Anda di halaman 1dari 5

CARA MUDAH TRADING DENGAN

TEKNIK ANALISA SEDERHANA


Catatan Harian Trading : Yuni Nurfadillah,SE.MSE

Melakukan transkasi forex/trading pada umumnya haruslah didasari oleh teknik


analisa. Ada dua macam teknik analisa yang sudah umum kita kenal yaitu Analisa
Fundamental dan Analisa Teknikal. Kedua teknik analisa ini sering digunakan oleh
trader-trader forex profesional. Lalu, mana yang lebih penting atau yang lebih
didahulukan ?
Pada bahasan ini, tidak membahas detil cara dan bagaimana analisa fundamental
namun di bagian berikutnya kami akan mengintegrasikan dan menyelaraskan
kedua analisa tersebut.

MEMAHAMI ANALISA TEKNIKAL (DASAR)


Cara mudah trading dan sering menjadi dasar pedoman trader forex di Indonesia
adalah membaca pola dan formasi candle. Selain itu, menggunakan indikator
teknikal yaitu indikator tren dan oscillator juga menjadi favorit trader.
Teknik analisa teknikal hanya dengan membaca pola dan formasi candle sering
disebut Naked Trading. Pada teknik ini, trader harus memahami berbagai jenis pola
dan formasi yang dapat dibentuk oleh pergerakan harga (yang diwakili candle)
untuk me-prediksi arah pergerakan harga selanjutnya. Naked Trading juga sering
diistilahkan Price Action, yaitu menentukan keputusan transaksi berdasarkan
pergerakan harga yang terbentuk tanpa menggunakan indikator teknikal. Grafik
harga yang terbentuk pada periode tertentu diyakini mewakili aksi transaksi
seluruh trader.
Menggunakan Price Action Trading (PAT), trader tidak perlu melakukan analisa
fundamental secara mendetil. Alasannya sederhana yaitu semua data ekonomi dan
berita global yang menjadi katalis penggerak harga akan tercermin pada Price
Action (PA) di grafik harga.
Beberapa pola dan formasi candle dalam Price Action menjadi penentu keputusan
transaksi bahkan level stop dan target pun dapat ditentukan. Berikut diantaranya

yaitu pola Hammer, Inverted Hammer, Hanging Man, Doji, Stars, Spinning Top,
Long Shadow, Long Black/White Body dan masih banyak lagi. Masing-masing
memiliki arti dan fungsi tersendiri.

Selain pola candle, formasi candle pun dapat menjadi pedoman bagi trader untuk
melakukan transaksi, diantaranya Double Top/Bottom, Head and Shoulders
(HnS)/Inverted HnS, Rounding Top/Bottom dan lainnya.
Perbedaan antara formasi dan pola terletak pada jumlah candle yang
membentuknya. Pola biasanya diwakili oleh 1 hingga 3 candle yang
membentuknya sedangkan formasi biasanya diwakili oleh lebih dari 3 candle yang
membentuknya. Dengan memahami pola dan formasi candle, trader mendapatkan
gambaran arah pergerakan harga yang sedang dan sudah terjadi untuk digunakan
sebagai alat analisa atau me-prediksi arah harga selanjutnya.
Berikut pola candle yang sering digunakan untuk melakukan Setup yaitu Inside
Bar dan Pin Bar. Kedua pola ini memiliki respon spontan dari para trader ketika
muncul pada grafik harga.

Inside Bar

Selain pola candle yang disebutkan di atas, pola candle Inside Bar termasuk salah
satu yang paling sering digunakan oleh banyak trader. Di samping pemahaman
yang tidak sulit, pola candle ini juga sering muncul sehingga trader bisa setup
transaksi.
Strategi Inside Bar memiliki peluang transaksi yang tinggi dan memberikan tingkat
Risk Reward Ratio (RRR) yang sangat baik. Karena dalam menentukan level entry,
biasanya memiliki level stop atau antisipasi yang kecil dibanding penggunaan
setup transaksi yang lain. Namun ada yang harus diingat dan diwaspadai yaitu
strategi Inside Bar ini bagusnya ketika pasar sedang bergerak dalam tren.
Pola Inside Bar muncul ketika bar anak berada dalam range bar sebelumnya atau
bar induk. Inside Bar haruslah memiliki pola Higher Low Lower High dari bar
induknya. Setup transaksi pada strategi Inside Bar dapat dilakukan dengan
melakukan entry posisi ketika harga bergerak menembus range bar induk. Trader
dapat melakukan transaksi BUY ketika harga menembus ke atas level high dari bar
induk sedangkan untuk transaksi SELL dilakukan ketika harga menembus ke
bawah level low dari bar induk.
Terdapat beberapa interpretasi mengenai bar induk yaitu penggunaan range High
Low dan range dari real body bar induk (Open Close). Namun kebanyakan trader
menggunakan rang High Low.

Kemunculan Inside Bar ini bisa sebagai alarm untuk trader waspada, apakah harga
akan melanjutkan tren ataukah terjadi pembalikkan arah tren (reversal). Biasanya
terjadi setelah harga bergerak dalam tren besar lalu harga melakukan konsolidasi
sehingga tidak melebihi range bar induk. Konsolidasi di sini dapat diartikan pelaku
pasar, trader dan investor sedang mempertimbangkan arah harga selanjutnya.
Apalagi jika tidak ada katalis fundamental sebagai penggerak harga atau menunggu
menjelang rilis data fundamental yang penting.
Inside bar ini dapat dikuatkan lagi jika muncul di dekat area support resistance kuat
berdasarkan historikal.

Pin Bar

Berikutnya adalah pola candle Pin Bar. Kemunculan pola ini dapat
mengindikasikan adanya peluang pembalikkan arah tren atau reversal. Pola candle
ini memiliki struktur yang khas yaitu memiliki long shadow dengan range body
lebih kecil dari range shadow dan range nose yang lebih kecil dengan range body.
Tidak menutup kemungkinan bahwa pola candle doji dengan long shadow dapat
disebut Pin Bar.
Pola candle Pin Bar yang muncul disaat terjadi trend an dekat dengan area support
dan resistance kuat akan menjadi konfirmasi reversal jika, long shadownya
menjorok keluar dan tidak berada dengan shadow atau body candle sebelumnya,
panjang shadow setidaknya duapertiga dari body dan nosenya dan level open dan
close sebaiknya berdekatan atau berhimpitan.

Trader dapat melakukan setup transaksi menggunakan strategi Pin Bar ini dengan
melihat pergerakan harga menembus nose Pin Bar atau ketika terjadi retrace ke
arah shadow. Trader bisa melakukan setup transaksi SELL ketika kemunculan
candle Pin Bar disaat harga sedang dalam tren bullish. Level entry bisa dilakukan
ketika harga berbalik arah dari tren sebelumnya dengan menembus ke bawah level
low Pin Bar atau ketika harga rebound menuju 50% dari shadow. Begitu juga
sebaliknya untuk setup transaksi BUY.

Anda mungkin juga menyukai