Anda di halaman 1dari 10

Nama peserta : dr.

Heru Alfares
Nama wahana: RS Muhammadiyah Babat
Topik: Fraktur terbuka sepertiga tengah humerus dextra
Tanggal (kasus): 8 Juni 2015
Nama Pasien: Tn. S
No. RM: 04 72 53
Tanggal presentasi:
Nama pendamping: 1. dr. Erniek Saptowati
Tempat presentasi: RS Muhammadiyah Babat
Obyektif presentasi:
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Tn.S, 45 tahun, kecelakaan lalu lintas
Tujuan: mengidentifikasi setiap keluhan pasien dan menegakkan diagnosis pasien
Bahan bahasan:
Tinjauan pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara membahas:
Diskusi
Presentasi
Email
Pos
dan diskusi
Data pasien:
Nama klinik: RS

Nama: Tn. S
Telp: -

Nomor RM: 04 72 53
Terdaftar sejak: 8 juni 2015

Muhammadiyah Babat
Data utama untuk bahan diskusi:
Diagnosis/ gambaran klinis:
Pasien datang ke IGD RS Muhammadiyah Babat diantar oleh kepolisian dengan luka pada
lengan kanan, luka diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas, pasien mengendarai sepeda motor,
disenggol oleh bis dari sisi kiri pasien. Pasien terjatuh kekanan dan tangan kanannya
membentur batu. Kepala terbentur jalan tetapi tidak terlalu keras, pasien menggunakan helm.
Tidak didapatkan pusing, mual, dan muntah. Pasien juga masih mengingat kejadian dan tidak
didapatkan gangguan ingatan. Pasien mengeluh nyeri pada lengann atas kanan.
1. Riwayat pengobatan: 2. Riwayat kesehatan/ penyakit: 3. Riwayat keluarga:4. Riwayat pekerjaan: 5. Lain-lain:
Pemeriksaan fisik
GCS : E3 M5 V4
Airway, tidak didapatkan sumbatan jalan nafas.
Breathing, pasien bernafas spontan dan tidak ditemukan kesulitan bernafas.
Circulation, tidak ditemukan tanda-tanda kegagalan sirkulasi.
Kesadaran : compos mantis

Keadaan umum : tampak sakit sedang


Tanda vital: TD: 130/70 mmHg N: 96x/m RR: 20x/m S: 36,50C
Mata : sklera ikterik -/- conjungtiva anemis -/Thoraks :
Cor dalam batas normal
Pulmo , inspeksi = simetris hemithorax kiri dan kanan
Palpasi = dalam batas normal
Perkusi = dalam batas normal
Auskultasi = dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : teraba hangat pada keempat ekstremitas.
Status lokalis :
Look, hematom pada lengan atas kanan, dan vulnuss laceratum
Feel, pada perabaan teraba hangat, dan terdapat krepitasi
Moove, pada pergerakan aktif terasa nyeri.
Pemeriksaan Foto rontgen
Pada foto rontgen humerus dextra terlihat gambaran fraktur pada 1/3 tengah tulang
humerus,

Daftar pustaka:
a. Maharta A R Gede, Maliawan Sri, Kawiyana S Ketut. Manajemen fraktur pada
trauma musculoskeletal. [serial online] [cited 2013 Des 15] Available from: URL:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/4939/3729
b. Sumpengan Rony. Humeral shaft fracture. [serial online] [cited 2013 Des 15]
Available from: URL: http://www.artikelkedokteran.com/1336/referat-frakturhumerus.html
c. Sjamsuhidajat R, de Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC;
2008. hal 356, 987-8
d. Moore L Keith, Agur Anne. Essensial clinical anatomy. 3 Rd Edition. New York:
Lippincott Willian & Wilkins; 2007. p. 408-9

e.

Fowler T, Taylor Benjamin, William Bryan. Open fracture and timing for closure: a
review. [serial online] 2010 May 20 [cited 2013 Des 15] Available from: URL:
http://www.upoj.org/site/files/v20/v20_08.pdf

Hasil pembelajaran:
1. Subyektif : Tn.S 45 tahun, kecelakaan lalu lintas, vulnuss laceratum pada ante brachii
dextra, nyeri pada pergerakan aktif.
2. Obyektif: compos mantis, tampak sakitr sedang, vulnus laceratum dan hematom pada
ante brachii dextra, nyeri pada pergerakan aktif dan didapatkan krepitasi.
3. Assestment: Fraktur terbuka 1/3 tengah humerus dextra
4. Plan:
a. Rawat luka
b. Imobilisasi menggunakan armsling
c. Rencanakan rujuk rumah sakit lamongan
d. Drug :
-

Injeksi tetagam

A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C (1999) Fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang dating lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang.
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus
(Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2004) Fraktur humerus adalah
fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak
langsung.
Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan
lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas.

Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi
tersebut menghilang.
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan
fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang
pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.

B. KLASIFIKASI
Fraktur atau patah tulang humerus terbagi atas :
1. Fraktur Suprakondilar humerus
Jenis fraktur ini dapat dibedakan menjadi :
a.

Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada
siku dan lengan bawah pada posisi supinasidan lengan siku dalam posisi ekstensi dengan tangan
terfikasi

b. Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan dan
lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi sedikit fleksi
2. Fraktur interkondiler humerus
Fraktur yang sering terjadi pada anak adalah fraktur kondiler lateralis dan fraktur kondiler
medialis humerus
3. Fraktur batang humerus
Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang
arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi)

4. Fraktur kolum humerus


Fraktur ini dapat terjadi pada kolum antomikum (terletak di bawah kaput humeri) dan kolum
sirurgikum (terletak di bawah tuberkulum)

C. GEJALA
Letak fraktur umumnya di daerah diafisi. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
radiologik. Pembengkakan pada daerah fraktur, sakit atau nyeri, krepitasi, gerakan yang
abnormal dan ekimosis. Paralisis nervus muskulospiralis yang ditandai dengan pergelangan
tangan yang lunglai. Biasanya perhatian pasien dan ahli bedah hanya mencakup fraktur dari
tulang dan hal itu dihubungkan dengan hilangnya sensasi, kekuatan dan gerakan lengan, ini
disebabkan keterlibatan nervus yang tidak diketahui. Jika cedera pada nervus muskulospiral tidak
diketahui, hal itu mungkin akan menetap sampai puntiran direposisi.

Sangat jarang ditemukan cedera atau penekanan pada pembuluh darah besar pada lengan.
Kerusakan pada arteri akan memberikan kesan kelemahan atau kehilangan pulsasi pada
pergelangan tangan atau perdarahan lokal yang nyata. Pembengkakan akan tampak dengan tibatiba, lebih parah dari apa yang ditampakkan oleh laserasi pada jaringan lunak itu sendiri,
seharusnya memberi tanda adanya ruptur pembuluh darah yang besar. Pengukuran humerus
dapat dilakukan dari tepi processus acromial sampai epicondylus humerus. Kebanyakan
overlapping dari fragmen akan diketahui dengan pengukuran ini.(4,5)

D. DIAGNOSA

Diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa (mekanisme trauma, riwayat menderita carcinoma
payudara) pemeriksaan fisik (gambaran klinis yang didapatkan), pemeriksaan penunjang (foto
roentgen humerus AP/lateral).
E. PENATALAKSANAAN

Fraktur pada humerus dapat sembuh dengan mudah .Fraktur ini tidak membutuhkan reduksi
dengan sempurna ataupun imobilisasi; beratnya lengan beserta gips luarnya biasanya cukup
untuk menarik fragmen sehingga menjajar. Gips yang menggantung dipasang dari bahu sampai
pergelangan tangan dengan siku yang berfleksi 90 derajat dan bagian lengan bawah tergantung
pada kain gendongan yang melingkar pada leher pasien.

Gips ini dapat diganti setelah 2 sampai tiga minggu dengan gips yang pendek ( dari bahu kesiku )
atau suatu penahan polipropilen fungsional yang dipakai selama enam minggu, selanjutnya
pergelangan tangan dan jari diberi latihan sejak awal. Latihan bahu dengan pemberat dimulai
dalam seminggu ,tetapi abduksi aktif ditunda hingga fraktur telah menyatu . Pilihan lainya
fraktur dapat dipertahankan reduksi dengan fiksator luar.

Kalau fraktur sangat tak stabil dan sulit untuk dikendalikan ,fiksasi internal malah lebih baik ,
baik dengan plat sekrup atau paku intramedulla panjang . pemasangan plat memerlukan banyak
keahlian , dan pemasangan pen mempunyai kelemahan yaitu ujung proksimal pen dapat
mengganggu kerja supraspinatus.

Fraktur spiral menyatu sekitar enam minggu . Jenis lainya dapat memakan waktu empat sampai
enam minggu lebih lama. Sekali menyatu , yang diperlukan hanyalah kain gendongan hingga
fraktur berkonsolidasi.(1.2.5,10,11,13)
Apabila pada fraktur humerus ini disertai dengan komplikasi cedera n.radialis maka harus
dilakukan open reduksi dan internal fiksasi

dengan plate screw untuk humerus disertai

eksplorasi n.radialis bila ditemukan n.radialis putus dilakukan penyambungan kembali dengan
tehknik bedah mikro. Kalau ditemukan hanya dengan neuropraksia cukup dengan konservatif
akan baik kembali dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan (pada umumnya
sampai tiga bulan).(8)

Kebanyakan pada fraktur humerus perawatanya dengan metode tanpa bedah dan mempunyai
rata-rata 90 -100% kesembuhannya. Berdasarkan perawatan metode tertutup termasuk
didalamnya :

menggantung lengan tangan


penggunaan U shape
balutan velpeau
bebat bahu
skeletal traksi
penjepit fungsional /klep fungsional.

Walaupun kenyataanya hasil yang dicapai dapat memuaskan dengan menggunakan metode diatas
,penggunaan klep fungsional merupakan pengobatan standar untuk fraktur tungkai humerus
tertutup . Penjepit fraktur dapat dilakukan secepatnya segera setelah terjadinya luka akut atau
setelah satu sampai dua minggu sesudah penggunaan penggantung lengan atau bebat coaptation.
(3,5,9,14,15)

Indikasi untuk perawatan pembedahan fraktur humerus adalah :


1. Fraktur terbuka.
2.fraktur yang disertai dengan cedera vaskuler

fraktur segmental humerus


fraktur patologis
politrauma
fraktur bilateral humerus
kegagalan dari pengobatan/perawatan tertutup
disfungsi nervus radial setelah manipulasi fraktur
fraktur yang tidak dapat dipertahankan
fraktur yang diikuti dengan perawatan fraktur intra artikulair(3,5,9,10,16)

Kompressi Plat
Kompressi plat pada fraktur humerus dapat digunakan untuk berbagai indikasi pembedahan
seperti yang tercantum diatas. Kenyataanya ,sebelum penggunaan kuku intramedullair yan
meluas, kompressi plat merupakan pilihan yang paling memungkinkan

untuk pembedahan

.Alasan hilangnya popularitas kompressi plat untuk fraktur pada humerus termasuk didalamnya
kesulitan dalam melakukan pembedahan

,perhatian terhadap n.radial ,dan masalah aspek

tekhnik plat.(7)

Fiksasi Intramedullair
Fiksasi intramedullair dari fraktur humerus

telah popular dalam beberapa tahun untuk berbagai

alasan, termasuk pengembangan gambaran yang intensif, pengenalan terhadap penguncian kuku
humerus, tehnik perkutaneus yang mana dibutuhkan insisi yang luas dalam melakukan kompressi
plat ,dan kepuasan dengan kuku intramedullair untuk fraktur tulang panjang yang lain.(1,3,8.9)

F.Komplikasi

Cedera saraf, kelumpuhan nervus radialis (Werst Drop) dan paralysis pada ekstensor
metacarpofalangeal dapat terjadi pada fraktur batang humerus. Pada cedera tertutup, saraf jarang
sekali terpisah jadi tidak perlu tergesa-gesa untuk melakukan operasi. Bebat yang fleksibel
digunakan untuk menyokong pergelangan tangan sambil menunggu penyembuhan. Kalau tidak
ada penyembuhan setelah 6 minggu, saraf harus dieksplorasi. Pada lesi lengkap (neurotemesis),
penjahitan saraf sering tidak memuaskan, tetapi banyak fungsi yang dapat dipulihkan dengan
pemindahan tendon.

Cedera pembuluh darah, jika terdapat tanda-tanda insufisiensi pembuluh darah pada tungkai,
kerusakan arteri brachialis harus disingkirkan. Angiografi akan memperlihatkan tingkat
cederanya. Dalam suatu keadaan darurat, memerlukan eksplorasi baik dengan perbaikan
pembuluh darah atau pencangkokan untuk memintas daerah yang rusak; dalam hal ini fiksasi
internal mungkin lebih baik.

Belakangan penyatuan yang lambat dapat terjadi pada fraktur melintang, terutama kalau
digunakan terlalu banyak traksi (gips yang menggantung tidak boleh terlalu berat) atau jika
pasien belum melatih fleksor dan ekstensor siku secara aktif.

Non union dapat terjadi setelahnya. Kombinasi yang berbahaya adalah penyatuan yang tidak
lengkap dan sendi yang kaku. Kalau gerakan siku atau bahu dipaksakan sebelum konsolidasi,
humerus dapat mengalami fraktur lagi, dan non union dapat terjadi.

Anda mungkin juga menyukai