Anda di halaman 1dari 8
PENDAHULUAN Linguistic change adalah wujud dari sifat dinamis dari bahasaPerubahan bahasa adalah perubahan yang tidak dapat dibendung Hal ini terkait dengan situasi yang dialami oleh penutumya, Berubah situasi penutur, maka akan berubah pula behasa yang digunakan Banyak faltor yang mempengeruhi perubahan behasaSecara umum, faktor penyebab perubahan bahasa diklasifikasiken kepada faktor intemal dan faktor ekstemal. Perubahan bahasa dapat dipastiken akan membawa perubahan pada elemen-elemen linguistik Perubahan tersebut mencakup perubahan bentuk (fonologi, morfologi, sintaksis), makna (semantik), fangsi atau nilai (pragmatis) PEMBAHASAN Salah satu sifat yang hakiki dari bahasa adaleh dinamis, maksudnya bahasa akan mengalami perubshan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam (internal factor) maupun dari luar (external factor). Menurut Labov (1973) faktor intemal yang mempengaruhi perubshan bahasa adalah perbedaan struktur bahasa, Akibatnya, dalam jangka walctu tertentu sebuah kata diucapkanberbeda Sedangkan faktor extemal yang mempengaruhi perubahan bahasa adalah faktor sosial. Labov (2001) menjelaskan bahwa faktor sosial yang, berperan dalam perubahan bahasa diantaranya kelas sosial, jaringan social, dan speech community Berdasarkan penjelasan di atas, kedua faktor yang dikemukakan oleh Labov dalam penelitian triloginya mengenai language change berpengaruh dalam perubahan behasa Perubahan bahasa berdasarkan perspektif sosiolinguistik mencakup tiga aspek Ketiga aspek tersebut adalah perubahan fungsi atau nilai, perubahan bentuk, dan perubahan makna Aspek-aspekc perubahan bahasa yang mencakup aspek fungsi, bentuk, makna terikat kepada clemen-elemen bahasa, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis (bentuk), sementis (makne), dan pragmatis (nilai atau fungsi) Perubahan bahasa juga disertai dengan beberapa_mekanisme yang kompleks Mekanisme tersebut diuraikan oleh Labov (1972) menjadi tiga belas tahapan Ketiga belas tahapan tersebut dildasifikasiken menjadi dua jenis tehapan, yaitu delapan tahapan pertama sebagai tahapan perubahan bawah (perubahan bahasa secara tidak sadar) dan sisanya merupakan tahapan perubahan dari atas (perubahan bahasa secara sadar) Ketiga belas tahapan tersebut adalah: 1, Bunyi berubah biasanya bermula ketika penggunaan bahasa anggota kelompok dari Komunitas penutur bahasa tertentu terbatasi, yaitu masa dimana ketika identitas komunitas yang terpiseh menjadi lemah. Bentukc linguistik yang berganti biasanya berupa penanda status wilayah dengan distribusi penggunaan bahasa yang tidak merata dalam masyarakat, Pada tahap ini, variebel linguistik yang berubah belum ditentukan, 2. Perubahan baru terjadi ketika ada generalisasi bentuk (pola) linguistik oleh anggota kelompok penutur bahasa, tahapan ini biasmya disebut dengan perubahan dai bawah ,yaitu perubahan yang terjadi dari kesadaran sosial 10 u Variebel linguistik menunjukkan belum ada pola variasi gaya bahasa dalam penggunaan bahasa oleh penutumya, namun mempengaruhi semua kelas kata yang telah ada sebelumnya Variabel linguistik pada tahap ini ini merupakan sebuah indikator yang ditetapkan sebagai fungsi keanggotaan pada komunitas sosial Berhasil meningkatkan jumlah penutur bahasa pada kelompok sosial yang sama serta bethasil merespon tekanan sosial masyarakat yang sama, membawa variabel linguistik menuju proses perubahan bahasa menjadi berbeda dari bahasa induknya, Perubahan ini disebut perubahan hiperkorektif dari baweh. Ketika sistem nilai masyarakat penutur ashi bahasa diadopsi oleh kelompok masyarakat lain, perubshan bunyi-bunyi bahasa yang berkaitan dengan nilai-nilai kemasyarakatan tersebut agar menyebar kepada kelompok masyarakat yang mengadopsinya. Batas dani penyebaran perubahan bahasa merupakan batas dari komunitas bahasa Ketika perubahan bunyi bahasa dengan segala nilai-nilai sosial yang melekat didalamnya mencapai batas penyebarannya, maka variabel linguistik menjadi salah satu norma yang menjadi bagian dari masyarakat, dan akan dijaga oleh masyarakat. Variebel linguistik ini sekarang menjadi penanda dan akan mulai menunjukkan variasi/gayanya sendiri Perubahan variabel linguistik di dalam sistem linguistik akan selalu menyesuaikan distribusi unsur-unsur linguistik yang lain dalam tataran fonologi Penyesuaian struktur menyebabken perubahan bunyi kebahasaan yang masih berhubungan dengan behasa aselnya, Tetapi, kelompok penutur bahasa yang baru akan memperlakuken bunyi bahasa yang diterimanya sebagai bunyi bam dalam komunitas penutur bahasa tersebut Apabila kelompok penutur bahasa yang menerima bahasa baru bukan dari kelas yang lebih tinggi, maka kelompok masyarakat yang berasal dari kelas yang lebih tinggi akan “mempengaruhi” bentuk linguistik. Perubahan diatas merupakan perubahan dani atas, suatu koreksi bagi bentuke kebahasaan yang berubah karena mendapat pengaruh dari behasa kelompok masyarakat yang lebih tinggi, yaitu model bahasa yang prestis. Apabila model bahasa prestis (bergengsi) tidak mendukung bentuk kebahasaan yang digunakan oleh kelompok masyarakat dalam beberapa bentuk kelas kata maka kelompok lain akan melakuken hiperkoreksi, memasukkan unsur kebahasaan yang seharusnya dilakukan oleh bahasa prestis. Ini disebut dengan hiperkoreksi dari atas 12. Dalam perubahan yang kuat, satu bentuk kebshasaan akan muncul, dan mungkin juga menghilang. Hal ini disebut dengan streotipe/ model behasa 13, Apabila perubahan bahasa terjadi pada kelas sosial yang lebih tinggi, bentuk bahasa akan menjadi model bahasa prestis. Bahasa yang kemudian akan diadopsi oleh penutur bahasa yang lain sesuai dengan proporsi kontak bahasa penutur bahasa terebut dengan bahasa prestise A. Sociolinguistic Variable Sociolinguistic variable adalah elemen linguistik yang memiliki variasi. Variasi ini terkait dengan eksternal faktor linguistik. Ekstemal faktor yang berkaitan dengan sociolinguistic variable adalah Kelas sosial, usia jenis kelamin, suku atau etnik Karena pengaruh ekstemnal faktor ini akan memberikan variasi behkan perubahan pada bentuk, makna, dan nilai. Menurut Labov (dalam Krug dan Schluter. 2013),sociolinguistic variable adalah perbedaan yang dapat dilihat dari perbedaan kata, bunyi, dan penggunaan bahasa oleh masyaraket dalam menyampaikan sesuatu Secara umum, sociolinguistic variable menyebabkcan perubahan dan variasi pada bentuk, makna, dan fungsi a Perubahan Bentuk Salah satu variasi bahasa yang dapat diidentifikasi secara langsung adalah variasi bentuk, lebih spesifiknya variasi fonologi. Dalam penelitian yang dilalcukan oleh labov (2001), penutur bahasa Inggris di kota New York diteliti dalam pengucapan fonem /t/. Dalam penelitiannya, Labov mengkalkulasikan /r/ yang diucapkan maupun tidak oleh menutur di kota tersebut. Sebagai kesimpulan dari penelitiannya Labov mengemukakan bahwa pengucapan atau dilesapkannya bunyi /r/ membedaken kelas sosial dari penutur Hal ini juga didukung oleh Chaer dan Agustina (2004) bahwa berubahan fonologis yang terjadi pada bahasa Inggris berupa perubehan fonem. Sebagai contoh, Bahasa Ingeris keuno dan pertengehan tidak mengenal fonem /z/lalu ketika terserap kata-kata seperti azure, measure, rouge dari behasa prancis, maka fonem /2/ tersebut ditambahkan dalam Khazaneh fonem Bahasa Inggris Chaer (2004) menjelaskan bahwa perubahan bahasa dapat juga terjadi dalam bidang morfologi yakni dalam proses pembentukan kata Dalam behasa Indonesia terdapat proses penasalan dalam prose pembentukan kata dengan prefiks me- dan pe- Kaidahnya adalah: (1) apabila kedua prefiks itu diimbubken pada kata yang dimulai dengan Konsonan /I/, ir, /w/, dan ly! tidek terjadi penasalan, (2)sementara jika diimbubkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /b/ dan /p/ diberi nasal /na/, (3) jika diimbuhkan pada kata yanmg dimulai dengan konsonan /d/ dan /t/ diberi nasal /n/, (4)kalau diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan Konsonan /s/ diberi nasal /ny/, dan biladiimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /g/, /k/, /h/, dan semua vokal diberi nasel/ngy. Perubahan bentuk pada bahasa juga dapat diidentifikasi melalui perubahan tata bahasa atau struktur Menurut Chaer (2004), perubahan sintaksis pada struktur Bahasa Indonesia dapat diidentifikasi pada perubahan pola kelimat aktif transitif Kalimat aktif transitif seharusnya memiliki objek Namun, pada penggunaan kalimat aktif transititif sekarang, banyak yang tdak disertai objek. Sebagai contoh © Reporter anda melaporkan (berita) dari tempat kejadian © Sekretaris itu sedang mengetik (aporan) di ruangannya b. Perubahan Makna Sementara itu, Parera (dalam Rizal: 2011) menegaskan behwa perubehan makna diakibatkan oleh faltor-faktor tertentu, Parera menjelaskan kelima fakor tersebut adalah © Behasa diwariskan secara turun temurun, Dalam pemerolehan bahasa, seorang anak akan memehami bahasa tersebut sesuai dengan konteksnya. Namun dalam perkembangannya, belum tetu setiap anak akan memilki persepsi yang sama techadap makna yang dikehendali bahasa © Kekaburan dan ketidakpastian makna © Kehilangan motivasi. Jika bahasa yang digunakan berada dalam medan makna yang sama meka tidak aka nada pergeseran makna. Namun dalam perkembangan behasa, terjadi pergesaran, Sebagai contoh, kata canggih awalnya bermakna ‘suka mengganggu’, tetapi seiiring perkembangan teknologi, kata canggih merujuk kepada kualitas teknologi tersebut, ‘teknologi canggih’ Kesalah-kaprahan tentang suatu makna kata tertentu yang tidak diluruskan. Perubahan struktur kosakata, Setiap kosakata dapat dapat berkembang, berubah, dan bergeser sesuai dengan situasi penutumya Konsekuensi dani perubahan makne adalah terjadinya ameliorasi dan peyorasi > Peningkatan nilai makna (ameliorasi) Mekna baru dirasakan lebih tinggi dari pada makna awalnya Contoh: Sehari-hani dia bekerja sebagai asisten rumah tangga Mekna pramuniage dianggap lebih sopan dari pada kata pembatu atau babu Penurunan nilai makna (peyorasi) Mekna baru lebih rendah daripada makna awalnya Contoh: Karena terlibat pencurian dikantomya, orang tersebut dipecat Makna kata dipecat lebih rendah daripada dibebastugaskan. v cc. Perubahan Fungsi atau Nilai Perubahan fungsi atau nilai dalam behasa terkait dengan penggunaanya dalam nilai- niali sosial Selain itu, dalam kontek kebudayaan, behasa berfungsi sebagai jati diri penutumyaNamun dewasa ini, penggunaan bahasa daereh mulai_ mengelami perubahan Sebagai contoh, bahasa Minangkabau mengalami penurunan jumlah penutur bahkan di daerah Minangkabau. Kelas sosial menengeh-atas sudah jarang bahken hamper tidal menggunaken bahasa daerah. Hal ini menunjukken penurunan fungsi dan nilai bahasa Minangkabau. B. Social Class Salah satu penemuan penting dalam kajian sosiolinguistik adalah hubungan kketerkaitan variasi bahasa dan kelas sosial Hal ini disebabkan oleh kelas sosial dan pekerjaan merupakan pemarkeh linguistik yang berperan penting dalam anelisis variasi bahasa. Sebagei contoh, seseorang yang berasal dari kelas pekerja, dalam hal ini buruh, akan cenderung menggunakan bahasa yang jauh dari bahasa standar. Sebaliknya, kaum menengah ke baweh, menengeh, menegah ke atas akan lebih menggunaken bahasa standar. Perbedaan penggunaan kode sebagai pembeda kelas sosial dapat dilihat pada contoh berikut ini, Speaker 1 weaker 2 I ain't done nothing Thaven't done anything I done it yesterday Idid it yesterday It-weren't me that done it I didn't do it Berdasarkan contoh di atas, penutur asli bahasa Inggris akan dengan cepat mengidentifikasi bahwa speaker J berada pada kelas sosial yang lebih rendah dari pada speaker 2. Hal ini dikarenakan semakin tinggi kelas sosial, maka semakin standar bahasa yang digunakan Teori ini didukung oleh pendapat Bersntein (1964)bahwa kelas social yang. lebih tinggi akan cenderung menggunekan bahasa yang lebih standar, baik dengan alasan pendidiken, maupun karir Menurut Chambers (2003) kelas sosial dapat dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan pekerjaan, yaitu 1, Kelas bawah atau kelas pekerja orang-orang yang bekerja sebagai buruh, pembantu, penjaga toko, dan pekerja kasar lainnya yang mengandalkcan kekuatan serta tenaga saja 2. Kelas menengah Masyarakat kelas sosial menengah adalah orang-orang yang bekerja sebagai ahli dan kepala bagian. 3. Kelas atas Masyarakat kelas sosial atas adalah orang-orang yang bekerja sebagai penguseha direltur, dan penerima warisan kekayaan. Perbedaan variasi bahasa yang diakibatkan oleh kelas sosial, dalam hal ini tuturan, dipengaruhi oleh penggunaan kode-kode bahasa yang berbeda antara kelas-kelas sosial Berstein (1964) membedakan kode bahasa tersebut menjadi dua yaitu 1. Restricted code Secara Ieksikal, restricted berarti terbatas. Berdasarkan teori Bersnstain (1964), restricted code adalah kode yang digunakan oleh kelas pekerja Menurut Bersntain, penggunaan restricted code pada kelas pekerja cenderung meningkatkan hubungan emosional antara.anggota_— elas sosial tersebut Keterbatasan kode pada kelas sosial penutumya, malah menumbublan rasa solidaritas yang lebih tinggi. Penutur kode ini cenderung untuk menggunalcan ‘Kita’ sebagai kelompok sosial, daripada ‘saya’ dan ‘anda’ 2. Elaborated code Elaborated code adalah kode yang digunaken oleh kelas sosial menengah ke bawah, menengah, dan menengah ke atas Penggunaan kode ini oleh kelas-kelas sosial tersebut untuk memperoleh akses kepada pendidikan maupun kemajuan karir. Hubungan emosional antara anggota kelompok ini tidak seerat pengguna restricted code. Karena ikatan solidaritas yang kurang antara angggota kelas sosial yang menggunaken elaborated code maka mereka lebih cenderung untuk menggunakan ‘saya’ sebagai representasi individualisme di tengah anggota kelas sosial tersebut. KESIMPULAN Perubahan bahasa disebabakan oleh faktor intemal dan faktor ekstemnal.Faktor intemal terkait dengan struktur bahasa, Akibatnya, dalam jangka waltu tertentu sebuah kata diucapkanberbeda Sedangkan faktor extemal yang mempengaruhi perubahan behasa adalah faktor sosial. Perubahan bahasa akan membawa perubahan pada fungsi atau nilai behasa Selain itu, perubahan bahasa juga dapat diidentifikasi pada perubahan makna Perubahan bahasa juga dapat dianalisis dengan jelas melalui perubahan bentuk Berdasarkan aspek-aspekx perubahan bahasa tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan bahasa dapat terjadi pada seluruh elemen linguistik DAFTAR PUSTAKA Bemstein, Basil. 1964. Elaborated and Restricted Codes: Their Social Origins and Some Consequences. University of London. Chaer, Abdul, dan Agustina Leoni. 2004. Soctolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta PT Rineka Cipta Cahyono, Chambers, J.K. 2003.Sociolinguistic Theory. Oxford: Blackwell Publishing Kurg, Manfred G dan Schluter, Julia 2013. Research Methods in Language Variation and Change. New York: Cambridge University Press Labo, William. 1972. Sociolinguistic Patterns. Philadelphia University of Pennsylvania Press. Labov, William. 2001. Principles of Linguistic Change, Social Factors, Philadelphia University of Pennsylvania Press Rizal, Pautan Naufal. 2011. “Perluasan Makna Kata Yabai”. Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai