PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang
sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Gagal jantung adalah ketidak mampuan jantung untuk mempertahankan curah
jantung (Caridiac Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila
tekanan pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan di
system vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif.
BAB II
PORTOFOLIO KASUS
Borang Portofolio Kasus Ilmu Penyakit Dalam
Topik :
Congestive Heart Failure ( Gagal Jantung Kongestif)
Tanggal (kasus) :
3 Agustus 2015
Presenter :
dr. Pramithasari
Tanggal Presentasi :
3 September 2015 Pendamping :
dr. I Gede Putu Arinanda, Sp.Pd
Tempat Presentasi :
Ruang Perawatan Penyakit Dalam RSD May.Jend. H.M. Ryacudu
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Perempuan 51 tahun dengan sesak dan bengkak pada kaki dan tangan
Tujuan :
Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas.
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Data Pasien :
Hasil Pembelajaran:
1. Defenisi Penyakit Jantung Kongestive
2. Gejala dan Tanda Penyakit Jantung Kongestive
3. Penatalaksanaan Penyakit Jantung Kongestive
ada kelainan.
Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik , reflek cahaya positif pada kedua mata,
pupil isikor
Hidung
Thorax
Paru
Inspeksi
: simetris dextra et sinistra, tidak ditemukan retraksi intercostal
Palpasi
: vokal fremitus taktil dextra et sinistra sama
Perkusi
: redup pada basal paru kiri dan kanan
Auskultasi
: suara nafas vesikuler dextra et sinistra, terdengar suara rhonki kering tidak
ditemukan suara whezing
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
7.610/ul
Hasil
Rujukan
5000 - 11000/ul
Hemoglobin
13,6g/dL
12 - 16 g/dl
Trombosit
214.000 /ul
150.000 - 400.000/ul
Hematokrit
39
42-52%
SGOT
57
5-40U/L
SGPT
41
4-41U/L
Ureum
31
15-39mg/dl
Kreatinin
0.7
2,6-6,0
111mg/dl
100-200mg/dl
Pemeriksaan Radiologi
3. Assesment (penalaran klinis) : Congestive Heart Failure ( Gagal Jantung Kongestif) Grade IIIII
4. Plan :
Oksigen 3ltr/menit
IVFD RL 500cc/hari
Digoksin 2x0,5mg
Spironilakton 3x25mg
Furosemid 3x40mg
Omeperazole 2x 20mg
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien.
Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal
jantung sisi kiri dan sisi kanan.
B. Etiologi
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
1) Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau
inflamasi.
2) Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
C. Patofisologi
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu sistem
tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai
dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu
keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung. Salah satu respon hemodinamik
yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian (filling pressure) dari jantung
atau preload. Respon terhadap jantung menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi
yang bertujuan untuk meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan
pembuluh darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan
aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan garam
oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergic.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung
pada tiga faktor yaitu:
1) Preload: setara dengan isi diastolik akhir yaitu jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut jantung.
2) Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat
sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
3) Afterload: mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan untuk memompa
darah melawan perbedaan tekanan yang di timbulkan oleh tekanan arteriole.
Penurunan kontraksi venterikel akan diikuti penurunan curah jantung yang
selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah (TD), dan penurunan volume darah arteri
yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi neurohurmoral.
Vasokonteriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah,
sedangkan peningkatan preload akan meningkatkan kontraksi jantung melalui hukum
Starling. Apabila keadaan ini tidak segera diatasi, peninggian afterload, dan hipertensi
disertai dilatasi jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal
jantung yang tidak terkompensasi. Dengan demikian terapi gagal jantung adalah dengan
vasodilator untuk menurunkan afterload venodilator dan diuretik untuk menurunkan
preload, sedangkan motorik untuk meningkatkan kontraktilitas miokard.
Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi, maka akan terjadi dilatasi
venterikel dan peningkatan volume curah jantung pada akhir diastolik dan terjadi
peningkatan laju tekanan darah pada atrium kanan. Peningkatan ini sebaliknya memantau
aliran darah dari vena kava yang diketahui dengan peningkatan vena jugularis, dengan
kata lain apabila terjadi dekompensasi venterikel kanan maka kondisi pasien dapat
ditandai adanya edema tungkai kaki dan distensi vena jugularis pada leher.
Curah jantung yang berkurang mengakibatkan sistem saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung, bila mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah
jantung. Tapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut
otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan.
Edema merupakan terkumpulnya cairan di dalam jaringan interstisial lebih dari
jumlah yang biasa atau di dalam berbagai rongga tubuh mengakibatkan gangguan
sirkulasi pertukaran cairan elektrolit antara plasma dan jaringan interstisial. Jika edema
mengumpul di dalam rongga maka dinamakan efusi, misalnya efusi pleura dan
pericardium. Penimbunan cairan di dalam rongga peritoneal dinamakan asites. Pada
jantung terjadinya edema yang disebabkan terjadinya dekompensasi jantung (pada kasus
payah jantung), bendungan bersifat menyeluruh. Hal ini disebabkan oleh kegagalan
venterikel jantung untuk memopakan darah dengan baik sehingga darah terkumpul di
daerah vena atau kapiler, dan jaringan akan melepaskan cairan ke intestisial.
Edema pada tungkai kaki terjadi karena kegagalan jantung kanan dalam
mengosongkan darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah
yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Edema ini di mulai pada kaki dan tumit
(edema dependen) dan secara bertahap bertambah keatas tungkai dan paha dan akhirnya
ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah. Edema sakral jarang terjadi pada pasien
yang berbaring lama, karena daerah sakral menjadi daerah yang dependen. Bila
terjadinya edema maka kita harus melihat kedalaman edema dengan pitting edemaPitting
edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan pada
ujung jari , baru jelas terlihat setelah terjadinya retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5
kg dari berat badan normal selama mengalami edema.
D. Manifestasi Klinis
10
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya
gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah kedua
ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung.
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
1) Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
2) Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer.
3) Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.
E. Klasifikasi
Kongestif paru terjadi pada venterikel kiri, karena venterikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang dapat terjadi
meliputi dispnu, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardi) dengan bunyi S3,
kecemasan dan kegelisahan.
Bila venterikel kanan gagal memompakan darah, maka yang menonjol adalah
kongestif visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak
mampu
mengosongkan
volume
darah dengan
adekuat
sehingga tidak
dapat
mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema dependen),
yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali
11
(pembesaran hepar), distensi vena jugularis (vena leher), asites (penimbunan cairan di
dalam rongga peritoneal), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.
Kriteria Frangmiham adalah suatu criteria untuk mendiagnosis congestive Heart
Failure (CHF). Criteria ini dibuat pada tahun 1993 oleh group peneliti Framingham Heart
Study dan masih digunakan hingga sekarang oleh seluruh tenaga kesehatan di Indonesia.
Kriteri Mayor:
Edema pulmonal
Hepatojugular reflux
Gallop S3
Kardiomegali
Kriteria Minor:
Efusi pleura
Takikardi
Edema tungkai
Hepatomegali
Diagnosis gagal jantung ditegagkan minimal 1 krietria mayor dan 2 kriteria minor.
Sedangkan gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4 kelainan
fungsional:
12
Terapi Farmakologi
1) Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)
Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala volume
berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal, menurunkan volume
plasma selanjutnya menurunkan preload untuk mengurangi beban kerja jantung dan
kebutuhan oksigen dan juga menurunkan afterload agar tekanan darah menurun
2) Antagonis aldosteron
Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat.
3) Obat inotropik
Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung.
4) Glikosida digitalis
13
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sainz A, Jimeno,et al. Validity of Framingham criteria of a clinical test for systolic
heart failure. PubMed. Nov 2006
2. Sudoyo A, Setiyohadi B, Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2006
3. Kapita selekta kedokteran. Essentials of medicine. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2014
15