BATU URETER
Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yohyakarta
Disusun oleh :
Yani Setiadi
20100310138
Diajukan Kepada :
Dr. H. Dimyati Achmad, Sp. B
BAGIAN ILMU BEDAH
RSUD SETJONEGORO WONOSOBO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIFERSITAS MUHAMMADIYA YOGYAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
BATU URETER
Disusun oleh
Yani Setiadi
20100310138
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing Kepanitraan Klinik
Bagian Ilmu Bedah
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. Wb
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Refleksi kasus untuk
memenuhi sebagai syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan profesi
kedokteran di bagian Ilmu Bedah RSUD KRT Serjonegoro Wonosobo dengan
judul
BATU URETER
Dalam penyusunan mini referat ini telah melibatkan banyak pihak,
sehingga penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. H. Dimyati, Sp. B selaku dokter pembimbing yang telah mengarahkan
dan membimbing dalam menjalani stase Ilmu Bedah serta dalam
menyusun presentasi kasus ini.
2. dr. Sunarto, Sp. B atas bimbingan dan bantuannya selama menjalani
kepanitraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Setjonegoro
Wonosobo.
3. dr. Gatot, Sp. B dan dr. Dimas, Sp. B atas bimbingan dan bantuannya
seelama menjalani kepanitraan klinik di bagian Ilmu Penyakit dalam
RSUD Setjonegoro Wonosobo.
4. Rekan-rekan Co-Assistensi dan perrawat Bangsal Bougenville atas
bantuan dan kerjasamanya.
Penulis berharap bahwa mini referat ini dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Wonosobo, . Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
G. Pemerikasaan penunjang......................................................................... 11
H. Diagnosis Kerja....................................................................................... 11
I.
Diagnosis banding................................................................................... 11
J.
Tatalaksana ............................................................................................. 12
K. Follow up ................................................................................................ 13
BAB II ................................................................................................................... 25
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 25
A. Definisi.................................................................................................... 25
B. Anatomi dan fisiologi ............................................................................. 25
C. Epidemiologi ........................................................................................... 29
D. Etiologi.................................................................................................... 29
E. Klasisfikasi.............................................................................................. 32
F.
Diangnosis banding................................................................................. 37
J.
Penatalaksanaan ...................................................................................... 37
K. Komplikasi .............................................................................................. 39
BAB III .................................................................................................................. 41
PEMBAHASAN.................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 42
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama
: Mukhayat
Usia
: 38 Tahun
Alamat
: Mojotengah
Agama
: Islam
: Petani
Status
: Menikah
: Pasien sadar
2.
Sistem Respirasi
nyeri dada.
3.
Sistem Kardiovaskular
debar.
4.
Sistem Gastrointestinal
Sistem Urinaria
Sistem Muskuloskeletal
gerak.
D. Resume anamnesis
Seorang laki-laki berumur 38 tahun datang ke IGD dengan keluhan
nyeri perut kiri bawah. BAK terasa sakit dan panas, setelah BAK sakit
bertambah, BAB seperti biasa, sedikit mual muntah tidak ada. BAK terasa
puas tetapi setelah BAK seperti terasa tidak puas (anyang-anyangen).
Nyeri pada uluhati dan terasa panas.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
: baik
2. Kesadaran
: Compos Mentis
3. Tanda Vital
a.
Suhu
: 36,8 oC
b.
Nadi
: 93 x/menit
c.
Pernapasan
: 20x/menit
d.
4. Status Generalis
a.
Kulit : Warna coklat sawo matang, tidak ikterik, tidak pucat, tidak
hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi, tidak tampak ada tanda
peradangan.
b.
c.
d.
Wajah
massa.
e.
Mata
g.
h.
Mulut
stomatitis, lidah tidak kotor, tidak ada atrofi papil lidah, uvula dan
tonsila tidak membesar dan tidak hiperemis, faring tak tampak
hipremis, lidah tidak tremor.
i.
Gigi
443211112344
443211112344
j.
k.
Pemeriksaan Paru
1) Inspeksi
ada ketinggalan gerak, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
jejas.
2) Palpasi
dan kiri, tidak ada krepitasi, dan tidak ada nyeri tekan pada
dada.
3) Perkusi
midclavicula kanan
4) Auskultasi : Suara dasar paru vesikuler, tidak terdapat suara
tambahan paru.
l.
Pemeriksaan Jantung
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
: Batas Jantung
Kanan atas
Kanan bawah
Kiri atas
Kiri bawah
4) Auskultasi
: Timpani
4) Palpasi
tidak teraba, nyeri pada uluhati ditekan sedikit mereda, tidak ada
Pemeriksaan Genital
1) Tak tampak adanya benjolan pada organ genetalianya, tidak ada
jejas, hematom dan edema. Tak tampak adanya discharge yang
keluar.
2) Skrotum simetris tampak 2 testis
3) Tidak ada nyeri tekan.
o.
Pemeriksaan Ekstremitas
1) Superior
hangat dan tidak udem. Tak tampak adanya jejas dan tak tampak
adanya tanda peradangan.
2) Inferior
hangat dan tidak udem. Tak tampak adanya jejas dan tak tampak
adanya tanda peradangan.
Status lokalis
Inspeksi : pasien tampak kesakitan dan memegangi pinggang sebelah
kiri. Perut datar tidak ada tanda tanda trauma atau bekas
oprasi.
Auskultasi : Bising usus ada.
Perkusi : Timpani pada semua lapang abdomen, Pekak hepar (+)
Palpasi : Nyeri tekan perut sebelah kiri, nyeri epigastrium sedikit
mereda saat ditekan, nyeri tekan kanan bawah tidak dirasakan, nyeri
tekan suprapubik tidak dirasakan, nyeri tekan lepas tidak dirasakan, nyeri
bagian Mc Burney tidak dirasakan, hepar tidak teraba, ginjal kanan kiri
juta tidak teraba, terdapat nyeri ketok ginjal sebelah kiri bawah.
10
F. Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin
: 14,4 g/dL
Leukosit
: 11.1 10^3/ul
Eosinofil
: 0.10 %
Basofil
: 0.10 %
Netrofil
: 80.00 %
Limfosit
: 13.70 %
Monosit
: 6.10 %
Hematokrit
: 39 %
Eritrosit
: 4.8 10^6/ul
Trombosit
: 219 10^3/ul
MCV
: 81 fL
MCH
: 30 pg
MCHC
: 37 g/dL
Golongan Darah
:B
: 30.7 mg/dL
Creatinin
: 1. 56 mg/dL
Albumin
: 4.25 g/dL
HBsAg
: Negatif
G. Pemerikasaan penunjang
Foto BNO
: Terdapat gambaran radio opak di ureter sepertiga distal
sinistra
USG Abdomen
H. Diagnosis Kerja
I. Diagnosis banding
11
1.
Vesicolitiasis
2.
Pielonefritis
3.
Gastritis
J. Tatalaksana
1. Inf RL 20tpm
2.
Infus Rl
: 20 tpm
Inj.ciprofloxacin 2x200 mg
Ranitidine 2x1amp
Kalnek 3x500
12
K. Follow up
Tanggal 24 maret 2015
Anamnesis
Keluhan nyeri di punggung kiri, nyeri kadang menjalar ke depan, tidak ada
pusing, mual maupun muntah, BAK terasa panas dan lancer tidak berdarah
dan urin jernih,setelah BAK nyeri semakin bertambah, rasa ingin BAK lagi
setelah BAK selesai, BAK berhenti secara mendadak disangkal, BAK
mengejan disangkal bangun tengah malam untuk BAK disangkal, BAB
belom.
Vital Sign:
Suhu
: 36,6 oC
Nadi
: 60 x/menit
Pernapasan
: 16x/menit
Tekanan Darah
: 120/90 mmHg
Kesadaran
: Compos Mentis.
Kepala
ikterik.
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Status lokalis
Inspeksi
Perut datar, simetris, tidak ada jejeas, tidak ada luka bekas oprasi, warna kulit
coklat tidak hipo atau hiper pigmentasi.
Auskultasi
Bising usus normal
13
Perkusi
Timpani seluruh lapang abdomen, pekak hepar positif, nyeri ketok ginjal pada
sepertiga distal sebelah kiri.
Palpasi
Nyeri tekan pada perut kiri, perut kanan tidak nyeri, suprapubik tidak nyeri,
daerah epigatrium nyeri dan sedikit mereda saat ditekan, hepar tidak teraba,
ginjal kanan dan kiri tidak teraba.
: 130/90
Nadi
: 60 kali/menit
Respirasi
: 20 kali/menit
Temperature
: 36,50C
Kesadaran
: Compos Mentis
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
14
Status lokalis
Inspeksi
Perut datar, simetris, tidak ada jejeas, tidak ada luka bekas oprasi, warna kulit
coklat tidak hipo atau hiper pigmentasi.
Auskultasi
Bising usus normal
Perkusi
Timpani seluruh lapang abdomen, pekak hepar positif, nyeri ketok ginjal pada
sepertiga distal sebelah kiri.
Palpasi
Nyeri tekan pada perut kiri, perut kanan tidak nyeri, suprapubik tidak nyeri,
daerah epigatrium nyeri dan sedikit mereda saat ditekan, hepar tidak teraba,
ginjal kanan dan kiri tidak teraba.
Penatalaksanaan
Terapi infus RL 20tpm
Gitas 3x1amp
Lactor 3x1amp
Persiapan IVP
: 120/80
Nadi
: 60 kali/menit
Respirasi
: 16 kali/menit
Temperature
: 36,50C
Kesadaran
: Compos Mentis
Kepala
15
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Status lokalis
Inspeksi
Perut datar, simetris, tidak ada jejeas, tidak ada luka bekas oprasi, warna kulit
coklat tidak hipo atau hiper pigmentasi.
Auskultasi
Bising usus normal
Perkusi
Timpani seluruh lapang abdomen, pekak hepar positif, nyeri ketok ginjal pada
sepertiga distal sebelah kiri.
Palpasi
Nyeri tekan pada perut kiri, perut kanan tidak nyeri, suprapubik tidak nyeri,
daerah epigatrium nyeri dan sedikit mereda saat ditekan, hepar tidak teraba,
ginjal kanan dan kiri tidak teraba.
Penatalaksanaan
Infus RL 20 tpm
Ciprofloxacin 2x20mg
Ketorolac 2x30mg
Urinter 2x1
Pasang DC ukuran 16
EKG konsul Sp. PD
Program USG
16
Nyeri bagian uluhati masih. Nyeri pinggang berkurang, pusing tidak ada,
mual tidak ada, muntah tidak ada.
Pemeriksaan fisik
TD
: 120/80
Nadi
: 60 kali/menit
Respirasi
: 16 kali/menit
Temperature
: 36,50C
Kesadaran
: Compos Mentis
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Status lokalis
Bising usus normal, nyeri tekan pada perut kiri, perut kanan tidak nyeri,
suprapubik tidak nyeri, daerah epigatrium nyeri dan sedikit mereda saat
ditekan, hepar tidak teraba, ginjal kanan dan kiri tidak teraba. Nyeri ketok
ginjal sebelah kiri sepertiga bawah. Terpasang DC ukuran 16 produksi urin
kuning jernih tidak tampak kemerahan.
Penatalaksanaan
Infus RL 20 tpm
Ciprofloxacin 2x20mg
Ketorolac 2x30mg
Program oprasi tgl 28 maret 2015
17
Nyeri bagian uluhati masih. Nyeri pinggang berkurang, pusing tidak ada,
mual tidak ada, muntah tidak ada.
Pemeriksaan fisik
TD
: 120/80
Nadi
: 60 kali/menit
Respirasi
: 16 kali/menit
Temperature
: 36,50C
Kesadaran
: Compos Mentis
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Status lokalis
Bising usus normal, nyeri tekan pada perut kiri, perut kanan tidak nyeri,
suprapubik tidak nyeri, daerah epigatrium nyeri dan sedikit mereda saat
ditekan, hepar tidak teraba, ginjal kanan dan kiri tidak teraba. Nyeri ketok
ginjal sebelah kiri sepertiga bawah. Terpasang DC ukuran 16 produksi urin
kuning jernih tidak tampak kemerahan.
Penatalaksanaan
Program oprasi hari ini.
18
Pemeriksaan fisik
TD
: 139/77
Nadi
: 56 kali/menit
Kesadaran
: Compos Mentis
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Status lokalis
Luka tertutup kasa kring tidak ada rembesan, terpasang drain luka luka
produksi minimal, terpasang DC uring terlihat tampak kemerahan, masih
terasa nyeri luka bekas oprasi.
Penatalaksanaan
Terapi lanjut
Tanggal 30 maret 2015
Anamnesis
Post oprasi hari ke II
Sudah tidak mengeluhkan pusing, mual maupun muntah. BAK lewat DC
lancar. BAB belom, masih terasa nyeri luka bekas oprasi, mobolisasi sedikit
masih terasa nyeri sekali bagin bekas oprasi.
Pemeriksaan fisik
TD
: 135/73
19
Nadi
: 69 kali/menit
Respirasi
: 20 kali/menit
Temperature
: 38,80C
Kesadaran
: Compos Mentis
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
drain luka
Ekstremitas
Status lokalis
Drib masih terpasang dengan tetesan cukup, terpasang DC ukuran 16 urin
masih sedikit berwarna merah drain luka tidak produksi. Luka kering tidak
ada rembesan, nyeri tekan bagian pinggir luka oprasi
Penatalaksanaan.
Infus RL 20 tpm
Irigasi NaCl 20 tpm
Ciprofloxacin 2x20mg
Ketorolac 2x30mg
Ranitidine 2x25mg
Diet bebas
Vit albumin 2x1
20
: 120/80
Nadi
: 60 kali/menit
Respirasi
: 16kali/menit
Temperature
:36.50C
Kesadaran
: Compos Mentis
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
drain luka
Ekstremitas
Status lokalis
Luka tidak ada rembesan, luka bekas oprasi kering, masih terpasang drain
luka dan tidak prosuksi, DC lancar tidak tampak kemerahan. Nyeri pada luka
oprasi bising usus meningkat, timpani seluruh lapang abdomen, pekak hepar
(+)
Penatalaksanaan
Stop irigasi NaCl
Latihan setengah duduk
21
RL 20 tpm
Ciprofloxacin 2x20mg
Ketorolac 2x30mg
Ranitidine 2x25mg
Vit albumin 2x1
Vit B complek 2x1
: 130/80
Nadi
: 60 kali/menit
Respirasi
: 16 kali/menit
Temperature
:36.70C
Kesadaran
: Compos Mentis
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
drain luka
22
Ekstremitas
Status lokalis
Luka tidak ada rembesan, luka bekas oprasi kering, masih terpasang drain
luka dan tidak prosuksi, DC lancar tidak tampak kemerahan atau nampak
jernih. Drib terklem Nyeri pada luka oprasi bising usus normal, timpani
seluruh lapang abdomen, pekak hepar (+),
Penatalaksanaan
App DC
App irigasi
Rawat luka
Mobilisasi jalan-jalan
RL 20 tpm
Ciprofloxacin 2x1 tab
Asam mefenamat 3x1 tab
Vit albumin 2x1
Vit B complek 2x1
Laktulak sirup 3x1 cth
: 110/80
Nadi
: 72 kali/menit
Respirasi
: 16 kali/menit
23
Temperature
:36.50C
Kesadaran
: Compos Mentis
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Status lokalis
Luka tidak ada rembesan, luka bekas oprasi kering BAK lancar, pasien sudah
jalan jalan. Drain luka sudah dan DC sudah terlepas.
Penatalaksanaan
Rawat luka bekas oprasi
Ciprofolxaxicin 2x1 tab
Urinter 2x1 tab
Asam mefenamat 3x1 tab
Vit albumin 2x1
Pasien boleh pulang.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang
dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung
kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium,
magnesium, asam urat, atau sistein.1
BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu
yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat
keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih
atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih
bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon
ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat
menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.2
25
Sistem kemih terdiri atas saluran kemih atas (sepasang ginjal dan ureter),
dan saluran kemih bawah (satu kandung kemih dan uretra).3
Gambar sistem saluran kemih pada manusia dapat dilihat pada gambar
berikut:
26
Ginjal mengatur komposisi kimia dari lingkungan dalam melalui suatu proses
majemuk yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif, dan sekresi.
Filtrasi terjadi dalam glomerulus, tempat ultra filtrate dari plasma darah terbentuk.
Tubulus nefron, terutama tubulus kontortus proksimal berfungsi mengabsorpsi
dari substansi-substansi yang berguna bagi metabolisme tubuh, sehingga dengan
demikian memelihara homeostatis lingkungan dalam. Dengan cara ini makhluk
hidup terutama manusia mengatur air, cairan intraseluler, dan keseimbangan
osmostiknya.4
Gangguan fungsi ginjal akibat BSK pada dasarnya akibat obstruksi dan infeksi
sekunder. Obstruksi menyebabkan perubahan struktur dan fungsi pada traktus
urinearius dan dapat berakibat disfungsi atau insufisiensi ginjal akibat kerusakan
dari paremkim ginjal.4
b. Ureter
Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan antara ginjal dengan
kandung kemih (vesica urinearia), dengan panjang 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm. Saluran ini menyempit di tiga tempat yaitu di titik asal
ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik
pertemuannya dengan kendung kemih. BSK dapat tersangkut dalam ureter di
ketiga tempat tersebut, yang mengakibatkan nyeri (kolik ureter).4
Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat (jaringan
fibrosa), lapisan tengah terdiri dari lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam
merupakan lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakangerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke
dalam kandung kemih (vesica urinearia).4
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter.
Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang dapat membuka dan
menutup dapat mengatur kapan air kemih bisa lewat menuju ke dalam kandung
kemih. Air kemih yang secara teratur tersebut mengalir dari ureter akan di
tampung dan terkumpul di dalam kandung kemih.4
27
b. Uretra
Saluran kemih (uretra) merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki
uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus
lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke bagian penis panjangnya 20 cm.
Uretra pada laki-laki terdiri dari uretra prostatika, uretra membranosa, dan uretra
kavernosa. Uretra prostatika merupakan saluran terlebar dengan panjang 3 cm,
dengan bentuk seperti kumparan yang bagian tengahnya lebih luas dan makin
kebawah makin dangkal kemudian bergabung dengan uretra membranosa. Uretra
membranosa merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal. Uretra
28
C. Epidemiologi
D. Etiologi
Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak
faktor yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang
berpengaruh terhadap pembentukan BSK yaitu :2, 5
29
b. 2 Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat
maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di selasela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari
protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel
kristal batu yang seiring waktu batu akansemakin membesar. Matriks tersebut
merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.2
30
a. 4 Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain
yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling sering
yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang ada.2
a. 5 Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran
dari beberapa teori yang ada.2
a. 6 Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari
kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori
terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi
sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk
magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah
urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus
spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.2
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana
penyebab pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50200 nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini
tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada
bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat
apatit dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel
yang lama kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK
mengandung nano bakteria.2
31
b. Teori Vaskuler
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar
kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk
terjadinya BSK, yaitu :2
b. 1 Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan
pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak
.
dan aliran
darah berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi
aliran turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla
(Ranalls plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi
batu.2
b. 2 Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui
glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol
tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium
fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi).2
Proses yang terlibat dalam BSK yakni supersaturasi dan nukleasi.
Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah
yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine dan kimia urine yang menekan
pembentukan menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat
dan kristal hidroksipatit membentukninti. Ion kalsium dan oksalat kemudian
merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan
nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu memahami
mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam penilaian dan awal
terapi pada penderita BSK.2
E. Klasisfikasi
Klasifikasi Batu Saluran Kemih
32
Pasien biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam
urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai
peluang lebih besar menderita penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat
meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah.
Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar
sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe
batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil
dengan terapi kemolisis.2
c.
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini
adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat
33
Batu Sistin
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan
F. Faktor Resiko
Secara epidemiologis
34
Laki-laki
mempunyai
testosterone
yang
meningkatkan
b. Umur : terbanyak penderita BSK di Negara Barat adalah usia 2050 tahun, di Indonesia umur 30-60 tahun. Penyebab pasti belom
diketahui, kemungkinan disebabkan perbedaan factor social
ekonomi, budaya dan diet.
c.
2.
35
dan
kristaluria
biasanya
dilakukan
pemeriksaan
mikroskopis.5
4. Penyumbatan5
-
H. Diagnosis
1. Pemeriksaan laboratorium5
-
2. Radiografi.5
36
USG
menunjukkan
ukuran,
bentuk,
posisi
I. Diangnosis banding
1. Kolik ginjal dan ureter.
2. Bat ginjal
3. Batu ureter
4. Batu buli
J. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan BSK adalah menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mengendalikan infeksi dan mengurangi
obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan menggunakan
medikamentosa,
pemberian
obat,
dan
dapat
juga
dilakukan
pembedahan.6
a. Medikamentoda
Indikasi : batu berdiameter <5 mm, diharapkan batu dapat keluar
tanpa intervensi medis.
37
Obat
diuretic
thiazide
(misalnya
trichlormetazid)
Batu didalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang
berukuran cm.
38
Kontraindikasi
Gangguan koagulasi
Kehamilan
d. Tindakan oprasi
1. Nefrolitotomi : oprasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di dalam ginjal.
2. Ureterolitotomi : oprasi terbuka untuk mengambil batu yang
berasda di dalam utreter.
3. Sistolitotomi : oprasi terbuka untuk mengambil batu yang
berdad di vesica urinaria (section alta).
Indikasi : batu buli >2,5 cm pada dewasa dan semua ukuran
pada anak, batu keras, keluarkan benda asing di kandung
kemih, terapi perdarahan kandung kemih yang hebat yang tidak
bisa ditangani dengan transurethtak.
4. Uretrolitotomi : oprasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di uretra.
5. Pielolitotomi : opreasi terbuka unutuk mengambil batu yang
berada di pielum.
K. Komplikasi
Perjalanan penyakit
-
Akibat terapi
-
39
40
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada
pasien ini, didapatkan diagnosis Batu ureter sepertiga distal sinistra.
Pasien mengatakan mengeluh nyeri pinggang bawah sebelah kiri, nyeri
dirasakan terus menerus. Buang air kecil terasa panas, setelah BAK nyeri semakin
bertambah, BAK seperti ada pasir disanggah, BAK sulit di sanggah, mengejan
saat BAK di sanggah, BAK berhenti sendiri disanggah, terbangun malam hari
untuk BAK disanggah, BAK menetes disanggah. Nyeri pada uluhati dan terasa
panas. BAB seperti biasa tidak cair lendir maupun berdarah. Mual ada, muntah
tidak ada, pusing tidak ada. BAK terasa puas tetapi setelah BAK seperti terasa
tidak puas (anyang-anyangen).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan perut sebelah kiri, nyeri
epigastrium sedikit mereda saat ditekan, nyeri tekan kanan bawah tidak dirasakan,
nyeri tekan suprapubik tidak dirasakan, nyeri tekan lepas tidak dirasakan, nyeri
bagian Mc Burney tidak dirasakan, hepar tidak teraba, ginjal kanan kiri juta tidak
teraba, terdapat nyeri ketok ginjal sebelah kiri bawah.
Untuk menyingkirakan diagnosis maka dilakukan pemeriksaan penunjang
diantaranya foto BNO dan USG.
Penatalaksanaan pada kasus ini dibagi menjadi penatalaksanaan awal yang
bersifat dan penatalaksanaan lanjutan. Untuk penatalaksanaan awal pasien
diberikan anti nyeri supaya pasien merasa tenan dengan sakitnya dan untuk
penatalaksanaan lanjutannya yaitu tindakan oprasi pengankatan batu.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston, David C. Infeksi saluran kemih, Buku Ajar Ilmu bedah. 2nd ed.
Jakarta: EGC; 2005
2. Purnomo BB. Batu saluran kemih. Dasar-dasar urologi. Edisi 2. Jakarta:
CV. Sagung Seto; 2007
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. 2 nd ed. Jakkarta:
EGC; 2001.
4. Moore KL, Agur AM. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002.
5. Syamsuhidayat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta: EGC;
2004.
6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.
4th ed. Jakarta: BP FKUI; 2006.
42