OLEH :
SYNTHIA LOLA ANDIKHA, S.KEP
Y.A FIKA MUNANDAR, S.KEP
IKA HANDAYANI, S.KEP
ERITA LUSIANA, S.KEP
RAHMIATI DS, S.KEP
SRY YULIATI, S.KEP
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
Pembimbing Klinik
(Ns. Syafrizal,S.Kep)
(Ns.Desirianti,S.Kep.)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah seminar kasus ini tepat pada waktunya.
Adapun judul makalah ini adalah Asuhan Keperawatan pada Tn. M
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi di Ruang Gelatik RSJ. Prof. HB.
Saanin Padang.
Selama proses penyusunan kasus seminar ini, penulis mendapatkan
banyak bimbingan, bantuan, dukungan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Feni Betriana, S. Kep selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan pengetahuan, bimbingan, koreksi serta saran
sehingga kasus Seminar ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Ns. Syafrizal, S. Kep & Ibu Ns. Deisrianti, S. Kep selaku
pembimbing klinik di RSJ. Prof HB. Saanin Padang yang telah banyak
memberikan pengetahuan, bimbingan, koreksi serta saran sehingga
kasus Seminar ini dapat diselesaikan.
3. Rekan-rekan kelompok yang sudah banyak memberikan sumbangan
saran dan semangat juang untuk menyelesaikan kasus seminar ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah seminar kasus ini
masih terdapat kekurangan. Untuk ini penulis mengharapkan pada pembaca
semua untuk memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan dari makalh ini.
Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini
dapat bermanfaaat baagi kita semua demi kemajuan bersama.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuntunan dan masalah hidup yang semakin meningkat serta
perkembangan teknologi yang pesat menjadi stressor pada kehidupan
manusia. Jika individu tidak mampu melakukan koping dengan adaptif,
maka individu beresiko mengalami gangguan jiwa. World Health
Organization tahun 2001 menyatakan bahwa sekitar 450 juta orang di
dunia memiliki gangguan mental. Fakta lainnya adalah 25% penduduk
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama
hidupnya. Gangguan
World
Health
semua
system
pengindraan,
pendengaran,
penglihatan,
di Ruang Gelatik
2. Tujuan khusus
a. Mahasisiwa mampu melakukan pengkajian pada klien Tn. M
dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
b. Mahasisiwa mampu menentukkan masalah keperawatan pada klien
Tn. M dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
c. Mahasisiwa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
klien Tn. M dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
d. Mahasisiwa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada
klien Tn. M dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
e. Mahasisiwa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada
klien Tn. M dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
C. MANFAAT
1. Bagi Rumah Sakit
Makalah seminar ini akan dapat digunakan sebagai informasi
tambahan bagi perawat di Rumah Sakit jiwa dalam menerapkan
strategi pelaksanaan yang sistematis dan bermanfaat pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan penyakit
2. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah seminar ini dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi
bagi mata kuliah keperawatan jiwa. Selain itu makalah seminar ini
dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain yang
mengambil seminar halusinasi
3. Bagi Mahasiswa
Makalah seminar ini dapat digunakan sebagai ilmu dan menerapkan
asuhan
keperawatan
pengetahuan
keperawatan.
serta
jiwa
dengan
pemahaman
halusinasi
dalam
dan
menambah
memberikan
asuhan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR HALUSINASI
1.
Definisi
Halusinasi adalah persepsi sensori suatu objek gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat
meliputi semua sistem pengindraan, pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan, pengecapan (Suliswati, 2009).
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada
ransangan yang menimbulkannya atau tidak ada objek (Sunardi, 2005).
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan klien menilai
dan merespon pada realitas. Klien tidak bisa membedakan rangsangan
internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan.
Klien tidak mampu memberi respon secara akurat, sehingga tampak
perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. (Stuart and
sundeen, 1998).
Pikiran logis
Persepsi akurat
- Ilusi
Emosi konsisten
dengan pengalaman
atau kurang
- Halusinasi
untuk mengalami
Perilaku sesuai
Hubungan sosial
- Menarik diri
- Ketidakteraturan
- Isolasi sosial
3. Faktor Penyebab
a.
Faktor Predisposisi
1. Teori Biologi
Teori ini mengidentifikasi faktor genetik yang
lahir, terjadi pada hypothalamus otak atau terdapat kekacauan selsel pyramidal dalam otak.
Teori
biokimia,
terjadi
peningkatan
dopamine
Teori Psikososial
Teori system keluarga, terjadi disfungsi perkembangan keluarga
dimana terjadi konflik antara orang tua yang mempengaruhi anak.
Teori interpersonal, hubungan orang tua dengan anak yang pernah
dengan ansietas. Bila diperhatikan maka konsep diri maka akan
mengalam ambivalens.
Teori psikodinamik, mekanisme pertahanan ego pada waktu terjadi
ansietas berat yang maladaptife.
b. Faktor Presipitasi
1. Teori Biologi
Penelitian tentang penciptaan otak menunjukkan keteralihatan otak
yang luas dalam perkembangan skizofrenia lesi pada area frontal,
temporal dan limbus paling berhubungan dengan prilaku psikotik.
Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia, penelitian
menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
Dopemine neuro transmitter yang berlebihan.
Ketidak seimbangan antara dopamine dan neuro transmitter lain.
Masalah-masalah pada system dopamine.
2. Teori Psikologis
-
Sosial Budaya
Situasi yang berkembang dimasyarakat dapat berpengaruh terhadap
tingkah laku seseorang disingkirkan dari lingkungan selanjutnya
akan berakibat kesepian dan stres ada akhirya tidak teratasi, stress
yang menumpuk dapat menunjukkan terjadinyanya skizofrenia dan
gangguan psikotik lainnya
Kehilangan
Kehilangan orang yagn dicintai, kehilangan cinta, fungsi fisik,
kedudukan, harga diri dapt mencetuskan terjadinya gangguan
persepsi individu menganggap sesuati yang telah hilang itu masih
ada. Sehingga mengakibatkan seseorang lari dari kenyataan dunia
nyata.
Psikologis
Pengaruh
frontal dan
Sosial budaya
ortu
overprotektif
yang Kemiskinan
-
Ketidakmampuan
kortek frontal
temporal, limbic
Gangguan tumbuh
perhatian
berlebihan
perinatal dan
neonatal, anak-anak
Konflik perkawinan
Kembar 1 telur
berisiko 2 telur
Komunikasi perkawinan
asuh
yang
tidak
adekuat
Koping maladaptive
Gangguan identitas
Ketidak
mampuan
mencapai cita-cita
HALUSINASI
Karakteristik
Perilaku Klien
Tahap 1
-
Memberi rasa
Mengala
nyaman tingkat
mi ansietas, kesepian,
ansietas sedang
secara umum
ketakutan
halusinasi
merupakan sesuai
Tersenyum,
tertawa sendiri
Menggerakkan
bibr tanpa suara
Mencoba
Pergerakan
kesenangan
yang dpat
menghilangkan
ansietas
Respon verbal
yang lambat
Pikiran
Diam dan
berkonsentrasi
dan pengalaman
sensori masih ada
dalam kontrol
kesadaran NON
Psikotik
Tahap II
-
Menyalahkan
Tingkat
kecemasan berat
Pengalam
an sensori menakutkan
Terjadi
peninkatan denyut jantung,
pernafasan dan TD
Merasa
secara umum
dilecehkan oleh
halusinasi
pengalaman sensori
dengan lingkungan
menyebabkan rasa
tersebut
berkurang
aktifitas
Mulai
Perhatikan
Konsentrasi
merasa kehilangan
terhadap pengalaman
kontrol
sensorinya
Menarik
Kehilangan
kemampuan membedakan
psikotik
Tahap III
-
Mengontrol
Tingkat
menerima pengalaman
Pengalaman
halusinasi tidak
menyerah dan
kecemasan berat
-
Klien
halusinasi ditaati
sensori (Halusinasi)
aktraktif
Sulit
berhubngan dengan orang
Isi
halusinasi menjadi
Perintah
lain
Perhatikan
tehadap lingkungan
Kesepian
bila pengalaman
sensori berakhir
detik
psikotik
Tidak mampu
mengikuti perintah dari
perawat, tampak tremor
dan berkeringat
Tahap IV
-
Klien sudah
dikuasai oleh
Perilaku panik
Resiko tinggi
halusinasi
-
menciderai
Klien panic
Agitasi atau
kataton
Tidak mampu
berespon terhadap
lingkungan
yang
menakutkan
yang
berhubungan
dengan
respon
neorobiology termasuk :
a. Regresi
Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengurangi ansietas hanya mempunyai sedikit enegi yang tertinggal untuk
aktifitas sehari-hari
b. Proyeksi
Sebagai upaya untuk menejelaskan kerancuan proyeksi
c. Menarik diri
8. Penatalaksanaan
Farmakoterapi
Obat obatan untuk terapi halusinasi berupa anti psikotik, haloperidon dll.
Terapi psikososial
Terapi modalitas
Semua sumber daya di rumah sakit disarankan untuk menggunakan
komunikasi yang terapeutik, termasuk semua (Staf administrasi,
pembantu kesehatan, mahasiswa dan petugas instalasi)
Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada klien bersama
sama dengan jalan aukusi yang di arahkan oleh seseorang yang terlatih
Terapi keluarga
Tujuan dari terapi keluarga adalah
Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari prses
keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien
Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan
spritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa, dapat pula
berupa faktor, presipitasi, penilaian terhadap stessor, sumber koping dan
kemampuan yang dimiliki klien.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal
dirawat, No MR.
b. Alasan Masuk
Alasan atau keluhan yang menyebabkan klien di bawa ke RSJ,
biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar atau melihat
sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah,
menarik diri.
c. Faktor Predisposisi
d. Psikososial
Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang
mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu
begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.
Konsep Diri
Gambaran diri : klen
biasanya
mengeluh
dengan
keadaan
Peran diri
Ideal Diri
Harga diri
: Klien
memiliki
harga
diri
yang
rendah
Hubungan sosial
Klien kurang dihargai dilingkungan dan di keluarga
f.
Spiritual
-
Kegiatan ibadah
klien
tidak
mampu
mengorganisir
dan
menyusun
mampuan klien ini sering membuat lingkungan takut dan merasa aneh
terhadap klien.
j. Isi Fikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus internal
dan eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
k. Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat
dan waktu
l. Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka pendek.
Mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang telah
disepkati, tidak mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan
waktu, menanyakan apakah tugasnya sudah dikerjakan dengan baik,
permisi untuk satu hal.
m. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kurangnya kemampuan mengorganisasi dan konsentrasi terhadap
realitas eksternal, sukar menyelesaikan tugas, sukar berkonsetrasi pada
kegiatan atau pekerjaan dan mudah mengalihkan perhatian, mengalami
masalah dalam memberikan perhatian
n. Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputusan,
menilai dan mengevaluasi diri sendiri dan juga tidak mampu
melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Sering tidak merasa
yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.
o. Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil keputsusan.
Menilai dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap lingkungan
dan stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan, melaksanakan
keputusan yang telah disepakati. Klien yang sama sekali tidak dapat
Berpakaian
Bisanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti-ganti
Istirahat
Observasi tentang lam dan waktu tidur siang dan malam. Biasanya
istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang
Pemeliharaan kesehatan
Untuk pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan
istem pendukung sangat menentukan
q. Aspek medis
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya diberikan
antipsikotik seperti hallo peridol (HLP), chlorpromazine (CPZ) Triflnu
perazin (TFZ) dan anti parkinson ; trihenski phenidol (THP),
triplofrazine arkine
2.
Masalah Keperawatan
Menarik diri
3.
Pohon Masalah
Efek
Akibat
Core problem
(masalah utama)
Cause
Gangguan sensori
persepsi : Halusinasi
Isolasi sosial
(penyebab)
4.
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Perilaku kekerasan
5.
Intervensi (Terlampir)
6.
Implementasi
Implementasi keperawatan dibuat berdasarkan rencana strategi pelaksanaan
keperawatan dan memperhatikan serta mengutamakan masalah actual.
7.
Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek tindakan kepada
klien. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
O : Respon objektif diri klien yang dapat diukur dengan observasi perilaku
klien
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
masalah tetap atau ada masalah baru
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil dari respon klien