STATUS PEDIATRIK
I.
IDENTIFIKASI
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Anak ke
Nama Ayah
Nama Ibu
Bangsa
Agama
Alamat
: Keyla Chynthia
: 4 tahun 11 bulan
: Perempuan
:1
: Toni
: Nining
: Sumatera
: Islam
: Jl. KI merogan perdana RT 31 RW 06
Dikirim oleh
MRS Tanggal
ANAMNESIS
Tanggal
Diberikan oleh
A.
II.
( Subjektif / S)
:07 April 2015
:Ibu Pasien(Alloanamnesis)
Sakit saat hamil (-) , perdarahan (-), demam saat hamil dan menjelang
hamil (-), minum jamu atau obat-obat diluar yang diberikan bidan (-)
Riwayat KPSW (-), ketuban kental hijau (-), bau (-)
Masa Kehamilan
:Aterm
Partus
:spontan
Tempat
:di rumah
Ditolong oleh
:bidan
Tanggal
: 06 Mei 2010
BB
: 3000 gram
PB
: 50 cm
Riwayat Makanan
ASI
: 0-2 tahun
Bubur
: 6 bulan s/d 1 tahun
Nasi
: 1 tahun s/d sekarang
Kesan
C.
RIWAYAT IMUNISASI
BCG
:+
Polio
: Polio 1(+), Polio 2(+), Polio 3(+)
DPT
: DPT 1(+), DPT 2(+), DPT 3(+)
Hepatitis B
: Hep B (+), Hep B 1(+). Hep B 2 (+), Hep B 3 (+)
Campak
:+
Kesn
D.
RIWAYAT KELUARGA
Perkawinan
: 6 tahun
Umur
: Ayah (28 tahun), Ibu (25 tahun)
Saudara
: Anak ke 1 dari 2 bersaudara
Penyakit yang pernah diderita:Tidak ada
Pedigree
E.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Tengkurap
: 3 bulan
Duduk
: 6 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Kesan
- ), dismorfik ( Suhu
Respirasi
Tipe Pernapasan
Tekanan Darah
Nadi
Kulit
/-)
:36,8 OC
: 24 x/menit,teratur
:Torakal
:100/70
:100x/ menit, isi/tegangan cukup, regular
: Sawo matang , lesi kulit (-)
H. PEMERIKSAAN KHUSUS
KEPALA
memanjang (-)
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
o
o
o
o
o Palpasi
o Superior
EKSTREMITAS
: Deformitas (-), akral dingin (-), pucat (-), edema (+),
STATUS NEUROLOGIS
I. DAFTAR MASALAH
1. Sembab seluruh tubuh
J. DIAGNOSIS BANDING
Sindroma Nefrotik (SN) dependen steroid
Sindroma Nefritik Akut (SNA)
K. DIAGNOSIS KERJA
Sindroma Nefrotik (SN) dependen steroid
L. TATALAKSANA (Planning / P)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM tanggal 6 April 2015
1. Protein urin +3
2. Epitel (-)
3. Leukosit 0-2
4. Eritrosit 0-1
5. Sel hyalin (+1)
6. Bakteri (+2)
7. Mukus (+2)
TERAPI ( SUPORTIFSIMPTOMATIS-CAUSATIF)
o NON FARMAKOLOGIS
Tirah Baring
Diet rendah garam 2100 kkal + 30 gram protein dalam bentuk NB 3x
1 porsi
o
o
o
PROGNOSIS
Qua ad vitam
Qua ad functionam
Qua ad sanationam
: dubia e45nb
: dubia
: dubia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
- Malaria
- Skistosoma
- Tuberkulosis
- Lepra
- Post Streptokokus
ii. Penyakit keganasan: - Adenokarsinoma paru, payudara, kolon,
- Limfoma Hodgkin
- Mieloma multipel
- Karsinoma ginjal
iii. Penyakit sistemik dan penyakit immune mediated:
-
Sindrom Vaskulitis
Artritis Reumatoid
Poliartritis
Sarcoid
Dematitis Hepertiformis
v.
Mellitus Diabetes
Amilodoisis
Sindrom Alport
Myxedema
Pre-eklamsia
ii.
tetap
normal.
Retensi
cairan
selanjutnya
mengakibatkan
10
dijelaskan bahwa peningkatan kadar renin plasma dan aldosteron adalah sekunder
karena hipovolemia. Tetapi ternyata tidak semua penderita sindrom nefrotik
menunjukkan fenomena tersebut. Beberapa penderita sindrom nefrotik justru
memperlihatkan peningkatan volume plasma dan penurunan aktivitas renin
plasma dan kadar aldosteron, sehingga timbullah konsep baru yang disebut teori
overfill. Menurut teori ini retensi renal natrium dan air terjadi karena mekanisme
intrarenal primer dan tidak tergantung pada stimulasi sistemik perifer. Retensi
natrium renal primer mengakibatkan ekspansi volume plasma dan cairan
ekstraseluler. Pembentukan edema terjadi sebagai akibat overfilling cairan ke
dalam kompartemen interstitial. Teori overfill ini dapat menerangkan volume
plasma yang meningkat dengan kadar renin plasma dan aldosteron rendah
sebagai akibat hipervolemia.
Edema
penyakit
glomerulus
mungkin
merupakan
suatu
kombinasi
Kelainan Glomerolus
Teori Underfilled
Teori Overfilled
11
pada wanita (2:1) dan paling lazim muncul antara usia 2 dan 6 tahun. Sindrom
albuminuria
urin. Edemanya berkumpul pada tempat-tempat tergantung dan dari hari ke hari
dapat berpindah dari muka dan punggung ke perut, perineum dan kaki. Anoreksia,
nyeri perut dan diare lazim terjadi sedangkan hipertensi sebaliknya. dalam
beberapa hari,edema semakin jelas dan menjadi anasarka. Dengan perpindahan
volume plasma ke rongga
ketiga
dapat terjadi syok. Bila edema berat, dapat
Kelainan
Glomerolus
timbul dispnu akibat efusi pleura.
7. Pemeriksaan Penunjang
12
Kriteria Diagnosis
1. Edema
2. Proteinuria massif
Urin : BANG atau DIPSTIX + 3 atau + 4 (kualitatif)
Protein > 40 mg/m3/jam, atau > 2 g/hr (kuantitatif)
Rasio protein : Kreatinin > 2,5 (Penilaian fungsi ginjal bisa normal
atau menurun. Keratin clearance ini bisa turun karenaterjadi
penurunan perfusi ginjal akibat penyusutan volume intravaskuler
dan akan kembali ke normal bila volume intravascular membaik)
Sediment urin biasanya normal
Bila terjadi hematuria mikroskopik (>20 eritrosit/LPB) dicurigai
adanya lesi glomerular (misalnya : sclerosis glomerulus fokal)
3. Hipoalbuminemia
Albumin darah < 2 g/dl (20 g/L)
4. Dengan atau tanpa hiperlipidemia/hiperkolesterolemia
5. IgM dapat meningkat sedangkan IgG turun
6. Komplimen serum normal dan tidak ada krioglobulin
7. Kadar kalsium serum total menurun (karena penurunan fraksi terikat
albumin)
8. Kadar C3 normal
13
Tatalaksana
Indikasi Rawat
-
SN relaps dengan edema anasarka atau penyulit (infeksi berat, muntahmuntah, diare, hipovolemia, hipertensi, tromboemboli, GGA).
SN steroid resisten
Diuretika
Retriksi cairan (30 ml /kgBB/hari) selama ada edema berat dan oliguri.
Loop diuretic (furosemid 12 mg/kgbb/hr), bila kadar kalium rendah < 3,5
mEq/L dapat dikombinasi dengan spironolakton (12 mg/kgbb/hr) diberikan
pada edema berat/anasarka. Diuretika lebih dari 1 minggu periksa ulang
natrium dan kalium plasma.
14
Imunisasi
- Vaksin virus hidup baru diberikan setelah 6 minggu pengobatan steroid selesai.
- Kontak dengan penderita varicella Imunoglobulin varicella-zoster dalam waktu
< 72 jam
Tuberkulostatika
- Test Mantoux (+) beri INH profilaksis
- TBC aktif beri OAT
Pengobatan kortikosteroid
Pengobatan steroid untuk sementara tidak boleh diberikan bila dijumpai halhal sebagai berikut: hipertensi, infeksi berat (viral/ bakteri), azotemia
A. Pengobatan inisial
-
15
lalu stop. Bila remisi terjadi antara minggu ke 5 sampai dengan akhir
minggu ke 8, steroid alternating dilanjutkan 4 minggu lagi.
-
B. Pengobatan SN Relaps
Bila dijumpai proteinuria ( +2) setelah pengobatan steroid selesai, perlu
dicari faktor pemicunya (biasanya infeksi) dan diobati dengan AB selama 57
hari. Bila proteinuria jadi negatif tidak perlu diberi prednison, bila proteinuria
masih tetap ( +2) atau tidak ditemukan fokus infeksi mulai dengan
prednison dosis penuh sampai remisi (proteinuria negatif atau trace 3 hari
berturut-turut) (maksimal 4 minggu) dilanjutkan dosis alternating selama 4
minggu stop.
Bila pada FD selama 4 minggu remisi (-), alternating 4 minggu remisi (-)
resisten steroid.
C. Pengobatan SN relaps sering atau dependen steroid
Ada 4 pilihan:
1) Dicoba pemberian steroid jangka panjang
2) Pemberian levamisol
3) Pengobatan CPA
4) Pengobatan siklosporin (terakhir)
Cari fokus infeksi seperti TB, infeksi di gigi atau kecacingan.
1) Steroid jangka panjang
Dimulai dengan prednison atau prednisolon dosis penuh (4 minggu)
sampai terjadi remisi. Lanjutkan dengan steroid alternating (4 minggu),
kemudian dosis diturunkan perlahan 0,5 mg/kgbb setiap 4 minggu sampai
dosis terkecil yang tidak menimbulkan relaps yaitu antara 0,10,5
mg/kgbb alternating, dapat diteruskan selama 612 bulan coba
dihentikan.
Bila relaps terjadi pada dosis prednison rumat >0,5 mg/kgbb/AD, tetapi
< 1 mg/kgbb/alternating tanpa efek samping yang berat dapat dicoba
16
17
Tromboemboli
Hipovolemia
Diatasi dengan infus NaCl fisologis, lalu disusul dengan infus albumin 1
gr/kgbb/ atau plasma 20 ml/kgbb (tetesan lambat10 tetes per menit).
Bila hipovolemia telah teratasi, penderita masih oliguria diberikan
furosemid 1-2 mg/kgbb intravena.
Hipokalsemia
Suplementasi kalsium 500 mg/hari dan vitamin D.
Bila terjadi tetani diobati dengan kalsium glukonas 50 mg/kgbb intravena.
18
Tindak lanjut
Dilakukan pemeriksaan berat badan. intake-output, lingkaran perut, tekanan
darah setiap hari. Pemeriksaan darah tepi 1 kali seminggu. Urinalisa dan
pemeriksaan protein semikuantitatif 2 kali seminggu (jika sudah trace,
diulangi 3 kali berturut-turut). Pemeriksaan kimia darah dan elektrolit selama
perawatan sekali dua minggu. Awasi efek samping obat dan komplikasi yang
mungkin terjadi selama pasien dirawat. Bila ditemukan, harus ditanggulangi.
Indikasi pulang
Penderita dipulangkan bila keadaan umum baik, komplikasi teratasi, dalam
keadaan remisi.
Selama mendapat steroid kontrol sekali seminggu secara berobat jalan.
Setelah steroid dihentikan kontrol sekali sebulan selama 3-5 tahun bebas
gejala.
10.
Komplikasi
Tromboemboli, infeksi, hiperlipidemia, hipokalsemia, hipovolemia, gagal
11.
-
Prognosis
SNKM: 4 5% menjadi gagal ginjal terminal pada pengamatan 20 tahun.
GSFS: 25% menjadi gagal ginjal terminal dalam 5 tahun.
SN primer (SNKM) /kortikosteroid responsif umumnya baik.
Pada kortikosteroid non responsif prognosis kurang baik, mortalitas pada
jenis GSFS 50% 16 tahun setelah diketahui, pada GNMP 50% 11 tahun
setelah diketahui. SN sekunder tergantung penyakit primer.
19
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini, An. Ira Safira, perempuan, 9 tahun 2 bulan, datang ke
RSMH dengan keluhan sembab di seluruh tubuh. Sembab di seluruh bisa
disebabkan oleh berbagai etiologi, seperti adanya ginjal, gangguan jantung, paru,
dan hepar. Pada anamnesis, didapatkan BAK sedikit atau bahkan tidak sama
sekali yang menunjukan terjadinya gangguan pada ginjal. Sindrom nefrotik (SN)
merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria masif (40 mg/m2
20
LPB/jam atau rasio protein/kreatinin urin >2 atau dipstik 2+), hipoalbuminemia
(2,5 g/dL), edema dan atau hiperkolesterolemia.
edema palpebra atau pretibia. Bila lebih berat akan disertai asitesdan edema
genitalia. Kadang-kadang disertai oliguria dan gejala infeksi, nafsu makan
berkurang. Sindrom nefrotik (SN) dibagi tiga yaitu kongenital, primer/idiopatik,
dan sekunder. Pada kasus ini, kemungkinan penyebab Sindrom nefrotik (SN)
adalah idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya karena gejala-gejala yang
muncul baru terjadi sejak anak usia 8 tahun.
Pada kasus jugaditemukan adanya keluhan sembab di seluruh tubuh dan
BAK sedikit. Sembab atau edema pada Sindrom nefrotik (SN) terjadi karena
hipoalbuminemia, dengan penurunan tekanan osmotic koloid, membantu cairan
transudat untuk keluar dari ruang vaskuler ke dalam interstitium. Mekanisme ini
hampir secara langsung menyebabkan edema. Selain itu, hipovolemia juga
mengakibatka penuruanan aliran plasma ke ginjal dan GFR, serta mengaktifkan
mekanisme rennin-angiotensin. Hipovolemia juga mengaktifkan reseptor volume
dalam atrium kiri. Akibatnya, peningkatan produksi aldostern dan hormone
antidiuretik (ADH). Ginjal tersebut menahan garam dan air, yang selanjutntya
akan memperburuk edema dan urin yang dikeluarkan sedikit.Penatalaksanaan
penderita ini dari nonfarmakologis adalah tirah baring dan diet. Obat yang
digunakan Cefriaxon 1x2 g tab, Inj. Furosemid 2x30 g, Metilprednisolon 50
g/hari.
DAFTAR PUSTAKA
Bergstein JM. Sindrom nefrotik. Dalam : Behrman RE, Kliegma RM, Jenson HB,
penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke 17. Philadelphia : WB
Saunders Co; 2004. h 1827-1832.
Chesney RW, 1999. The idiopathic nephrotic syndrome. Curr Opin Pediatr 11 :
158-61.
Feehally J, Johnson RJ, 2000. Introduction to Glomerular Disease : Clinical
Presentations. In : Johnson RJ, Feehally J, editors. Comprehensive Clinical
Nephrology. London : Mosby; h. 5 : 21.1-4.
21
22