrenia yang mengalami
episode akut setiap tahun. Angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih
tinggi dari angka kematian penduduk pada umumnya (Yosep, 2011)
Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI (2003) mencatat bahwa
70% gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia. Menurut Arif (2006)
mengungkapkan bahwa 99% pasien yang dirawat di Rumah Sakit jiwa
adalah pasien dengan diagnosis medis skizofrenia.
Salah satu tanda pasien dengan skizofrenia adalah Halusinasi.
Halusinasi adalah adalah persepsi sensori suatu objek gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat
meliputi

semua

system

pengindraan,

pendengaran,

penglihatan,

penciuman, perabaan, pengecapan (Suliswati. 2009).


Dari data yang diperoleh dari ruang rawat inap Gelatik RSJ Prof HB
Saanin Padang pada tiga bulan terakhir didapatkan data pasien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi sebanyak 56 kasus, gangguan
konsep diri : harga diri kasus 40 kasus, perilaku kekerasan sebanyak 30
kasus, gangguan proses pikir : waham 12 kasus.
Berdasarkan hal tersebut diatas kelompok tertarik untuk mengangkat
kasus seminar dengan judul Asuhan Keperawatn pada Tn.M dengan
gangguan persepsi sensori : Halusinasi di Ruang Gelatik Rumah Sakit
Jiwa Prof HB. Saanin Padang.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulisan makalah ini agar mahasiswa memperoleh
pengalaman nyata dalam memberikan aasuhan keperawatan pada Tn.
M dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Rumah Sakit Jiwa Prof HB. Saanin Padang

di Ruang Gelatik

2. Tujuan khusus
a. Mahasisiwa mampu melakukan pengkajian pada klien Tn. M
dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
b. Mahasisiwa mampu menentukkan masalah keperawatan pada klien
Tn. M dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
c. Mahasisiwa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
klien Tn. M dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
d. Mahasisiwa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada
klien Tn. M dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
e. Mahasisiwa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada
klien Tn. M dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
C. MANFAAT
1. Bagi Rumah Sakit
Makalah seminar ini akan dapat digunakan sebagai informasi
tambahan bagi perawat di Rumah Sakit jiwa dalam menerapkan
strategi pelaksanaan yang sistematis dan bermanfaat pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan penyakit
2. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah seminar ini dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi
bagi mata kuliah keperawatan jiwa. Selain itu makalah seminar ini
dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain yang
mengambil seminar halusinasi
3. Bagi Mahasiswa
Makalah seminar ini dapat digunakan sebagai ilmu dan menerapkan
asuhan

keperawatan

pengetahuan
keperawatan.

serta

jiwa

dengan

pemahaman

halusinasi
dalam

dan

menambah

memberikan

asuhan

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR HALUSINASI
1.

Definisi
Halusinasi adalah persepsi sensori suatu objek gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat
meliputi semua sistem pengindraan, pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan, pengecapan (Suliswati, 2009).
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada
ransangan yang menimbulkannya atau tidak ada objek (Sunardi, 2005).
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan klien menilai
dan merespon pada realitas. Klien tidak bisa membedakan rangsangan
internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan.
Klien tidak mampu memberi respon secara akurat, sehingga tampak
perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. (Stuart and
sundeen, 1998).

2. Rentang Respon Neurobiologis


Rentang Respon Neurobiologik ( Keliat, 2009)
Respon adaptif

Respon Mal Adaptif

Pikiran logis

- Pikiran kadang menyimpang - Kelainan pikiran delusi

Persepsi akurat

- Ilusi

Emosi konsisten

- Reaksi emosional berlebihan - Ketidakmampuan

dengan pengalaman

atau kurang

- Halusinasi
untuk mengalami

Perilaku sesuai

- Perilaku ganjil atau tak lazim - Emosi

Hubungan sosial

- Menarik diri

- Ketidakteraturan
- Isolasi sosial

3. Faktor Penyebab
a.

Faktor Predisposisi
1. Teori Biologi
Teori ini mengidentifikasi faktor genetik yang

mungkin terlihat dalam perkembangan suatu kelainan psikologis


(Riwayat keluarga dengan kelainan yang sama).
Kelainan skizofrenia yang merupakan kecacatan sejak

lahir, terjadi pada hypothalamus otak atau terdapat kekacauan selsel pyramidal dalam otak.
Teori

biokimia,

terjadi

peningkatan

dopamine

neurotransmitter yang diperkirakan menghasilkan gejala-gejala


peningkatan aktifitas yang berlebihan dan pemecahan asosiasi yang
umumnya ditemukan pada psikisis.
2.

Teori Psikososial
Teori system keluarga, terjadi disfungsi perkembangan keluarga
dimana terjadi konflik antara orang tua yang mempengaruhi anak.
Teori interpersonal, hubungan orang tua dengan anak yang pernah
dengan ansietas. Bila diperhatikan maka konsep diri maka akan
mengalam ambivalens.
Teori psikodinamik, mekanisme pertahanan ego pada waktu terjadi
ansietas berat yang maladaptife.

b. Faktor Presipitasi
1. Teori Biologi
Penelitian tentang penciptaan otak menunjukkan keteralihatan otak
yang luas dalam perkembangan skizofrenia lesi pada area frontal,
temporal dan limbus paling berhubungan dengan prilaku psikotik.
Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia, penelitian
menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
Dopemine neuro transmitter yang berlebihan.
Ketidak seimbangan antara dopamine dan neuro transmitter lain.
Masalah-masalah pada system dopamine.

2. Teori Psikologis
-

Sosial Budaya
Situasi yang berkembang dimasyarakat dapat berpengaruh terhadap
tingkah laku seseorang disingkirkan dari lingkungan selanjutnya
akan berakibat kesepian dan stres ada akhirya tidak teratasi, stress
yang menumpuk dapat menunjukkan terjadinyanya skizofrenia dan
gangguan psikotik lainnya

Kehilangan
Kehilangan orang yagn dicintai, kehilangan cinta, fungsi fisik,
kedudukan, harga diri dapt mencetuskan terjadinya gangguan
persepsi individu menganggap sesuati yang telah hilang itu masih
ada. Sehingga mengakibatkan seseorang lari dari kenyataan dunia
nyata.

Kekacauan pola komunikasi dalam keluarga


Tidak ada hubungan saling percaya terbuka sesama anggota
keluarga serta tidak adanya rasa saling menghargai dapat
dipengaruhi persepsi seseorang. Gangguan pada persepsi ini lama
kelamaan akan mencetuskan terjadinya halusinasi (Struart and
Sundeenm, Keperawatan Jiwa, edisi, 1998)

4. Proses Terjadinya Halusinasi


Biologis
- Gangguan
perkembangan otak

Psikologis
Pengaruh

frontal dan

Sosial budaya
ortu

overprotektif

yang Kemiskinan
-

temporal, lesi dan

Ketidakmampuan

kortek frontal

Hubungan dengan ayah -

temporal, limbic

yang tidak adekuat atau Sosbud

Gangguan tumbuh

perhatian

kembang pada masa

berlebihan

yang Hidup terisolasi

perinatal dan

neonatal, anak-anak

Konflik perkawinan

Stress yang menumpuk

Kembar 1 telur

berisiko 2 telur

Komunikasi perkawinan

Tinggal di ibu kota

Komunikasi double bind


Pola

asuh

yang

tidak

adekuat
Koping maladaptive
Gangguan identitas
Ketidak

mampuan

mencapai cita-cita

Kondisi kesehatan, Kondisi lingkungan, Sikap dan perilaku klien

Perasaan diacam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu


yang tidak menyenangkan terjadi
Individu mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri dan
objek realitas dengan menyalahkan artikan kesan terhadap kejadian

individu memproyeksikan pikiran internal pada linkungan


sehingga persasan, pikiran dan keinganan negatif tidak dapat diterima
sebagai bagian eksternal

HALUSINASI

5. Jenis Jenis Halusinasi


Menurut Wilsons dan kneils 1988 hal
1. Halusinasi dengar atau auditorik
Dimana individu tersebut mendengar suara suara yang membicarakan,
mengecewakan dan menertawakan serta mengancam dirinya, halusinasi
jenis ini sering ditemui pada schizophrenia
2. Halusinasi lihat atau visual
Dimana individu melihat pemandangan atau orang lain yang sebenarnya
hal tersebut tidak ada.halusinasi jenis ini biasanya terjadi pada sindrom
otak organic
3. Halusinasi penciuman
Dimana individu merasa mencium bau sesuatu padahal bau tersebut
sebenarnya tidak ada.
4. Halusinasi raba
Pada keadaan ini individu merasa ada binatang yang merayap pada
kulitnya, bila rabaan ini merupakan rangsangan seksual maka disebut
halusinasi heptik yang biasanya dijumpai pada alkohol with drawl.
5. Halusinasi pengecapan / Gistatorik
Dimana individu merasa mengecap suatu rasa di mulutnya sumbernya
tidak ada. Hal ini sering terjadi pada seizure disorder.
6. Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Halusinasi
Tahapan halusinasi, karakteristik dan perilaku yang ditampilkan
(Tim keperawatan Jiwa FIK UI, 1999)
Tahap

Karakteristik

Perilaku Klien

Tahap 1
-

Memberi rasa

Mengala

nyaman tingkat

mi ansietas, kesepian,

ansietas sedang

rasa bersalah dan

secara umum

ketakutan

halusinasi
merupakan sesuai

Tersenyum,
tertawa sendiri

Menggerakkan
bibr tanpa suara

Mencoba

Pergerakan

kesenangan

berfokus pada pikiran

mata yang cepat

yang dpat
menghilangkan
ansietas

Respon verbal
yang lambat

Pikiran

Diam dan
berkonsentrasi

dan pengalaman
sensori masih ada
dalam kontrol
kesadaran NON
Psikotik
Tahap II
-

Menyalahkan

Tingkat
kecemasan berat

Pengalam

an sensori menakutkan

Terjadi
peninkatan denyut jantung,
pernafasan dan TD

Merasa

secara umum

dilecehkan oleh

halusinasi

pengalaman sensori

dengan lingkungan

menyebabkan rasa

tersebut

berkurang

aktifitas

Mulai

Perhatikan

Konsentrasi

merasa kehilangan

terhadap pengalaman

kontrol

sensorinya

Menarik

Kehilangan

diri orang lain non

kemampuan membedakan

psikotik

halusinasi dengan realitas

Tahap III
-

Mengontrol

Tingkat

menerima pengalaman

Pengalaman
halusinasi tidak

menyerah dan

kecemasan berat
-

Klien

halusinasi ditaati

sensori (Halusinasi)

dapat ditolak lagi

aktraktif

Sulit
berhubngan dengan orang

Isi
halusinasi menjadi

Perintah

lain

Perhatikan
tehadap lingkungan

Kesepian

berkurang, hanya beberapa

bila pengalaman
sensori berakhir

detik

psikotik

Tidak mampu
mengikuti perintah dari
perawat, tampak tremor
dan berkeringat

Tahap IV
-

Klien sudah
dikuasai oleh

Perilaku panik

Resiko tinggi

halusinasi
-

menciderai

Klien panic

Agitasi atau
kataton

Tidak mampu
berespon terhadap
lingkungan

7. Mekanisme Koping Yang Digunakan


Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman

yang

menakutkan

yang

berhubungan

dengan

respon

neorobiology termasuk :
a. Regresi
Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengurangi ansietas hanya mempunyai sedikit enegi yang tertinggal untuk
aktifitas sehari-hari
b. Proyeksi
Sebagai upaya untuk menejelaskan kerancuan proyeksi
c. Menarik diri
8. Penatalaksanaan
Farmakoterapi
Obat obatan untuk terapi halusinasi berupa anti psikotik, haloperidon dll.
Terapi psikososial

Karena karakteristik utama dari halusinasi adalah rusaknya kemampuan


untuk membentuk dan memepertahankan hubungan sesama manusia, maka
intervensi utama difokuskan untuk membantu klien memasuki dan
mempertahankan sosialisasi yang penuh arti dalam kemampuan klien.
Alternatif
-

Terapi modalitas
Semua sumber daya di rumah sakit disarankan untuk menggunakan
komunikasi yang terapeutik, termasuk semua (Staf administrasi,
pembantu kesehatan, mahasiswa dan petugas instalasi)

Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada klien bersama
sama dengan jalan aukusi yang di arahkan oleh seseorang yang terlatih

Terapi keluarga
Tujuan dari terapi keluarga adalah

Menurunkan Konflik kecemasan

Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing


masing keluarga

Meningkatkan pertanyaan kritis.

Menggambarkan hubungan peran yang sesuai dengan tumbuh


kembang. Perawat membekali keluarga dengan pendidikan tentang
kondisi klien dan kepedulian pada situasi keluarga.

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1.

Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari prses
keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien
Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan
spritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa, dapat pula
berupa faktor, presipitasi, penilaian terhadap stessor, sumber koping dan
kemampuan yang dimiliki klien.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal
dirawat, No MR.
b. Alasan Masuk
Alasan atau keluhan yang menyebabkan klien di bawa ke RSJ,
biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar atau melihat
sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah,
menarik diri.

c. Faktor Predisposisi

Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan


kurang berhasil dalam pengobatan

Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan


dalakeluarga

Klien dengan gangguan orientasi bersifat irediter

Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat


mengganggu

d. Psikososial

Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang
mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu
begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.

Konsep Diri
Gambaran diri : klen

biasanya

mengeluh

dengan

keadaan

tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan


tidak disukai.
Identitas diri

: Klien biasanya mampu menilai identitasnya

Peran diri

: klien menyadari peran sebelum sakit, saat di


rawat peran klien terganggu

Ideal Diri

: Tidak menilai diri

Harga diri

: Klien

memiliki

harga

diri

yang

rendah

sehubungan dengan sakitnya


e.

Hubungan sosial
Klien kurang dihargai dilingkungan dan di keluarga

f.

Spiritual
-

Nilai dan keyakinan


Biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan
norma agama dan budaya

Kegiatan ibadah

Klien biasanya menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit


ibadah terganggu atau sangat berlebihan
g. Status Mental
Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok
dan berubah dari biasanya
Pembicaraan
Tidak terorganisasir dan bentuknya yang maladaptif seperti
kehilangan berhubungan dengan, tidak logis, berbelit belit
Aktifitras motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa gerakan
yang abnormal
Alam Perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor presiptasi
misalnya sedih dan putus asa disertai apatis
Afek
Afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen
Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak komat
kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan pembicaraan.
h. Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien
Data yang terkait tentang halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan
tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar dari orang lalin, tidak
dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat memusatkan
perhatian, curiga bermsuhan, merusak, takut, ekspresi muka tegang,
mudah tersinggung
i. Proses pikir
Biasanya

klien

tidak

mampu

mengorganisir

dan

menyusun

pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit. Ketidak

mampuan klien ini sering membuat lingkungan takut dan merasa aneh
terhadap klien.
j. Isi Fikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal
dan eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
k. Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat
dan waktu

l. Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek.
Mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah
disepkati, tidak mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan
waktu, menanyakan apakah tugasnya sudah dikerjakan dengan baik,
permisi untuk satu hal.
m. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kurangnya kemampuan mengorganisasi dan konsentrasi terhadap
realitas eksternal, sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsetrasi pada
kegiatan atau pekerjaan dan mudah mengalihkan perhatian, mengalami
masalah dalam memberikan perhatian
n. Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan,
menilai dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu
melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Sering tidak merasa
yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.
o. Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputsusan.
Menilai dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan
dan stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan
keputusan yang telah disepakati. Klien yang sama sekali tidak dapat

mengambil keputusan merasa kehidupan sangat sulit, situasi ini sering


mempengaruhi motivasi dan insiatif klien.
p. Kebutuhan persiapan pulang
Makan
Pada keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasinya dan cenderung
tidak memperhatikan dirinya termasuk tidak penduli makanan karena
tidak memiliki minat dan kepedulan
BAB/BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK serta kemampuan
klien utnuk membersihkan dirinya
Mandi
Biasanya klien mandi berulang-ulang atau tikda mandi sama sekali

Berpakaian
Bisanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti-ganti

Istirahat
Observasi tentang lam dan waktu tidur siang dan malam. Biasanya
istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang

Pemeliharaan kesehatan
Untuk pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan
istem pendukung sangat menentukan

Aktifitas dalam rumah


Klien tidak mampu melakukan aktivitas didalam rumah seperti
menyapu

q. Aspek medis
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya diberikan
antipsikotik seperti hallo peridol (HLP), chlorpromazine (CPZ) Triflnu
perazin (TFZ) dan anti parkinson ; trihenski phenidol (THP),
triplofrazine arkine
2.

Masalah Keperawatan

Yang bisa ditemukan pada klien halusinasi :


Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan

Resiko tinggi kekerasan

Menarik diri

3.

Pohon Masalah
Efek

Resiko Perilaku Kekerasan

Akibat
Core problem
(masalah utama)
Cause

Gangguan sensori
persepsi : Halusinasi

Isolasi sosial

(penyebab)
4.

Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Perilaku kekerasan

5.

Intervensi (Terlampir)

6.

Implementasi
Implementasi keperawatan dibuat berdasarkan rencana strategi pelaksanaan
keperawatan dan memperhatikan serta mengutamakan masalah actual.

7.

Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek tindakan kepada
klien. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan

O : Respon objektif diri klien yang dapat diukur dengan observasi perilaku
klien
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
masalah tetap atau ada masalah baru
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil dari respon klien

Anda mungkin juga menyukai