Oleh :
dr. Nidia Putri Cintami
Pembimbing:
dr. Putu Arinanda, Sp.PD
FORMAT PORTOFOLIO
Topik :
Tanggal (kasus) :
Juni 2015
Presenter :
Tanggal Presentasi :
Agustus 2015
Pendamping :
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Deskripsi :
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Ny.A, 57 tahun, datang dengan keluhan luka pada kaki kanan yang tidak kering
sejak 2 minggu yang lalu, luka disertai sedikit nanah dan darah. Sebelumnya
pasien mengatakan sering menggaruk kaki kanannya karena gatal kemudian bekas
garukan menjadi luka dan lukanya tidak juga mengering.Selain itu pasien juga
mengeluh lemas, dan demam. Riwayat menderita kencing manis diketahui sejak 2
tahun yang lalu, namun pasien tidak rutin kontrol dan tidak minum obat.
TD=100/70mmHg. N=82x/menit. RR=22x/menit. T=37,6C. GDS=542mg/dL.
Leukosit= 29.460
Status lokalis et Regio Pedis Dextra:
I: tampak edema kemerahan, tampak pus yang kering (+), darah (-)
P:non pitting edema, teraba lebih hangat dari kulit sekitar, fluktuasi-, nyeri tekan-.
Tujuan :
Bahan
Bahasan :
Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara
Membahas :
Diskusi
Pos
Telp :
Terdaftar sejak :
Daftar Pustaka:
1). Darmono, Status Glikemi dan Komplikasi Vaskuler Diabetes Mellitus dalam
Naskah lengkap Kongres Nasional V Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) dan
Pertemuan Ilmiah Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2002 ; 57 68.
2) Powers A C, Diabetes Mellitus in Horrisons Principles of Internal Medicine 15 th
Edition [monograph in CD Room] , Mc Graw Hill ; 2001.
3) Masharani U, Karam J H, Diabetes Mellitus and hipoglicemia in Lange Medical Book 2002
Current Medical Diagnosis and Treatment 41 st Edition, Me Graw Hill, 2002, 1233 1235
Subyektif
Pasien datang lewat poli penyakit dalam RSD Ryacudu dengan keluhan luka di
kaki kanan tidak mengering sejak 2 minggu. Luka di kaki kanan disertai sedikit
nanah dan darah. Sebelumnya pasien mengatakan sering menggaruk garuk
kakinya karena gatal, awalnya luka bekas garukan kecil kemudian luka makin
meluas dan tidak juga mengering. Selain luka pada kaki kanan, pasien juga
mengeluh badannya terasa lemas, demam, dan kadang mual.
Pasien mengetahui dirinya menderita kencing manis sekitar 2 tahun yang lalu saat
berobat ke rumah sakit, saat itu pasien merasa badannya lemas dan sering buang
air kecil pada malam hari sehingga sering terbangun saat tidur. Nafsu makan
pasien juga meningkat karena selalu merasa lapar, namun tetap merasa badannya
lemah, kesemutan pada kedua tangan dan kaki. Saat pertama kali mengetahui ada
kencing manis pasien mengatakan hasil laboratorium gula darahnya sekitar 300
mg/dL, pasien mendapat terapi obat obatan dari dokter namun pasien lupa nama
obatnya dan pasien tidak rutin kontrol gula darah, pola makan pasien juga tidak
terjaga, pasien jarang berolah raga
Obyektif
Status
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Pernafasan
: 22x/menit
Suhu
: 37,6 C
Status Generalis
KEPALA
Rambut : Hitam, pendek, lurus, tidak mudah dicabut
Mata
: Kelopak mata edema -/Konjungtiva anemis -/Sklera ikterik -/Refleks cahaya +/+, pupil bulat isokor
LEHER
Bentuk
: Simetris
Trakhea
KGB
JVP
: Tidak meningkat
THORAX
PARU
Inspeksi
Perkusi
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Batas atas
sinistra
Perkusi
Auskultasi :
ABDOMEN
Inspeksi
: Datar
Palpasi
: Timpani
Auskultasi
EKSTREMITAS :
III.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
- Hb
: 8,2 gr/dL
- Leukosit
: 29.460
- Hematokrit : 24 %
- Trombosit
: 153.000
- GDS
: 542 mg/dL
Pemeriksaan EKG:
-
HR
Iskemia
LVH
Aritmia
Kesan
:90x/menit
:
::: NORMAL
Assesment
Diabetes Melitus Tipe II dengan Komplikasi Ulkus et Regio Pedis Dextra
Plan
ANALISA KASUS
Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit
ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan, gejalanya sangat bervariasi. Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan
baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti
mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, syaraf, dan lain-lain.
Komplikasi Diabetes Mellitus (DM) yang paling berbahaya adalah
komplikasi pada pembuluh darah. Pembuluh darah besar maupun kecil ataupun
kapiler penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah
(angiopati diabetik) Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di
tungkai (makroangopati diabetik) tungkai akan lebih mudah mengalami gangren
diabetik, yaitu luka pada kaki yang merah kehitam hitaman dan berbau busuk.
Bila sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar, penderita DM akan
merasa tungkainya sakit sesudah ia berjalan pada jarak tertentu, karena aliran
darah ke tungkai tersebut berkurang dan disebut claudicatio intermitten.
Beberapa
faktor
secara
bersama-sama
berperan
pada
terjadinya
PEMBAHASAN
Apakah etiologi dan faktor predisposisi pada pasien ini?
Faktor faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi menjadi
faktor endogen dan ekstrogen.
a. Faktor endogen
1) Angiopati diabetik
2) Neuropati diabetik
b. Faktor ekstrogen
1) Trauma
2) Infeksi
Penyebab kaki diabetik biasanya melibatkan banyak komponen. Penelitian
terbaru menyatakan bahwa 63% kaki diabetik disebabkan oleh neuropati perifer
yang menimbulkan gangguan sensorik, motorik dan autonom yang masingmasing memegang peranan penting pada terjadinya luka kaki.
Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya sinyal terhadap rasa sakit
(mati rasa) setempat dan hilangnya perlindungan terhadap trauma, sehingga
penderita mengalami cedera tanpa disadari. Akibatnya dapat terjadi infeksi yang
kemudian berkembang menjadi ulkus.
Neuropati motorik mengawali terjadinya kelemahan otot dan atrofi otot di
ekstremitas. Hilangnya mekanisme vaskuler yang normal akibat angiopati diabetik
dan gangguan regulasi termal menyebabkan vena membengkak dan selanjutnya
menyebabkan terjadinya ulkus. Bila ulkus disertai infeksi akan mempermudah
terjadinya disfungsi outonom (neuropati outonom) yang selanjutnya akan
mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit akan kering dan mudah
mengalami luka yang sukar sembuh yang selanjutnya mudah mengalami nekrosis.
Pada pasien ini penyebab komplikasi ulkus pedis dextra dapat dipengaruhi
oleh kedua faktor yaitu endogen dari angiopati diabetik sebagai dampak dari gula
darah yang tidak terkontrol dan mengganggu sistem aliran darah. Selain itu faktor
eksogen juga berperan karena pada anamnesis dikatakan bahwa sebelumnya
pasien sering menggaruk garuk kakinya, pada seseorang dengan kadar gula darah
tinggi yang sudah terjadi neuropati otonom akan mengakibatkan kulit kering
sehingga mudah mengalami luka yang sulit mongering atau sembuh.
meliputi ukuran, kedalaman, bau, bentuk dan lokasi. Penilaian ini digunakan
untuk menilai kemajuan terapi.
Pemeriksaan pulsasi merupakan hal terpenting dalam pemeriksaan
vaskuler pada penderita penyakit oklusi arteri pada ekstremitas bagian bawah.
Pulsasi arteri femoralis, arteri poplitea, dorsalis pedis, tibialis posterior harus
dinilai dan kekuatannya di kategorikan sebagai aneurisma, normal, lemah atau
hilang. Pada umumnya jika pulsasi arteri tibialis posterior dan dorsalis pedis
teraba normal, perfusi pada level ini menggambarkan patensi aksial normal.
Penderita dengan claudicatio intermitten mempunyai gangguan arteri femoralis
superfisialis, dan karena itu meskipun teraba pulsasi pada lipat paha namun
tidak didapatkan pulsasi pada arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior.
Penderita diabetik lebih sering didapatkan menderita gangguan infra popliteal
dan karena itu meskipun teraba pulsasi pada arteri femoral dan poplitea tapi
tidak didapatkan pulsasi distalnya.
Ankle brachial index (ABI) merupakan pemeriksaan non-invasif untuk
mengetahui adanya obstruksi di vaskuler perifer bawah. Pemeriksaan ABI
sangat murah, mudah dilakukan dan mempunyai sensitivitas yang cukup baik
sebagai marker adanya insufisiensi arterial. Pemeriksaan ABI dilakukan seperti
kita mengukur tekanan darah menggunakan manset tekanan darah, kemudian
adanya tekanan yang berasal dari arteri akan dideteksi oleh probe Doppler
(pengganti stetoskop). Dalam keadaan normal tekanan sistolik di tungkai bawah
(ankle) sama atau sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan darah sistolik
lengan atas (brachial). Pada keadaan di mana terjadi stenosis arteri di tungkai
bawah maka akan terjadi penurunan tekanan. ABI dihitung berdasarkan rasio
tekanan sistolik ankle dibagi tekanan sistolik brachial. Dalam kondisi normal,
harga normal dari ABI adalah >0,9, ABI 0,710,90 terjadi iskemia ringan, ABI
0,410,70 telah terjadi obstruksi vaskuler sedang, ABI 0,000,40 telah terjadi
obstruksi vaskuler berat.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis
secara pasti adalah dengan melakukan pemeriksaan lengkap yakni pemeriksaan
CBC (Complete Blood Count), pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi
hepar, elektrolit.
Untuk
menentukan
patensi
vaskuler
dapat
digunakan
beberapa
(3). Protein
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
gr/kgBB/hari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai
biologik tinggi.
(4). Natrium
Anjuran asupan natrium pasienDM sama dengan untuk masyarakat umum yaitu
< 3000 mg atau sama dengan 9-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.
Pasien yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg.
Sumber natrium antara lain garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet
seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
(5). Serat
Penyandang diabetes dianjurkan mengkonsumsi cukup serat dari kacangkacanga, buah, dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena
mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
Anjuran konsumsi serat adalah 25 gr/hari.
(6). Pemanis Alternatif
Pemanis dikelompokkamn pemanis berkalori dan tidak berkalori. Pemanis
berkalori adalah gula alkohol dan fruktosa.
Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol, xylitol.
Dalam penggnaannya pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan
kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena efek
samping pada lemak darah.
Pemanis tidak berkalori masih dapat digunakan antara lain aspartam, sakarin,
acesukfame potassium, sukralose, dan neotame.
Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily
Intake/ ADI).
C.Kebutuhan Kalori
Cara menentukan kebutuhan kalori yang dibutuhkan penyandang diabetes.
Diantaranya dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 2530 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor
seperti : jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan , dll. Perhitungan berat badan
ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dapat dimodifikasi :
Berat Badan Ideal = 90% x (TB dalam cm 100) x 1 kg
Untuk pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm,
rumus dimodifikasi menjadi :
BBI = (TB dalam cm -100) kg BB
Normal : BB ideal 10%
Kurus : <BBI 10%
Gemuk : > BBI + 10%
Perhitungan berat badan ideal menurut indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh
dapat dihitung dengan rumus : IMT = BB(kg)/TB (m2)
Klasifikasi IMT
BB kurang < 18,5
BB normal 18,5-22,9
BB lebih > 23,0
Faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :
Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria. Kebutuhan kalori
wanita sebesar 25 kal/kgBB dan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB
Umur
Untuk pasien diatas usia 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5 %, untuk usia
40-59 tahun, dikurangi 10 % untuk usia 60-69 tahun dan dikurangi 20 % jika
usia diatas 70 tahun.
Aktivitas fisik atau pekerjaan
Penambahan sejumlah 10 % dari kebutuhan basal diberikan pada keaadaan
istirahat, 20 % pada pasien dengan aktivitas ringan, 30 dengan aktivitas sedang,
dan 50 % aktivitas sangat berat.
Berat badan
Bila kegemukan diberikan 20-30 % tergantung kepada tingkat kegemukan. Bila
kurus ditambahkan sekita 20-30 % sesuai dengan kebutuhan untuk
meningkatkan BB
Untuk tujuan menurunkan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling
sedikit 1000-1200 kkal untuk wanita dan 1200-1600 kkal perhari untuk pria.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas dibagi
dalam 3 porsi
C. Olahraga
Dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani teratur, 3- 4 kali per minggu selama
30 menit yang sesuai dengan prinsip CRIPE. Perlu diingat bahwa jangan memulai
olehraga sebelum makan, menggunakan sepatu yang ukurannya sesuai, harus
didampingi orang yang tahu mengatasi hipoglikemia, harus selalu membawa
permen dan memeriksa kaki secara cermat setelah olahraga.
C (Continous) : Latihan berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa
berhenti
R (Ritmik) : Olahraga berirama yaitu kontraksi dan relaksasi otot secara teratur,
seperti berjalan kaki, berenang, berlari dan bersepeda, atau mendayung.
I (Interval) : Latihan dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat.
P (Progreif) : Latihan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan
sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit.
E (Endurance) : Latih daya tahan untuk mrningkatkan pernafasan dan jantung
seperti jalan , jogging, berenang dan bersepeda.
Apabila dalam waktu 1-3 bulan tidak tercapai sasaran pengobatan yang baik
dengan diet dan olahraga maka diberikan medikasi
Terapi Farmakologis pada Diabetes Melitus ?
I. Obat Antidiabetik Oral
Obat-obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu penanganan pasien
diabetes mellitus tipe 2. Farmakoterapi antidiabetik oral dapat dilakukan dengan
menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat
a. Golongan Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas,
oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel Langerhans pankreas masih dapat
berproduksi Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian
senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh
kelenjar pankreas. Obat golongan ini merupakan pilihan untuk diabetes dewasa
baru dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami
ketoasidosis sebelumnya. Contoh golongan sulfonilurea yaitu glibenklamid,
glimepirid.
b. Golongan Biguanida
Evaluasi tukak yang baik : keadaan klinis luka, dalamnya luka, gambaran
radiologi (benda asing, osteomielitis, adanya gas sub kutis), lokasi, biopsy
PORTOFOLIO
KASUS PENYAKIT DALAM
Oleh :
dr. Ayu Ramadhini Mahaputri
Pembimbing:
dr. Putu Arinanda, Sp.PD