Anda di halaman 1dari 74

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROPINSI SULAWESI SELATAN


TRIWULAN-I
2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

Kata Pengantar
Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang
tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah
dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence
dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas
untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan
melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara
terkini dan berkala.
Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan
Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah
Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing
provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku
laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek
makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan
prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus
sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh.
Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor
Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu,
hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah
antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat
Iainnya.
Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan
kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan
laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan
reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa
mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.

Makassar, Mei 2009


BANK INDONESIA MAKASSAR
ttd.
Lambok A. Siahaan
Pemimpin

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

iii

Daftar Isi
KATA PENGANTAR ~ iii
DAFTAR ISI ~ v
DAFTAR GRAFIK ~ vii
DAFTAR TABEL ~ ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1
INDIKATOR EKONOMI KER Trw. I-2009 ~5
BAB 1

PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7


1.1. Permintaan Daerah ~ 8
1.1.1. Konsumsi ~ 8
1.1.2. Investasi ~ 10
1.1.3. Net Perdagangan Eksternal ~ 11
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 13
1.2.1. Sektor Pertanian ~ 14
1.2.2. Sektor Industri Pengolahan ~ 15
1.2.3. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 16
1.2.4. Sektor Jasa-jasa ~ 17
1.2.5. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 18
1.2.6. Sektor Keuangan-persewaan-jasa perusahaan ~ 19
1.2.7. Sektor Lainnya ~ 20

BAB 2

PERKEMBANGAN INFLASI ~ 23
2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 24
2.2. Inflasi Kota Lainnya di Sulawesi Selatan ~ 32
2.3. Indeks Harga Konsumen Pedesaan ~ 32

BAB 3

PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 35

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

3.1. Perkembangan Moneter ~ 35


3.2. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 36
3.2.1. Kelembagaan dan Aset ~ 36
3.2.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 36
3.2.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional ~ 40
3.2.4. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 41
3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 42

BAB 4

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 45


4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 45
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 46
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 46
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 47
4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 47
4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 48

BOOK 1 UPAYA PENINGKATAN PENGHIMPUNAN DPK PERBANKAN SYARIAH DI


KOTA MAKASSAR ~ 49
BOOK 2 BERBAGAI ISU REGIONAL SULSEL ~ 53
BAB 5

KESEJAHTERAAN ~ 55
5.1. Nilai Tukar Petani ~ 55
5.2. Survei ~ 56

BAB 6

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 59

BAB 7

OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 61


7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 61
7.2. Outlook Inflasi ~ 63
7.3. Prospek Perbankan ~ 64

LAMPIRAN

vi

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Daftar Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik

1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
1.8.
1.9.
1.10.
1.11.
1.12.
1.13.
1.14.

Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7


Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 9
Prompt Pertumbuhan Kinerja Investasi ~ 10
Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 11
Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 12
Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Pertanian ~ 15
Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Industri Pengolahan ~ 16
Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 17
Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 17
Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan ~ 18
Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 19
Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 20
Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 21
Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 22

Grafik
Grafik

2.1.
2.2.

Grafik
Grafik

2.3.
2.4.

Grafik
Grafik
Grafik

2.5.
2.6.
2.7.

Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik

2.8.
2.9.
2.10.
2.11.
2.12.
2.13.

Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 23


Beberapa Komoditi dalam Sub Kelompok Sayur-sayuran dan Kacangkacangan Hasil SPH di Makassar ~ 25
Rata-rata Harga CPO di Pasar Internasional ~ 25
Beberapa Komoditi dalam Sub Kelompok Bumbu, Padi dan Daging Hasil SPH
di Makassar ~ 26
Perkembangan Inflasi Bahan Makanan ~ 26
Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi ~ 27
Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi
Hasil SPH di Makassar ~ 27
Perkembangan Harga Emas ~ 28
Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 29
Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 29
Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan ~ 30
Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~ 31
Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 31

Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik

3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
3.10.
3.11.
3.12.
3.13.

Uang Giral dan Uang Kuasi di Sulsel (Rp triliun) ~ 35


Aset Bank Umum Sulsel Berdasarkan Kelompok Bank ~ 36
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/pembiayaan Bank Umum ~ 37
Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 37
Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 38
Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 38
Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 39
Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 39
Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah Bank Umum ~ 40
Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 40
Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 41
Perkembangan Aset BPR/S ~ 42
Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 43

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

vii

Grafik
Grafik
Grafik
Grafik

4.1.
4.2.
4.3.
4.4.

Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar ~ 45


Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 46
Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.I-2009 ~ 47
Transaksi Non Tunai via RTGS ~ 47

Grafik
Grafik
Grafik

5.1.
5.2.
5.2.

Perkembangan Nilai Tukar Petani ~ 55


Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 56
Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 56

Grafik
Grafik
Grafik

7.1.
7.2.
7.3.

Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 62


Rata-rata Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 63
Rata-rata Indeks Ekspektasi Tabungan dan Perkiraan Pinjaman
di Bank y.a.d. ~ 64

viii

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Daftar Tabel
Tabel 1.1.
Tabel 1.2.

Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 8


Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 13

Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 24


Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 24
Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 27
Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 28
Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 29
Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 30
Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 30
Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 31
Perbandingan Laju Kota di Sulsel Per Maret 2009 ~ 32
Perbandingan Laju Inflasi Sulsel dan Pedesaan di Sulsel ~ 32

2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
2.10.

Tabel 3.1.
Tabel 3.2.

Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 36


Penyaluran Kredit/Pembiayaan dan DPK per DATI II di Sulsel ~ 41

Tabel 4.1.
Tabel 4.2.

Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Trw. I-2009 ~ 47


Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 48

Tabel 6.1.

APBD Provinsi Sulsel 2007 - 2009 ~ 59

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

ix

Ringkasan Eksekutif
Asesmen Ekonomi
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2009 mulai menunjukkan
peningkatan kembali. Pada triwulan I-2009, pertumbuhan ekonomi Sulsel diperkirakan
tumbuh sebesar 4,52% (y.o.y), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
tahunan triwulan IV-2008 yang sebesar 3,92% (y.o.y) namun mengalami perlambatan jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-2008) yang sebesar 11,33%
(y.o.y).
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan terutama didukung oleh pertumbuhan
konsumsi yang diperkirakan sebesar 7,68% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap
pertumbuhan sebesar 5,41%, terutama berasal dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi
pemerintah. Perkiraan pertumbuhan konsumsi tersebut tergolong cukup signifikan apabila
dibandingkan pertumbuhan konsumsi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
5,03%.
Dari sisi penawaran (sektoral), pertumbuhan tertinggi di sektor angkutankomunikasi sedangkan pertumbuhan terendah di sektor pertambangan-penggalian.
Dibandingkan triwulan sebelumnya, sektor pertanian, pertambangan-penggalian, sektor
listrik-gas-air,

sektor

perdagangan-hotel-restoran

dan

sektor

angkutan-komunikasi

diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan, sedangkan sektor-sektor yang lainnya


yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor keuangan mengalami
perlambatan. Pertumbuhan terendah diperkirakan terjadi di sektor pertambangan-penggalian
yang pada triwulan laporan terjadi kontraksi karena melemahnya harga komoditas hasil
tambang di tingkat internasional. Sementara pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor
angkutan-komunikasi antara lain terkait dengan adanya kegiatan kampanye pemilu serta
banyaknya hari libur selama triwulan laporan.
Proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada
triwulan laporan relatif kurang berdampak pada tingkat kesejahteraan petani. Hal ini
tercermin dari pertumbuhan 'indeks yang diterima petani' yang relatif lamban dibanding
dengan pertumbuhan 'indeks yang dibayar petani'. Sementara indeks yang dibayar petani
tersebut terus mengalami dorongan untuk meningkat yang disebabkan oleh kenaikan harga
barang/jasa secara umum (inflasi).

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini (triwulan I-2009) cenderung


membaik. Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar,
pada triwulan laporan, pertumbuhan indeks ketersediaan lapangan kerja yang tercatat 0,38% (y.o.y), lebih baik dibandingkan pertumbuhan indeks dimaksud pada triwulan IV-2008
(-3,81%; y.o.y).

Asesmen Inflasi
Inflasi di Sulsel pada triwulan I-2009 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
inflasi triwulan sebelumnya, namun lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional.
Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan I-2009 tercatat sebesar 9,01% (y.o.y), lebih
rendah dibandingkan dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
12,40% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang tercatat
sebesar 7,92% (y.o.y).

Masih tingginya laju inflasi tersebut, diperkirakan karena terjadi

peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan adanya kenaikan gaji Pegawai Negeri
Sipil (PNS) sebesar 15% dan kegiatan menjelang Pemilu legislatif pada awal triwulan II-2009.
Terkait dengan kenaikan gaji PNS, meski realisasi pembayarannya dilakukan pada April 2009
namun hal ini dapat menciptakan ekspektasi yang mampu mendorong terjadinya
peningkatan konsumsi masyarakat. Sementara kondisi yang diperkirakan mampu menahan
tekanan laju inflasi di Sulsel adalah adanya masa panen padi pada akhir triwulan laporan,
subsidi PPN pada komoditi minyak goreng, penurunan harga BBM yang sampai 3 kali,
dimana terakhir dilakukan pada awal triwulan laporan dan ketersediaan

pasokan atas

barang dan jasa terutama sayur-sayuran di pasar regional.

Asesmen Perbankan
Terjadi Perlambatan pertumbuhan ekonomi di sektor keuangan-persewaan-jasa
perusahaan (PDRB) terutama subsektor bank. Hal ini ditandai dengan melambatnya
pertumbuhan

tahunan

dana

masyarakat

yang

dihimpun

perbankan,

penyaluran

kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Selain itu terjadi penurunan kualitas kredit dimana
pada triwulan laporan terjadi kenaikan jumlah kredit/pembiayaan bermasalah terhadap total
kredit/pembiayaan perbankan Sulawesi Selatan.

Asesmen Sistem Pembayaran


2

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Nilai transaksi pembayaran pada triwulan laporan cenderung menunjukkan


penurunan, baik transaksi tunai maupun non tunai. Hal ini terindikasi dari uang kartal
masih dalam posisi net inflow dan penurunan nilai transaksi Kliring dan RTGS. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan karena faktor musiman (setelah Hari Raya Natal dan Tahun Baru),
juga diperkirakan karena adanya peningkatan pertumbuhan nilai transaksi keluar (outgoing)
dari Sulsel. Kondisi aliran uang kartal tersebut di atas, apabila dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan, relatif menggambarkan bahwa
pertumbuhan ekonomi tersebut bukan didorong oleh peningkatan volume kegiatan dunia
usaha di Sulsel.

Asesmen Keuangan Daerah


Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada tahun 2009 diperkirakan akan
tumbuh secara merata pada masing-masing kabupaten/kota. Hal tersebut didasarkan
adanya alokasi belanja bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan pemerintahan desa
yang bersumber dari APBD Provinsi Sulsel. Berdasarkan data dari Departemen Keuangan,
bantuan dimaksud dialokasikan sebesar 12,18% dari total belanja pemerintah Provinsi Sulsel.
Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia Makassar kepada pemerintah daerah Sulsel, bantuan
dimaksud digunakan untuk keperluan subsidi program pendidikan dan kesehatan gratis.
Dapat ditambahkan bahwa besarnya alokasi bantuan tersebut hampir sama dengan besarnya
alokasi belanja modal Provinsi Sulsel pada tahun 2009 yaitu sebesar 12,79%.

Prospek Ekonomi Triwulan II-2009


Perekonomian Sulsel pada triwulan II-2009 diperkirakan tumbuh pada kisaran
5,5% 1% (y.o.y) dengan pendorong utama dari sisi konsumsi, baik konsumsi rumah
tangga maupun konsumsi pemerintah.
Di sisi permintaan, diperkirakan kinerja konsumsi masih akan menjadi generator
perekonomian Sulsel di triwulan II-2009, yang bersumber dari konsumsi rumah tangga dan
konsumsi pemerintah.
Dari sisi penawaran, dorongan pertumbuhan diperkirakan

terutama dari sektor

pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan/konstruksi dan sektor perdaganganhotel-restoran.


Inflasi tahunan provinsi Sulsel pada triwulan II-2009 diperkirakan pada kisaran
6,5% 1% (y.o.y), terutama didorong oleh laju inflasi tahunan kota Makassar yang
diperkirakan sebesar 5,3% 1% (y.o.y). Perkiraan perlambatan laju inflasi tahunan
tersebut sebagai dampak kelanjutan dari penurunan harga BBM dan pengaruh dari kenaikan

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

harga BBM pada akhir Mei 2008 akan mulai berkurang. Selain itu, adanya kebijakan
pemerintah dalam menstimulus perekonomian daerah diperkirakan ikut mendorong
kestabilan harga di tingkat regional, seperti kebijakan subsidi PPN, kebijakan kesehatan dan
sekolah gratis serta kebijakan penurunan harga susu.
Pertumbuhan perbankan diperkirakan masih terus berlanjut seiring dengan
perkembangan perekonomian daerah. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) yang
cenderung mengalami penurunan pada akhir triwulan I-2009, diharapkan dapat mendorong
penyaluran kredit/pembiayaan. Kondisi tersebut menuntut perbankan daerah untuk lebih
apresiatif dan kreatif dalam memberikan jasa pelayanannya kepada masyarakat.

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN


PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
INDIKATOR

2007

2008

2009

148.62
155.91
155.89
174.07
N/A
143.87
165.29
169.36
N/A
160.24

155.23
157.53
155.83
185.37
N/A
148.07
167.75
174.28
N/A
167.79

110.83
111.64
108.85
111.74
121.52
110.68
109.64
112.86
112.98
112.14

114.78
115.01
113.21
114.96
130.62
116.28
115.13
116.59
119.60
116.96

115.05
115.21
113.39
115.32
128.83
110.70
114.41
117.45
119.25
115.88

116.09
116.57
116.03
115.25
130.53
113.20
116.45
120.96
118.83
117.33

5.71
10.12
7.02
10.34
N/A
5.85
8.13
7.53
N/A
10.43

7.96
7.68
8.33
11.98
N/A
7.05
9.08
8.42
N/A
12.93

11.92
13.18
9.73
12.31
24.27
9.26
10.20
13.19
16.44
12.25

12.29
13.15
12.26
14.76
31.48
14.87
14.33
16.22
17.69
16.63

12.40
9.71
9.20
12.55
19.75
9.34
10.40
15.28
11.66
11.25

9.01
8.85
10.54
8.26
21.25
8.84
11.07
15.81
9.64
7.64

3,107,362.01
1,073,971.68
1,507,506.53
107,245.71
533,932.21
1,659,537.54
873,042.72
693,670.82
1,210,503.70

3,204,581.56
1,072,921.17
1,533,781.04
107,741.86
536,151.50
1,690,457.64
862,124.93
700,963.23
1,212,857.54

3,224,609.59
979,119.82
1,582,895.87
110,338.54
581,844.48
1,734,064.10
895,726.33
735,736.40
1,240,314.81

3,337,443.77
1,010,367.75
1,557,922.36
115,308.27
596,292.34
1,821,525.40
940,791.12
724,976.46
1,250,612.74

3,156,788.00
972,534.02
1,566,842.75
117,610.52
614,137.00
1,788,509.42
952,726.93
719,391.96
1,299,813.33

3,285,059.15
984,573.21
1,586,991.73
119,348.80
602,026.95
1,844,332.18
983,307.84
712,972.08
1,297,133.76

11.19

11.33

8.10

8.13

3.92

4.52

688.06
389.68
87.13
229.12

547.25
294.44
141.35
240.29

415.41
244.86
138.93
212.47

722.90
239.00
162.78
233.37

424.61
245.47
229.91
198.53

173.81
138.32
261.79
174.03

M AKR O
Indeks Haga Konsumen
- Sulawesi Selatan
- Sulawesi Utara
- Gorontalo
- Papua
- Irian Jaya Barat
- Maluku
- Sulawesi Tengah
- Sulawesi Tenggara
- Sulawesi Barat
- Maluku Utara
Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%)
- Sulawesi Selatan
- Sulawesi Utara
- Gorontalo
- Papua
- Irian Jaya Barat
- Maluku
- Sulawesi Tengah
- Sulawesi Tenggara
- Sulawesi Barat
- Maluku Utara
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
5. Konstruksi/Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Angkutan dan Komunikasi
9. Keuangan, Persewaan dan Jasa
10. Jasa-jasa
Per tumbuhan PDRB (y .o.y ;%)
Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta)
Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton)
Nilai Impor Non Migas (USD Juta)
Volume Impor Non Migas (Ribu Ton)

*
*

*) Perkiraan KBI M ks
Catt : Per Trw.II-2008, peng hitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN


PROPINSI SULAWESI SELATAN
B. PERBANKAN
INDIKATOR

2007
4

2008
1

2009
3

BANK UM UM :
Total Aset (Rp. Miliar)

32,176.12

31,027.55

33,702.13

35,555.84

36,361.21

36,477.19

D P K (Rp. Mil iar)

24,550.88
5,059.42
12,797.59
6,693.87

24,170.67
4,727.42
12,259.55
7,183.70

25,950.31
5,327.94
13,390.19
7,232.19

26,435.33
4,866.81
13,457.12
8,111.40

28,743.25
5,007.32
14,920.47
8,815.47

27,958.50
4,649.40
13,983.33
9,325.77

25,671.69
9,778.34
6,028.96
9,864.38
104.57%

26,569.90
10,064.63
5,930.06
10,575.21
109.93%

29,608.68
11,473.30
6,333.73
11,801.65
114.10%

31,281.15
12,307.66
6,443.33
12,530.16
118.33%

31,543.97
12,368.15
6,440.57
12,735.26
109.74%

31,036.76
11,911.11
6,251.64
12,874.01
111.01%

25,671.69
591.50
250.25
3,147.61
113.20
1,259.54
7,035.88
1,926.53
1,180.58
302.21
9,864.38

26,569.90
639.82
90.86
3,032.69
102.31
1,465.25
7,293.78
1,843.01
1,245.49
281.48
10,575.21

29,608.68
887.59
98.10
3,313.47
88.53
1,822.37
8,067.02
1,755.81
1,502.71
271.44
11,801.65

31,281.15
1,048.89
114.72
3,491.11
77.11
2,009.88
8,379.32
1,664.25
1,698.89
266.83
12,530.16

31,543.97
1,086.10
58.48
3,476.27
70.33
2,005.23
8,524.02
1,521.37
1,760.30
306.62
12,735.26

31,036.76
1,024.20
60.17
3,359.92
66.02
1,857.24
8,314.38
1,445.01
1,731.79
304.01
12,874.01

Kre dit UM KM (Rp. Mi liar)

17,228.25

18,192.70

20,203.99

21,638.27

22,215.45

22,205.09

Kre dit M ikro* (Rp. Milia r)

5,949.67
873.80
196.33
4,879.54

6,090.12
919.39
152.92
5,017.81

6,276.15
929.74
169.05
5,177.36

6,474.04
1,048.58
168.59
5,256.87

6,282.14
1,109.70
173.62
4,998.82

6,400.65
1,122.62
131.35
5,146.68

200.87
0.19
35.92
0.05
5.65
693.33
4.34
64.87
64.91
4,879.54

198.00
0.14
27.15
3.28
7.40
739.24
4.62
42.39
50.09
5,017.81

251.13
0.22
23.28
0.04
9.73
690.17
4.65
71.49
48.09
5,177.36

304.25
0.26
24.74
0.08
14.08
777.23
5.05
74.10
17.38
5,256.87

330.54
0.29
26.68
0.07
15.87
773.03
4.32
83.89
48.64
4,998.82

278.15
0.25
35.36
0.06
20.27
782.30
6.16
83.35
48.06
5,146.68

6,545.46
1,933.34
420.57
4,191.55

7,124.67
2,007.75
445.23
4,671.69

8,314.09
2,194.98
523.80
5,595.31

9,201.58
2,430.52
622.04
6,149.02

9,892.90
2,571.68
687.77
6,633.45

9,898.75
2,544.78
711.98
6,641.99

54.20
1.93
82.66
0.03
111.50
1,665.10
34.34
305.47
98.68
4,191.55

71.67
2.46
75.99
126.56
1,721.74
33.47
320.46
100.64
4,671.69

90.25
4.04
73.11
142.52
1,876.83
32.14
424.18
75.70
5,595.31

97.17
4.38
79.07
0.94
179.53
2,075.28
39.50
473.51
103.19
6,149.02

124.59
4.70
88.27
0.99
145.78
2,251.48
38.62
491.16
113.86
6,633.45

128.33
4.34
86.21
1.64
146.91
2,233.55
39.46
503.26
113.07
6,641.99

4,733.12
3,226.83
744.38
761.91

4,977.92
3,301.07
836.86
840.00

5,613.76
3,670.05
966.75
976.96

5,962.66
3,878.32
1,015.21
1,069.13

6,040.41
3,980.80
1,003.44
1,056.17

5,905.70
3,877.06
986.01
1,042.63

137.95
18.07
346.40
1.38
458.87
2,426.93
108.06
366.33
107.23
761.91

132.81
16.81
347.95
2.04
505.58
2,510.47
121.28
399.70
101.29
840.00

154.35
15.77
370.45
4.27
622.82
2,802.33
117.93
454.66
94.21
976.96

148.04
15.56
372.39
3.95
672.63
2,889.04
118.44
565.91
107.57
1,069.13

139.023
14.578
378.83
2.062
672.813
2957.743
118.151
589.276
111.762
1056.168

129.14
13.62
354.37
3.34
672.60
2,895.26
122.14
563.45
109.15
1,042.63

10.31%

9.05%

8.29%

2.32%

3.81%

Giro
Tabungan
Deposito

Kre dit - dsr. Loka si Proy ek (Rp. M iliar )


- Modal Ke rja
- Investa si
- Konsumsi

LDR
Kre dit - dsr. Loka si Proy ek (Rp. M iliar )
-

Pertanian

Pertambangan
Industri pengolahan
Listrik,Gas dan Air
Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain

- Modal Ke rja
- Investa si
- Konsumsi

Kre dit M ikro* (Rp. Milia r)


-

Pertanian

Pertambangan
Industri pengolahan
Listrik,Gas dan Air
Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain

Kre dit K ecil ** (Rp. Mili ar)


- Modal Ke rja
- Investa si
- Konsumsi

Kre dit K ecil ** (Rp. Mili ar)


-

Pertanian

Pertambangan
Industri pengolahan
Listrik,Gas dan Air
Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain

Kre dit M enengah *** (Rp. Mi liar)


- Modal Ke rja
- Investa si
- Konsumsi

Kre dit M enengah *** (Rp. Mi liar)


-

Pertanian

Pertambangan
Industri pengolahan
Listrik,Gas dan Air
Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial Masyarakat
Lain-lain

NPL Tota l gross (%)

Triwulan I - 2009

10.39%

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Bab 1

Perkembangan Kondisi
Makroekonomi

Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan I-2009 diperkirakan mengalami


pertumbuhan sebesar 4,52% (y.o.y), lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
tahunan triwulan IV-2008 yang sebesar 3,92% (y.o.y) namun mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan I-2008) yang sebesar 11,33%
(y.o.y).
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama didukung oleh
pertumbuhan konsumsi yang diperkirakan sebesar 7,68% (y.o.y) dengan sumbangan
terhadap pertumbuhan sebesar 5,41%. dan berasal dari konsumsi rumah tangga dan
konsumsi pemerintah. Perkiraan pertumbuhan konsumsi tersebut tergolong cukup signifikan
apabila dibandingkan pertumbuhan konsumsi pada triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 5,03%.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB
5

yoy - axis kanan

14

qtq - axis kiri

12

Sumber : BPS, diolah


* : Proyeksi BI

10

4
1

1*

-1

2
2004

2005

2006

2007

2008

2009

-2

%
-

Dari sisi penawaran (sektoral), dibandingkan triwulan sebelumnya, sektor pertanian,


pertambangan-penggalian, sektor listrik-gas-air, sektor

perdagangan-hotel-restoran dan

sektor angkutan-komunikasi diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan, sedangkan


sektor-sektor yang lainnya yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor
keuangan mengalami perlambatan. Pertumbuhan terendah diperkirakan terjadi di sektor
pertambangan-penggalian yang pada triwulan laporan terjadi kontraksi karena melemahnya
harga komoditas hasil tambang di tingkat internasional. Sementara pertumbuhan tertinggi
terjadi di sektor angkutan-komunikasi antara lain terkait dengan adanya kegiatan kampanye
pemilu serta banyaknya hari libur selama triwulan laporan. Selanjutnya penyumbang terbesar

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor perdagangan-hotel-restoran, diikuti oleh sektor


angkutan-komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor pertanian dan sektor bangunan.

1.1 Permintaan Daerah


Pertumbuhan perekonomian di Sulawesi Selatan pada triwulan I-2009 didorong
utamanya oleh komponen konsumsi yang tumbuh cukup signifikan. Laju pertumbuhan
konsumsi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (y.o.y.
Sementara itu kinerja ekspor masih relatif mengalami tekanan, dimana secara tahunan,
pertumbuhan net ekspor Sulsel diperkirakan masih kontraksi meski mengalami perbaikan bila
dibandingkan pertumbuhan net ekspor pada triwulan sebelumnya.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)
KOMP ONEN
1. Konsumsi
2. Investasi
3. Ekspor
4. Impor
KOM PONEN
1. Konsumsi
2. Investasi
3. Ekspor
4. Impor

I - 08
IV - 08
I - 09 *
P ert umbuha n (%, y.o.y )
11.33
3.92
4.52
6.09
5.03
7.68
24.93
12.25
(3.55)
37.15
(9.08)
(5.25)
39.64
(6.76)
(6.16)
Sumbangan (%, y.o.y)
11.33
3.92
4.52
4.49
3.56
5.41
4.36
2.20
(0.70)
14.24
(4.20)
(2.48)
11.76
(2.36)
(2.29)

I - 08
IV - 08
I - 09*
Pe rtumbuhan (%, q.t.q)
1.44
(1.47)
2.03
1.02
0.63
3.57
10.87
(9.73)
(4.73)
3.48
(9.29)
7.84
8.15
(12.06)
8.85
Sumbangan (%, q.t .q)
1.44
(1.47)
2.03
0.72
0.44
2.55
1.95
(2.06)
(0.92)
1.61
(4.08)
3.17
2.85
(4.23)
2.77

Sumber : BPS Sulsel


Ket. : Angka Sementara
*) Perki raan Bank Indonesi a

1.1.1. Konsumsi
Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi diperkirakan tumbuh sebesar 7,68% (y.o.y),
lebih tinggi dibanding triwulan IV-2008 (5,03%; y.o.y), maupun dibandingkan triwulan I2008 (6,09%; y.o.y). Pertumbuhan kinerja konsumsi tersebut diperkirakan didorong oleh
kinerja konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah.
Kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 6,29% (y.o.y) dengan
sumbangan pertumbuhan sebesar 3,45% (y.o.y). Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 4,68% (y.o.y).
Pertumbuhan tersebut diperkirakan disebabkan oleh adanya ekspektasi peningkatan
pendapatan masyarakat, terutama pegawai negeri sipil, sehubungan dengan kenaikan gaji
PNS sebesar 15% terhitung Januari 2009. Meskipun realisasi pembayarannya pada bulan
April, namun berhubung ekspektasi sudah terbentuk sehingga cenderung meningkatkan
belanja pegawai negeri sipil. Selain itu konsumsi rumah tangga diperkirakan juga didorong
adanya belanja kampanye pemilu legislatif, banyaknya hari libur, serta adanya subsidi PPN
minyak goreng.

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Selanjutnya kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh


sebesar 12,91% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008 (6,49%, y.o.y) namun
sedikit melambat dibanding triwulan I-2008 (12,95%; y.o.y). Pertumbuhan kinerja konsumsi
pemerintah ini diperkirakan karena siklus musiman dimana anggaran pemerintah daerah
mulai terealisasi secara bertahap sesuai dengan berjalannya program-program kerja mereka.
Sementara apabila dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan
I-2008, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan laporan yang diperkirakan
mengalami perlambatan ini disebabkan karena faktor volume kegiatan pemerintah daerah
pada triwulan laporan yang relatif lebih kecil dibanding pada triwulan I-2008.
Selain itu, kinerja konsumsi nirlaba diperkirakan tumbuh sebesar 4,26% (y.o.y)
dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 0,03% (y.o.y). Angka pertumbuhan tersebut lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 1,45%
(y.o.y). Peningkatan pertumbuhan kinerja nirlaba tersebut diperkirakan karena meningkatnya
kinerja sektor sosial yang diduga didorong dari meningkatnya kinerja pelayanan rumah sakit
sebagai akibat dari meningkatnya penderita flu karena pengaruh dari perubahan musim.
Peningkatan kinerja tersebut didukung oleh terjadinya peningkatan penggunaan listrik sektor
sosial. Beberapa prompt indikator terjadinya pertumbuhan kinerja konsumsi tersebut di atas
terlihat dari grafik sebagai berikut :
Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi
Pemakaian Air (M)
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Rumah
di Makassar
Tangga
9,4

8,6

320

Rumah Tangga

20%

8%

300

y.o.y

15%

7%

280

9%

Y.O.Y (PA)

9,0
8,8

10%

Pemakaian Air (M)

9,2

Sumber : PDAM Mks


* Sementara

6%

8,4

5%

260

8,2

4%

240

8,0

3%

7,8

2%

7,6

1%

7,4

0%
3

2007

2008

-5%
-10%

200

-15%
1

2007

2009

Sosial
y.o.y

35

0%

220

Perkembangan Konsumsi Listrik


Sektor Sosial
40

5%

Juta GWH

Juta

10%

2008

1
2009

Perkembangan Konsumsi Listrik


Sektor Pemerintah
150%

22

100%

20

Gd Kantor Pemerintahan
y.o.y

50%
40%
30%
20%
10%
0%
-10%
-20%

18

30

50%

25

0%

20

-50%

12

-100%

10

16

15
2
2007

2
2008

1
2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Juta GWH

Juta GWH

14

3
2007

3
2008

1
2009

Triwulan I - 2009

1.1.2. Investasi
Laju pertumbuhan investasi di Sulsel diperkirakan negatif dan mengalami penurunan
yang sangat signifikan dibanding pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2008. Pada
triwulan I-2009, kinerja investasi diperkirakan tumbuh sebesar -3,55% (y.o.y) dengan
sumbangan pertumbuhan sebesar 0,70% (y.o.y). Sementara pertumbuhan pada triwulan IV2008 tercatat sebesar 12,25% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 2,20%
(y.o.y). Penurunan kinerja investasi tersebut diperkirakan masih dipengaruhi oleh dampak
krisis keuangan global yang mendorong perilaku pelaku usaha untuk menunggu kepastian
dampak dari krisis tersebut secara regional (Sulsel). Perilaku menunggu kepastian ini searah
dengan menurunnya kinerja sektor industri Sulsel yang diindikasikan dengan terjadinya
penurunan konsumsi listrik pada sektor industri dan bisnis. Indikator lain yang dapat
digunakan

untuk

menengarai

menurunnya

kinerja

investasi

adalah

menurunnya

pertumbuhan kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang disalurkan yaitu dari 18,99%
(y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi 13,55% (y.o.y) pada triwulan I-2009.
Beberapa prompt indikator yang relatif menunjukkan pertumbuhan kinerja investasi
di daerah adalah sebagai berikut :
Grafik 1.3. Prompt Pertumbuhan Kinerja Investasi
Volume Impor Barang Modal

Realisasi Pengadaan Semen


700%

Volume Impor

8
7

y.o.y

600%
500%

Capital Goods

400%

300%

200%

100%

0%

-100%

-200%

Juta Kg

2007

2008

1*
2009

400

Industri
y.o.y

50%

250

40%

200

30%

150

20%

100

10%

50

0%

-10%
1

30%

0%
-10%
-20%
3

2007

Triwulan I - 2009

2008

1
2009

2005

2006

2007

2008

1
2009

Bisnis
y.o.y

180
170
160
150
140
130
120
110
100
1
Juta GWH

Juta GWH

10

40%

10%

60%

Perkembangan Konsumsi Listrik


Sektor Bisnis

20%

70%

300

Perkembangan Konsumsi Listrik


Sektor Industri
240
220
200
180
160
140
120
100

Sumber : ASI
* : Sementara

Sulsel

350

Ribuan Ton

50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
3

2007

2008

1
2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Perkembangan Kredit Produktif


Bank Umum
20

40%

18

Produktif

35%

y.o.y

30%

16
14
12

25%

10

20%

15%

10%

5%

2
-

0%

Triliun Rp

2006

2007

2008

2009

1.1.3. Net Perdagangan Eksternal (Ekspor Impor)


Secara nominal, kinerja perdagangan ke luar Sulsel diperkirakan masih tumbuh
negatif yaitu sebesar -1,85% (y.o.y). meskipun masih lebih baik bila dibandingkan
pertumbuhan

pada

triwulan

sebelumnya

yang

tercatat

sebesar

-16,19%

(y.o.y),

pertumbuhan dimaksud masih jauh dibawah pertumbuhan pada triwulan I-2008 yang
tercatat sebesar 28,62% (y.o.y).
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor
Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total
Volume Ekspor
Y.O.Y

SULSEL

600
500
400
300
200
100
2

Ribu Ton

2006

2007

2008

40%
30%
20%
10%
0%
-10%
-20%
-30%
-40%
-50%
-60%

140

BIJIH LOGAM & SISA-SISA LOGAM

120

80
60
40
20
-

1*
2009

4
3
2
1
-

Ribu Ton

2006

2007

2008

1*
2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

2007

2008

1*
2009

Volume Ekspor Luar Negeri


Kopi,Teh, Kakao dll
25%
20%
15%
10%
5%
0%
-5%
-10%
-15%
-20%
-25%
-30%

80

KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA

70

40%
30%
20%
10%
0%
-10%
-20%
-30%
-40%
-50%

Volume Ekspor
Y.O.Y

60
50
40
30
20
10
Ribu Ton

Volume Ekspor
Y.O.Y

IKAN, UDANG, KERANG, DLL

2006

Volume Ekspor Luar Negri


Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain
6

400%
350%
300%
250%
200%
150%
100%
50%
0%
-50%
-100%
-150%

Volume Ekspor
Y.O.Y

100

Ribu Ton

700

Volume Ekspor Luar Negeri Nikel

2006

2007

2008

Triwulan I - 2009

1*
2009

11

Volume Muat Dalam Negeri


Melalui Pelabuhan
0.8

MUAT

Sumber : Pelindo IV
* : Sementara

y.o.y

20%

0.7

10%

0.6

0%

0.5

-10%

0.4

-20%

0.3

-30%

0.2

-40%

0.1

-50%
-60%

Ribu Ton

0.0
1

Apabila dilihat lebih dalam lagi, Kontraksi net perdagangan Sulawesi Selatan banyak
dipengaruhi perdagangan international dimana terjadi penurunan permintaan luar negeri
sebagai akibat dari krisis keuangan global yang sudah mulai terasa dampaknya pada
penghujung tahun 2008. Kemudian ditambah lagi dengan penguatan nilai tukar Rupiah
terhadap USD sejak pertengahan bulan Maret 2009 yang menyebabkan harga produk yang
diekspor menjadi relatif lebih mahal. Selain karena menurunnya permintaan luar negeri,
penurunan ekspor juga disebabkan produsen tidak dapat memenuhi kualitas standar
produksi yang diminta konsumen luar negeri misalnya kasus komoditi kakao. Kontraksi
pertumbuhan ekspor ke luar negeri pada TW I 2009

adalah sebesar -5,25% (y.o.y).

Kontraksi ini masih lebih baik bila dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada triwulan
IV-2008 yaitu sebesar -9,08% (y.o.y). Sementara itu di sisi perdagangan antar pulau, kinerja
ekspor antar pulau masih baik yang ditandai dengan meningkatnya volume muat dalam
negeri melalui pelabuhan pada triwulan laporan.
Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor
Volume Impor Luar Negeri Non Migas Total
350

SULSEL

Volume Impor

300

100%
80%

y.o.y

60%

250

40%

200

Volume Impor Gandum


350
300

120%

Gandum

Volume Impor

100%

y.o.y

80%

250

60%

200

40%

150

20%

20%
150

0%

100

-20%
50

-60%

2007

Triwulan I - 2009

3
2008

1*
2009

Juta Kg

-40%

0%

100

50

Juta Kg

12

-20%

-40%
-60%
1

3
2007

3
2008

1*
2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Volume Bongkar Dalam Negeri


Melalui Pelabuhan
1.4

BONGKAR

Volume Impor
Consumer Goods

Sumber : Pelindo IV
* : Sementara

y.o.y

40%

Volume Impor

30%

1.2

40%

20%

1.0

10%

0.8

0%

20%

0%
2

-10%
0.6

-20%

-20%

-40%

-30%

0.4

-40%

0.2

-60%

-50%

0.0

-60%
1

Juta Kg

Ribu Ton

60%

Consumer Goods

y.o.y

-80%
1

2007

1*

2008

2009

Selain itu, kinerja impor dari luar negeri juga mengalami pertumbuhan negatif
sebesar -6,16% (y.o.y), namun kontraksi tersebut sedikit lebih kecil bila dibandingkan
kontraksi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -6,76% (y.o.y).
Kontraksi pertumbuhan kinerja impor antar negara tersebut diperkirakan karena adanya
peningkatan volume impor barang konsumsi yang tercermin dari meningkatnya volume
impor luar negeri consumer goods dan arus bongkar muat barang pelabuhan. Demikian pula
di sisi perdagangan antar pulau diperkirakan terjadi peningkatan kinerja impor antar pulau
yang tercermin dari meningkatnya volume bongkar dalam negeri melalui pelabuhan.
1.2.

Penawaran Daerah (Sektoral)


Dari sisi penawaran, secara tahunan diperkirakan beberapa sektor, yaitu pertanian,

listrik-gas-air bersih, perdagangan-hotel-restoran dan angkutan-komunikasi, mengalami


peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya.
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah
Trw I-08
SEKTOR EKONOMI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik,Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Angkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan
Jasa - jasa
SEKTOR EKONOMI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik,Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Angkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan
Jasa - jasa

Trw IV-08

Trw I-09*

Pertumbuhan (%, y .o.y )


11,33
3,92
4,52
12,33
1,59
2,51
8,78
(9,45)
(8,23)
12,62
3,94
3,47
13,83
9,66
10,77
16,75
15,02
12,29
11,46
7,77
9,10
13,80
9,13
14,06
12,65
3,71
1,71
4,70
7,38
6,95
Sumbangan (%, y .o.y )
11,33
3,92
4,52
3,58
0,88
1,75
0,13
0,78
1,77
1,07
0,80
0,56

0,46
(0,94)
0,55
0,10
0,74
1,20
0,74
0,24
0,83

0,74
(0,81)
0,49
0,11
0,60
1,41
1,11
0,11
0,77

Trw I-08

Trw IV-08

Trw I-09*

Pertumbuhan (%, q.t.q)


1,44
(1,47)
2,03
3,13
(5,41)
4,06
(0,10)
(3,74)
1,24
1,74
0,57
1,29
0,46
2,00
1,48
0,42
2,99
(1,97)
1,86
(1,81)
3,12
(1,25)
1,27
3,21
1,05
(0,77)
(0,89)
0,19
3,93
(0,21)
Sumbangan (%, q.t.q)
1,44
(1,47)
2,03
0,90
(0,01)
0,24
0,00
0,02
0,29
(0,10)
0,07
0,02

(1,59)
(0,33)
0,08
0,02
0,16
(0,29)
0,11
(0,05)
0,43

1,15
0,11
0,18
0,02
(0,11)
0,50
0,27
(0,06)
(0,02)

Sumber : BPS Sulsel


Ket. : Angka Sementara
*) Perkiraan Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

13

Sedangkan sektor-sektor lainnya yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan


dan sektor keuangan mengalami perlambatan dan khusus untuk sektor pertambanganpenggalian masih mengalami kontraksi. Pertumbuhan tertinggi diperkirakan masih terjadi di
sektor angkutan-komunikasi yaitu tercatat sebesar 14,06% (y.o.y), sedangkan pertumbuhan
terendah terjadi di sektor pertambangan-penggalian yang kembali mengalami kontraksi
sebesar -8,23% (y.o.y).
Dari sisi sumbangan, penyumbang pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan
diperkirakan masih diberikan oleh sektor perdagangan-hotel-restoran, yaitu sebesar 1,41%.
yang tercatat mengalami peningkatan sumbangan dibandingkan sumbangan pada
pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Sedangkan sumbangan pertumbuhan tahunan
terendah diberikan oleh sektor pertambangan-penggalian yang menyumbang sebesar 0.81% (y.o.y).
Secara triwulanan (q.t.q), pertumbuhan ekonomi daerah didorong oleh sektor
pertanian,

perdagagan-hotel-restoran,

angkutan-komunikasi,

industri

pengolahan,

pertambangan-penggalian dan listrik-gas-air bersih yang masing-masing sektor memberikan


sumbangan sebesar 1,15%, 0,50%, 0,27%, 0,18%, 0,11%, dan 0,02%.

Secara

keseluruhan pertumbuhan triwulanan Sulsel juga tercatat mengalami peningkatan yaitu


tumbuh sebesar 2,03% dari -1,47% pada triwulan lalu. Dari sisi pertumbuhan, sektor
pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu sebesar 4,06%
(q.t.q),

kemudian

diikuti

sektor angkutan-komunikasi

(3,21%;

q.t.q),

dan

sektor

perdagangan-hotel-restoran (3,12%; q.t.q). Ketiga sektor tersebut mengalami pertumbuhan


triwulanan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulanan pada triwulan IV-2008.
1.2.1. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 2,51%
(y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,59% (y.o.y).
Diperkirakan peningkatan pertumbuhan sektor ini terutama didorong datangnya masa panen
padi pada akhir periode triwulan I-2009. Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian
diindikasikan pula dengan adanya peningkatan volume ekspor makanan ternak. Dapat
dikemukakan bahwa makanan ternak yang diekspor tersebut berbahan baku dari komoditi
yang termasuk dalam subsektor tanaman bahan makanan, yaitu jagung.
Sedangkan kinerja subsektor lainnya cenderung menunjukkan perlambatan, terutama
subsektor perikanan dan perkebunan. Jika melihat pada prompt indikator subsektor
perikanan dan perkebunan, maka terlihat penurunan volume ekspor komoditi subsektor
perkebunan dan perikanan. Perlambatan kinerja subsektor tersebut diperkirakan karena
faktor kualitas komoditi yang relatif kurang memenuhi permintaan pasar, sementara itu

14

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

berdasarkan dari hasil Liaison ke beberapa perusahaan eksportir kakao, permintaan terhadap
komoditi tersebut masih terbuka lebar. Namun perlambatan pada subsektor perikanan dan
perkebunan tersebut masih lebih kecil dibandingkan peningkatan pertumbuhan di subsektor
tanaman bahan makanan.
Grafik 1.6. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Pertanian
Volume Ekspor Luar Negeri
Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain
Volume Ekspor
Y.O.Y

IKAN, UDANG, KERANG, DLL

5
4
3
2
1
-

Ribu Ton

2006

2007

2008

25%
20%
15%
10%
5%
0%
-5%
-10%
-15%
-20%
-25%
-30%

2009

250%
200%
150%
100%
50%
0%
-50%
-100%

1*

Volume Ekspor
Y.O.Y

MAKANAN TERNAK

40
35
30
25
20
15
10
5
-

Ribu Ton

Volume Ekspor Luar Negeri


Makanan Ternak

2006

2007

2008

1*
2009

Volume Ekspor Luar Negeri


Kopi,Teh, Kakao dll
80

KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA

70

40%
30%
20%
10%
0%
-10%
-20%
-30%
-40%
-50%

Volume Ekspor
Y.O.Y

60
50
40
30
20
10

Ribu Ton

2006

2007

2008

1*
2009

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan


Perlambatan pertumbuhan diperkirakan juga terjadi di sektor industri pengolahan
yang pada triwulan laporan tercatat tumbuh 3,47% (y.o.y), sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,94% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan sektor ini diperkirakan disebabkan oleh menurunnya produktifitas subsektor
industri pengolahan semen yang relatif signifikan. Penurunan produktifitas tersebut terkait
dengan pelaksanaan proyek, terutama proyek pemerintah sehubungan dengan realisasi
anggaran belanja modal yang pada triwulan I-2009 relatif belum terealisasi. Namun di sisi
lain, di subsektor industri makanan-minuman diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan
sektor ini. Hal tersebut ditandai dengan produktifitas produksi tepung terigu yang mengalami

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

15

perbaikan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara di industri kayu diperkirakan juga


mengalami perlambatan, yang ditandai dengan penurunan volume ekspor kayu olahan.
Grafik 1.7. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Industri Pengolahan
Realisasi Pengadaan Semen
Sumber : ASI
* : Sementara

Sulsel

70%
60%

30%

300

50%

20%

250

40%

10%

200

30%

0%

150

20%

100

10%

50

0%

350

Ribuan Ton

-10%
1

Produksi - kanan
yoy - kiri

200

150

100

-10%
-20%

50

-30%
-40%

0
1

2005

2006

2007

2008

25%

y.o.y

3.50

20%

3.00
15%

2.50
2.00

10%

1.50

5%

1.00
0%

0.50
0.00

-5%
1

2006

2007

2008

2006

2007

2008

2009

Volume Ekspor Kayu Olahan

1
2009

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
Ribu Ton

Industri pengolahan

2009

Kredit Sektor Industri Bank Umum

Rp Triliun

2005

4.00

250

Sumber : EFM Mks


* : Sementara

Ribuan Ton

400

Realisasi Produksi Tepung Terigu


40%

BARANG2 KAYU & GABUS

10%

Volume Ekspor
Y.O.Y

0%
-10%
-20%
-30%
-40%
-50%
-60%

2006

2007

2008

1*
2009

1.2.3. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran


Peningkatan pertumbuhan terjadi di sektor perdagangan-hotel-restoran yang
diperkirakan tumbuh sebesar 9,10% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap total pertumbuhan
sebesar 1,41%. Sementara pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2008 sebesar 7,77%
(y.o.y) dengan sumbangan sebesar 1,20%. Meningkatnya pertumbuhan di sektor ini
diperkirakan karena terjadi pertumbuhan subsektor hotel dan restoran terkait dengan
kegiatan kampanye Pemilu 9 April 2009.
Sedangkan dari subsektor perdagangan besar-eceran, diduga juga mengalami
pertumbuhan. Hal ini didukung oleh meningkatnya arus bongkar muat melalui angkatan laut
dan juga pada arus bongkar muat cargo melalui angkutan udara.

16

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran


Arus Bongkar Muat Melalui
Angkutan Laut
Sumber : Pelindo IV
* : Sementara

MUAT

2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0

Ribu Ton

2005

2006

2007

2008

40%
30%
20%
10%
0%
-10%
-20%
-30%
-40%
-50%
-60%

DEP

14.000

y.o.y

25%
20%
15%
10%
5%
0%
-5%
-10%
-15%

10.000
8.000
6.000
4.000

2.000

Smb : Bandara S. Hasanuddin


* : Sementara

1
2009

ARR
Lalu Lintas Cargo

12.000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

Ribu Kg

BONGKAR

3,0

Arus Bongkar Muat Cargo Melalui


Angkutan Udara

2004

2005

2006

2007

2008 2009

1.2.4. Sektor Jasa-jasa


Diperkirakan masih mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu dari 7,38% (y.o.y)
pada triwulan IV-2008 menjadi sebesar 6,95% (y.o.y) pada triwulan laporan dengan
sumbangan terhadap total pertumbuhan adalah sebesar 0,77%.
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa
Konsumsi Listrik Sektor Sosial
40

Sosial
y.o.y

35

Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah


150%

22

100%

20

Gd Kantor Pemerintahan
y.o.y

50%
40%
30%
20%
10%
0%
-10%
-20%

18

30

50%

25

0%

20

-50%

12

15

-100%

10

16

2007

2008

1
2009

Konsumsi Listrik Umum


(Penerangan Jalan Umum)
28

30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
-5%
-10%

27
26
25
24
23
Juta GWH

3
2007

3
2008

2007

2008

1
2009

Kredit Sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan


Bank Umum

Penerangan Jln Umum


y.o.y

29

Juta GWH

1
2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

0.35

Jasa Sosial Masyarakat

120%

y.o.y

0.30

100%

0.25

80%

0.20

60%

0.15

40%

0.10

20%

0.05

0%

0.00
Rp Triliun

Juta GWH

14

-20%
1

2006

2007

2008

1
2009

Triwulan I - 2009

17

Perlambatan tersebut diduga karena terjadi penurunan kinerja pada subsektor jasa
dunia usaha. Hal ini tercermin pada terjadinya penurunan kredit yang diberikan Bank Umum
untuk subsektor jasa dunia usaha. Selain itu, dorongan pertumbuhan pada sektor jasa-jasa
diduga berasal dari subsektor pemerintah umum. Hal ini tercermin dari terjadinya
peningkatan pertumbuhan konsumsi listrik pada subsektor pemerintahan, yang diperkirakan
terjadi sehubungan dengan banyaknya agenda pembahasan program kerja untuk tahun
2009 oleh Pemda.
1.2.5. Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan diperkirakan mengalami
peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada triwulan I-2009, sektor ini
diperkirakan tumbuh sebesar 14,06% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah
sebesar 1,11% (y.o.y), sementara pertumbuhan pada triwulan IV-2008 sebesar 9,13% (y.o.y)
dengan sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar 0,74% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan
sektor ini diperkirakan didominasi oleh kenaikan kinerja subsektor pengangkutan, yang relatif
disebabkan oleh meningkatnya aktivitas perjalanan ke luar kota sebagai akibat dari
banyaknya libur hari besar yang berdekatan akhir pekan, yaitu Tahun Baru China (26 Januari
2009), Maulid Nabi dan Hari Raya Nyepi (9 dan 10 Maret 2009) dan menjelang Pemilu (9
April 2009) yang diikuti dengan Wafatnya Isa Almasih (10 April 2009).
Selain itu, peningkatan pertumbuhan juga diperkirakan terjadi pada subsektor
komunikasi, yang diperkirakan karena terjadi perang tarif murah antar operator seluler masih
terus berlanjut, sebagai akibat dari terjadinya peningkatan penggunaan seluler oleh
masyarakat.
Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan
Lalu Lintas Penumpang
Angkutan Udara

Ribu Org

1.000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
-

DEP

ARR

Lalu Lintas Pesawat


Angkutan Udara
y.o.y

Lalu Lintas Penumpang

Smb : Bandara S. Hasanuddin


* : Sementara

80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
-10%

Lalu Lintas Pesaw at

DEP

16.000
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
-

ARR

Smb : Bandara S. Hasanuddin


* : Sementara

50%
40%
30%
20%
10%
0%
-10%
-20%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2004
2004

2005

2006

2007

2005

2006

2007

2008 2009

2008 2009

Lalu Lintas Penumpang

18

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Angkutan Laut
400.000

Embarkasi (keluar)

350.000

Debarkasi (masuk)

300.000
250.000

Jumlah Penumpang

200%
150%

Y.O.Y
Sumber : Pelindo IV
* : Sementara

100%

200.000

50%

150.000

0%

100.000

-50%

50.000
-

-100%
1

2006

2007

2008

1
2009

1.2.6. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan


Pada triwulan laporan diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari
3,71% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi sebesar 1,71% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan tersebut diperkirakan didorong oleh perlambatan kinerja di subsektor bank,
yang ditandai dengan menurunnya Nilai Tambah Bruto Bank Umum. Kondisi tersebut
diperkirakan karena spread antara suku bunga simpanan dan pinjaman yang semakin tipis.
Penurunan BI-rate diperkirakan lambat direspon oleh perbankan melalui penurunan suku
bunga kredit. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena terjadi persaingan tingkat suku
pinjaman yang cenderung masih tinggi, terutama deposito. Selain subsektor bank,
perlambatan juga terjadi di subsektor lembaga keuangan non bank, yang ditandai dengan
melambatnya pertumbuhan tahunan pembiayaan non bank, meskipun secara nominal
mengalami peningkatan. Peningkatan secara nominal tersebut diperkirakan karena terjadi
peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan liburan yang cukup banyak di
triwulan laporan serta kebutuhan menjelang pemilu.
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Nilai Tambah Bruto Bank Umum
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
-5%
-10%

7
6
5
4

SULSEL

y.o.y

2
1
Rp Triliun

3
2007

3
2008

1
2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

1.400

60%

Sumber : Kanwil Pegadaian Sulsel


Pembiayaan

1.200

50%

YoY

1.000

40%

800
30%
600
20%

400

10%

200
Milyar Rp

Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank

0%
1

3
2006

3
2007

2008

Triwulan I - 2009

1
2009

19

1.2.7. Sektor Lainnya


Sektor listrik-gas-air bersih, diperkirakan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi
dibanding pertumbuhan pada triwulan IV-2008. Pada triwulan laporan, sektor ini
diperkirakan tumbuh sebesar 10,77% (y.o.y), sementara pada triwulan IV-2008 tumbuh
sebesar

9,66%

(y.o.y).

Dimana

sumbangan

sektor

listrik-gas-air

bersih

terhadap

pertumbuhan ekonomi Sulsel sebesar 0,11%(y.o.y). Pertumbuhan sektor ini masih didominasi
oleh sumbangan subsektor listrik. Peningkatan pertumbuhan pada sektor ini diperkirakan
karena diresmikannya beberapa pembangkit listrik, yaitu PLTG Sengkang pada 12 Maret
2009 beroperasi kembali PLTA Bakaru dan PLTU Tello pada awal April 2009.
Di subsektor air bersih, diperkirakan juga terjadi peningkatan pertumbuhan tahunan
dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan di
subsektor ini ditandai dengan peningkatan pemakaian air di Makassar. Sementara jumlah
pemasangan saluran air mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan meskipun secara
nominal mengalami peningkatan.
Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Penjualan Listrik (Juta Kwh)

2007

2008

25%
20%
15%
10%
5%
0%
-5%
-10%
4

1
2009

9,4

8,6

9%

Y.O.Y (PA)

9,0
8,8

10%

Pemakaian Air (M)

9,2

8%

Sumber : PDAM Mks


* Sementara

7%
6%

8,4

5%

8,2

4%

8,0

3%

7,8

2%

7,6

1%

7,4

0%
1

Juta

Total Pemakaian Listrik


y.o.y

700
680
660
640
620
600
580
560
540
Juta GWH

Pemakaian Air (M) di Makassar

2007

2008

1
2009

Pemasangan Saluran Air di Makassar


430

4,4%

Pemasangan Saluran (SL)


Y.O.Y (SL)

420

4,3%
4,2%

Sumber : PDAM Mks


* Sementara

410

4,1%

400

4,0%
3,9%

390

3,8%
380

3,7%

Ribuan

370

20

Triwulan I - 2009

3,6%
1

3
2007

3
2008

1
2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Sektor pertambangan-penggalian, diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan


yang lebih rendah dibanding kontraksi pada triwulan IV-2008 ( -9,45%; y.o.y). Kontraksi
pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan diperkirakan sebesar 8,23% (y.o.y) dengan
sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar -0,81% (y.o.y). Penyumbang terbesar kontraksi
ini adalah masih pada subsektor pertambangan bukan migas. Kontraksi pada subsektor
pertambangan bukan migas diperkirakan karena masih menurunnya produktifitas hasil
tambang, terutama nikel. Penurunan produksi nikel tersebut ditandai dengan menurunnya
volume ekspor nikel Sulsel yang juga dibarengi dengan penurunan harga nikel di pasar dunia
sehingga secara nilai pun mengalami penurunan. Selain itu perlambatan sektor ini diduga
didorong oleh pertambangan rakyat, seperti penambangan pasir, batu dan kerikil dan hasil
tambang non logam. Hal tersebut ditandai dengan penurunan volume ekspor barang-barang
dari mineral non logam.
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian
Volume Ekspor Nikel
BIJIH LOGAM & SISA-SISA LOGAM

120

400%
350%
300%
250%
200%
150%
100%
50%
0%
-50%
-100%
-150%

Volume Ekspor
Y.O.Y

100
80
60
40
20

Ribu Ton

2006

2007

2008

US$/Metric Ton

50.000
Sumber : Bloomberg

40.000
30.000
20.000
10.000
-

1*

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4

140

Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia


60.000

2009

2006

2007

2008

2009

Volume Ekspor
Barang-barang dari Mineral
Non Logam
400

BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAM

350

0%
-10%
-20%
-30%
-40%
-50%
-60%
-70%
-80%
-90%
-100%

Volume Ekspor
Y.O.Y

300
250
200
150
100
50

Ribu Ton

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

2006

2007

2008

1*
2009

Triwulan I - 2009

21

Sektor bangunan, diperkirakan masih mengalami pertumbuhan positif yang cukup


besar namun lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor ini
diperkirakan tumbuh 12,29% (y.o.y) sedangkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
sebesar 15,02% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan pada sektor ini ditandai dengan
menurunnya realisasi pengadaan semen di wilayah Sulsel pada triwulan I-2009 dibanding
triwulan IV-2008. Selain itu juga ditunjukan oleh menurunnya pemberian kredit konstruksi
dan properti oleh Bank Umum. Perlambatan ini diduga karena banyak proyek-proyek
pemerintah untuk tahun 2009 dan juga program stimulus fiskal di bidang infrastruktur yang
belum direalisasikan.
Di sisi lain, dorongan pertumbuhan terjadi pada sektor properti sehubungan dengan
penurunan suku bunga KPR oleh sejumlah bank pada pertengahan kuartal I-2009.
Penurunan suku bunga KPR ini sangat berpengaruh terhadap sektor properti karena
pembelian rumah di Sulsel 95% dilakukan dengan KPR.
Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan
Realisasi Pengadaan
Semen
400

Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi


Bank Umum

Sumber : ASI
* : Sementara

Sulsel

350

70%

300

50%

250

40%

200

30%

150

20%

100

10%

50

0%

Konstruksi

90%

y.o.y

80%

1.70

70%
60%

1.20

50%
40%

0.70

30%
20%

0.20

-10%
1

2005

2006

2007

2008

10%
Rp Triliun

Ribuan Ton

2.20

60%

-0.30

2009

2006

2007

2008

0%

2009

Perkembangan Kredit Properti


Bank Umum
7
6

KREDIT PROPERTY

45%

y.o.y

40%
35%

30%

25%

20%
15%

10%

Millions

5%

22

0%
I - 07

II - 07 III - 07 IV - 07

I - 08

Triwulan I - 2009

II - 08 III - 08 IV - 08

I - 09

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Bab 2

Perkembangan Inflasi

Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan I-2009 tercatat sebesar 9,01% (y.o.y),
lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 12,40% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang
tercatat sebesar 7,92% (y.o.y). Masih tingginya laju inflasi tersebut, diperkirakan karena
terjadi peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan adanya kenaikan gaji Pegawai
Negeri Sipil (PNS) sebesar 15% dan kegiatan menjelang Pemilu legislatif pada awal triwulan
II-2009. Terkait dengan kenaikan gaji PNS, meski realisasi pembayarannya dilakukan pada
April 2009 namun hal ini dapat menciptakan ekspektasi yang mampu mendorong terjadinya
peningkatan konsumsi masyarakat. Sementara kondisi yang diperkirakan mampu menahan
tekanan laju inflasi di Sulsel adalah adanya masa panen padi pada akhir triwulan laporan,
subsidi PPN pada komoditi minyak goreng, penurunan harga BBM yang sampai 3 kali,
dimana terakhir dilakukan pada awal triwulan laporan dan ketersediaan

pasokan atas

barang dan jasa terutama sayur---sayuran di pasar regional. Kondisi ini relevan dengan
perkiraan kenaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2009 yang terutama didorong
oleh sektor konsumsi sebagaimana dikemukakan pada bab 1.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
-2

Sumber : BPS, diolah


y.o.y - Nas
y.o.y - Ss
y.t.d - Ss

2003

2004

2005

2006

2007

2008

1
2009

Laju inflasi tahunan tertinggi masih terjadi pada kelompok bahan makanan yang
tercatat sebesar 13,17% (y.o.y), melambat cukup signifikan dibandingkan laju inflasi pada
triwulan sebelumnya yaitu sebesar 21,45% (y.o.y). Sementara itu laju inflasi tahunan
terendah terjadi pada kelompok transpor-komunikasi-jasa keuangan yaitu sebesar 1,77%

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

23

(y.o.y), yang juga lebih rendah dibanding laju inflasi tahunan pada triwulan sebelumnya yaitu
sebesar 5,29% (y.o.y).
Berdasarkan tahun kalender, laju inflasi kumulatif sampai dengan akhir bulan Maret
2009 tercatat masih dibawah 1% yaitu sebesar 0,91% (y.t.d), lebih rendah dibandingkan laju
inflasi kumulatif pada periode yang sama tahun 2008 yaitu sebesar 4,05% (y.t.d). Tekanan
harga kumulatif tertinggi terjadi di kelompok sandang yaitu sebesar 4,71% (y.t.d), disusul
kelompok bahan makanan yaitu sebesar 2,19% (y.t.d). Sementara itu kelompok transporkomunikasi-jasa keuangan malah mengalami pelemahan harga yaitu sebesar -3,28% (y.t.d).
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y)
KETERANGAN
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transpor
UMUM / TOTAL

1
14,52
4,98
2,89
5,49
2,85
12,99
0,54
6,68

2007
2
3
10,53 16,84
3,28
3,75
2,55
2,45
3,38
6,37
2,71
4,08
12,12
8,5
0,48
0,35
5,11
6,98

4
11,27
4,03
3,01
9,29
4,39
8,25
0,27
5,71

1
17,27
8,67
5,04
13,87
4,34
6,19
0,31
8,13

2008
2
3
21,16 18,30
10,37 14,10
9,30 11,91
13,53 11,89
7,65
8,96
6,07
3,16
7,82
7,84
11,92 12,29

4
21,45
14,46
11,13
11,32
11,11
3,72
5,29
12,40

2009
1
13,17
11,97
9,34
11,12
10,21
3,55
1,77
9,01

Sumber : BPS, diolah


Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007

2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang


Tabel 2.1

Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barangInflasi


danKelompok
jasa pada triwulan
Barang/Jasa
(%,adalah
y.o.y) sebagai
IV-2008 di Makassar, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang
terkecil

berikut:
Kelompok Bahan Makanan, ditinjau dari sub kelompoknya, perlambatan laju inflasi
tahunan pada kelompok ini terjadi pada 7 sub kelompok yaitu antara lain : perlambatan
terbesar pada sub kelompok kacang-kacangan,
sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok
ikan

segar.

Masing-masing

sub

kelompok

tersebut mengalami perlambatan laju inflasi


sebesar -64,99%, -25,64% dan -18,16%, yang
secara umum disebabkan karena faktor pasokan
yang relatif melimpah di pasar regional. Dan
bahkan untuk sub kelompok lemak-minyak
mengalami koreksi sebesar -16,43% dibanding
triwulan

sebelumnya

sehingga

laju

inflasi

tahunannya menjadi -3,37% (y.o.y). Perlambatan

24

Triwulan I - 2009

Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok


Bahan Makanan
y .o.y
IV-2008
- Padi2an, Umbi2an & Hslnya
9,21
- Daging & Hasil-hasilnya
24,24
- Ikan Segar
43,79
- Ikan Diawetkan
37,18
- Telur, Susu & Hasil-hasilnya
9,93
- Sayur-sayuran
28,49
- Kacang-kacangan
73,32
- Buah-buahan
17,60
- Bumbu-bumbuan
-4,77
- Lemak & Minyak
13,06
- Bahan Makanan Lainnya
8,01
Inflasi Kelompok
21,45
Sub Kelompok

(%)
I-2009
10,39
25,08
25,63
30,92
7,72
2,85
8,33
11,12
8,74
-3,37
9,09
13,17

Sumber : BPS diolah

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

pada sub kelompok lemak-minyak tersebut relatif disebabkan adanya kebijakan stimulus
pemerintah yang berupa subsidi PPN untuk komoditas minyak goreng, sehingga
pertumbuhan harga minyak goreng secara tahunan mengalami penurunan, sejalan dengan
rata-rata tingkat harga CPO di pasar internasional secara tahunan yang juga mengalami
penurunan. Perlambatan laju inflasi sub kelompok-sub kelompok tersebut sejalan dengan
hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang beberapa komoditinya menunjukkan penurunan
harga secara tahunan.
Grafik 2.2. Beberapa Komoditi dalam Sub Kelompok Sayur-sayuran dan
Kacang-kacangan Hasil SPH di Makassar
Tempe

Minyak Goreng

100.0%

11,000

15%

14,000

y.o.y - axis kiri

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

Harga - axis kanan

10,000

80.0%

10%

13,000

5%

12,000

9,000
60.0%
8,000
40.0%

0%

11,000
III

7,000
20.0%

IV

II

III

2007

-5%

IV

2008

I
2009

10,000

6,000
0.0%
III

IV

II

2007

-20.0%

III

IV

2008

2009

5,000

-10%

9,000

4,000

-15%

8,000

Bayam

Kentang

45.0%

8,000

20.0%

y.o.y - axis kiri


40.0%

8,000
y.o.y - axis kiri

7,500

Harga - axis kanan

Harga - axis kanan

15.0%

35.0%

7,500

7,000

30.0%

10.0%

6,500

7,000

25.0%
6,000

5.0%

20.0%

6,500

5,500

15.0%

0.0%

5,000

10.0%

III

IV

II

III

IV

I
6,000

-5.0%

4,500

5.0%
0.0%

2007

2008

2009

4,000
III

IV
2007

II

III

IV

2008

5,500

-10.0%

I
2009

-15.0%

5,000

Grafik 2.3. Rata-rata Harga CPO di Pasar Internasional


4,000
3,500

Ringgit/ton
(metrik)

3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500

2006

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

2007

2008

2009

Triwulan I - 2009

25

Di sisi lain, peningkatan laju inflasi tahunan pada kelompok bahan makanan yang
paling besar terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan, yang meningkat sebesar 13,51%
(y.o.y) dari laju inflasi tahunan pada triwulan IV-2008. Peningkatan yang cukup tinggi
tersebut diperkirakan karena faktor cuaca yang mempengaruhi hasil panen komoditi pada
sub kelompok bumbu-bumbuan, seperti bawang merah, bawang putih, cabe merah dan
cabe rawit.
Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Sub Kelompok Bumbu,
Padi dan Daging Hasil SPH di Makassar
Beras
Cabe Merah
2%

7,000

y.o.y - axis kiri

30.0%

25,000
y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

25.0%

6,900

1%

Harga - axis kanan

23,000

20.0%

6,800

21,000

1%
15.0%
6,700

19,000

0%

10.0%
III

IV

II

2007

-1%

III

IV

2008

6,600

17,000
5.0%

2009
6,500

15,000

0.0%
III

-1%

6,400

-2%

IV

6,300

-10.0%

29,000

80%

II

III

IV

I
13,000

-5.0%

2007

2008

2009
11,000

Daging Ayam Ras

Bawang Merah

32.5%

24,000

y.o.y - axis kiri

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

32.0%

Harga - axis kanan

27,000

60%

25,000

40%

23,000

20%

22,000

31.5%
31.0%

20,000

30.5%

18,000

30.0%

16,000
29.5%

21,000

0%
III

29.0%
19,000

-20%

28.5%
28.0%

17,000
III

IV

II

III

2007

IV

2008

2009

IV

II

2007

III

IV

2008

I
2009

14,000
12,000

-40%

10,000

-60%

8,000

Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan


25
y.t.d
20

y.o.y

15
10
5
0
1

-5
%

26

2004

Triwulan I - 2009

2005

2006

2007

2008

2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Selain itu, sub kelompok padi-padian, sub kelompok bahan makanan lainnya dan sub
kelompok daging juga mengalami peningkatan laju inflasi tahunan namun dalam besaran
yang relatif kecil yaitu masing-masing sebesar 1,18%, 1,08% dan 0,83%. Peningkatan
tersebut diperkirakan karena faktor permintaan yang terjadi peningkatan namun dalam
besaran yang relatif minim.

Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok


Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
y .o.y
IV-2008
- Makanan Jadi
17,91
- Minuman yg Tidak Beralkohol
7,83
- Tembakau & Min. Beralkohol
9,95
Inflasi Kelompok
14,46
Sub Kelompok

Kelompok Makanan Jadi-MinumanRokok-Tembakau, mengalami inflasi tahunan


sebesar 11,97% (y.o.y) pada triwulan laporan,
lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya

(%)
I-2009
13,40
9,26
10,25
11,97

Sumber : BPS diolah

yang sebesar 14,46% (y.o.y). Perlambatan


tersebut banyak dipengaruhi oleh laju inflasi sub kelompok makanan jadi yang melambat
sebesar -4,5% terkait dengan penurunan harga minyak goreng, sementara 2 sub kelompok
lainnya mengalami sedikit peningkatan yaitu masing-masing meningkat sebesar 1,4% untuk
sub kelompok minuman tidak beralkohol dan 0,3% untuk sub kelompok tembakau dan
minuman beralkohol.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi
16
14

y.t.d

12

y.o.y

10
8
6
4
2
0
1

-2

2004

2005

2006

2007

2008

1
2009

Grafik 2.7. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi


Hasil SPH di Makassar
Ayam Goreng
Mie
40%

9,000

y.o.y - axis kiri

18.0%

7,000
y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

35%

16.0%

6,800

Harga - axis kanan

8,500
14.0%

30%

6,600
8,000

25%
20%

12.0%
10.0%

6,400

8.0%

6,200

7,500

15%

7,000

6.0%
6,000

10%

4.0%
6,500

5%

5,800

2.0%

0%

6,000
III

IV
2007

II

III
2008

IV

I
2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

0.0%

5,600
III

IV
2007

II

III
2008

IV

I
2009

Triwulan I - 2009

27

Gula Pasir

Nasi

18.0%

7,700

24%

16.0%

Harga - axis kanan

7,500

9,500

y.o.y - axis kiri

y.o.y - axis kiri

Harga - axis kanan

23%

9,000

14.0%
12.0%

22%

8,500

21%

8,000

20%

7,500

19%

7,000

18%

6,500

7,300

10.0%
7,100
8.0%
6.0%

6,900

4.0%
6,700
2.0%
0.0%

6,500
III

IV

II

2007

III

IV

2008

17%

6,000
III

IV

2007

2009

II

III

IV

2008

2009

Selanjutnya peningkatan laju inflasi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol
diperkirakan didorong oleh kenaikan harga gula pasir sehubungan dengan keterbatasan
ketersediaan pasokan gula pasir di pasar regional, sedangkan peningkatan laju inflasi pada
sub kelompok tembakau-minuman beralkohol diperkirakan karena adanya kenaikan tarif
cukai hasil tembakau yang rata-rata sebesar 7% yang efektif berlaku Februari 2009.

Kelompok
laporan

Sandang

mengalami

inflasi

pada

periode

sebesar

11,12%

Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok


Sandang
S ub Ke lompo k
- Sandang Laki-laki

(y.o.y), juga lebih rendah dibandingkan triwulan


sebelumnya

(11,32%;

y.o.y).

- Sandang Wanita
- Sandang Anak-anak
- Brg Pribadi & Sdg Lainny a

Perlambatan

pertumbuhan laju inflasi tersebut terjadi pada

Infla si Ke lompok

y .o.y
IV-2008
8.08
5.95
6.56
22.58
11.32

( %)
I-2009
7.72
5.45
6.33
21.76
11.12

Sumber : BPS diolah

semua sub kelompok sandang. Perlambatan laju

inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya, yaitu sebesar
22,58% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi 21,76% (y.o.y) pada triwulan laporan.
Perlambatan pada sub kelompok ini diperkirakan karena tekanan tingkat harga internasional
untuk komoditi emas mengalami koreksi sehingga relatif mempengaruhi tingkat harga emas
perhiasan di pasar regional, meskipun pada level harga yang masih relatif tinggi.
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Emas
Makassar
Internasional
45.0%

316,500
y.o.y - axis kiri

40.0%

296,500

Harga - axis kanan

35.0%

1.200
1.000

276,500

$/Troy oz

Harga Emas

800

30.0%

256,500

25.0%
236,500

600

216,500

400

20.0%
15.0%

196,500

10.0%

156,500
III

IV

II

2007

Triwulan I - 2009

III
2008

IV

I
2009

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3

0.0%

28

200

176,500

5.0%

2006

2007

2008

2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Sedangkan perlambatan pada sub kelompok sandang laki-laki, wanita dan anak-anak
diduga karena pengaruh kebijakan penurunan BBM oleh pemerintah. Pada akhir triwulan
laporan, sub kelompok sandang laki-laki tercatat sebesar 7,72% (y.o.y), sub kelompok
sandang wanita sebesar 5,45% (y.o.y) dan sub kelompok sandang anak-anak sebesar 6,33%
(y.o.y).
Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang
16
14

y.t.d

12

y.o.y

10
8
6
4
2
0
1
%

2004

2005

2006

2008

1
2009

y .o.y (%)
IV-2008 I-2009
14,0
13,7
6,7
6,9
20,3
15,8
9,7
8,7
11,1
10,2

- Jasa Kesehatan
- Obat-obatan
- Jasa Perawatan Jasmani
- Perwtn Jasmani & Kosmetika

sebelumnya

(11,1%; y.o.y). Perlambatan ini didorong oleh


sub kelompok jasa perawatan jasmani, yang

Sub Kelompok

tahunan sebesar 10,2% (y.o.y), sedikit lebih


triwulan

Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok


Kesehatan

laporan mencatat pertumbuhan laju inflasi


dibandingkan

2007

Kelompok Kesehatan pada triwulan

rendah

Inflasi Kelompok
Sumber : BPS diolah

diperkirakan karena relatif menurunnya permintaan masyarakat. Sementara tekanan inflasi


pada kelompok ini relatif disebabkan oleh kenaikan harga obat generik. Namun karena
terdapat subsidi sebagian oleh pemerintah maka tekanan inflasi relatif tertahan. Laju inflasi
sub kelompok obat-obatan pada triwulan I-2009 sebesar 6,9% (y.o.y), sementara pada
triwulan IV-2008 tercatat sebesar 6,7% (y.o.y).
.Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan
12

y.o.y
y.t.d

10
8
6
4
2
0
-2
%

2004

2005

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

2006

2007

2008

Triwulan I - 2009

1
2009

29

Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, juga mengalami perlambatan


laju inflasi yang tercatat sebesar 9,34% (y.o.y), sementara laju inflasi triwulan sebelumnya
sebesar 11,13% (y.o.y). Perlambatan laju inflasi terjadi pada semua sub kelompok, terutama
pada sub kelompok bahan bakar-penerangan-air yang melambat menjadi 4,28% (y.o.y) yang
pada triwulan sebelumnya juga mengalami perlambatan inflasi. Perlambatan pada kelompok
ini, secara umum, diperkirakan karena pengaruh penurunan harga BBM pada awal triwulan I2009, kelanjutan dari kebijakan penurunan BBM pada akhir triwulan IV-2008.
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan
14

y.t.d

12

y.o.y
Sumber : BPS, diolah

10
8
6
4
2
0
1
%

2004

2005

2006

Sementara tekanan inflasi yang relatif


disebabkan

oleh

pengaruh

tingkat

harga

internasional untuk beberapa komoditi bahan


bangunan, seperti baja, mengalami penurunan,
sehingga

mendorong

terjadinya

penurunan

harga komoditi di subsektor biaya tempat

2007

2008

1
2009

Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok


Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
Sub Kelompok
- Biaya Tempat Tinggal
- Bhn Bakar, Penerangan & Air
- Perlengkapan Rumah Tangga
- Penyelenggaraan Rmh Tgg

Inflasi Kelompok

y .o.y (%)
IV-2008 I-2009
13,91 11,95
7,03
4,28
7,53
7,46
11,62
8,99
11,13
9,34

Sumber : BPS diolah

tinggal.

Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, laju inflasi tahunannya relatif tercatat


mengalami koreksi apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2009,
kelompok ini tercatat mengalami inflasi tahunan sebesar 3,55% (y.o.y), lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya (3,72%; y.o.y).
Secara umum perlambatan ini diperkirakan
karena terjadi penurunan permintaan. Sementara
tekanan inflasi relatif terjadi pada sub kelompok
rekreasi yang diperkirakan karena relatif terdapat
beberapa

hari

libur,

terutama

pada

menjelang pemilu legislatif (9 April 2009).

saat

Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok


Pendidikan-Rekreasi-Olahraga
y .o.y (%)
IV-2008 I-2009
- Jasa Pendidikan
5,1
5,1
- Kursus-kursus/Pelatihan
1,3
1,4
- Perlengkapan/Perltn Pendd.
2,7
2,1
- Rekreasi
2,3
2,4
- Olahraga
2,0
1,1
Inflasi Kelompok
3,7
3,5
Sub Kelompok

Sumber : BPS diolah

30

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan


20

y.o.y
y.t.d

15

10

0
1

-5
%

2004

2005

2006

2007

2008

1
2009

Penurunan permintaan terhadap komoditi pada kelompok ini terutama terjadi pada
sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan dan sub kelompok olahraga. Laju inflasi
sub kelompok peralatan/perlengkapan pendidikan melambat menjadi 2,1% (y.o.y) sementara
laju inflasi sub kelompok olahraga melambat menjadi 1,1% (y.o.y).
Kelompok

Transportasi-Komunikasi-Jasa

Keuangan,

sehubungan

dengan

adanya kebijakan penurunan BBM, yang terjadi sebanyak 3x, laju inflasinya mengalami
penurunan menjadi 1,8% (y.o.y), sementara pada triwulan IV-2008 tercatat 5,3% (y.o.y).
Perlambatan tersebut, terutama pada sub

Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok


Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan

kelompok transpor, yaitu dari 10,3% (y.o.y)


Selain

itu,

deflasi

pada

sub

y .o.y ( %)
IV-2008 I-2009
10.3
5.3
(10.5) (11.1)
6.1
6.5
6.3
4.0
5.3
1.8

S ub Ke lompo k

pada triwulan IV-2008 menjadi 5,3% (y.o.y).


-

kelompok

komunikasi-pengiriman turut memperlambat


laju inflasi kelompok ini.

Transpor
Komunikasi & Pengiriman
Srn & P enunjang Transpor
Jasa Ke uangan
Infla si Ke lompok

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi


45

y.o.y

40

y.t.d

35
30
25
20
15
10
5
0
%
-5

-10
2004

2005

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

2006

2007

2008

Triwulan I - 2009

2009

31

Perlambatan laju inflasi pada sub kelompok komunikasi-pengiriman yang diperkirakan


karena meningkatnya perang tarif murah antar operator telepon seluler.
2.2. Inflasi Kota Lainnya di Sulawesi Selatan
Laju inflasi Sulsel yang tercatat sebesar 9,01% (y.o.y) tersebut berdasarkan komposit
inflasi keempat kota di Sulsel, yaitu Makassar, Watampone, Pare-pare dan Palopo. Pada
triwulan laporan, laju inflasi tahunan tertinggi terjadi di kota Watampone yang tercatat
sebesar 12,61% (y.o.y), terutama terjadi pada kelompok sandang (22,83%; y.o.y).
Sementara laju inflasi terendah kembali terjadi di kota Makassar (8,52%; y.o.y) dengan laju
inflasi tahunan tertinggi tetap terjadi pada kelompok bahan makanan (13,16%; y.o.y).
Mengingat kota Makassar memiliki bobot kota yang tertinggi di Sulsel, maka laju
inflasi Sulsel tersebut tentunya didominasi sumbangan inflasi tahunan kota Makassar yang
pada triwulan laporan sebesar 77%
terhadap

pembentukan

tahunan

Sulsel,

sementara

triwulan

sebelumnya

inflasi
pada

menyumbang

sebesar 78%. Kota yang memberikan


sumbangan terendah diberikan oleh
kota Pare-pare yaitu sebesar 7% dari

Tabel 2.9. Perbandingan Laju Inflasi Kota di Sulsel


Per Maret 2009
KOTA

IHK

Watampone
Makassar
Palopo
Pare-pare
SULSEL

123,73
114,68
123,40
119,97
116,09

Perubahan IHK
m.t.m
y .t.d
y .o.y
0,91
2,14
12,61
0,10
0,84
8,52
1,21
1,14
11,27
(0,07)
0,40
9,58
0,21
0,91
9,01

Sumber : BPS, diolah

inflasi Sulsel. Secara umum, faktor


yang relatif menyebabkan tingginya laju inflasi di kota-kota selain kota Makassar adalah
faktor distribusi, dimana sarana dan prasarana relatif kurang mendukung kelancaran
distribusi.
2.3. Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Berdasarkan data Februari 2008, Indeks Harga Konsumen (IHK) Pedesaan tercatat
sebesar 124,04,
Kondisi

lebih tinggi dibanding triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 121,78.

tersebut

menggambarkan

terjadinya inflasi di wilayah pedesaan


yang tercatat sebesar 2,08% (q.t.q).
Peningkatan tersebut hampir terjadi di
semua kelompok barang/jasa kecuali
kelompok transportasi-komunikasi yang
mengalami deflasi, yang disebabkan
adanya

kebijakan

penurunan

BBM.

Tabel 2.10. Perbandingan Laju Inflasi Sulsel dan


Pedesaan di Sulsel
KELOMPOK
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan-Rekreasi-Olahraga
Transportasi-Komunikasi
UMUM

Q.T.Q
Sulsel
Pedesaan
5,93
4,71
2,18
1,54
0,72
0,51
5,28
3,88
1,58
1,03
0,29
2,59
(6,49)
(12,66)
1,13
2,08

Sumber : BPS, diolah

Sementara itu, 6 kelompok barang/jasa

32

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

lainnya mengalami peningkatan laju inflasi triwulanan dibanding laju inflasi triwulanan pada
triwulan IV-2008. Laju inflasi triwulanan yang tertinggi terjadi pada kelompok bahan
makanan, kemudian diikuti kelompok kesehatan dan kelompok Pendidikan-RekreasiOlahraga.
Apabila dibandingkan dengan inflasi triwulanan Sulsel posisi yang sama yaitu pada
bulan Februari 2009 yang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,13% (q.t.q), maka tingkat
harga di pedesaan masih relatif jauh lebih tinggi dari inflasi triwulanan Sulsel, terutama pada
kelompok pendidikan-rekreasi-olahraga. Kondisi tersebut diperkirakan karena minimnya
ketersediaan sarana pendidikan, misal : buku pelajaran, serta sarana dan prasarana
rekreasi/hiburan di pedesaan.
Tekanan inflasi di pedesaan tersebut tentunya akan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat pedesaan yang mayoritas sebagai petani, mengingat konsumsi
rumah tangganya mengalami peningkatan sehingga relatif akan meningkatkan indeks
konsumsi rumah tangga. Namun apabila ditinjau dari kenaikan kelompok bahan makanan
yang terjadi di wilayah pedesaan tersebut dapat dimanfaatkan oleh petani sehingga mampu
meningkatkan pendapatan maka dimungkinkan tingkat kesejahteraan akan membaik.

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

33

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

34

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Bab 3

Perkembangan
Perbankan

Pada triwulan ini terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di sektor keuanganpersewaan-jasa perusahaan (PDRB) terutama subsektor bank, yang ditandai dengan
melambatnya pertumbuhan tahunan dana masyarakat yang dihimpun perbankan,
penyaluran kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Selain itu terjadi penurunan kualitas
kredit dimana pada triwulan laporan terjadi kenaikan jumlah kredit/pembiayaan bermasalah
terhadap total kredit/pembiayaan perbankan Sulawesi Selatan jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.
3.1 Perkembangan Moneter
Searah dengan melambatnya kinerja perbankan dalam pertumbuhan ekonomi Sulsel
apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, komponen uang giral
mengalami pertumbuhan negatif di masyarakat. Namun, di sisi lain pertumbuhan uang kuasi
meningkat.
Likuiditas moneter di Sulsel pada
Grafik 3.1. Uang Giral dan Uang Kuasi di Sulsel
(Rp Triliun)

triwulan I-2009 (posisi Februari 2009),


secara nominal cenderung mengalami

30.000 Miliar Rp

peningkatan. Adapun komponen uang

Sumber : KBI Makassar


25.000

Uang Kuasi

giral dan uang kuasi dapat diukur

Uang Giral

20.000

berdasarkan proxy sebagaimana terlihat

15.000

pada Grafik 3.1.

10.000

Secara

tahunan,

uang

kuasi

5.000

mencatat

pertumbuhan

sebesar

0
1

3
2006

3
2007

3
2008

19,88% (y.o.y) yaitu dari Rp19,44 triliun

2009

pada triwulan I-2008 menjadi Rp23,31


triliun pada triwulan laporan. Pertumbuhan uang kuasi tersebut lebih rendah dibanding
pertumbuhan uang kuasi pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,78% (y.o.y).
Terjadinya peningkatan pertumbuhan uang kuasi tersebut diduga dipengaruhi berakhirnya
masa liburan akhir tahun. Namun uang giral tumbuh negatif sebesar -1,65% (y.o.y) yaitu dari
Rp4,73 triliun pada triwulan I-2008 menjadi Rp4,65 triliun pada triwulan laporan.
Secara triwulanan, uang kuasi dan uang giral mengalami kontraksi. Pertumbuhan
pada triwulan I-2009 untuk uang kuasi dan giral adalah sebesar -1,80% (q.t.q) dan -7,15%

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

35

(q.t.q), sementara pertumbuhan pada triwulan IV-2008 masing-masing sebesar 10,05%


(q.t.q) dan 2,89% (q.t.q).
3.2 Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah)
3.2.1. Kelembagaan dan Aset
Dari sisi kelembagaan, kinerja bank umum pada triwulan I-2009 mengalami
peningkatan. Walaupun terdapat pengurangan jumlah BPR tetapi jumlah kantor meningkat.

Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan


2007

Kelembagaan

Jumlah Bank
Bank Umum
Konvensional
Syariah
UUS
BPR
Jumlah Kantor Bank

2
59
32
26
2
4
27
477

2008
3

60
33
26
2
5
27
477

4
62
35
27
3
5
27
479

1
62
35
27
3
5
27
557

2
64
36
27
3
6
28
588

3
65
37
28
3
6
28
593

2009
1

4
68
40
30
3
7
28
599

69
41
30
3
8
28
625

68
41
30
3
8
27
629

Pada triwulan I-2009 (Februari), pertumbuhan total aset perbankan lebih besar dari
triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, total aset perbankan mencapai Rp36,48 triliun
atau mengalami pertumbuhan 18,99% (y.o.y) dari triwulan yang sama tahun 2008.
Pertumbuhan aset perbankan pada triwulan laporan ini lebih besar dibanding pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya yang sebesar 13,01% (y.o.y).
Grafik 3.2.
Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank
Campuran
Swasta Nas

30

di kelompok bank asing dan campuran,


yaitu tumbuh sebesar 97,59% (y.o.y)

40
35

Pertumbuhan tertinggi terjadi

menjadi Rp881 miliar. Adapun pangsa

Pemerintah

25

terbesar dari total aset perbankan

20

masih didominasi oleh kelompok bank

15
10

pemerintah

61,59%,

Triliun Rp

2006

2007

2008

yang

tercatat

kelompok

sebesar

bank

swasta

35,99%,

sisanya

1
2009

nasional
kelompok

sebesar
bank

asing

campuran.

Pangsa kelompok bank pemerintah tersebut mengalami penurunan dibanding pangsa pada
triwulan IV-2008 yang sebesar 63,82%.
3.2.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan
Per Februari 2009, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum
mengalami peningkatan yang cenderung lebih kecil daripada triwulan sebelumnya, yaitu

36

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

tumbuh 16,43% (y.o.y) atau sebesar Rp27,96 triliun. Sedangkan pertumbuhan DPK pada
triwulan IV-2008 tercatat sebesar 17,10% (y.o.y).
Dilihat dari jenis simpanannya, perlambatan pertumbuhan DPK tersebut terutama
disebabkan karena adanya perlambatan pertumbuhan pada giro. Simpanan giro pada
Februari 2009 tercatat sebesar Rp4,65triliun atau tumbuh sebesar 1,38% (y.o.y). Sementara
deposito mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 30,10% (y.o.y). Hal ini
terjadi dimungkinkan karena adanya perpindahan alokasi dana ke dalam bentuk deposito.
Dengan demikian komposisi DPK pada triwulan laporan sebesar 16,63% untuk giro,
50,01% untuk tabungan dan 33,36% untuk deposito. Dari komposisi tersebut di atas, DPK
berjenis tabungan masih tetap mendominasi jenis simpanan DPK, meski tercatat mengalami
penurunan dalam porsinya terhadap total DPK. Kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh
bank umum di wilayah Sulsel tercatat mengalami perlambatan. Atas dasar lokasi proyek,
kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 21,26% (y.o.y) menjadi Rp31,04 triliun pada Februari
2009. Pertumbuhan tersebut lebih kecil dari pada pertumbuhan triwulan IV-2008, yaitu
22,87% (y.o.y). Kondisi tersebut, memperlihatkan kondisi kredit/pembiayaan bank umum
dan DPK sama-sama mengalami perlambatan. Namun LDR (Loan to Deposit Ratio) bank
umum mengalami peningkatan, karena penurunan pertumbuhan DPK lebih kecil dari pada
kredit/pembiayaan bank umum.
Grafik 3.3.
Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Kredit/Pembiayaan Bank Umum
DPK
Kredit
LDR

35
30

Grafik 3.4.
Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
Per Jenis Penggunaan
140%
120%

35
Konsumsi
30

100%

25

20

80%

20

15

60%

15

10

40%

10

20%

0%

Triliun Rp

2006

2007

2008

1*
2009

Triliun Rp

25

Investasi
Modal Kerja

2006

2007

2008

1
2009

Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit/pembiayaan masih


didominasi oleh kredit/pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi). Pada Februari 2009,
posisi kredit modal kerja tercatat sebesar Rp11,91 triliun atau 38,38% dari total kredit,
sementara kredit investasi sebesar Rp6,25 triliun (20,14%). Sehingga total porsi kredit
produktif sebesar 58,52%, lebih kecil dibanding porsi pada triwulan IV-2008 yaitu sebesar
59,63%. Sedangkan untuk kredit konsumsi sebesar Rp12,87 triliun dengan porsi sebesar
41,48% dari total kredit.

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

37

Dari sisi pertumbuhan tahunan (y.o.y), per Februari 2009, kredit produktif (modal
kerja dan investasi) mengalami penurunan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya.
Kredit produktif berupa kredit modal kerja mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yakni sebesar21,17% (y.o.y) pada triwulan I-2009
sedangkan pada triwulan sebelumnya sebesar 26,49% (y.o.y). Sedangkan pertumbuhan
kredit investasi pada triwulan laporan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 7,91% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan pada kredit produktif tersebut relatif menggambarkan perlambatan kegiatan
ekonomi sektor riil, yang

diperkirakan terjadi penurunan kapasitas usaha dikarenakan

perbankan menjadi relatif lebih ketat untuk memberikan kredit sebagai respon dari sikap
kehati-hatian akan dampak dari krisis global yang sedang terjadi.
Kredit konsumsi juga mengalami pertumbuhan lebih rendah dibanding pertumbuhan
pada triwulan IV-2008, yaitu sebesar 22,63% (y.o.y). Perlambatan kredit konsumsi tersebut
juga dimungkinkan sebagai akibat turunnya konsumsi masyarakat secara umum yang
merupakan dampak dari krisis global.
Berdasarkan alokasi penyaluran kredit per sektor ekonomi, kredit yang disalurkan
oleh perbankan daerah di Sulsel masih didominasi oleh sektor lain-lain (jasa konsumsi) yaitu
sebesar 41,48% kemudian diikuti oleh sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan
masing-masing sebesar 26,79% dan 10,83%.
Grafik 3.5.
Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per
Sektor Ekonomi

Grafik 3.6.
Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per
Sektor Ekonomi
100%

Jasa Sosial
Masyarakat
1%

Lain-lain
41%

Pertambangan
0%
Industri
11%

Jasa Dunia
Usaha
6%
Pengangkutan
5%

Pertanian
3%

Perdagangan
27%

80%

Pertanian

60%

Pertambangan

40%

Industri

20%

Listrik-Gas-Air

0%
-20%

Listrik-Gas-Air
0%
Konstruksi
6%

-40%

Konstruksi
4

1
Perdagangan
2009

Pengangkutan

-60%
-80%

Jasa Dunia
Usaha

-100%

Dari sisi pertumbuhan kredit, sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tahunan
tertinggi dari penyerapan kredit tercatat di sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang
cukup signifikan menjadi 57,83% (y.o.y). Namun pertumbuhan ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 83,62%.
Sedangkan pertumbuhan kredit yang mengalami peningkatan hanya terjadi pada sektor
industri pengolahan dan jasa sosial masyarakat.

38

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Kredit di sektor pertambangan dan listrik-gas-air mengalami kontraksi pertumbuhan


yang cukup dalam yaitu masing-masing sebesar -36,87% dan -36,56%. Pada triwulan
sebelumnya kedua sektor tersebut telah mengalami pertumbuhan yang negatif, yaitu
masing-masing -76,63% dan -37,87% (y.o.y).
Sektor pengangkutan juga mengalami kontraksi kredit/pembiayaan yaitu sebesar 22,67% (y.o.y) atau menjadi Rp1,44 triliun. Kontraksi ini diperkirakan terjadi karena turunnya
kualitas kredit sektor tersebut sehingga mengakibatkan perbankan lebih berhati-hati untuk
menyalurkan kredit di sektor pengangkutan.
Grafik 3.7.
Perkembangan NPLs Net dan Gross
Bank Umum

Grafik 3.8.
Pangsa NPLs
Per Sektor Ekonomi

18.0%
NPL Net (%)

16.0%
14.0%

Lain-lain

1.99%

Jasa Sosial Masyarakat

1.70%

Jasa Dunia Usaha

12.0%
10.0%

Pengangkutan

8.0%

Perdagangan

6.0%

Konstruksi

4.0%

Listrik-Gas-Air

NPLs Trw. I-2009

2.53%

20.93%
3.87%
6.40%
0.01%

2.0%

Industri

0.0%
1

2006

2007

2008

1
2009

Pertambangan

3.36%
0.00%

Pertanian

2.00%

Kredit/pembiayaan bermasalah (NPLs) bank umum per Februari 2009 di wilayah Sulsel
bertambah dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan NPLs tersebut diperkirakan terjadi
seiring dengan perlambatan perekonomian yang menyebabkan kesulitan dalam membayar
angsuran kredit.
Dilihat dari sektor ekonominya, sektor ekonomi yang tercatat memiliki rasio NPLs
yang tinggi adalah pengangkutan (20,93%) Kredit/pembiayaan bermasalah pada sektor ini
memang mengalami kenaikan yang sangat tinggi dibandingkan triwulan IV-2008, yaitu
sebesar 761,87% (q.t.q). Sektor ekonomi lainnya yang memiliki rasio NPL tinggi adalah
sektor konstruksi (6,4%) dan sektor industri pengolahan (3,36%).
Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya, sebagian besar kredit/pembiayaan
bank umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah
(MKM). Pangsa kredit/pembiayaan MKM dibandingkan total kredit/pembiayaan per Februari
2009 adalah 71,54% atau sebesar Rp22,21 triliun. Pertumbuhan kredit/pembiayaan MKM
tersebut lebih besar pada Februari 2009 yaitu 24,83% (y.o.y) dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan IV-2008 sebesar 28,95% (y.o.y). Diperkirakan perlambatan
pertumbuhan kredit MKM relatif disebabkan karena adanya kehati-hatian perbankan dalam
memberikan kredit sebagai akibat dari kewaspadaan menyikapi krisis global.

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

39

Secara sektoral, peningkatan pertumbuhan tahunan kredit MKM terjadi hampir di


semua sektor, kecuali pada sektor pengangkutan, pertambangan, dan jasa-sosial-masyarakat
yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar -35,55%, -27,63%, dan -0,88% (y.o.y).
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada pada sektor jasa dunia usaha (53,32%; y.o.y), konstruksi
(46,87%; y.o.y), dan pertanian (30,60%; y.o.y).
Grafik 3.9.
Kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah
(MKM) Bank Umum
25

Grafik 3.10.
Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum
Per Sektor Ekonomi

72%
total UMKM

20

Pertanian
2%

71%

Share UMKM

70%

Lain-lain
58%

69%
15

68%

Industri
2%
Listrik-Gas-Air
0%

67%
10

66%
65%

64%
63%

Triliun Rp

Pertambangan
0%

Perdagangan
27%

Jasa Sosial
Masyarakat
1%

Konstruksi
4%

62%
4

2007

3
2008

Jasa Dunia
Usaha
5%

2009

Pengangkutan
1%

3.2.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional


Kegiatan intermediasi perbankan bank umum konvensional di Sulsel menunjukan
perlambatan, sebagaimana terlihat dari penurunan pertumbuhan kredit yang disalurkan dan
DPK pada triwulan I-2009. Nilai kredit mencapai Rp31,04 triliun atau tumbuh 19,95% (y.o.y),
sedikit lebih kecil dari pertumbuhan triwulan IV-2008 (22,87%; y.o.y). Sedangkan DPK yang
dihimpun mencapai Rp27,96 triliun, tumbuh 16,43% (y.o.y) pada triwulan I-2009 lebih kecil
daripada triwulan sebelumnya (17,08%; y.o.y). Tetapi LDR bank umum tercatat naik, dari
109,74% pada triwulan IV-2008 menjadi 111,01% pada triwulan laporan.
Per Februari 2009, Kabupaten Maros tercatat mencapai LDR tertinggi yaitu sebesar
329,81%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 343,64%.
Kemudian diikuti oleh Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Jeneponto
yang masing-masing mencapai LDR sebesar 206,13%, 203,56% dan 181,01%. Pencapaian
LDR tertinggi untuk beberapa kabupaten tersebut juga tercatat sebagai daerah yang
mencapai LDR tertinggi pada tahun 2008 yaitu Kabupaten Maros, kemudian diikuti oleh
Kabupaten Takalar dan Jeneponto. LDR terendah masih terjadi di wilayah Kabupaten Selayar
yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 42,89%.

40

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Tabel 3.2. Penyaluran Kredit/pembiayaan dan DPK per DATI II di Sulsel


(dalam Rp juta)
Kota dan Kabupaten
Kab. Pinrang
Kab. Gow a
Kab. Wajo
Kab. Bone
Kab. Tana Toraja
Kab. Maros
Kab. Luw u
Kab. Sinjai
Kab. Bulukumba
Kab. Bantaeng
Kab. Jeneponto
Kab. Selay ar
Kab. Takalar
Kab. Barru
Kab. Sindenreng Rappang
Kab. Pangkajene Kepulauan
Kab. Soppeng
Kab. Enrekang
Kota Makassar
Kota Pare-pare
Kota Palopo

DPK

2008
Kredit

LDR (%)

DPK

Tw I-2009*
Kredit

595.438
691.396
538.968
627.251
549.350
373.521
941.853
306.481
520.062
183.798
172.028
182.992
194.392
330.344
452.350
724.793
449.979
350.090
17.850.476
752.882
902.805

656.704
1.073.504
596.136
1.109.963
368.069
1.283.574
844.675
373.568
549.039
221.876
307.838
92.406
395.395
283.313
446.285
460.954
379.917
230.449
19.712.309
969.164
1.252.809

110,29%
155,27%
110,61%
176,96%
67,00%
343,64%
89,68%
121,89%
105,57%
120,72%
178,95%
50,50%
203,40%
85,76%
98,66%
63,60%
84,43%
65,83%
110,43%
128,73%
138,77%

576.922
507.153
513.631
650.908
599.969
385.543
1.036.669
312.736
526.201
207.346
154.623
219.820
197.322
319.871
399.597
688.965
463.964
374.601
17.782.383
695.794
827.350

667.151
1.045.394
597.710
1.138.884
367.620
1.271.543
846.279
383.242
540.960
225.193
279.878
94.285
401.670
287.810
411.832
467.612
378.368
230.194
19.205.308
986.660
1.285.119

LDR (%)
115,64%
206,13%
116,37%
174,97%
61,27%
329,81%
81,63%
122,54%
102,80%
108,61%
181,01%
42,89%
203,56%
89,98%
103,06%
67,87%
81,55%
61,45%
108,00%
141,80%
155,33%

3.2.4. Intermediasi Bank Umum Syariah


Pada triwulan laporan jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan
dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni tercatat sebanyak 9 bank dengan rincian 3 bank
umum syariah dan 6 bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah.
Pada periode laporan (Februari 2009), bank umum syariah mengalami penurunan
FDR (Financing to Deposit Ratio), yaitu dari 189,01% pada triwulan IV-2008 menjadi
185,18% (y.o.y). Penurunan ini lebih disebabkan oleh pertumbuhan DPK sebesar 21,92%
(y.o.y) menjadi Rp687,6 miliar, walaupun lebih rendah daripada pertumbuhan triwulan
sebelumnya (26,84%; y.o.y). Pertumbuhan DPK ini dipicu oleh tingginya pertumbuhan
Grafik 3.11.
Perkembangan Bank Umum Syariah
DPK

Pembiayaan

Namun terjadi kontraksi pada pertumbuhan


giro, yaitu sebesar -5,85% (y.o.y).

FDR

1.4

200%

1.2

196.5%

0.8

189.0%
185.2%

186.0%

0.6

190%

syariah

185%

mengalami pertumbuhan sebesar 12,48%

180%

(y.o.y) menjadi Rp504,400 miliar pada

183.0%

0.4
0.2
-

175%
1

Di sisi lain pembiayaan bank umum

195%

1.0

Rp Triliun

tabungan, yaitu sebesar 37,03% (y.o.y).

3
2008

pada

triwulan

laporan

juga

1*

Februari 2009. Pertumbuhan ini jauh lebih

2009

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

41

dimana kredit mengalami pertumbuhan 17% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan pembiayaan


terutama terjadi karena kontraksi pada kredit investasi sebesar -33,73%. Sedangkan kredit
konsumsi mengalami pertumbuhan yang tinggi, yaitu 39,05% (y.o.y), lebih besar dari
pertumbuhan triwulan IV-2008 (37,91%; y.o.y)
Sejalan dengan perlambatan kinerja bank umum syariah tersebut di atas, rasio
pertumbuhan total aset bank umum syariah pada periode laporan juga mengalami
perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2008. Pertumbuhan aset bank
syariah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 22,34% (y.o.y). Sementara itu, NPF
(Non Performing Financing) bank umum syariah pada periode laporan tercatat sebesar
6,83%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,79%.
3.3. Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat/Syariah (BPR/S)
Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi mengalami
penurunan dari 51 kantor pada triwulan IV-2008 menjadi 50 kantor bank pada triwulan
laporan. Penurunan ini disebabkan oleh tutupnya sebuah BPR konvensional pada awal
triwulan pelaporan

46,75%

Aset
(y.o.y)

menjadi Rp305,073 miliar, sementara pada


triwulan IV-2008 tumbuh 63,15% (y.o.y).
Namun

dibandingkan

dengan

triwulan

sebelumnya, aset BPR/S turun sebesar -3,90%

250
200
150

273.40

300

305.07

sebesar

sebelumnya.

350

317.45

tumbuh

dibanding

312.94

triwulan

mencatat

224.77

pertumbuhan

Grafik 3.12.
Perkembangan Aset BPR/S

207.89

BPR/S

aset

178.57

BPR/S

total

151.58

kelompok

perlambatan
pertumbuhan

2009,

139.87

perbankan

Februari

100
50
-

Rp miliar

Per

3
2007

2
2008

2009

(q.t.q) dari 317,45 miliar.


Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan
sebesar 29,97% (y.o.y) menjadi Rp.122,95 miliar pada triwulan laporan. Pertumbuhan DPK
pada triwulan laporan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan DPK pada triwulan IV2008 yang sebesar 16,07% (y.o.y). Namun peningkatan pertumbuhan DPK hanya terjadi
pada deposito, sementara tabungan mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari
29,56% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 menjadi 15,54% (y.o.y) pada triwulan pelaporan.

42

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Peningkatan pertumbuhan yang terjadi pada DPK diikuti dengan penyaluran


kredit/pembiayaan BPR/S yang meningkat. Per Februari 2009 Kredit/pembiayaan yang
berhasil disalurkan oleh BPR/S tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 56,53% (y.o.y) atau
Rp223,65

miliar.

Pertumbuhan

tersebut
Grafik 3.13.
Perkembangan DPK, Kredit & LDR
BPR/S

lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada


triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
45,64% (y.o.y).
dan

200

rasio

150

perbandingan kredit/ pembiayaan dengan

100

kredit/pembiayaan

DPK
menghasilkan

dana pihak ketiga BPR/S pada triwulan


laporan (Februari 2009) sebesar 181,9%,
lebih tinggi dibanding LDR pada triwulan IV-

Kredit

LDR

200%
180%
160%
140%
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%

50
-

Rp miliar

Pertumbuhan

DPK

250

4
2007

3
2008

1
2009

2008 yang sebesar 177,66%.

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

43

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

44

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Bab 4

Perkembangan Sistem
Pembayaran

Nilai transaksi pembayaran pada triwulan laporan cenderung menunjukkan


penurunan, baik transaksi tunai maupun non tunai. Penurunan tersebut, selain karena faktor
musiman (setelah Hari Raya Natal dan Tahun Baru), juga diperkirakan karena peningkatan
pertumbuhan transaksi keluar (outgoing) dari Sulsel yang diperkirakan untuk pembayaran
terkait berbagai keperluan pada waktu kampanye lalu.
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)
Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, KBI
Makassar tercatat pada posisi net inflow, yang tercatat sebesar Rp2,04 triliun, kondisi yang
sama pula dialami pada triwulan IV-2008 yaitu pada posisi net inflow. Meredanya kegiatan
perekonomian pasca perayaan hari besar Natal dan Tahun baru 2009 diperkirakan yang
menyebabkan terjadinya net inflow pada triwulan laporan.
Grafik 4.1.
Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar
3.0

Rp Triliun

Net Flow

Inflow

Outflow

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0
1
-0.5

2006

3
2007

3
2008

1
2009

-1.0

Aliran uang kartal masuk (inflow) ke KBI Makassar, pada triwulan I-2009 tercatat
sebesar Rp2,27 triliun, mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -2,84% (y.o.y). Jika
dibanding triwulan sebelumnya. Sementara secara triwulanan, aliran uang kartal masuk ke
KBI Makassar mengalami penurunan pertumbuhan yang signifikan dari 52,80% menjadi
3,77%. Tingkat perputaran uang yang masih tinggi pasca perayaan hari besar Natal dan
Tahun Baru 2009 diperkirakan menjadi penyebabnya. Sementara aliran uang kartal keluar
(outflow) pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan negatif yang semakin dalam yaitu

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

45

sebesar -59,81% (y.o.y), sementara pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan


negatif sebesar -16,12% (y.o.y). Kondisi aliran uang kartal tersebut di atas, apabila
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan, relatif
menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut bukan didorong oleh peningkatan
volume kegiatan dunia usaha.
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Kegiatan pemusnahan terhadap uang lusuh/rusak sehingga tidak layak lagi untuk
diedarkan (Pemberian Tanda Tidak Berharga/PTTB), pada triwulan laporan, mengalami
kontraksi sebesar -81,13% (y.o.y) yaitu dari Rp1,33 triliun pada triwulan I-2008 menjadi
Rp0,25 triliun. Sementara pada triwulan IV-2008, kegiatan PTTB mengalami kontraksi sebesar
-53,13% (y.o.y). Penurunan jumlah uang yang dimusnahkan tersebut sejalan dengan
perlambatan aliran uang kartal masuk (inflow) yang terkait karena faktor musiman. Dilihat
dari rasio PTTB-inflow, Rasio PTTB-inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar 11,01%,
sementara pada triwulan sebelumnya sebesar 18,65%.
Grafik 4.2.
Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow
Inflow

3.0

PTTB

PTTB/Inflow

100%
90%

2.5

80%
70%

Inflow & PTTB (Triliun Rp)

2.0

60%
1.5

50%
40%

1.0

30%
20%

0.5

PTTB / Inflow

10%
0.0

0%
1

2
2006

2007

2
2008

1
2009

4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan


Pada triwulan laporan, jumlah temuan uang rupiah palsu mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2008, jumlah uang palsu yang
ditemukan sebesar Rp12,6 juta, menurun menjadi Rp7,7 juta pada triwulan laporan.
Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas Rp50.000,- merupakan jenis uang yang paling
banyak dipalsukan yakni 86 lembar atau 65,65% dari total lembar temuan uang palsu.

46

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Tabel 4.1.
Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI
Makassar
Triwulan I-2009
Periode

Pecahan
50,000
127

20,000
21

10,000
12

5,000
7

Grafik 4.3.
Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu
Berdasarkan Pecahan Triwulan I-2009

Total

TrwIII-2007

100,000
105

Trw IV-2007
TrwIII-2008
Trw IV-2008

37
69
62

97
82
123

11
10
11

5
5
5

8
2
2

158
168
203

Trw I-2009

33

86

131

10,000
3.05%

20,000
4.58%

5,000
1.53%

272
100,000
25.19%

Sumber : Bank Indonesia

50,000
65.65%

4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS


4.4.1. Perkembangan RTGS
Sejalan dengan perkembangan aliran uang kartal tersebut di atas, perkembangan
transaksi non tunai dengan menggunakan sarana BI-RTGS di KBI Makassar selama triwulan I2009 juga menunjukan perlambatan, terutama pada transaksi masuk (incoming).
Perkembangan transaksi transfer masuk via RTGS (incoming) pada triwulan laporan tumbuh
sebesar 3,31% (y.o.y) yaitu dari Rp11,38 triliun menjadi Rp11,76 triliun. Sementara pada
transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) yang mengalami peningkatan sebesar 16,09%
(y.o.y) dengan nominal transaksi sebesar Rp8,31 triliun, sementara pertumbuhan outgoing
pada triwulan IV-2008 sebesar 10,86% (y.o.y) dengan nominal transaksi sebesar Rp9,23
triliun.
Grafik 4.4.
Transaksi Non Tunai via RTGS
15

10

Rp Triliun

(5)

Incoming
Outgoing
Netto

(10)
1

2006

2007

2008

1
2009

Mencermati kondisi tersebut di atas, transaksi non tunai via RTGS pada triwulan I2009 diperkirakan didorong oleh adanya peningkatan kegiatan kampanye pemilu, dimana
transaksi yang terjadi dalam nominal besar dan untuk pembayaran barang-barang keperluan

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

47

kampanye yang secara dominan harus didatangkan dari luar Sulsel. Kondisi tersebut
menyebabkan transaksi outgoing-RTGS mengalami peningkatan. Selain itu diduga, dana
untuk keperluan dimaksud sebagian besar berasal Sulsel, sehingga transaksi incoming relatif
minim peningkatannya.
Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulawesi Selatan tercatat masih
mengalami net inflow yaitu sebesar 3,44 triliun, yang mengalami penurunan baik dari sisi
pertumbuhan maupun secara nominal. Apabila dibandingkan dengan net inflow triwulan IV2008. Pertumbuhan net inflow pada triwulan I-2009 mengalami kontraksi sebesar -18,37%
(y.o.y) sementara net inflow pada triwulan sebelumnya tumbuh 47,87% (y.o.y). Secara
nominal, net inflow pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar Rp5,36 triliun, lebih tinggi
dibanding net inflow pada triwulan laporan.
4.4.2. Perkembangan Kliring
Selain BI-RTGS, penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer dana/transaksi
kredit kurang dari Rp100 juta mengalami pertumbuhan yang lebih kecil dibanding triwulan
IV-2008. Nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 3,10%
(y.o.y), yaitu dari Rp6,35 triliun pada triwulan I-2008 menjadi Rp6,54 triliun. Pertumbuhan
transaksi via kliring tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 13,55% (y.o.y). Sedangkan rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring tercatat
sebesar Rp110,91 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,85% (y.o.y), lebih rendah
dibanding pertumbuhan triwulan IV-2008 yang sebesar 13,55% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan nominal transaksi via kliring tersebut relatif menggambarkan transaksi nominal
kecil (dibawah Rp25 juta) mengalami perlambatan.
Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
2007

U RAIAN
1

2008

5,397.16
204.30

6,056.61
220.99

87.05
3.30
0.63
0.54

6,432.80
231.43

6,346.97
233.99

7,291.24
262.54

94.63
3.45

107.21
3.86

105.78
3.90

0.64
0.62

0.93
0.86

0.92
1.95

2009
3

7,875.53
270.92

7,304.53
251.70

6,543.42
242.16

121.52
4.38

125.01
4.30

121.74
4.20

110.91
4.10

0.89
0.91

1.05
0.98

1.32
1.22

1.67
1.73

Total Perputaran Kliring


- Nominal (miliar rupiah)
4,306.76
- Lembar (ribuan)
169.83
Rata-rata Harian Perpu taran Kliring
- Nominal (miliar rupiah)
69.46
- Lembar (ribuan)
2.73
Nis bah Rata-rata Peno lakan Cek/ BG Ko son g
- Nominal (%)
0.56
- Lembar (%)
0.46
Sumber : BI-RTGS

Di lihat dari rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan tercatat
mengalami peningkatan, yaitu sebesar 1,73%, lebih tinggi dibanding triwulan IV-2008 yang
tercatat sebesar 1,22%. Secara nominal, rasio rata-rata warkat yang ditolak juga meningkat
menjadi sebesar 1,67%, sementara pada triwulan IV-2008 sebesar 1,32%.

48

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

BOKS I
UPAYA PENINGKATAN PENGHIMPUNAN DPK
PERBANKAN SYARIAH DI KOTA MAKASSAR
Oleh : Megawaty Suhuyanli

Dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan terhadap


bank syariah, Bank Indonesia dan perbankan telah melakukan berbagai upaya seperti
penyelenggaraan Festival Ekonomi Syariah di kota Makassar dan Klinik Bisnis Syariah di Kabupaten
Palopo dan Maros. Berbagai upaya ini diharapkan membuka mata masyarakat terhadap alternatif
untuk penyimpanan dana maupun pembiayaan. Namun jika dilihat dari sisi nominal
penghimpunan dana, seluruh upaya tersebut menunjukkan hasil yang belum optimal, tercermin
dari porsi penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah masih kecil dibanding perbankan
konvensional yaitu hanya sekitar 2,3% pada akhir tahun 2008.
Sehubungan dengan hal tersebut dan terkait usaha pencitraan baru perbankan syariah
sebagai bank yang universal, maka perlu diketahui upaya-upaya konkret yang dapat meningkatkan
penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah. Mengenai ke-universalitas-nya perbankan
syariah tersebut, maka dilakukan survei kepada kalangan pengusaha terutama pengusaha etnis
Tionghoa di kota Makassar tentang pemahaman mereka terhadap perbankan syariah.
Dari hasil wawancara dan kuesioner kepada 65 pengusaha/ pedagang etnis Tionghoa di Kota
Makassar (berbagai bidang usaha) diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Alasan utama menabung di bank berdasarkan pada keamanan (53,85%), jaringan kantor
(24,61%) dan suku bunga simpanan tinggi (12,31%).
2. Sumber informasi utama mengenai suatu produk/jasa perbankan melalui karyawan bank
(47,69%), teman/keluarga (23,08%) dan spanduk/papan reklame/baliho serta brosur/pamflet
(12,31%).
3. Sebagian besar responden mengetahui adanya perbankan berdasarkan prinsip syariah yaitu
sebanyak 56,92%.
4. Semua responden belum menabung di bank syariah (100%). Adapun alasan utamanya adalah
adanya persepsi bahwa bank syariah hanya diperuntukkan untuk masyarakat beragama Islam
(21,54%) dan kurang pahamnya atas sistem perbankan syariah (58,46%).
5. Pemahaman responden tentang bank syariah sebagai berikut :
a. Berdasarkan prinsip bagi hasil serta dijalankan dengan menerapkan kejujuran dan saling
percaya
b. Tidak jelas mekanisme dan perhitungan hasilnya.
c. Keuntungan Bank akan dipotong zakat baru akan dibagihasilkan dan zakat itu akan
digunakan untuk membeli hewan kurban.
d. Dijalankan menurut syariah dan kaidah agama Islam
e. Balas jasanya bukan berupa bunga karena bunga adalah haram, sehingga menyimpan uang
di Bank Syariah tidak ada hasilnya.
f. Bank untuk orang naik haji
g. Menabung mirip dengan membeli saham dan berjudi karena tidak pasti jumlah nominal
yang akan diperoleh.
h. Untuk umat Islam karena ada logo IB yang berarti Islamic Banking.
i. Tidak berorientasi pada profit.
j. Tidak dapat melakukan negosiasi imbal hasil yang nantinya akan diperoleh seperti di
konvensional yang dapat menegosiasikan tingkat bunga.
k. Imbalannya berupa zakat yang jauh lebih rendah dibanding bank biasa/konvensional.

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

49

Dari beberapa pandangan tersebut, terdapat banyak pandangan/persepsi responden yang


tidak tepat terhadap perbankan syariah; yaitu :
1. Hanya diperuntukkan bagi umat beragama Islam
Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Syariah No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
menyebutkan bahwa perbankan syariah tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu
saja.
2. Tidak mendapat imbal hasil atas uang yang ditabung
Imbal hasil atas uang yang ditabung disesuaikan dengan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya.
3. Tidak berbeda dengan bank konvensional
Sesuai UU No. 21 Tahun 2008, terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional,
seperti perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah,
yaitu kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram dan zalim.
4. Tidak jelas mekanisme dan perhitungan hasilnya.
Mekanisme dan perhitungan hasil simpanan perbankan syariah sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati sebelumnya. Mengingat suatu usaha belum dapat diketahui pasti jumlah yang
akan diperoleh, maka penabung belum dapat mengetahui berapa nilai imbal hasil yang akan
diperolehnya melainkan hanya mengetahui dalam bentuk nisbah.
5. Keuntungan akan dipotong zakat baru dibagihasilkan dan zakat itu akan digunakan untuk
membeli hewan kurban.
Berdasarkan UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 4 ayat (2) disebutkan
bahwa Bank syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah atau dana sosial
lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Jadi dalam hal ini, bank syariah
tidak memotong zakat dari keuntungan yang diperolehnya, melainkan mengumpulkan dan
menyalurkan zakat tersebut.
6. Untuk orang naik haji
Bank syariah diperuntukkan untuk semua kalangan, yang juga berkewajiban untuk
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Tabungan haji merupakan salah satu produk
dan jasa yang ditawarkan.
7. Laba akan dibagi ke nasabah tetapi sulit menghitung pembagian labanya.
Bank akan menyalurkan pembiayaan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati -hatian,
membuat proyeksi pendapatan (PP) dan realisasi pendapatan (RP) serta terus memantau
perkembangan usaha debiturnya, sehingga dari laba yang dihasilkan akan dibagi berdasarkan
kesepakatan sebelumnya dan hal ini tidak sulit untuk dihitung karena tiap bank telah memiliki
personil yang ahli dan akan dapat menjelaskan kepada para nasabahnya.
8. Mirip dengan membeli saham
Spekulasi sebagai salah satu tipe gharar yang sangat dilarang dalam prinsip syariah, salah
satunya adalah saham. Sedangkan dana yang ditempatkan di bank syariah bertujuan untuk
persiapan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa akan datang sekaligus untuk menghadapi
hal-hal yang tidak diinginkan, yang kemudian akan disalurkan ke pembiayaan yang produktif
dan hasil usahanya akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya .
9. Logo IB (Islamic Banking) berarti bank untuk kalangan yang beragama Islam
Logo IB tersebut menunjukkan bahwa di bank tersebut telah tersedia layanan perbankan
berdasar prinsip syariah, bukan untuk menunjukkan bahwa bank tersebut untuk kalangan
tertentu saja.
10. Tidak berorientasi profit
Bank syariah juga berbentuk badan usaha yang berorientasi profit. Namun bank syariah juga
berorientasi falah yaitu kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

50

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

11. Tidak dapat melakukan negosiasi imbal hasil yang nantinya akan diperoleh seperti di
konvensional yang dapat menegosiasikan tingkat bunga.
Imbal hasil yang nantinya akan diperoleh adalah berdasarkan kesepakatan yang telah ditentukan
sebelumnya antara nasabah dan bank.
12. Imbalannya berupa zakat yang jauh lebih rendah dibanding bank biasa
Persepsi ini tidak tepat sebab yang nantinya diperoleh adalah hasil yang sesuai dengan
kesepakatan di akad sebelumnya dan bukan berupa zakat dan belum tentu imbal hasil ini lebih
kecil dibanding bunga dari bank biasa (konvensional).
13. Tidak jelas mekanisme dan perhitungan hasilnya.
Persepsi ini tidak tepat sebab mekanisme dan perhitungan hasilnya jelas, yaitu menggunakan
dua metode seperti disebut dalam PBI No. 8/24/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi
BPRS berdasarkan Prinsip Syariah yaitu Metode bagi untung (profit sharing) dan Metode bagi
pendapatan (revenue sharing).
Hasil dari kuesioner tersebut direkapitulasikan dalam analisa SLOT terhadap perbankan syariah
berikut ini :

Selain pemahaman pengusaha etnis Tionghoa terhadap perbankan syariah, sebagai


penyeimbang juga dilakukan survei terhadap masyarakat umum seperti masyarakat penukar uang
kecil yang datang ke Bank Indonesia selama seminggu (tanggal 2 April 2009 hingga 6 April 2009),
dengan jumlah responden 100 orang. Dari hasil survei tersebut didapatkan sebagai berikut :
(1) Sebanyak 83 orang responden adalah muslim (83%) dan 17 orang nonmuslim (17%). Dari 83
orang tersebut, ternyata 43 orang mengetahui mengenai adanya perbankan berdasar prinsip
syariah (51,8%), 39 orang tidak mengetahui (47%) dan 1 orang tidak memberi jawaban (1,2%).
(2) Sebanyak 13 orang responden menabung di bank syariah (13%), 86 tidak menabung di bank
syariah (86%) dan 1 orang tidak memberi jawaban (1%).

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

51

(3) Alasan utama tidak/ belum menabung di bank syariah adalah karena jumlah cabang syariah
yang masih kurang. Alasan lainnya adalah : belum mengetahui kelebihan dan kekurangan Bank
syariah, belum mengetahui manfaat menabung di Bank syariah, malu, kurang transparan dan
belum berminat.
(4) Beberapa hal yang diketahui responden mengenai bank syariah adalah :
- Berbeda dari bank konvensional, yaitu tidak memberi bunga tetapi bagi hasil
- Bernuansa Islamic dan hanya diperuntukkan bagi yang beragama Islam
- Berprinsip pada ketentuan syariah dan menganut sistem perdagangan Islam
- Tujuan utama bukan mendapat keuntungan tetapi untuk membantu masyarakat
- Bank yang membingungkan dan sulit diingat
- Bisa menang umroh
- Mudharabah dan Musyarakah
Dari hasil diatas, terlihat bahwa masih banyak responden yang belum mengetahui adanya
perbankan berdasar prinsip syariah. Selain itu, terdapat pula beberapa pemahaman yang tidak
tepat terhadap perbankan syariah, misalnya bank syariah sebagai bank yang hanya diperuntukkan
bagi masyarakat beragama Islam.
Saran
Upaya untuk meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga dapat ditinjau dari 2 (dua) sisi
yaitu dari sisi penawaran dan sisi permintaan, Dari sisi penawaran, upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan pengembangan jaringan, SDM, produk, layanan, promosi, edukasi publik ,dan
infrastruktur syariah lainnya. Dari sisi permintaan, pengetahuan masyarakat harus ditingkatkan dan
persepsi tidak tepat responden harus diperbaiki.
Berbagai upaya yang dapat dilakukan antara lain :
1. Publikasi lebih aktif mengenai penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
2. Tidak memasarkan produk dengan kata-kata yang tidak familiar.
3. Promosi yang menarik dan attractive.
4. Peningkatan pengetahuan masyarakat sejak dini dan komprehensif.
5. Peningkatan keinginan masyarakat untuk mengetahui lebih dalam tentang perbankan syariah.
6. Penggunaan judul buku yang menarik dan universal.
7. Sosialisasi di media massa maupun tempat-tempat umum.

52

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

BOKS II
BERBAGAI ISU REGIONAL SULSEL
Terdapat beberapa isu regional Sulsel yang bersumber dari kegiatan survei yang dilakukan
oleh Bank Indonesia, yang perlu mendapatkan perhatian bagi semua pihak, yaitu antara lain :
1. Upaya untuk mempercepat realisasi APBD telah dilakukan antara lain dengan mempercepat
penetapan RAPBD. Namun demikian sampai dengan Maret 2009, realisasi pengeluaran
pemerintah lebih terfokus pada pengeluaran yang bersifat rutin, seperti belanja pegawai dan
operasional. Kondisi tersebut tentunya kurang sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat
untuk mempercepat proses penyerapan anggaran. Sementara untuk pengeluaran belanja
modal daerah masih terkendala pada prosedur administrasi pengadaan, sehingga realisasinya
masih terbatas. Berdasarkan hasil liaison kepada pemerintah daerah, kondisi tersebut
dianggap dalam kondisi normal, mengingat hal tersebut berulang terus setiap tahun.
2. Pemberian stimulus fiskal daerah yang dilakukan oleh pemerintah pusat dalam rangka
meminimalisir dampak dari krisis keuangan global belum menjadi prioritas pemerintah
daerah. Pelaksanaan program pemerintah daerah masih mengutamakan program -program
pembangunan ekonomi yang telah dirancang. Sehingga sinergitas program yang
direncanakan oleh pemerintah pusat dengan program daerah masih kurang terkoordinasi
secara baik. Selain itu, perbedaan karakteristik di masing-masing provinsi juga menjadi
kendala optimalisasi pencapaian tujuan program stimulus fiskal.
3. Prospek perbankan di Sulsel :
a. Perbankan zona Sulampua masih cukup optimis dalam melihat prospek bisnis.
b. Rata-rata kredit yang ditargetkan akan tumbuh sebesar 15,46% dan penghimpunan
dana sebesar 16,13%.
c. Dari pertumbuhan DPK dan kredit tersebut diperkirakan LDR perbankan di zona rata-rata
menjadi 76%.
d. Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target tersebut diperkirakan berasal dari
perluasan pasar, dukungan program pemerintah serta potensi dan daya serap sektor riil
yang masih cukup baik.
e. Sektor-sektor yang menjadi sasaran penyaluran kredit tersebut antara lain sektor
perdagangan, sektor pertanian,sektor jasa dan sektor konstruksi. Namun disisi lain,
perbankan dalam penyaluran kredit lebih berhati-hati dengan lebih selektif khususnya
untuk pembiayaan ekspor.
f. Hambatan penyaluran kredit antara lain disebabkan oleh pengaruh krisis ekonomi global
yang menyebabkan daya beli negara tujuan eksportir menurun, daya beli masyarakat
dalam negeri menurun, nilai tukar rupiah yang relatif tidak stabil dan penurunan nilai
komoditas.
g. Kebijakan kredit perbankan dalam mengantisipasi terjadinya resesi, antara lain seperti
selective growth untuk sunset industry, peningkatan kualitas kredit dengan target
NPL<3%, peningkatan prudential principles (terkait LC), fokus pada segmen mikro,
pengelolaan bank berbasis risiko, mempermudah dokumen ekspor dan fokus pada sektor
produktif.

----------------------

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

53

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

54

Triwulan IV - 2008

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Bab 5

Kesejahteraan

Proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan


laporan relatif kurang berdampak pada tingkat kesejahteraan petani. Hal ini juga tercermin
dari pertumbuhan indeks yang diterima petani yang relatif lamban dibanding dengan
pertumbuhan indeks yang dibayar petani. Sementara indeks yang dibayar petani tersebut
terus mengalami dorongan untuk meningkat yang disebabkan oleh kenaikan harga
barang/jasa secara umum (inflasi). Sedangkan di sisi lain, berdasarkan hasil survei, didapatkan
bahwa terjadi peningkatan ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan yang bersifat
sementara karena didorong oleh meningkatnya kegiatan kampanye partai politik.
5.1. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani merupakan salah satu ukuran tingkat kemampuan daya tukar dari
produk pertanian dengan barang/jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi, atau
menggambarkan daya beli petani di pedesaan. Pada triwulan I-2009, NTP Sulsel mengalami
peningkatan sebesar 0,01% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya, lebih
rendah dibanding pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,42%
(y.o.y). Apabila ditinjau dari komponen pembentuk NTP tersebut, kedua komponen
pembentuk NTP yaitu indeks yang dibayar petani (Ib) dan indeks yang diterima petani (It)
masing-masing mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.
Namun pertumbuhan It masih tercatat lebih rendah dibanding pertumbuhan Ib.
Grafik 5.1.
Perkembangan Nilai Tukar Petani
Ib
y.o.y NTP

35%

It
y.o.y It

NTP
y.o.y Ib

400
350

30%

300

25%

250

20%

200
15%

150

10%

100

5%

50

0%

3
2007

3
2008

1*
2009

Pertumbuhan It pada triwulan I-2009 tercatat sebesar 8,04% (y.o.y) yaitu dari 109,90
menjadi 118,73. Angka pertumbuhan It tersebut lebih rendah dibanding angka

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

55

pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang sebesar 11,39% (y.o.y). Sementara pertumbuhan
Ib juga tercatat lebih rendah yaitu sebesar 14,90% (y.o.y) dari 104,70 menjadi 120,30, yang
lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang sebesar 19,61% (y.o.y).
Perlambatan pertumbuhan indeks yang diterima petani (It) (8,04%) tersebut relatif
karena terjadinya penurunan kinerja pada sektor industri, khususnya agro industri terkait
dengan produk-produk agro industri yang ditujukan untuk ekspor. Hal ini sejalan dengan
pertumbuhan ekspor di bidang pertanian yang cenderung menurun produktifitasnya.
Sementara itu tingkat harga komoditi pertanian, terutama pada kelompok bahan makanan,
berdasarkan laju inflasi tahunan pada triwulan laporan mengalami perlambatan, dimana laju
inflasi tahunan pada triwulan laporan lebih rendah dibanding laju inflasi tahunan triwulan IV2008. Kondisi tersebut tentunya relatif akan mengurangi tingkat pendapatan petani. Apabila
diperbandingkan antara indeks yang diterima petani (It) dengan laju inflasi tahunan Sulsel
(9,01%; y.o.y), maka pendapatan petani Sulsel tersebut relatif mengalami tekanan, yaitu
sebesar -0,97%. Sementara di sisi lain, pertumbuhan indeks yang diterima petani tidak
seimbang dengan pertumbuhan indeks yang dibayar petani, yang dapat diartikan bahwa
kondisi tersebut relatif menggambarkan tingkat kesejahteraan petani makin mengalami
penurunan.
Sementara perlambatan pertumbuhan Ib tersebut diperkirakan merupakan dampak
lanjutan dari penurunan pendapatan petani, sebagai akibat dari berlimpahnya pasokan hasil
pertanian karena pada periode akhir kuartal I-2009 merupakan masa panen. Hal tersebut
menyebabkan relatif jatuhnya harga produk-produk pertanian yang karakteristiknya tidak
tahan lama. Selanjutnya, sejalan dengan menurunnya pendapatan para petani, maka secara
otomatis mereka mengurangi pengeluaran mereka yang terlihat dari nilai lb yang melambat.
5.2. Survei
Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar, pada
triwulan laporan indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini (triwulan I-2009) semakin
membaik. Hal ini tampak dari pertumbuhan indeks

ketersediaan lapangan kerja yang

tercatat -0,38% (y.o.y), lebih baik dibanding pertumbuhan indeks dimaksud pada triwulan
IV-2008 (-3,81%; y.o.y). Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini tercatat sebesar 88,33
sementara pada triwulan I-2008 sebesar 88,67. Koreksi indeks ini searah dengan
pertumbuhan ekonomi yang juga mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan PDRB tersebut, diperkirakan karena terjadinya dorongan
konsumsi terutama yang berasal dari konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Pertumbuhan
dari sisi konsumsi ini, secara tidak langsung mencerminkan terjadinya pertumbuhan di sisi
produksi yang direfleksikan pada terjadinya peningkatan indeks ketersediaan lapangan

56

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Grafik 5.2.
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Saat Ini
120

Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini


y.o.y

100

Grafik 5.3.
Indeks Penghasilan Saat Ini
Dibandingkan 6 Bulan Lalu
4%

140

2%

138

0%
80
60
40
20
0
1

3
2007

3
2008

1
2009

15.00%

136
134

-2%

132

-4%

130

-6%

128

-8%

20.00%

Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg lalu


y.o.y

10.00%
5.00%
0.00%

126
124

-10%

122

-12%

120

-5.00%
-10.00%
1

3
2007

3
2008

1
2009

pekerjaan pada hasil Survei Konsumen. Namun peningkatan indeks tersebut masih di bawah
level psikologis (100,00) yang mengindikasikan kurang optimisnya masyarakat akan
ketersediaan lapangan kerja. Hal tersebut dimungkinkan karena pada triwulan I-2009,
lapangan kerja yang tersedia hanya bersifat jangka pendek dan temporer, seperti kegiatan
untuk pelaksanaan kampanye.
Sejalan dengan kondisi tersebut, indeks penghasilan saat ini dibanding 6 bulan lalu
juga mengalami penurunan -1,00% (y.o.y), yaitu dari 133,83 pada Triwulan I-2008 menjadi
132,50. Namun penurunan tersebut tercatat lebih baik dibanding pertumbuhan indeks
penghasilan saat ini pada triwulan IV-2008 yang turun sebesar -1,34% (y.o.y). Kondisi
tersebut dimungkinkan akibat laju inflasi tahunan yang masih relatif tinggi, sementara
kenaikan pendapatan (UMR dan Gaji PNS) dirasakan masih kurang meningkatkan
pendapatan riil masyarakat. Kegiatan pada masa kampanye partai politik untuk Pemilu 2009,
relatif meningkatkan pendapatan masyarakat yang bersifat sementara saja.

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

57

Halaman ini sengaja dikosongkan


This page is intentionally blank

58

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Bab 6

Keuangan Daerah

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada tahun 2009 diperkirakan akan tumbuh
secara merata pada masing-masing kabupaten/kota. Hal dimaksud didasarkan adanya alokasi
belanja bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan pemerintahan desa yang bersumber
dari APBD Provinsi Sulsel. Berdasarkan data dari Departemen Keuangan (www.depkeu.go.id),
bantuan dimaksud dialokasikan sebesar 12,18% dari total belanja pemerintah provinsi Sulsel.
Alokasi tersebut hampir sama dengan alokasi belanja modal pada tahun 2009 yaitu sebesar
12,79%. Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia Makassar kepada pemerintah daerah
Sulsel, bantuan dimaksud digunakan untuk keperluan subsidi program pendidikan dan
kesehatan gratis. Diharapkan dengan adanya program tersebut maka beban masyarakat
terhadap biaya pendidikan dan kesehatan menjadi berkurang, yang secara jangka panjang
diharapkan akan mampu meredam laju inflasi, khususnya untuk komoditi yang termasuk
kelompok pendidikan dan kesehatan.
Tabel 6.1.
APBD Provinsi Sulsel 2007 - 2009
NO.
1.
1.1.

URAIAN

2007
ANGGARAN

2008
ANGGARAN

2009
ANGGARAN

2007 - 2008
%

2008 - 2009
%

PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
- Pendapatan Pajak Daerah
- Pendapatan Retribusi Daerah
- Bagian Laba Hasil Daerah
- Lain-lain PAD yang Sah
PENDAPATAN TRANSFER
Dana Perimbangan
- Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk
- DAU
- DAK
Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya
Lain-lain Pendapatan yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN

805,306,444,200.95
686,439,048,950.00
55,047,765,000.00
41,964,682,045.95
21,854,948,205.00
758,011,898,579.20

1,113,291,487,317.04
960,441,092,563.03
73,441,065,000.00
51,021,189,182.01
28,388,140,572.00
908,790,026,766.40

1,301,646,107,960.42
1,125,026,109,768.65
91,984,773,000.00
57,113,204,178.77
27,522,021,013.00
907,819,123,820.00

38.24%
39.92%
33.41%
21.58%
29.89%
19.89%

16.92%
17.14%
25.25%
11.94%
-3.05%
-0.11%

158,503,898,579.20
599,508,000,000.00
44,277,414,067.14
1,607,595,756,847.29

216,943,503,766.40
656,709,523,000.00
35,137,000,000.00
4,000,000,000.00
2,026,081,514,083.44

199,547,733,820.00
663,422,390,000.00
44,849,000,000.00

36.87%
9.54%
100.00%

-8.02%
1.02%
27.64%

2,209,465,231,780.42

-90.97%
26.03%

-100.00%
9.05%

2.
2.1.
2.2.
2.3.

BELANJA
BELANJA OPERASI
BELANJA MODAL
BELANJA TIDAK TERDUGA
JUMLAH BELANJA

1,071,209,468,453.00
301,882,011,457.14
15,000,000,000.00
1,388,091,479,910.14

1,332,098,409,700.30
295,209,861,949.70
15,000,000,000.00
1,642,308,271,650.00

1,982,210,360,902.42
291,258,088,344.00
15,000,000,000.00
2,288,468,449,246.42

24.35%
-2.21%
0.00%
18.31%

48.80%
-1.34%
0.00%
39.34%

2.4.

TRANSFER

329,747,596,452.15

472,760,187,010.53

43.37%

-100.00%

(110,243,319,515.00)

(88,986,944,577.09)

(79,003,217,466.00)

-19.28%

-11.22%

110,243,319,515.00

88,986,944,577.09

82,264,617,466.00

-19.28%

-7.55%

1.2.

1.3.

SURPLUS / (DEFISIT)
3.
PEMBIAYAAN
Sumber : Pemprov Sulsel

Selain itu, ditinjau dari struktur pendapatan daerah, proporsi pendapatan asli daerah
mengalami peningkatan, yaitu dari 54,9% pada tahun 2008 menjadi 58,9% pada tahun
2009. Kondisi tersebut relatif juga menggambarkan tingkat kemandirian daerah yang
semakin meningkat, meskipun pertumbuhan pendapatan asli daerah pada tahun 2009 lebih

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

59

kecil dari tahun 2008. Pendapatan asli daerah Provinsi Sulsel tersebut mengalami
peningkatan sebesar 16,92% pada tahun 2009, sementara pada tahun 2008 tumbuh
sebesar 38,24%. Proporsi pendapatan asli daerah yang meningkat tersebut disokong oleh
peningkatan pendapatan pajak daerah yang proporsinya sebesar 86,4%.
Dari sisi belanja, pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 39,34%, sementara
pada tahun 2008 hanya meningkat sebesar 18,31%. Peningkatan yang cukup tinggi tersebut
didorong oleh adanya kenaikan gaji PNS sebesar 15% terhitung Januari 2009. Akibat kondisi
tersebut belanja operasi mengalami peningkatan sebesar 48,80%, dimana salah komponen
terbesar dalam belanja operasi adalah belanja pegawai. Dari sisi belanja ini, terdapat suatu
hal

yang

perlu

mendapatkan

perhatian,

yaitu

selama

tahun

2008-2009

terjadi

kecenderungan penurunan alokasi belanja modal pemprov Sulsel, yaitu masing-masing


sebesar -2,21% pada tahun 2008 dan -1,34% pada tahun 2009. Selain itu, alokasi belanja
modal pada tahun 2009 yang sebesar 12,79%, lebih rendah dibanding alokasi belanja modal
pada tahun 2008 (17,97%)

60

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Bab 7

Outlook Kondisi
Ekonomi dan Inflasi

Peningkatan kinerja perekonomian Sulawesi Selatan di Triwulan I-2009 akan terus


berlanjut di Triwulan II-2009 dengan pendorong utama dari sisi konsumsi baik konsumsi
rumah tangga maupun konsumsi pemerintah daerah, meskipun terdapat tekanan
perekonomian global. Selanjutnya laju inflasi regional, diperkirakan akan mengalami
perlambatan, meskipun diperkirakan akan terjadi peningkatan konsumsi masyarakat terkait
akan dilaksanakan kegiatan kampanye pemilihan presiden pada bulan juni 2009 serta adanya
tahun ajaran baru.
7.1 Outlook Kondisi Makroregional
Dari sisi penawaran, dorongan pertumbuhan diperkirakan

terutama dari sektor

pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan/konstruksi dan sektor perdaganganhotel-restoran. Di sektor pertanian, pertumbuhan diperkirakan didorong oleh subsektor
tanaman bahan makanan, terutama padi, sehubungan dengan masih berlanjutnya masa
panen sampai dengan bulan kedua triwulan II-2009. Dorongan pertumbuhan diperkirakan
juga diberikan oleh subsektor perikanan mengingat kondisi cuaca yang cukup kondusif.
Namun di sisi lain, tekanan pertumbuhan sektor ini relatif terdapat pada subsektor
perkebunan, terutama komoditi kakao dimana kualitasnya masih belum mengalami
perbaikan yang cukup signifikan.
Di sektor industri pengolahan, pertumbuhan diperkirakan karena mulai berjalannya
proyek-proyek pemerintah yang secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja industri
pengolahan semen. Kondisi tersebut tentunya akan mendorong juga peningkatan kinerja
sektor bangunan/konstruksi. Hal serupa akan terjadi pula pada industri pengolahan
makanan-minuman, yang diperkirakan akan tumbuh positif karena turunnya harga komoditi
bahan baku impor seperti gandum.
Di sektor perdagangan-hotel-restoran, pertumbuhan diperkirakan terutama didorong
dengan akan adanya kegiatan kampanye pemilihan presiden. Selain itu, adanya kebijakan
stimulus fiskal yang dikeluarkan pemerintah pusat selain akan dapat mendorong kegiatan
perekonomian di sektor sektor yang terkait juga akan meningkatkan daya beli masyarakat
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga mendorong konsumsi rumah tangga.
Adapun sektor pertambangan dan penggalian akan mengalami tekanan terkait
tingkat harga beberapa komoditas hasil pertambangan di pasar internasional masih relatif
rendah serta melemahnya permintaan komoditas tersebut di pasar dunia.

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

61

Di sisi permintaan, diperkirakan kinerja konsumsi masih akan menjadi generator


perekonomian Sulsel di triwulan II-2009,yang bersumber dari konsumsi rumah tangga dan
konsumsi pemerintah. Diperkirakan kegiatan kampanye untuk pemilihan presiden akan
mampu meningkatkan konsumsi masyarakat. Selain itu, terdapat pula beberapa kegiatan
yang mampu mendorong peningkatan kinerja konsumsi, yaitu antara lain mulai berjalannya
program-program pemerintah daerah yang dapat berimplikasi pada meningkatnya realisasi
APBD, dan adanya tahun ajaran baru pada sekitar bulan Juni yang berimplikasi pada
meningkatnya pembelanjaan konsumsi rumah tangga untuk keperluan sekolah dan kursuskursus.
Kinerja investasi diperkirakan akan juga mengalami pertumbuhan positif terkait
dengan perkembangan perekonomian Sulsel yang masih cukup kondusif untuk berinvestasi.
Gubernur Sulawesi Selatan langsung memonitor perkembangan pembangunan termasuk
investasi melalui sarana coffee morning yang dilakukan secara periodik bulanan dengan
melibatkan seluruh dinas propinsi, perbankan dan kalangan usaha.
Kinerja ekspor diperkirakan masih memberikan kontribusi positif, terutama pada
perdagangan antar antar propinsi dan untuk komoditi tanaman bahan makanan. Sementara
kinerja ekspor antar negara diperkirakan masih akan melemah sehubungan dengan masih
kurang menguntungkannya tingkat harga komoditi hasil pertambangan di pasar
international serta lemahnya demand untuk komoditi dimaksud. Selain itu revitalisasi kakao
belum dapat terlaksana dengan baik dalam jangka pendek.
Grafik 7.1.
Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen
160
Indeks Ekspektasi Konsumen

140
120
100
80
60
40
20
0
2

2007

2008

2009

Pada triwulan mendatang, faktor-faktor yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya


aktifitas kegiatan politik sehubungan dengan akan diselenggarakannya kampanye pemilihan
presiden yang akan diselenggarakan pada akhir triwulan II-2009. Faktor tersebut relatif akan
dapat memberikan dampak negatif terhadap terciptanya stabilitas perekonomian Sulsel.

62

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Berdasarkan alasan tersebut di atas dan dengan asumsi tidak ada kejadian yang
cukup mengganggu proses kinerja pembangunan, maka diperkirakan perekonomian Sulsel
pada triwulan mendatang, secara tahunan masih akan lebih rendah dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya (8,10%), namun sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan
tahunan pada triwulan I-2009 (4,52%). Perekonomian Sulsel pada triwulan II-2009
diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,5% 1% (y.o.y). Kondisi perkiraan tersebut sejalan
dengan hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar yang cenderung
menunjukkan sedikit peningkatan dibanding triwulan I-2009.
7.2 Outlook Inflasi

Pada triwulan mendatang, perlambatan laju inflasi tahunan diperkirakan masih


akan terjadi. Perkiraan perlambatan laju inflasi tahunan tersebut sebagai dampak kelanjutan
dari penurunan harga BBM dan pengaruh dari kenaikan harga BBM pada akhir Mei 2008
akan mulai berkurang. Selain itu, adanya kebijakan pemerintah dalam menstimulus
perekonomian daerah diperkirakan ikut mendorong kestabilan harga di tingkat regional,
seperti kebijakan subsidi PPN, kebijakan kesehatan dan sekolah gratis serta kebijakan
penurunan harga susu kaleng.
Grafik 7.2.
Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d
200
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2

2007

3
2008

2
2009

Kondisi tersebut tentunya akan mendorong terjadinya penurunan tingkat harga


komoditi keperluan pokok masyarakat. Selain itu, terdapat upaya pemerintah daerah untuk
menjaga ketersediaan barang kebutuhan sarana produksi, seperti menjaga ketersediaan
pupuk yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan

peningkatan surplus produksi produk

unggulannya; disiplin anggaran dan penciptaan kondisi iklim usaha yang kondusif.
Di sisi lain, terdapat beberapa kondisi yang cenderung memicu pergerakan harga,
seperti adanya kenaikan gaji pegawai negeri yang relatif akan mendorong terjadinya
peningkatan permintaan, volatilitas harga komoditas primer di pasar internasional yang

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

63

mempengaruhi tingkat harga di pasar regional dan ekspektasi masyarakat terhadap


perkembangan ekonomi pada triwulan dimaksud. Dengan pertimbangan tersebut di atas
maka pada akhir triwulan II-2009, diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel pada kisaran
6,5% 1% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 yang tercatat sebesar 9,01%
(y.o.y). Perkiraan laju inflasi pada triwulan mendatang tersebut didorong oleh laju inflasi
tahunan kota Makassar yang laju inflasinya sebesar 5,3% 1% (y.o.y). Perlambatan laju
inflasi Sulsel tersebut sejalan dengan Indeks ekspektasi masyarakat terhadap harga-harga
dalam 3 bulan yang akan datang yang cenderung menunjukkan terjadinya perlambatan laju
inflasi.

7.3. Prospek Perbankan


Pada

triwulan

laporan,

kinerja

perbankan

di

Provinsi

Sulawesi

Selatan

memperlihatkan pertumbuhan yang cukup positif, meskipun dari sisi nilai tambah bruto
perbankan cenderung turun yang diakibatkan faktor awal tahun. Pertumbuhan perbankan
tersebut diperkirakan masih terus berlanjut seiring dengan perkembangan perekonomian
daerah. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) yang cenderung mengalami penurunan
pada akhir triwulan I-2009, diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit/pembiayaan.
Kondisi tersebut menuntut perbankan daerah untuk lebih apresiatif dan kreatif dalam
memberikan jasa pelayanannya kepada masyarakat.
Hal tersebut di atas sejalan dengan hasil survei Bank Indonesia dimana terdapat
kecenderungan peningkatan pinjaman di bank, sementara di sisi simpanan terdapat
kecenderungan penurunan tingkat ekspektasi tabungan yang akan datang, namun dalam
besaran yang relatif minim.
Grafik 7.3.
Indeks Ekspektasi Tabungan dan Perkiraan Pinjaman di Bank
Yang Akan Datang
140

Ekspektasi tabungan yad


Perkiraan pinjaman di bank yad

120
100
80
60
40
20
0
2

3
2007

64

Triwulan I - 2009

3
2008

2
2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

LAMPIRAN
1. Data Ekonomi Makro
Tabel 1.a
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
2007

SEKTOR EKONOMI

2008

2009

1. Pertanian

4
3,107.36

1
3,204.58

2
3,224.61

3
3,337.44

4
3,156.79

1*
3,285.06

2. Pertambangan & Penggalian


3. Industri Pengolahan
4. Listrik,Gas & Air Bersih

1,073.97
1,507.51
107.25

1,072.92
1,533.78
107.74

979.12
1,582.90
110.34

1,010.37
1,557.92
115.31

972.53
1,566.84
117.61

984.57
1,586.99
119.35

5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel & Restoran

533.93
1,659.54

536.15
1,690.46

581.84
1,734.06

596.29
1,821.53

614.14
1,788.51

602.03
1,844.33

7. Angkutan & Komunikasi


8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
9. Jasa - jasa

873.04
693.67
1,210.50

862.12
700.96
1,212.86

895.73
735.74
1,240.31

940.79
724.98
1,250.61

952.73
719.39
1,299.81

983.31
712.97
1,297.13

10,766.77

10,921.58

11,084.65

11,355.24

11,188.35

11,415.75

PDRB
Sumber : BPS Sulsel
Ket. : Angka Sementara
*) Prakiraan Bank Indonesia Makassar

Tabel 1.b
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
SEKTOR EKONOMI
1. Konsumsi
2. Investasi
3. Ekspor
4. Impor

2007
4

2008
1

2009
3

1*

7,607.43
1,934.81
4,982.93
3,758.40

7,685.04
2,145.13
5,156.18
4,064.76

7,744.21
2,340.89
5,025.68
4,026.13

7,940.15
2,405.92
4,994.42
3,985.26

7,990.34
2,171.79
4,530.67
3,504.45

8,275.48
2,069.01
4,885.69
3,814.44

PDRB
10,766.77
Sumber : BPS Sulsel
Ket. : Angka Sementara
*) Perkiraan Bank Indonesia Makassar

10,921.58

11,084.65

11,355.24

11,188.35

11,415.75

2. Data Inflasi
Tabel 2.a
Laju Inflasi Kota Makassar Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100)

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

Triwulan I - 2009

65

Tabel 2.b
Perbandingan Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Maret 2009
Di Provinsi se-Sulampua

3. Data Perbankan
Tabel 3.b. Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Kredit Bank Umum (Rp Miliar)

2008

2007

2006

THN TRW

2009

2009

2008

2007

2006

Tabel 3.a. Uang Giral dan Kuasi (Bank


Umum dan BPR) (Rp Miliar)
UAN G
U ANG
THN TRW
GIRAL
K UASI
1
3,330.08 13,463.71
2
3,777.65 13,914.93
3
4,097.51 14,378.94
4
5,007.94 16,008.19
1
4,301.30 16,258.04
2
4,710.47 17,108.22
3
4,933.04 17,726.17
4
5,059.42 19,491.46
1
4,730.08 19,488.70
2
5,327.94 20,622.37
3
4,866.81 21,568.52
4
5,007.32 23,735.93
1
4,649.40 23,309.10
2
3
4

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

DP K
27,238.08
29,641.13
30,562.04
20,886.42
20,559.33
21,818.69
22,659.20
24,550.88
24,170.67
25,950.31
26,435.33
28,743.25
27,958.50

K REDIT
16,970.25
18,286.09
18,581.88
20,885.23
21,220.50
23,108.40
24,300.52
25,671.69
26,569.90
29,608.68
31,281.15
31,543.97
31,036.76

L DR
62.30%
61.69%
60.80%
99.99%
103.22%
105.91%
107.24%
104.57%
109.93%
114.10%
118.33%
109.74%
111.01%

Tabel 3.c. Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Bank Umum (Rp Miliar)
J ENIS
2007
2008
2009
P ENGGUN AAN
4
1
2
3
4
1
Modal Kerja
9,778.34
10,064.63
11,473.30
12,307.66
12,368.15
11,911.11
6,028.96
5,930.06
6,333.73
6,443.33
6,440.57
6,251.64
Investasi
Konsumsi
9,864.38
10,575.21
11,801.65
12,530.16
12,735.26
12,874.01
25,671.69
26,569.90
29,608.68
31,281.15
31,543.97
31,036.76
TOTAL
GROWTH
22.92%
25.21%
28.13%
28.73%
22.87%
21.26%

66

Triwulan I - 2009

Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

4. Data Sistem Pembayaran


Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar

2009

2008

2007

Thn Trw
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

Inflow
2.02
0.50
0.84
1.31
2.34
1.09
1.43
2.19
2.27

JUMLAH
Y.O.Y
Q.T.Q
Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow
0.41
1.61 -20.22% -73.79%
66.68% -10.56% -84.24%
1.19
(0.69) -76.19% -47.96% 260.11% -75.28% 190.27%
0.39
0.45 -68.04% -83.35%
46.80% 68.55% -67.53%
1.81
(0.49) -41.73% -30.59%
42.03% 56.33% 367.29%
0.60
1.74 15.80% 45.64%
8.18% 77.75% -66.93%
1.82
-0.73 118.82% 52.83%
5.21% -53.28% 204.60%
1.87
-0.44 70.27% 384.43% -197.01% 31.15%
2.93%
1.51
0.67 66.42% -16.12% -236.80% 52.80% -19.09%
0.24
2.03
-2.84% -59.81%
16.72%
3.77% -84.16%

Net Flow
-564.44%
-143.01%
-165.71%
-208.22%
-453.76%
-141.82%
-39.41%
-252.61%
201.82%

Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun)

2009

2008

2007

Thn Trw

JUMLAH
Inflow

PTTB

Y.O.Y
PTTB/Inflow

Inflow

1
2

2.02
0.50

0.95
0.47

47.05%
95.08%

3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

0.84
1.31
2.34
1.09
1.43
2.19
2.27

0.47
0.87
1.33
0.72
0.54
0.41
0.25

55.70% -68.04%
66.22% -41.73%
56.72% 15.80%
65.81% 118.82%
37.93% 70.27%
18.65% 66.42%
11.01%
-2.84%

PTTB

Q.T.Q
PTTB/Inflow

-20.22% 253.69%
-76.19% 34.38%
-32.82%
-1.22%
39.57%
51.46%
15.95%
-53.13%
-81.13%

Inflow

PTTB

PTTB/Inflow

343.31% -10.56%
7.75%
464.43% -75.28% -50.04%

20.46%
102.06%

110.19% 68.55% -1.26%


69.53% 56.33% 85.86%
20.53% 77.75% 52.24%
-30.78% -53.28% -45.79%
-31.90% 31.15% -24.41%
-71.84% 52.80% -24.86%
-80.58%
3.77% -38.72%

-41.42%
18.89%
-14.35%
16.04%
-42.37%
-50.83%
-40.95%

Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun)

2009

2008

2007

Thn Trw

Incoming
7.63
8.21
2.5 8.71
11.96
11.38
12.18
2.0
10.30
14.60
11.76

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2 ) 1.5
3p
R
4n
u
ili
rT
(
1.0
B
T
T
P
&
w
o
lf 0.5
In

JUMLAH
Y.O.Y
Outgoing
Netto Incoming Outgoing
10.80
(3.17)
10.87%
-24.83%
8.07
0.14
14.29%
-39.47%
9.93Inflow(1.21)
10.13% PTTB
-12.97%
8.33
3.63
16.63%
-28.44%
7.16
4.22
49.17%
-33.71%
7.91
4.27
48.41%
-1.97%
7.79
2.51
18.20%
-21.51%
9.23
5.36
22.09%
10.86%
8.31
3.44
3.31%
16.09%

Q.T.Q
Netto
Incoming Outgoing
-57.63% -25.59%
-7.20%
-102.24%
7.58%
-25.29%
-65.25%PTTB/Inflow
6.14%
23.00%
-361.57%
37.26%
-16.08%
-233.04%
-4.83%
-14.04%
2994.20%
7.03%
10.47%
-306.39% -15.47%
-1.51%
47.87%
41.78%
18.52%
-18.37% -19.46%
-9.98%

Netto
128.70%
-104.35%
100%
-979.71%
-398.85%
90%
16.32%
1.18%
80%
-41.32%
114.11%
70%
-35.78%
60%
50%
40%
30%
20%
10%

0.0
1
2
3
4
Kajian Ekonomi Regional
Sulawesi
Selatan

w
0% o
lf
In67
4
Triwulan
I - 12009
/
B
TT
P

n
iu
li
r
T
p
R

Anda mungkin juga menyukai