KOLELITIASIS
Oleh
Gilang Purnama Alam
09310111
Pembimbing :
dr. Asep Hermana, Sp.B
dr. Irwan Adenin, Sp.B
BAGIAN BEDAH
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Status perkawinan :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan
:
Agama
:
Alamat
:
Tanggal masuk
:
Yeti
34 tahun
Perempuan
Kawin
Pedagang Bubur
Islam
Sukamulya
17 Desember 2013
ANAMNESA
Keluhan Utama
Nyeri perut sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan nyeri perut yang hilang timbul sebelah kanan,
nyeri dirasakan 1 bulan yang lalu, nyeri seperti diperas/melilit. Nyeri
dirasakan di perut kanan kemudian menjalar ke ulu hati dan terasa sampai
pinggang kanan. Nyeri tidak hilang walaupun os beristirahat. Os menceritakan 1
bulan yang lalu pernah muntah sebanyak 7 kali, muntah berupa makanan. Os
menyangkal ada demam. Os juga menyangkal pernah BAK berpasir atau terdapat
batu dan keluhan saat BAK. Gangguan saat BAB disangkal oleh Os.
Saat ini os menggunkan alat kontasevsi implan sebelumnya os
menggunakan jenis kontrasevi suntik. Os mengangku tiap bulan menstruasi tetapi
bulan ini belum menstruasi. Os menyangkal pernah terbentur atau terjatuh
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan seperti Os
Riwayat Penyakit Sebelumnya
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran umum
Kesadaran
: Compos mentis
A.
:
:
:
:
Tanda Vital
Tekanan darah
HR
RR
Suhu
110/90 mmHg
86 x/menit
26 x/menit
36,5 C
: Normochepali
: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: Pembesaran KGB (-)
:
:
:
:
d. Ekstremitas
Atas
Bawah
Status Lokalis
Palpasi
IV.
USULAN PEMERIKSAAN
- Laboratorium darah lengkap (Hb, leukosit, LED, trombosit, glukosa sewaktu,
-
Hb
Leukosit
LED
Trombosit
Glukosa sewaktu
Ureum
Kreatinin
Albumin
Globulin
SGOT
SGPT
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
14,3
7100
19
290.000
100
21
0,77
3,85
2,05
13
14
Hasil USG
Ekpertise : Besar normal, dinding tak menebal, tampak batu multiple dengan
Kesan
V.
DIAGNOSA BANDING
Kolelitiasis
Nefrolitiasis
Appendisitis
VI.
DIAGNOSA KERJA
Kolealitiasis
VII.
PENATALAKSANAAN
Kolesistektomy
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad fungsionam
: ad bonam
: ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam
kandung empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur
yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung
empedu. Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliarycalculus.
B. EPIDEMIOLOGI
Tiap tahun 500.000 kasus baru dari batu empedu ditemukan di Amerika
Serikat. Kasus tersebut sebagian besar didapatkan di atas usia pubertas,
sedangkan pada anak-anak jarang. Orang gemuk ternyata mempunyai resiko
tiga kali lipat untuk menderita batu empedu. Insiden pada laki-laki dan wanita
pada batu pigmen tidak terlalu banyak berbeda.
Diet tidak berpengaruh terhadap pembentukan batu, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi jenis batu yang terbentuk. Hal ini disokong oleh
peneliti dari Jepang yang menemukan bukti bahwa orang dengan diet berat
biasanya menderita batu jenis kolesterol, sedangkan yang dietnya tetap
biasanya menderita batu jenis pigmen. Faktor keluarga juga berperan dimana
bila keluarga menderita batu empedu kemungkinan untuk menderita penyakit
tersebut dua kali lipat dari orang normal.
C. ANATOMI
Kandung empedu ( Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear
yang terletak pada permukaan visceral hepar. Vesica fellea dibagi menjadi
fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol
dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding
anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan
dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum
dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus
untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus
koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna
menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati.
Pembuluh arteri kandung empedu adalah a. cystica, cabang a. hepatica
kanan. V. cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta. Sejumlah
arteri yang sangat kecil dan vena vena juga berjalan antara hati dan kandung
empedu.
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak
dekat collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi
lymphatici hepaticum sepanjang perjalanan a. hepatica menuju ke nodi
lymphatici coeliacus. Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari
plexus coeliacus.
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah alpukat yang
terletak tepat dibawah lobus kanan hati. Empedu yang disekresi secara terus
menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil di dalam hati. Saluran
empedu yang kecil-kecil tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih
besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan
dan kiri, yang akan bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus
hepatikus komunis bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus
koledokus. Pada banyak orang, duktus koledokus bersatu dengan duktus
pankreatikus membentuk ampula Vateri sebelum bermuara ke usus halus.
Bagian terminal dari kedua saluran dan ampla dikelilingi oleh serabut otot
sirkular, dikenal sebagai Sfingter Oddi.
D. FISIOLOGI
Vesica fellea berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar
50 ml. Vesica fellea mempunya kemampuan memekatkan empedu. Dan untuk
membantu proses ini, mukosanya mempunyai lipatan lipatan permanen yang
satu sama lain saling berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti
sarang tawon. Sel- sel thorak yang membatasinya juga mempunyai banyak
mikrovilli.
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli.
Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam
septum interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus
hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris
komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat cabang ke
kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum.
Pengosongan kandung empedu Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi
dan pengosongan parsial kandung empedu. Mekanisme ini diawali dengan
masuknya makanan berlemak kedalam duodenum. Lemak menyebabkan
pengeluaran hormon kolesistokinin dari mukosa duodenum, hormon kemudian
masuk kedalam darah, menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat
yang sama, otot polos yang terletak pada ujung distal duktus coledokus dan
ampula relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya empedu yang kental ke
dalam duodenum. Garam garam empedu dalam cairan empedu penting
untuk emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan dan
absorbsi lemak.
E. ETIOLOGI
Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun
yang paling penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh
perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu.
Sementara itu, komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol yang
biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena
kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan
di luar empedu.
F. FAKTOR RESIKO
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor risiko di bawah
ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin
ileus paralitik.
8. Nutrisi intravena jangka lama. Nutrisi intravena jangka lama
mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi,
karena tidak ada makanan/nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga
10
G. PATOFISIOLOGI KOLELITIASIS
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan
empedu yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3)
berkembang karena bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol
merupakan masalah yang terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali
batu
pigmen.
Supersaturasi
empedu
dengan
kolesterol
terjadi
bila
11
J. DIAGNOSA KOLESISTITIS
1. Anamnesis
Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan
yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap
makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah
epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah
kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru
menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahanlahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Batu kandung empedu
Apabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan komplikasi,
seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrop kandung
empedu, empiema kandung empedu, atau pankretitis. Pada pemeriksaan
ditemukan nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis
13
sering
peningkatan
bilirubin
serum
menunjukkan
kelainan
14
Jika
tidak
didapatkan
dilatasi
duktus,
maka
ini
15
K. PENATALAKSANAAN KOLELITIASIS
1. Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga
kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi
adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas
yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling
umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh
kolesistitis akut.
2. Kolesistektomi laparoskopi
Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan
sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi. 8090% batu empedu di Inggris dibuang dengan cara ini karena memperkecil
resiko kematian dibanding operasi normal (0,1-0,5% untuk operasi normal)
dengan mengurangi komplikasi pada jantung dan paru.2 Kandung empedu
diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding
perut.
Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya
kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli
bedah mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan
pasien dengan batu duktus koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan ini
dibandingkan prosedur konvensional adalah dapat mengurangi perawatan di
rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja,
nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan
adalah kemanan dari prosedur ini, berhubungan dengan insiden komplikasi 6r
16
seperti cedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering selama
kolesistektomi laparaskopi.
3. Disolusi medis
Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan
adalah angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan. Zat
disolusi hanya memperlihatkan manfaatnya untuk batu empedu jenis
kolesterol. Penelitian prospektif acak dari asam xenodeoksikolat telah
mengindikasikan bahwa disolusi dan hilangnya batu secara lengkap terjadi
sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan, kekambuhan batu tejadi pada 50%
pasien. Kurang dari 10% batu empedu dilakukan cara ini sukses. Disolusi
medis sebelumnya harus memenuhi kriteria terapi non operatif diantaranya
batu kolesterol diameternya < 20 mm, batu kurang dari 4 batu, fungsi
kandung empedu baik dan duktus sistik paten.
4. Dilusi kontak
Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang poten
(Metil-Ter-Butil-Eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui kateter
yang diletakkan per kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan batu
empedu pada pasien-pasien tertentu. Prosedur ini invasif dan kerugian
utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5 tahun).
5. Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)
Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biayamanfaat pad saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas pada
pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini.
L. PROGNOSIS
17
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
kolelitiasis adalah pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu
kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu
material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kolelitiasis, seperti Jenis
kelamin, Usia, Makanan dan sebagianya.
Diagnosa dan penangan yang tepat dapat menurunkan mortalitasa dan
morbilitas pada penyakit ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Beckingham, IJ. Gallstone disease. 2001. In: ABC of Liver, Pancreas and
GallBladder. London: BMJ Books.
2. K e s h a v.S . T h e G a s t r o i n t e s t i n a l S y s t e m a t a G l a n c e . L o n d o n
: B l a c k w e l l Science; 2004.
3. Kumar, Ramzi S. Cotran & Stanley
L.Robbins. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Penerbit EGC. Jakarta. 2007
4. P r i c e , S y l v i a A n d e r s o n , Wi l s o n , L o r r a i n e M c C a r t y . P a t o f i s i
o l o g i K o n s e p Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 1. Jakarta :
Penerbit Buku KedokteranEGC. 2006
5. Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah
(Principles of Surgery). Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2000. 459-464.
6. Sekijima J.H, Lee, Sum P. Gallstones and Cholecystitis. In: Humes D,
DuponL, editors. Kelleys Textbook of Internal Medicine.
7. S j a m s u h i d a j a t R , d e J o n g W. B u k u Aj a r I l m u B e d a h . E d i s i
2 . J a k a r t a : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005.hal: 570-57912.
8. Snell, Richard S.. Anatomi klinik, edisi 3, bag. 1, hal 265 266.
PenerbitEGC, Jakarta. 2002
19