Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

PRESENTASI BOKONG

Disusun oleh:
Farida Chandradewi, S.Ked

04054821517006

Maulia Wisda Era Chresia, S.Ked

04054821517009

Kardiyus Syaputra, S.Ked

04054821517015

Zhazha Savira Herprananda, S.Ked

04054821517077

Desy Aryani Harahap, S.Ked

04054821517081

Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi


Periode 07 Desember 2015- 15 Februari 2016
Pembimbing: Prof. dr. H. Syakroni Daud, Sp.OG (K)

BAGIAN/ DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
Presentasi Bokong

Oleh :
Farida Chandradewi S.Ked
Maulia Wisda Era Chresia S.Ked
Kardiyus Syaputra S.Ked
Zhazha Savira Herprananda S.Ked
Desy Aryani Harahap, S. Ked
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang Periode 7
Desember 201515 Februari 2016.

Palembang,

Januari 2015

Prof. dr. H. Syakroni Daud, Sp.OG (K)

ii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. atas karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Presentasi Bokong.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP DR. Moh. Hoesin Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.dr.H.Syakroni Daud,
Sp.OG(K) selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penulisan dan penyusunan referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Palembang, Januari 2015

Penulis

iii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I

PENDAHULUAN ..................................................................................1

BAB I

LAPORAN KASUS ...............................................................................3


Identifikasi...............................................................................................3
Anamnesis...............................................................................................3
Pemeriksaan Fisik....................................................................................4
Pemeriksaan Tambahan...........................................................................6
Diagnosis.................................................................................................7
Prognosis.................................................................................................7
Tatalaksana..............................................................................................7
Laporan Persalinan..................................................................................7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................9


BAB IV ANALISIS KASUS...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

iv

BAB I
PENDAHULUAN
Presentasi bokong atau biasa disebut letak sungsang adalah keadaan dimana
janin terletak memanjang, bokong sebagai bagian terendah dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah cavum uteri.
Presentasi bokong biasanya ditemukan kira-kira 3-4% kelahiran bayi
tunggal. Greenhill melaporkan 4-4,5%, Holland 2-3%, sedangkan Rumah Sakit
dr. Pirngadi Medan 4,4 % dan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 4,6%. Dari
semua persalinan diperoleh 2,53 % merupakan persalinan presentasi bokong,
diantaranya 75% presentasi bokong sempurna dan 25% presentasi bokong tidak
sempurna seperti presentasi kaki dan lutut.
Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, namun terdapat
beberapa faktor resiko seperti prematuritas, abnormalitas struktural uterus,
polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri, kehamilan multiple,
anomali janin, dan riwayat presentasi bokong sebelumnya.
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi
dibandingkan letak kepala. Pada beberapa rumah sakit di Semarang, Bandung dan
Medan didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 16,8% dan
29,4%. Sebab kematian perinatal yang utama adalah prematuritas dan penanganan
persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di
dalam tengkorak. Komplikasi lain yang dapat terjadi yaitu luka dan perdarahan
pada kepala akibat kompresi dan dekompresi yang terjadi dengan cepat.
Oleh karena dapat terjadi komplikasi yang serius pada persalinan letak
sungsang, maka penulis melaporkan kasus presentasi bokong yang ada di RSMH
beserta tinjauan pustaka dan analisisnya. Laporan kasus ini diharapkan bermanfaat
bagi praktisi kesehatan yang ingin mengkaji mengenai presentasi bokong.

BAB II
STATUS PASIEN
I.

IDENTIFIKASI
a. Nama
: Ny. R binti H
b. Umur
: 32 tahun
c. Alamat
: Jl. Mandi Aur Sekip No. 764, Rt 13 RW 04, Kel.
Sekip
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

II.

Suku
Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
MRS
No. RM

Jaya, kec. Kemuning, Palembang


: Sumatera
: Indonesia
: Islam
: SMA
: Ibu Rumah Tangga
:11 Desember 2015
: 926557

ANAMNESIS (Tanggal 11 Desember 2015, Pukul 10.00)


Keluhan Utama
Mau melahirkan dengan anak letak sungsang
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sekitar 6 jam sebelum masuk rumah sakit, os mengeluh perut mulas
menjalar ke punggung makin lama semakin sering dan kuat. Riwayat keluar
darah lendir (+), riwayat keluar air-air (-), riwayat trauma (-), riwayat post
coital (-), riwayat minum jamu-jamuan (-), riwayat keputihan (-), riwayat
perut diurut-urut (-), dan riwayat demam (-). Os datang ke bidan dan
dikatakan anak letak sungsang, kemudian os dirujuk ke RSMH Palembang.
Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat darah tinggi (-), riwayat darah tinggi pada kehamilan sebelumnya
(-).

Riwayat Dalam Keluarga


Riwayat darah tinggi dalam keluarga (-).
Status Sosial Ekonomi dan Gizi
Status Perkawinan
Status Reproduksi
Status Persalinan

: sedang
: menikah, 1 kali, lamanya 6 tahun
: menarche usia 12 tahun, siklus haid
28 hari, lamanya 7 hari.
HPHT 14 Maret 2015
:

1. 2010, preterm (8 bulan) di RSMH, spontan,


1800 gr, laki-laki, sehat.
2. 2011, aterm di RSMH, spontan, 3000 gr,
laki-laki, sehat.
3. Hamil saat ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK ( Tanggal 11 Desember 2015 )


PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum

:Tampak sakit sedang

Kesadaran

:Compos mentis

BB

:57 kg

TB

:156 cm

Status gizi

: IMT

Tekanan Darah

: 130/70mmHg

Nadi

: 84x/ menit, isi/kualitas cukup, reguler

Respirasi

: 20x/menit, reguler

Suhu

:36,5oC

PEMERIKSAAN KHUSUS
Mata

: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema


palpebra (-), pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+).

Hidung

: Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret (-),


perdarahan (-).

Telinga

: CAE destra et sinistra lapang, sekret (-), serumen (+),


membran timpani sulit dinilai.

Mulut

: Perdarahan di gusi (-), sianosis sirkumoral (-), mukosa


mulut dan bibir kering (-), fisura (-), cheilitis (-).

Lidah

: Atropi papil (-).

Faring/Tonsil

: Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil T1-T1,


tonsil tidakhiperemis, detritus (-).

Kulit

: CRT < 3 s

LEHER
Inspeksi
Palpasi

: Tidak ada kelainan


: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

THORAX
Inspeksi
Palpasi
A. PARU

: Simetris, retraksi intercostal, subkostal, suprasternal (-)


: Stem fremitus kanan=kiri

Perkusi

: Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi

: Vesikuler normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),


wheezing (-).

B. JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Iktus cordis tidak terlihat


: Iktus cordis tidak teraba, tidak ada thrill
: Jantung dalam batas normal
: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).

ABDOMEN
Inspeksi

:Cembung

Lihat pemeriksaan obstetrik


EKSTREMITAS
Akral hangat (+), edema pretibial (-).
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar:

Tinggi fundus uteri 3 jari bawah processus xyphoideus (33 cm), letak
memanjang, punggung kanan, presentasi bokong, penurunan 4/5, His 3 x/10
menit/35 detik, DJJ 146 x/menit, TBJ 3100 gram.
Pemeriksaan Dalam
Vaginal touche
Portio lunak, letak anterior, eff 100 %, diameter 6 cm, presentasi bokong, H
III, penunjuk sakrum kanan depan.
IV.

PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Pemeriksaan Laboratorium (dagdo...)
Pemeriksaan
Hematologi
Hb
RBC
WBC
Ht
Trombosit
Diff. Count
Kimia klinik
Bilirubin total
SGOT
SGPT
LDH
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa sewaktu
Ginjal
Ureum
Kreatinin
Elektrolit
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)

V.

Hasil

Nilai Normal

11,4 mg/dl
4,3 juta/m3
5,6 x 103/m3
43%
292.000/m3
0/1/2/68/27/2

11,2-15,5 mg/dl
4,2-4,5 juta/m3
4,5-11 x 103/m3
43-49 %
150-450/m3
0-1/1-6//2-6/50-70/25-40/2-8

0,27
19
10
395

0,1-1 mg/dl
0-32 U/l
0-31 U/l
240-480 U/l

95 mg/dl

<200 mg/dl

23
0,57

16,6- 48,5 mg/dl


0,5- 0,9 mg/dl

9,2
3,56

8.8- 10,2 mg/dl


1,4 2,1 mg/dl

DIAGNOSIS KERJA
G3P2A0 hamil 38 minggu inpartu kala I fase aktif janin tunggal hidup
presentasi bokong.

VI.

PROGNOSIS
Prognosis Ibu :dubia ad bonam
Prognosis Janin :dubia ad bonam

VII. TATALAKSANA (Planning / P)


a. TERAPI
IVFD RL gtt xx/menit
Rencana partus pervaginam
b. MONITORING
Observasi tanda vital, His, dan DJJ.
VIII. LAPORAN PERSALINAN
9 Desember 2015
Pkl. 09.35
Tampak os ingin mengedan kuat.
Pemeriksaan dalam: portio lunak, pembukaan 9 cm, terbawah bokong sd
4/5, penunjuk sakrum kanan depan, ketuban pecah, jernih, bau (-).
Diagnosis: G3P2A0 hamil 38 minggu inpartu kala I fase aktif janin tunggal
hidup presentasi bokong.
Penatalaksanaan:

rencana persalinan pervaginam.

Pkl. 10.00
Lahir bayi pervaginam, neonatus hidup, laki-laki, BB 2300 gr, PB: 47 cm,
Apgar Score 8/9. Dilakukan manajemen aktif kala III yaitu injeksi oksitosin
10 IU im, masase fundus uteri, peregangan tali pusat terkendali.
Pkl. 23.05
Lahir lengkap plasenta, BP 500 gram, PTP 50 cm, ukuran 18x19 cm 2.
Dilakukan eksplorasi, tidak ditemukan perluasan luka episiotomi. Luka
episiotomi dijahit secara jelujur subkutikuler dengan chromic catgut
2.0.Perdarahan aktif (-). Keadaan umum ibu post partum baik.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Presentasi Bokong


Presentasi bokong atau letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak
memanjang, bokong sebagai bagian terendah dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah cavum uteri.
2. Jenis-jenis Presentasi Bokong
Ada 3 klasifikasi dari presentasi bokong:
1. Frank breech (presentasi bokong sempurna)
Ekstremitas bawah fleksi pada paha dan ekstensi pada lutut sehingga kaki

terletak dekat dengan kepala. Pada pemeriksaan dalam hanya bokong


yang dijumpai sebagai bagian terbawah.
2. Complete breech (presentasi bokong lengkap)
Ekstremitas bawah fleksi pada paha dan salah satu atau kedua lutut juga
fleksi. Pada pemeriksaan dalam selain bokong, kaki juga dijumpai
disamping bokong.
3. Incomplete breech (presentasi bokong tidak lengkap)
Salah satu atau kedua paha tidak fleksi dan salah satu atau kedua kaki
terletak di bawah bokong sehingga pada pemeriksaan dalam kaki atau
lutut yang merupakan bagian terbawah. Incomplete breech terdiri dari :
Footling breech salah satu atau kedua kaki dijumpai dulu, dengan
bokong pada posisi yang tinggi. Ini jarang tetapi relatif umum pada
janin prematur.
Kneeling breech janin dalam posisi lutut, dengan salah satu atau
kedua kaki ekstensi di pinggul dan fleksi di lutut. Ini sangat jarang.

Gambar 1. Jenis-jenis presentasi bokong

3.

Epidemiologi
Presentasi bokong biasanya ditemukan kira-kira 3-4% kelahiran bayi

tunggal. Greenhill 4-4,5% Holland 2-3%, sedangkan Rumah Sakit dr. Pirngadi
Medan 4,4 % dan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 4,6%. Dari semua
persalinan

diperoleh

2,53%

merupakan

persalinan

presentasi

bokong,

diantaranya 75% presentasi bokong sempurna dan 25% presentasi bokong tidak
sempurna seperti presentasi kaki dan lutut.
4.

Etiologi dan Faktor Resiko

Umumnya penyebab presentasi bokong belum jelas, tetapi ada beberapa


faktor predisposisi yaitu:
a. Kelainan dari Ibu
Kelainan Uterus
- Tumor dari uterus yang mendesak uterus.
- Kelainan bawaan uterus, seperti uterus arkuatus yang dapat
mengubah letak janin.
Kelainan panggul
Pintu atas panggul yang terlalu luas atau terlalu sempit dapat
mengganggu fiksasi dari kepala janin.
Kelainan dari jumlah air ketuban
Hidramnion menyebabkan bebasnya pergerakkan janin dalam uterus
sehingga fiksasi kepala terganggu dan pada oligohidramnion gerakan
janin terbatas sehingga terhalang versi spontan dari janin.
Kelainan implantasi plasenta
Misalnya plasenta previa yang menghalangi turunnya kepala ke pintu
atas panggul.
b. Kelainan dari Janin
Bayi prematur
Pada bayi prematur ukuran kepala masih kecil, fiksasi kepala tidak
sempurna.
Kehamilan ganda
Umumnya pada kehamilan kembar, janin menyesuaikan dirinya dalam
rahim.
Bayi mati
Presentasi bokong terjadi pada keadaan ini oleh karena gerakan janin
tidak ada lagi.
Bayi dengan kelainan bawaan
Kelainan bawaan pada kepala bayi dapat mengganggu fiksasi dari
kepala bayi, misalnya hidrosefalus, ansefalus dan mikrosefalus.
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan lebih kurang 32 minggu, jumlah air
ketuban yang banyak sehingga memungkinkan bagi janin untuk bergerak dengan
leluasa. Janin dapat menempatkan diri pada presentasi kepala, letak lintang atau

letak sungsang. Namun pada kehamilan trimester ketiga seiring dengan


berkembangnya janin semakin besar sehingga air ketuban relatif berkurang,
bokong akan dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan kurang bulan
presentasi bokong lebih sering terjadi, sedangkan pada hamil cukup bulan dapat
dipengaruhi beberapa faktor antara lain: multiparitas, hamil kembar, hidramion,
hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit.
5.

Diagnosis
Disamping presentasi bokong ditegakkan dengan pemeriksaan luar,

pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang seperti USG yang dilakukan


apabila dengan pemeriksaan dalam menemui kesulitan seperti pasien dengan berat
badan yang lebih, perut tegang, hidramnion dan lain-lain. Ibu hamil dengan
presentasi bokong selalu mengemukakan gerakan janin yang dirasakan padanya
yaitu adanya penekanan pada ulu hati oleh kepala janin yang diraba pada bagian
fundus.
1.

Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Umumnya secara inspeksi tidak dijumpai tanda yang spesifik. Bentuk
rahim kadang kala kelihatan dengan bentuk cekungan yang melintang di
fundus.
Palpasi
Cara palpasi yang dipakai adalah dengan cara Leopold.

Leopold I
: Teraba bagian janin yang keras dan bulat serta
mudah digerakkan (ballotement) pada fundus uteri. Kepala biasanya
terletak di daerah hypochondrium, disebabkan fleksi tulang panggul.
Kadang-kadang kepala teraba di daerah epigastrium. Jika air ketuban
sedikit dan posisi dorso posterior kepala menjadi fleksi dan tidak
mudah bergerak sehingga ballottement sukar ditemukan, juga jika air

ketuban berlebihan (polihidramnion) sukar untuk meraba kepala.


Leopold II
: Menunjukkan punggung berada pada satu sisi
abdomen dan bagian-bagian kecil janin pada sisi yang lain.
Leopold III
: Teraba bokong janin yang lunak, dan kurang bulat
dibandingkan kepala janin yang teraba pada perasat Leopold I. Bila

belum enggagement, diameter intertrochanterica dari panggul janin

masih dapat digerakkan di atas pintu atas panggul.


Leopold IV
: Menunjukkan posisi bokong yang mapan dibawah
simfisis.
Seringkali ibu menyatakan bahwa pada kehamilannya ini terasa

penuh di bagian atas abdomen dan menyesak daerah ulu hati dan gerakan
terasa lebih banyak di bagian bawah abdomen.
Auskultasi
Bunyi jantung janin umumnya cenderung terdengar setinggi sekitar
umbilicus atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
2.

Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam akan teraba tuber ossis isyii, sakrum
dengan prosessus spinosus dan anus, dan jika bokong sudah turun lebih
jauh akan dapat diraba genitalia eksterna. Pada presentasi bokong kaki
akan terba kaki di samping bokong, sedangkan pada presentasi kaki akan
teraba satu atau kedua kaki di dalam vagina.
Tanda yang sangat penting ialah meraba os sakrum yang
mempunyai deretan prosessi spinosi sebagai krista sakralis media,
sakrum merupakan penunjuk.
Kadang-kadang sukar membedakan antara bokong dan muka
terutama pada partus yang lama yang menyebabkan bokong menjadi
bengkak atau antara kaki dan tangan.

Kaki

Tangan

1. Jari

kaki

jauh

lebih

pendek dibanding telapak


kaki.
2. Ujung

jari-jari

kaki

hampir pada satu garis


lurus.
3. Pada kaki terdapat 3
tonjolan

yaitu:

kalkaneus,

maleolus

1. Jari

tangan

hampir

sama

panjang dengan telapak tangan.


2. Ujung jari-jari tangan terletak
pada garis lengkung.
3. Pada tangan terdapat ujung
ulna dan radius.
4. Ibu
jari
tangan

dapat

diregangkan.
5. Telapak
tangan

dapat

diluruskan dan dapat salaman.

medialis et lateralis.
4. Ibu jari kaki tidak dapat
diregangkan.
5. Telapak kaki tidak dapat
diluruskan

dan

tidak

dapat salaman.
3.

USG
Ultrasonografi atau USG dapat dipergunakan untuk menentukan
lokasi kepala janin, memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan
untuk menentukan usia kehamilan serta kesejahteraan janin.
Apabila dipertimbangkan untuk persalinan pervaginam, tipe
presentasi bokong merupakan hal yang penting diperhatikan, serta ada
tidaknya fleksi dari kepala janin. Peran Pelvimetri radiologik dalam
menentukan tindakan persalinan sungsang masih menjadi kontroversial.

6.

Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi

dibandingkan pada letak kepala. Pada beberapa rumah sakit di Semarang,


Bandung dan Medan didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5 %,
16,8 % dan 29,4 %. Penyebab kematian perinatal yang terpenting ialah
prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat
hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Hipoksia terjadi akibat terjepitnya
tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga
panggul, serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta
sebelum kepala lahir.

Komplikasi lain yang dapat terjadi yaitu luka dan

perdarahan pada kepala akibat kompresi dan dekompresi yang terjadi dengan
cepat.
7.

Penatalaksanaan
Mengingat bahayanya persalinan letak sungsang sebaiknya persalinan ini

dihindari. Untuk itu pada pemeriksaan antenatal dan dijumpai letak sungsang
maka sebaiknya dilakukan versi luar sehingga menjadi presentasi kepala. Versi
luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34-38 minggu dengan
memperhatikan indikasi dan kontraindikasinya. Sebelumnya diperiksa denyut
jantung janin dalam keadaan baik, apabila bokong telah turun, pastikan apakah
bokong dapat dikeluarkan atau tidak dari rongga panggul, jika bokong tidak dapat
dikeluarkan maka versi luar tidak ada gunanya.
Pada persalinan letak sungsang dibutuhkan kesabaran dan ketelitian. Selama
terjadi kemajuan pada persalinan dan tidak ada tanda-tanda bahaya yang
mengancam kehidupan janin, maka penolong tidak perlu melakukan tindakan
yang bertujuan mempercepat kelahiran janin. Dilakukan pemeriksaan ada
tidaknya tanda-tanda untuk dilakukan seksio sesarea, antara lain kesempitan
panggul, plasenta previa, atau ada tumor pada jalan lahir. Jika tidak didapatkan
kelainan dan diperkirakan dapat dilahirkan pervaginam maka dilakukan
pengawasan kemajuan persalinan.
Untuk melahirkan presentasi bokong ada beberapa cara:
1. Persalinan pervaginam
Persalinan Spontan secara Bracht
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri.
Manual Aid (Ekstraksi Partial)
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong. Indikasi ekstraksi parsial
antara lain, bila pertolongan cara bracht gagal dan indikasi elektif
karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan manual aid.
Ekstraksi Total
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Cara
ini dilakukan hanya bila terjadi fetal distress atau ada indikasi untuk
menolong persalinan dengan ekstraksi total.

2. Persalinan perabdominam
Ada beberapa tahapan dalam persalinan dengan presentasi bokong,
yaitu:
1. Fase lambat: yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusat. Disebut fase
lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan bokong, yaitu bagian
janin yang tidak berbahaya.
2. Fase cepat: yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut.
Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk pintu
atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oeh karena itu
fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan.
3. Fase lambat: yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Disebut fase cepat lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang
bertekanan tinggi, ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga
kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari
terjadinya perdarahan intrakranial.
Memimpin persalinan dengan metode spontan Bracht. Cara ini
merupakan cara yang paling mendekati persalinan fisiologis sehingga
mengurangi trauma pada janin dan mengurangi kemungkinan infeksi karena
tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir.
Adapun teknik persalinan spontan bracht yang dilakukan pada janin
yaitu dengan cara:

Segera setelah bokong lahir bokong dicekam secara Bracht yaitu


kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjangnya paha
sedangkan jari-jari lain memegang daerah panggul.

Melonggarkan tali pusat saat tali pusat lahir dengan jari.

Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus skapula inferior


tampak di bawah simphisis, dengan mengikuti gerak rotasi anterior
yaitu punggung janin didekatkan kearah perut ibu tanpa tarikan,
hanya disesaikan dengan lahirnya badan bayi. Dorongan Kristeler

pada

fundus

uteri

dimulai

bersamaan

dengan

tindakan

hiperlordosis.
Letakkan bayi di atas perut ibu, bungkus bayi dengan handuk
hangat, bersihkan jalan nafas bayi oleh asisten, tali pusat dipotong.

Selanjutnya bayi didekatkan pada ibu untuk menyusui.

Anak lahir sampai pusat tak maju lagi, metode Bracht dinyatakan
gagal dan bahu dapat dilahirkan secara klasik, Muler atau Lovset
serta kepala bayi secara Mauriceau.

Untuk melahirkan bahu terdapat bebrapa metode antara lain:


a. Cara Klasik

- Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini ialah melahirkan
lengan belakang lebih dahulu, karena lengan belakang berada
diruangan yang lebih luas (sakrum), baru kemudian melahirkan lengan
depan yang berada dibawah simfisis. Tetapi bila lengan depan sukar
dilahirkan, maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu
dengan memutar gelang bahu lalu kearah belakang dan kemudian
lengan belakang dilahirkan.
- Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi keatas sejauh mungkin, sehingga
perut janin mendekati perut ibu.
- Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan
lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampa
pada fossa cubiti kemudian lengan dengan gerakan seolah-olah lengan
bawah mengusap muka janin.
- Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada kaki janin diganti
dengan tangan kiri penolong, dan ditarik curam kebawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu.
- Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
- Bila lengan depan sukar dilahirkan, maka lengan depan diputar
menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu lalu
kearah belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
b. Cara Muller

- Melahirkan bahu depan dulu dengan ekstraksi lalu melahirkan bahu


dan lengan belakang.
- Bokong dipegang secara femuro-pelviks yaitu kedua ibu jari
diletakkan sejajar spina sakralis dan jari telunjuk pada krista iliaka
serta jari lain memegang paha depan. Janin ditarik securam mungkin
untuk melahirkan bahu depan sampai bahu depan tampak dibawah

simfisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan


bawahnya.
- Setelah bahu depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang
secara femuro-pelviks diangkat keatas, sehingga bahu belakang lahir.
Bila tidak lahir dengan sendirinya maka lengan belakang dikait dan
dilahrirkan. Cara muller ini memiliki keuntungan karena tangan
penolong tidak masuk jauh kedalam jalan lahir sehingga bahaya
infeksi dapat diminimalisir.

c. Cara Lovset

Prinsip persalinan Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah


lingkaran bolak-balik sambil melakukan traksi curam ke bawah sehingga
bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir di simfisis. Hal
ini disebabkan adanya inklinasi antar pintu panggul atas dengan sumbu
panggul dan bentuk kelengkungan panggul yang kelengkungan yang
depan lebih pendek dari yang belakang, sehingga bahu belakang selalu
berada lebih rendah dari bahu depan.
Melahirkan kepala dengan cara Mauriceau (Veit-Smellie) dengan cara:
- Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan kedalam
jalan lahir dan jari tengah dimasukkan kedalam mulut serta jari telunjuk
dan jari keempat mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain
mencengkram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong

seolah-olah janin dalam posisi menunggan kuda. Jari telunjuk dan jari
ketiga yang lain memegang leher dari arah punggung.
- Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah disertai
dengan asisten melakukan ekspresi kristeller. Lalu berturut-turut lahir
dagu, muka, dahi dan ubun-ubun besar maka lahirlah kepala janin.
8.

Komplikasi
Sufokasi
Bila sebagian besar badan janin telah lahir, terjadilah pengecilan rahim
sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia
janin. Keadaan ini menimbulkan rangsangan bayi untuk bernapas,
sehingga darah, mukosa, cairan amnion dan mekonium teraspirasi yang
dapat menimbulkan sufokasi. Keluarnya sebagian badan janin juga
merangsang janin untuk bernapas.
Asfiksia Fetalis
Bahaya terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk ke panggul.
Kerusakan jaringan otak
Trauma pada otak janin dapat terjadi karena panggul sempit, servik
yang belum terbuka lengkap, kepala janin yang lahir secara mendadak
sehingga dekompresi.
Fraktur pada tulang-tulang janin
Kerusakan dapat berupa:
- Fraktur tulang-tulang kepala.
- Fraktur tulang humerus ketika menarik lengan.
- Fraktur tulang klavikula ketika melahirkan bahu.
- Paralisis brachialis.
- Fraktur femur.
- Dislokasi bahu/panggul.
- Hematoma oto-otot.
Mengingat faktor penyulit pada persalinan pervaginam maka perlu
dievaluasi dengan teliti, sebelum memutuskan untuk melahirkan janin
pervaginam. Jika memutuskan untuk menolong persalinan pervaginam
penolong dituntut memiliki ketrampilan yang baik. Cara ekstraksi total
merupakan cara persalinan dengan resiko 3 kali lebih besar dari persalinan
spontan. Kematian perinatal pada presentasi bokong lebih besar 5 kali
dibandingkan presentasi kepala.

BAB IV
ANALISIS KASUS
Ny.R usia 32 tahun G3P2A0 dengan hamil cukup bulan dirujuk ke RSMH
oleh bidan tanpa didampingi bidan. Tindakan bidan dalam kasus ini kurang tepat,
seharusnya bidan mendampingi pasien pada saat merujuk. Pentingnya dampingan
bidan adalah agar bidan dapat memantau kondisi ibu dan janin selama
diperjalanan serta dapat membantu memberikan informasi lengkap mengenai
kehamilan pasien (termasuk hasil kegiatan ANC pasien selama hamil ini) pada
petugas RS rujukan. Selain itu, bidan seharusnya tidak langsung merujuk ke
RSMH, karena sesuai dengan prosedur perujukan, pasien sebaiknya dirujuk ke
rumah sakit tipe C dan tipe B terdekat yang memiliki dokter spesialis Obstetri dan
Ginekologi serta fasilitas yang memadai.
Pada riwayat perjalanan penyakitnya didapatkan sejak 6 jam SMRS pasien
meneluh perut mulas yang menjalar ke pinggang makin lama makin sering dan
kuat. Riwayat keluar darah lendir (+), hal ini menunjukkan bahwa pada pasien
telah terlihat adanya tanda-tanda inpartu. Keluar air-air (-), hal ini menunjukkan
ketuban kemungkinan belum pecah, untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
ketuban pecah dini (KPD). Riwayat trauma (-), post coital (-), minum jamujamuan (-), keputihan (-), perut diurut-urut (-), demam (-) menyingkirkan
kemungkinan adanya penyulit lain. Pasien juga mengaku hamil cukup bulan dan
gerakan janin masih dirasakan, hal ini menunjukkan kemungkinan janin hidup.
Dari keterangan Ny.R dapat diketahui bahwa ANC pada pasien ini tidak
berjalan dengan baik karena keadaan letak sungsang yang tidak segera dilaporkan
kepada dokter yang kompeten. Seharusnya, pada kunjungan ANC di bidan, bidan
memberikan edukasi pada ibu untuk merencanakan persalinannnya di rumah sakit
karena persalinan letak sungsang bukan kompetensi bidan. Seharusnya kejadian
presentasi bokong ini dapat dideteksi pada usia kehamilan yang lebih muda
sehingga dapat dilakukan pertolongan awal seperti versi luar yang berguna untuk
membuat posisi terbawah dari janin adalah kepala.

Pada pemeriksaan luar didapatkan tinggi fundus uteri 3 jari di bawah


prosesus xiphoideus (33 cm) dengan perkiraan usia kehamilan 38-40 minggu,
dengan bagian yang berada pada bagian fundus uteri adalah kepala. Letak
memanjang, punggung kanan, bagian terbawah adalah bokong, dapat disimpulkan
janin merupakan presentasi bokong. Pada pemeriksaan his didapatkan his 3 kali
dalam 10 menit, lamanya 35 detik, hal ini menunjukkan his adekuat dan pasien
sudah berada pada fase aktif. Detak jantung janin 146 x/menit reguler, taksiran
berat janin 3100 gram.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan portio teraba lunak, pembukaan 6 cm,
bokong, ketuban (+), jernih, bau (-), penunjuk sakrum kanan depan. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien telah memasuki fase aktif pada kala I dengan
presentasi bokong.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien sudah
pernah hamil 3 kali, melahirkan 2 kali, dan belum pernah abortus, kemudian usia
kehamilan 38 minggu, sudah inpartu, pada kala I fase aktif. Pasien hamil cukup
bulan dengan taksiran berat janin 3100 gram, kontraksi his yang makin lama
makin sering dan kuat. Kemudian pada anamnesis dan pemeriksaan fisik juga
didapatkan bahwa letak janin adalah presentasi bokong. Maka dari itu diagnosis
pada pasien ini adalah G3P2A0 hamil 38 minggu inpartu kala I fase aktif dengan
JTH presbo. Faktor risiko yang memungkinkan terjadinya presentasi bokong pada
kasus ini adalah multiparitas, dimana pasien mempunyai riwayat melahirkan lebih
dari satu kali. Sedangkan faktor risiko lainnya seperti abnormalitas struktural
uterus, polihidramnion, oligohidramnion, plasenta previa, mioma uteri, kehamilan
multipel, anomali janin (anensefali, hidrodefalus), dan riwayat presentasi bokong
sebelumnya tidak ada.
Pada pasien dilakukan persalinan pervaginam hal ini dikarenakan skor
Zatuchni-Andros pada pasien ini adalah 5 paritas multi (1), TBJ <3176 gram (2),
pembukaan >4cm (2)) yang berarti janin dengan presentasi bokong dapat
dilahirkan pervaginam. Pada penilaian skor Zatuchni-Andros, skor >4 dapat
dilakukan persalinan secara pervaginam. Namun skor ini bukan merupakan suatu
jaminan bahwa persalinan pervaginam pasti berhasil.

Seperti disebutkan diatas, pasien ini memenuhi syarat untuk dilahirkan


pervaginam, dan jenis persalinan pervaginam yang direncanakan adalah spontan
Bracht. Pada teori dijelaskan bahwa saat bokong telah lahir, maka bahu dan
kepala bayi harus lahir dalam waktu <8 menit. Teknik untuk melahirkan bahu dan
lengan ialah secara: Klasik (yang seringkali disebut Deventer), Mueller, Lovset,
Bickenbach. Dan kepala dilahirkan dengan manuver Mauriceau. Penatalaksanaan
yang dilakukan pada ibu adalah observasi tanda vital, his, dan DJJ. Diberikan pula
resusitasi cairan IVFD RL 500 cc dengan 20 tetesan per menit. Pengecekan
laboratorium darah rutin dan kimia darah perlu dilakukan untuk melihat apakah
ada kelainan-kelainan lain yang bisa menjadi penyulit atau mengakibatkan
komplikasi.
Pukul 10.00 lahir neonatus hidup secara spontan Bracht, perempuan, BB
2900 gr, PB: 47 cm, Apgar Score 8/9. Kemudian dilakukan manajemen aktif kala
III yaitu injeksi oksitosin 10 IU im, masase fundus uteri, peregangan tali pusat
terkendali. Pukul 23.05 plasenta lahir lengkap, BP 500 gram, PTP 50 cm, ukuran
18x19 cm2. Dilakukan eksplorasi, tidak ditemukan perluasan luka episiotomi.
Luka episiotomi dijahit secara jelujur subkutikuler dengan chromic catgut 2.0.
Perdarahan aktif (-). Keadaan umum ibu post partum baik.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics. 22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising
Division, 509-536.
De Cherney, Alan H. 2003.Current Obstetric and Gynecologic Diagnmosis and
Treatment. 9thEdition. India: The McGraw Hill Companies Inc.
Kampono, Nugroho, dkk. 2008. Persalinan Sungsang. Available from:
http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html.
Krishadi, Sofie R.et all. editor. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Dr.Hasan Sadikin.Bagian Pertama. Bandung.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Perjan RSHS.
Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.
Sastrawinata, et all. editor. 2003. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Supono. 1985. Ilmu Kebidanan: Bagian Patologi. Edisi Pertama. Palembang.
Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum FK Unsri.

Anda mungkin juga menyukai