Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

(Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)
Ferry Krisnamurti1, Rizal Sanif2, Erial Bahar3
1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
2. Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
3. Bagian Ilmu Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
Jl. dr. Mohammad Ali Komplek RSMH Palembang Km. 3,5, Palembang, 30126, Indonesia
E-mail: ferry.krisnamurti@gmail.com

Abstrak
Salah satu penyebab kematian ibu adalah perdarahan obstetris, terutama perdarahan postpartum. Angka kejadian
perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang meningkat pada beberapa tahun terakhir. Salah satu
faktor risiko perdarahan postpartum adalah usia ibu. Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) berisiko
untuk mengalami atonia uteri, sehingga menimbulkan perdarahan postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Data diambil dari rekam medik di Instalasi Rekam Medik RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013. Populasi kasus pada penelitian ini
adalah seluruh pasien perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2013 yang
berjumlah 112 pasien. Populasi kontrol adalah pasien yang tidak mengalami perdarahan postpartum dengan matching
kategori jumlah paritas. Sampel diambil bila memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil yang diperoleh dianalisis
menggunakan uji Chi-Square dan uji regresi logistik. Usia ibu risiko tinggi pada populasi kasus lebih banyak daripada
populasi kontrol dan terdapat hubungan bermakna antara usia ibu dan perdarahan postpartum (p=0,016) dengan
OR=2,503. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan bermakna antara berat badan lahir, jarak antarkelahiran,
gemeli, riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum. Dari analisis statistik penelitian ini hanya usia ibu
dan jarak antarkelahiran yang berhubungan dengan perdarahan postpartum. Usia ibu memiliki OR adj 3,266 setelah
dikontrol jarak antarkelahiran. Usia ibu risiko tinggi mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan
postpartum dibandingkan usia ibu risiko rendah.
Kata Kunci: usia ibu, perdarahan postpartum, kasus kontrol

Abstract
The Association between Maternal Age and Postpartum Hemorrhage (A Case Control Study of Inpatient at
RSUP dr.Mohammad Hoesin Palembang on January 1 st until December 31st 2013). One of the causes of maternal
mortality is obstetric hemorrhage, especially postpartum hemorrhage. The incidence of postpartum hemorrhage
increases in the recent years at RSUP dr. Mohamamad Hoesin Palembang. One of the risk factors of postpartum
hemorrhage is maternal age. High-risk maternal age (<20 and >35 years old) could cause atonia uteri, leading to
postpartum hemorrhage. Therefore, the aim of this study was to determine the association between maternal age and
postpartum hemorrhage at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. This study was a case control study. Data was
taken from the medical records in the Medical Record Installation at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang period
January 1st 2013-December 31st 2013. Case population in this study was all patients with postpartum hemorrhage at
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang on 2013 with a total of 112 patients. Control population was the patients
without postpartum hemorrhage by matching the parity. Samples who passed the criteria of inclusion and exclusion
were included. Results were analyzed using Chi-Square and logistic regression test. High-risk maternal age on case
population was higher than control population and there was a significant association between maternal age and
postpartum hemorrhage (p=0,016;OR=2,503). There were no association between infant weight, delivery interval,
gemeli, history of postpartum hemorrhage and postpartum hemorrhage. Maternal age and delivery interval were
associated with postpartum hemorrhage from the statistical analysis. ORadj of maternal age was 3,266 after being
controlled by delivery interval. Postpartum hemorrhage is 2,503 times higher for mothers with high-risk maternal age
compared to those with low-risk maternal age.

Keywords: maternal age, postpartum hemorrhage, case control


karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mencari
1. Pendahuluan
hubungan antara usia ibu dan kejadian perdarahan
postpartum pada pasien yang dirawat inap di RSUP dr.
Meskipun kemajuan di bidang medis telah menurunkan
Mohammad Hoesin Palembang.
bahaya melahirkan secara dramatis, kematian akibat
perdarahan masih merupakan penyebab utama kematian
2. Metode Penelitian
ibu1. Hingga kemudian dikenal dengan istilah tiga
penyebab klasik kematian ibu, yaitu infeksi,
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kasus
preeklampsia, dan perdarahan. Kematian ibu di dunia
kontrol (case control) berdasarkan data sekunder rekam
disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%, penyebab
medik di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.
tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak
aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8%, dan
Populasi target penelitian adalah semua ibu yang
penyebab lain 7%2.
melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
periode 1 Januari 2013-31 Desember 2013. Sampel
Salah satu jenis dari perdarahan tersebut adalah
dalam penelitian ini sebanyak 202 samoel yang terdiri
perdarahan
postpartum.
Insidensi
perdarahan
dari 101 kasus dan 101 kontrol. Penelitian dilakukan di
postpartum di negara maju sekitar 5% dari persalinan,
Installasi Rekam Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin
sedangkan di negara berkembang bisa mencapai 28%
Palembang. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober
dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam
hingga Desember 2014.
kematian ibu. Penyebabnya 90% karena atonia uteri, 7%
robekan jalin lahir, dan 3% lainnya karena retensio
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
plasenta serta gangguan pembekuan darah3.
perdarahan postpartum, usia ibu, berat badan lahir, jarak
antarkelahiran, gemeli dan riwayat perdarahan
Menurut data di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek
postpartum. Setelah data dikumpulkan, data tersebut
Lampung tahun 2008 terdapat 412 kasus perdarahan
dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.
postpartum (19,75%) dari 1.725 persalinan. Sementara
Analisis bivariat akan menggunakan uji Chi Square,
pada tahun 2009 kasusnya menurun menjadi 204 kasus
4
sedangkan analisis multivariat akan menggunakan uji
(7,40%) dari 1.758 persalinan . Hal ini berbeda dengan
regresi logistik. Data akan disajikan dalam bentuk narasi
angka kejadian perdarahan di RSUP dr. Mohammad
dan tabel.
Hoesin Palembang dari tahun 2009-2011 yang terus
meningkat, yaitu 113 kasus (4,5%) pada tahun 2009,
3. Hasil
menjadi 155 kasus (11,7%) pada tahun 2010, dan
5
menjadi 160 kasus (12%) pada tahun 2011 .
Hasil penelitian ini didapatkan dengan informasi dari
data sekunder yaitu rekam medik pasien perdarahan
Peningkatan angka kejadian tersebut terjadi karena
postpartum sebagai kasus dan rekam medik pasien
banyak sekali faktor yang dapat memicu timbulnya
dengan persalinan spontan normal sebagai kontrol di
perdarahan postpartum, salah satu faktornya adalah usia
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1
ibu. Berdasarkan perhitungan Odds Ratio dari penelitian
Januari sampai 31 Desember 2013.Jumlah populasi
di RSUD Majene menunjukkan bahwa usia ibu di
kasus yang tercatat di bagian rekam medik tahun 2013
bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko
sebanyak 112 kasus perdarahan postpartum, namun
mengalami perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar
hanya 101 data rekam medik pasien perdarahan
dibanding ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun6. Pada
postpartum yang ditemukan. Untuk populasi kontrol
wanita berusia kurang dari 20 tahun organ
diambil rekam medik pasien yang melahirkan tanpa
reproduksinya belum berkembang dengan sempurna,
perdarahan postpartum dengan jumlah yang sama
pinggul terlalu kecil sehingga dapat terjadi partus macet.
dengan populasi kasus setelah dilakukan matching
Pada keadaan partus macet, ibu akan mengalami
dengan kategori paritas. Sehingga juga didapat data
kelelahan sehingga kontraksi miometrium tidak optimal.
sebanyak 101 data.
Sedangkan wanita berusia lebih dari 35 tahun fungsi
organ reproduksinya sudah mengalami penurunan 7.
Karakteristik Sampel Penelitian
Fungsi organ reproduksi yang belum sempurna dan
proses penuaan tersebut akan menyebabkan tonus otot
Distribusi Kasus Perdarahan Postpartum
tidak adekuat, hingga timbul atonia uteri. Atonia uteri
8
inilah yang menyebabkan perdarahan postpartum .
Pada tahun 2013 didapatkan 101 kasus perdarahan
postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang,
Meskipun penelitian ini bukan penelitian baru, namun
dengan perdarahan postpartum primer sebanyak 89
apabila penelitian dilakukan dengan populasi yang
(88,12%) sampel dan perdarahan postpartum sekunder
berbeda, tempat, dan waktu yang baru akan
sebanyak 12 (11,88%) sampel. Distribusi frekuensi
menghasilkan data penelitian yang berbeda pula. Oleh

kasus perdarahan postpartum dapat dilihat pada Tabel 1


berikut:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perdarahan Postpartum Ibu
Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2013
Perdarahan
primer
Perdarahan
sekunder
Jumlah

postpartum

n
89

Persentase (%)
88,12

postpartum

12

11,88

101

100

Distribusi Etiologi Perdarahan Postpartum


Dari data hasil penelitian etiologi perdarahan postpartum
dibagi menjadi 4 penyebab dasar dan penyebab campuran.
Gangguan tone didapatkan sebanyak 5 (4,95%) sampel,
yaitu atonia uteri 4 (3,96%) sampel dan subinvolusi uterus 1
(0,99%) sampel. Gangguan tissue didapatkan sebanyak 57
(56,5%) sampel, yaitu retensio plasenta 34 (33,67%) sampel
dan sisa plasenta 23 (22,77%) sampel. Gangguan pada
trauma didapatkan sebanyak 31 (30,7%) sampel, yaitu
laserasi jalan lahir 27 (26,73%) sampel, ruptur perineum 2
(1,98%) sampel, hematom 1 (0,99%) sampel, dan luka
episiotomi 1 (0,99%) sampel. Sedangkan etiologi campuran
didapatkan sebanyak 8 (7,92%) sampel, dan tidak
didapatkan kasus dengan gangguan thrombin. Etiologi
terbanyak kasus perdarahan postpartum di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 adalah retensio
plasenta dengan 34 (33,67%) kasus. Distribusi etiologi kasus
perdarahan postpartum dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Etiologi Perdarahan
Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2013
Tone
Atonia Uteri
Subinvolusi Uterus
Tissue
Retensio Plasenta
Sisa Plasenta
Trauma
Laserasi Jalan Lahir
Ruptur Perineum
Hematom
Luka Episiotomi
Thrombin
Kelainan Koagulasi Darah
Campuran
Atonia Uteri dan Sisa
Plasenta
Atonia Uteri dan Laserasi
Jalan Lahir
Retensio
Plasenta
dan

Persentase (%)

4
1

3,96
0,99

34
23

33,67
22,77

27
2
1
1

26,73
1,98
0,99
0,99

1,98

0,99

0,99

Laserasi Jalan Lahir


Sisa Plasenta dan Laserasi
Jalan Lahir
Jumlah

3,96

101

100

Distribusi Sampel Menurut Paritas


Pada penelitian ini matchingjumlah paritas berdasarkan
kategori primipara (paritas 1), multipara (paritas 2-4),
dan grandemultipara (Paritas 5)9. Dari 101 sampel
kasus diperoleh kategori primipara sebanyak 25
(24,75%) sampel, multipara sebanyak 68 (67,32%) sampel
dan kategori grandemultipara sebanyak 8 (7,92%) sampel.
Kemudian dicari populasi kontrol dengan jumlah yang
sama berdasarkan kategori paritas tersebut.
Distribusi Usia
Berdasarkan penelitian ini didapatkan pada populasi
kasus yang termasuk dalam kategori usia risiko tinggi
(<20 tahun dan >35 tahun) sebanyak 29 pasien (67,4%)
dan pada populasi kontrol sebanyak 14 (32,6%) sampel.
Sedangkan untuk usia risiko rendah (20-35 tahun) pada
populasi kasus sebanyak 72 (45,3%) dan pada populasi
kontrol sebanyak 87 (54,7%) sampel. Distribusi usia
pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Usia
Usia
Usia risiko
tinggi
Usia risiko
rendah
Jumlah

n
29

Kasus
%
67,4

Kontrol
n
%
14
32,6

Jumlah
n
%
43
100

72

45,3

87

54,7

159

100

101

50

101

50

202

100

Distribusi Berat Badan Lahir


Dalam penelitian ini didapatkan dari 7 pasien yang
memiliki berat badan lahir 4000 gram didapatkan 5
(71,4%) sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%)
sampel pada populasi kontrol. Sementara itu pasien
dengan berat badan lahir <4000 gram didapatkan 195
sampel, dengan 96 (49,02%) sampel pada populasi
kasus dan 99 (50,8%) sampel pada populasi kontrol.
Distribusi berat badan lahir pada kelompok kasus dan
kontrol dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Berat
Badan Lahir
Berat Badan
Lahir
BBL 4000
gram

Kasus
%
5
71,4
n

Kontrol
n
%
2
28,6

Jumlah
n
%
7
100

BBL <4000
gram
Jumlah

96

49,2

99

50,8

195

100

101

50

101

50

202

100

perdarahan postpartum pada kelompok kasus dan


kontrol dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Riwayat
Perdarahan Postpartum

Distribusi Jarak Antarkelahiran


Pada penelitian ini untuk variabel jarak antarkelahiran
hanya digunakan 126 sampel (63 sampel pada populasi
kasus dan 63 sampel pada populasi kontrol), karena
termasuk kategori primipara atau rekam medik tidak
mencantumkan jarak antarkelahiran. Setelah dianalisis
dari 19 pasien yang memiliki jarak risiko tinggi (2
tahun) didapatkan 12 (63,2%) sampel pada populasi
kasus dan 7 (36,8%) sampel pada populasi kontrol.
Sementara itu pasien dengan jarak risiko rendah (>2
tahun) didapatkan 107 sampel, dengan 51 (47,7%)
sampel pada populasi kasus dan 56 (52,3%) sampel
pada populasi kontrol. Distribusi jarak antarkelahiran
pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Jarak
Antarkelahiran
Jarak
Antarkelahiran
Jarak risiko
tinggi
Jarak risiko
rendah
Jumlah

n
12

Kasus
%
63,2

Kontrol
n
%
7
36,8

Jumlah
n
%
19
100

51

47,7

56

52,3

107

100

63

50

63

50

126

100

Distribusi Gemeli
Dalam penelitian ini hanya didapatkan 1 (100%) sampel
gemeli pada populasi kontrol sedangkan pada populasi
kasus tidak dijumpai sampel gemeli (0%).Distribusi
gemeli pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat
pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Gemeli
Gemeli
Gemeli
Tidak gemeli
Jumlah

Kasus
%
0
0
101 50,2
101 50
n

Kontrol
n
%
1
100
100 49,8
101 50

Jumlah
n
%
1
100
201 100
202 100

Distribusi Riwayat Perdarahan Postpartum


Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 2 ibu
yang memiliki riwayat perdarahan postpartum
didapatkan 2 (100%) sampel pada populasi kasus dan 0
(0%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi riwayat

Riwayat
Perdarahan
Postpartum
Riwayat
perdarahan
postpartum +
Riwayat
perdarahan
postpartum Jumlah

Kasus
%

Kontrol
n
%

Jumlah
n
%

100

100

99

49,5

101

50,5

200

100

101

50

101

50

202

100

Distribusi Kadar Hb dan Trombosit


Dari penelitian didapatkan distribusi kadar Hb
postpartum yaitu Hb normal sebanyak 11 (11,8%)
sampel, anemia ringan 20 (21,5%) sampel, anemia
sedang 34 (36,6%), dan anemia berat sebesar 28
(30,1%) sampel. Sedangkan distribusi kadar trombosit
didapatkan trombositopenia sebanyak 15 (16,7%)
sampel, trombosir normal 72 (80,0%) sampel, dan
trombositosis sebanyak 3 (3,3%) sampel. Distribusi
kadar Hb dan kadar trombosit dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 8. Distribusi Kadar Hb Postpartum
Kadar Hb
Hb normal
Anemia ringan
Anemia sedang
Anemia berat
Jumlah

Persentase (%)

11
20
34
28
93

11,8
21,5
36,6
30,1
100

Tabel 9. Distribusi Kadar Trombosit Postpartum


Kadar Trombosit
Trombositopenia
Trombosit normal
Trombositosis
Jumlah

n
15
72
3
90

Persentase
(%)
16,7
80,0
3,3
100

Analisis Bivariat
Hubungan antara Usia dan Perdarahan Postpartum
Setelah analisis diperoleh nilai p=0,016, yang berarti
ada hubungan antara usia dan perdarahan postpartum
pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai
OR=2,503 yang berarti ibu bersalin dengan usia <20
tahun dan >35 tahun mempunyai peluang 2,503 kali

untuk terjadinya perdarahan postpartum bila


dibandingkan dengan ibu bersalin dengan usia 20-35
tahun.Hubungan antara usia dan perdarahan postpartum
dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
Tabel 10. Hubungan Usia dengan Perdarahan Postpartum
Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2013
Usia
Usia risiko
tinggi
Usia risiko
rendah
Jumlah
P value
OR(95% CI)

Kasus
n
%

Kontrol
n
%

Jumlah
n
%

29

14

43

67,4

72

45,3

101

50

87

32,6

159

100

101
50
202
0,016
2,503 (1,230-5,092)

100

Hubungan antara Berat


Perdarahan Postpartum

54,7

100

Badan

Lahir

dan

Setelah analisis diperoleh nilai p=0,445, yang berarti


tidak ada hubungan antara berat badan lahir dan
perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara
statistik diperoleh nilai OR=2,578 yang berarti ibu yang
melahirkan bayi dengan berat 4000 gram mempunyai
peluang 2,578 kali untuk terjadinya perdarahan
postpartum bila dibandingkan ibu yang melahirkan anak
dengan berat <4000 gram. Hubungan antara berat badan
lahir dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel
11 berikut:
Tabel 11. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan
Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
Berat Badan
Lahir
Berat badan
lahir 4000
Berat badan
lahir <4000
Jumlah
P value
OR(95% CI)

n
5

Kasus
%
71,4

96

49,2

101

50

Kontrol
n
%
2
28,6

195

100

101
50
202
0,445
2,578 (0,688-5,150)

100

Hubungan antara Jarak


Perdarahan Postpartum

99

50,8

Jumlah
n
%
7
100

Antarkelahiran

mempunyai peluang 1,882 kali untuk terjadinya


perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu
bersalin
dengan
jarak
antarkelahiran
>2
tahun.Hubungan antara jarak antarkelahiran dan
perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 12
berikut:
Tabel 12. Hubungan Jarak Antarkelahiran Dengan
Perdarahan Postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2013
Jarak
Antarkelahiran
Jarak risiko
tinggi
Jarak risiko
rendah
Jumlah
P value
OR(95% CI)

n
12

Kasus
%
63,2

Kontrol
n
%
7
36,8

Jumlah
n
%
19
100

51

47,7

56

52,3

107

100

63

50

63

50

126

100

0,319
1,882 (0,688-5,150)

Hubungan antara
Postpartum

Gemeli

dan

Perdarahan

Setelah analisis diperoleh nilai p=1,000, yang berarti


tidak ada hubungan antara gemeli dan perdarahan
postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan
nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak
terdapat sampel pada salah satu populasi.Hubungan
antara gemeli dan perdarahan postpartum dapat dilihat
pada tabel 13 berikut:
Tabel 13. Hubungan Gemeli Dengan Perdarahan
Postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2013
Gemeli
Gemeli
Tidak gemeli
Jumlah
P value

Kasus
n
%
0
0
101 50,2
101 50

Kontrol
n
%
1
100
100 49,8
101
50
1,000

Jumlah
n
%
1
100
201 100
202 100

Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum


dan Perdarahan Postpartum
dan

Setelah analisis diperoleh nilai p=0,319, yang berarti


tidak ada hubungan antara jarak antarkelahiran dan
perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara
statistik diperoleh nilai OR=1,882 yang berarti ibu
bersalin dengan jarak antarkelahiran 2 tahun

Setelah analisis diperoleh nilai p=0,498, yang berarti


tidak ada hubungan antara riwayat perdarahan
postpartum dan perdarahan postpartum pada ibu
melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2013. Sedangkan nilai odd ratio tidak bisa
didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu
populasi.Hubungan
antara
riwayat
perdarahan

postpartum dan perdarahan postpartum dapat dilihat


pada tabel 14 berikut:
Tabel 14. Hubungan Riwayat Perdarahan Postpartum
dengan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP
dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013
Riwayat
Perdarahan
Postpartum
Ada riwayat
perdarahan
postpartum
Tidak ada
riwayat
perdarahan
postpartum
Jumlah
P value

Kasus

Kontrol
n
%

Jumlah
n
%

100

100

49,5

101

50,5

200

100

99

101

50

101
50
0,498

202

100

Analisis Multivariat
Berdasarkan analisis multivariat didapatkan 2 variabel
yang berhubungan terhadap timbulnya perdarahan
postpartum, yaitu usia dan jarak antarkelahiran.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan usia risiko
tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) mempunyai risiko
mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih
besar dibandingkan dengan ibu dengan usia risiko
rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol variabel jarak
antarkelahiran. Model akhir uji regresi logistik dapat
dilihat pada tabel 14 berikut:
Tabel 14. Model Akhir Uji Regresi Logistik

Variabel

Usia
1,184
Jarak
0,681
antarkelahiran
Constant
-3,377

Sig

Exp(B)
/
(ORadj)

0,011
0,195

3,266
1,975

95% C.I.
forEXP(B)
Lowe
Uppe
r
r
1,304
8,178
0,705
5,533

4. Pembahasan
Etiologi Perdarahan Postpartum
Dalam penelitian ini penyebab utama perdarahan
postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2013 adalah retensio plasenta yaitu sebesar
33,67%, diikuti laserasi jalan lahir 26,73%, sisa plasenta
22,77%, atonia uteri 3,96%, dan lain-lain.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, yang
menemukan bahwa penyebab utama perdarahan

postpartum adalah retensio plasenta (53,7%), diikuti


laserasi jalan lahir (29,3%), atonia uteri (14,6%), dan
inversio uteri (2,4%)10. Namun penelitian ini tidak
sesuai dengan yang dinyatakan oleh Parisaei et al bahwa
penyebab perdarahan postpartum sebesar 90% karena
atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, dan 3% lainnya
karena retensio plasenta serta gangguan pembekuan
darah3. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan
penelitian Sari dan Sukamto di RS dr. H. Anshari Shaleh
Banjarmasin bahwa perdarahan postpartum disebabkan
karena atonia uteri 40 (48,8%) sampel, retensio plasenta
23 (28%) sampel, dan laserasi jalan lahir 19 (23,2%)
sampel11.
Hal ini menunjukkan etiologi perdarahan postpartum di
setiap daerah sangat beragam. Sehingga penyebab
utama perdarahan postpartum tidak bisa diprediksikan
secara pasti berdasarkan epidemiologi dari daerah lain.
Retensio plasenta terjadi karena kelainan pada dinding
uterus ibu sendiri. Plasenta tidak lepas dari dinding
uterus sehingga tidak lahir dalam waktu setengah jam
setelah janin lahir. Kontraksi uterus kurang kuat ataupun
plasenta melekat erat pada dinding uterus sehingga
plasenta tidak dapat lahir. Memijat uterus dan
mendorongnya ke bawah secara paksa sementara
plasenta belum terlepas dari dinding uterus dapat
menyebabkan atonia uteri. Usaha untuk mengeluarkan
plasenta ditunggu sampai 30 menit. Bila plasenta belum
lahir, maka dilakukan manual plasenta12.
Hubungan antara Usia dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, dari 43 ibu yang memiliki
usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) didapatkan
29 (67,4%) sampel pada populasi kasus dan 14 (32,6%)
sampel pada populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh
nilai p sebesar 0,016 yang berarti ada hubungan antara
usia dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013.
Secara statistik diperoleh nilai OR=2,503 yang berarti
ibu bersalin dengan usia <20 tahun dan >35 tahun
mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya
perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu
bersalin dengan usia 20-35 tahun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di RSUD
Majene oleh Dina et al yang menunjukkan bahwa pada
tingkat kepercayaan 95% usia ibu di bawah 20 tahun
atau di atas 35 tahun memiliki risiko mengalami
perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar dibanding
ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun 6. Hasil penelitian
tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Sher Zaman
et al bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ibu yang
berusia di bawah 20 tahun atau di atas 30 tahun
memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,3
kali lebih besar dibandingkan ibu yang berusia 20
sampai 29 tahun13.

Usia ibu merupakan faktor predisposisi yang sangat


penting pada perdarahan postpartum. Usia paling aman
bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu
antara 20-35 tahun, karena berada dalam masa
reproduksi sehat. Kematian maternal pada ibu yang
hamil dan melahirkan pada usia <20 tahun dan usia >35
tahun akan meningkat secara bermakna, karena terpapar
pada komplikasi baik medis maupun obstetrik yang
dapat membahayakan jiwa ibu7. Pada wanita berusia
kurang dari 20 tahun organ reproduksinya belum
berkembang dengan sempurna. Sedangkan wanita
berusia lebih dari 35 tahun fungsi organ reproduksinya
sudah mengalami penurunan7. Fungsi organ reproduksi
yang belum sempurna dan proses penuaan tersebut akan
menyebabkan tonus otot kurang adekuat, hingga timbul
atonia uteri. Atonia uteri inilah yang menyebabkan
perdarahan postpartum8.
Hubungan Antara Berat
Perdarahan Postpartum

Badan

Lahir

dan

Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 ibu yang memiliki


berat badan lahir 4000 gram didapatkan 5 (71,4%)
sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%) sampel pada
populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p
sebesar 0,445 yang berarti tidak ada hubungan antara
berat badan lahir dan perdarahan postpartum pada ibu
melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,578
yang berarti ibu yang melahirkan bayi dengan berat
4000 gram mempunyai peluang 2,578 kali untuk
terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu
yang melahirkan anak dengan berat <4000 gram.
Penelitian ini tidak sejalan dengan teori Cunningham et
al bahwa Bayi dengan berat lahir 4000 gram
berhubungan dengan perdarahan postpartum, yaitu
karena laserasi jalan lahir. Bayi berat lahir lebih juga
mengakibatkan overdistensi uterus sehingga lebih
berisiko menyebabkan atonia uteri dan pada akhirnya
menyebabkan perdarahan postpartum1. Penelitian ini
juga tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan
Bratakoesoema dan Angsar, yang menyatakan bahwa
Bayi yang dilahirkan dengan berat 4000 gram sering
sekali menyebabkan perdarahan postpartum dengan
penyebab laserasi jalan lahir. Karena Bayi besar dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan
sehingga terjadi robekan pada jalan lahir14.
Pada penelitian ini berat badan lahir tidak bermakna
secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum
bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama
besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak
dapat menggambarkan pengaruh berat badan lahir
terhadap perdarahan postpartum. Kedua karakteristik
setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian tertentu, jadi
jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan
penelitian dari daerah lain tidak bisa dijadikan acuan

pasti.
Ketiga
sampel
yang
diambil
tidak
menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir
kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak
merata pada populasi kasus maupun kontrol. Contoh
bisa saja suatu sampel memiliki usia risiko tinggi,
namun pada sampel yang sama jarak antar kelahiran dan
berat bayi lahirnya normal, begitu juga sebaliknya.
Hubungan antara Jarak
Perdarahan Postpartum

Antarkelahiran

dan

Berdasarkan hasil penelitian, dari 19 ibu yang memiliki


jarak antarkelahiran 2 tahun didapatkan 12 (63,2%)
sampel pada populasi kasus dan 7 (36,8%) sampel pada
populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p
sebesar 0,319 yang berarti tidak ada hubungan antara
jarak antarkelahiran dan perdarahan postpartum pada
ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai
OR=1,882 yang berarti ibu bersalin dengan jarak
antarkelahiran 2 tahun mempunyai peluang 1,882 kali
untuk terjadinya perdarahan postpartum bila
dibandingkan dengan ibu bersalin dengan jarak
antarkelahiran >2 tahun.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi dan Yamin di RSUD Abdoel
Moloek Lampung yang menyatakan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat hubungan signifikan antara
jarak antarkelahiran 2 tahun dan perdarahan
postpartum dengan Odd Ratio 4,2824. Hasil penelitian
ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Suryani di Rumah Sakit Umum dr. Pringadi Medan
yang menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%
jarak antarkelahiran 2 tahun memiliki hubungan yang
signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum
dengan Odd Ratio 3,14310.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori
Armagustinibahwa jarak persalinan kurang dari 2 tahun
mengakibatkan kelemahan dan kelelahan otot rahim,
sehingga cenderung akan terjadi perdarahan postpartum.
Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumya kurang dari
2 tahun, kondisi rahim dan kesehatan ibu belum pulih
dengan baik, sehingga cenderung mengalami partus
lama dan perdarahan postpartum. Disamping itu
persalinan yang berturut-turut dalam jarak waktu
singkat mengakibatkan uterus menjadi fibrotik,
sehingga mengurangi daya kontraksi dan retraksi uterus.
Kondisi seperti ini berakibat terjadinya perdarahan
postpartum15.
Pada penelitian ini jarak antarkelahiran tidak bermakna
secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum
bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama
besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak
dapat menggambarkan pengaruh jarak antarkelahiran
terlalu singkat terhadap perdarahan postpartum. Kedua

karakteristik setiap daerah berbeda-beda untuk kejadian


tertentu, jadi jumlah sampel minimal yang dihitung
berdasarkan penelitian dari daerah lain tidak bisa
dijadikan acuan pasti. Ketiga sampel yang diambil tidak
menggambarkan populasi secara keseluruhan. Terakhir
kemungkinan distribusi karakteristik sampel tidak
merata pada populasi kasus maupun kontrol.
Hubungan antara
Postpartum

Gemeli

dan

Perdarahan

Berdasarkan hasil penelitian, tidak didapatkan sampel


pada populasi kasus dan hanya terdapat 1 (100%)
sampel dengan gemeli pada populasi kontrol. Setelah
analisis diperoleh nilai p sebesar 1,000 yang berarti
tidak ada hubungan antara gemeli dan perdarahan
postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan
nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak
terdapat sampel pada salah satu populasi.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Karkata
bahwa gemeli dapat menyebabkan distensi berlebihan
pada uterus, sehingga menyebabkan otot miometrium
tidak berkontraksi secara adekuat. Akibatnya timbul
atonia uteri sebagai penyebab langsung perdarahan
postpartum. Selain itu gemeli juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan, sehingga besar
kemungkinan timbulnya laserasi jalan lahir8.
Pada penelitian ini gemeli tidak bermakna secara
statistik memengaruhi perdarahan postpartum bisa
disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama
tidak adanya sampel gemeli pada salah satu populasi,
sehingga nilai hubungan antara gemeli dan perdarahan
postpartum tidak dapat dihitung. Kedua besar sampel
penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat
menggambarkan pengaruh gemeli terhadap perdarahan
postpartum. Ketiga karakteristik setiap daerah berbedabeda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah sampel
minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari
daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Keempat
sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi
secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi
karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus
maupun kontrol.
Hubungan antara Riwayat Perdarahan Postpartum
dan Perdarahan Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian, tidak didapatkan sampel
pada populasi kasus dan hanya terdapat 2 (100%)
sampel dengan riwayat perdarahan postpartum pada
populasi kontrol. Setelah analisis diperoleh nilai p
sebesar 0,498 yang berarti tidak ada hubungan antara
riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan
postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Sedangkan

nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak


terdapat sampel pada salah satu populasi.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi dan Yamin di RSUD dr. H. Abdul
Moeloek Lampung yang menyatakan bahwa riwayat
perdarahan postpartum memiliki hubungan yang
signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum
dengan Odds Ratio 7,408, 95 %CI: 3,781-14,5174.
Pada penelitian ini riwayat perdarahan postpartum tidak
bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan
postpartum bisa disebabkan karena beberapa
kemungkinan. Pertama tidak adanya sampel dengan
riwayat perdarahan postpartum pada salah populasi
kontrol, sehingga nilai hubungan antara adanya riwayat
perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum tidak
dapat dihitung. Kedua besar sampel penelitian terlalu
kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh
riwayat perdarahan posrpatum terhadap perdarahan
postpartum. Ketiga karakteristik setiap daerah berbedabeda untuk kejadian tertentu, jadi jumlah sampel
minimal yang dihitung berdasarkan penelitian dari
daerah lain tidak bisa dijadikan acuan pasti. Keempat
sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi
secara keseluruhan. Terakhir kemungkinan distribusi
karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus
maupun kontrol.
Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan
Postpartum setelah Dikontrol Faktor Perancu
Berdasarkan analisis multivariat, didapatkan 2 variabel
yang berhubungan terhadap timbulnya perdarahan
postpartum, yaitu usia dan jarak antarkelahiran.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan usia risiko
tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) mempunyai risiko
mengalami perdarahan postpartum 3,266 kali lebih
besar dibanding ibu dengan usia risiko rendah (20-35
tahun) setelah dikontrol variabel jarak antarkelahiran.
Apabila dibandingkan pada analisis bivariat jarak
antarkelahiran tidak berhubungan secara statistik
terhadap timbulnya perdarahan postpartum, padahal
pada analisis multivariat jarak antarkelahiran juga
merupakan faktor risiko timbulnya perdarahan
postpartum. Hal ini bisa terjadi karena pada analisis
multivariat variabel-variabel lain ikut dianalisis
sekaligus, sehingga dapat dilihat perbandingan besar
pengaruh variabel independen tertentu terhadap variabel
dependen dibandingkan dengan variabel independen
lain.
Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun)
fungsi organ reproduksinya tidak optimal sehingga
dapat menyebabkan tonus otot rahim tidak adekuat.
Dampaknya dapat timbul perdarahan postpartum. Bila
jarak antarkelahiran dengan anak sebelumya 2 tahun,

kondisi otot rahim dan kesehatan ibu belum pulih


dengan baik, sehingga juga cenderung mengalami partus
lama dan perdarahan postpartum. Oleh karena itu, pada
ibu usia risiko tinggi dan jarak antar kelahiran 2 tahun
harus dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan
fasilitas dan pengawasan yang optimal sehingga
persalinannya dapat berjalan dengan baik.
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini dijumpai beberapa kendalakendala, diantaranya:
1. Tidak lengkapnya jumlah rekam medik yang
diperlukan, dikarenakan rekam medik yang tidak
bisa ditemukan di installasi rekam medik.
2. Tidak lengkapnya data yang tercantum dalam rekam
medik. Sebagian besar disebabkan karena pasien
merupakan rujukan dari fasilitas kesehatan lain,
sehingga data pengobatan sebelumnya tidak
tercantum dalam rekam medik. Data yang tidak
lengkap juga menyebabkan variabel lain yang dapat
mempengaruhi timbulnya perdarahan postpartum
seperti lama partus, anemia dalam kehamilan,
gangguan koagulasi darah tidak dapat diteliti.
3. Proses pencatatan rekam medik yang kurang rapi,
menyebabkan adanya rekam medik yang tidak dapat
terbaca. Pencataatan rekam medik juga terkadang
kurang akurat atau kurang teliti menyebabkan bias
informasi. Sehingga menyebabkan perbedaan hasil
data dibanding teori yang ada.
4. Keterbatasan waktu, sehingga jumlah sampel yang
bisa digunakan juga terbatas.

5. Simpulan
Berdasarkan penelitian dengan metode kasus kontrol
yang dilakukan di RSUD dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2013, dapat disimpulkanbahwa kasus
perdarahan postpartum primer lebih banyak daripada
kasus perdarahan postpartum sekunder. Etiologi
terbanyak kasus perdarahan postpartum adalah retensio
plasenta (33,67%).Distribusi usia risiko tinggi (<20
tahun dan >35 tahun) pada populasi kasus terdapat 29
(67,4%) sampel dibanding pada populasi kontrol
sebanyak 14 (32,6%) sampel. Sedangkan usia risiko
rendah (20-35 tahun) pada populasi kasus terdapat 72
(45,3%) sampel dibanding pada populasi kontrol
sebanyak 87 (54,7%) sampel.Ada hubungan antara usia
ibu risiko tinggi dan perdarahan postpartum dengan
kecenderungan 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan
postpartum dibanding usia ibu risiko rendah.Variabel
jarak antarkelahiran, berat badan lahir, gemeli, dan
riwayat perdarahan postpartum tidak memiliki
hubungan
bermakna
terhadap
perdarahan
postpartum.Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan
>35 tahun) memiliki risiko mengalami perdarahan
postpartum 3,266 kali lebih besar dibandingkan dengan

usia risiko rendah (20-35 tahun) setelah dikontrol


dengan variabel jarak antarkelahiran.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya dan semua pihak
yang membantu dalam upaya terlaksananya penelitian
ini.

Daftar Acuan
1.

Cunningham, F. G. et al. 2012. Obstetri Williams:


Perdarahan Obstetris (edisi ke-23). Terjemahan
oleh: Brahm, U. P. EGC: Jakarta, Indonesia, hal.795839.
2. WHO. 2008. Maternal Mortality. (http://who.int.
Diakses 15 Juli 2014).
3. Parisaei, Maryam, A. Shailendra, R. Dutta, J. A.
Broadbent. 2008. Obstetrics and Gynecology (edisi
ke-2). Elsevier: Amsterdam, Netherland.
4. Dewi, Rosma, M. Yamin. 2011. Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Perdarahan Postpartum. Jurnal
Kesehatan Volume II, Nomor 1, April 2011, hal.
290-298.
5. Christy, L. M. 2012. Karakteristik Perdarahan
Postpartum yang Dirujuk di Bagian Kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUP dr.Mohammad Hoesin.
Skripsi Sarjana Kedokteran pada Program Studi
Pendidikan Dokter Umum di Universitas Sriwijaya
yang tidak dipublikasikan.
6. Dina, D., A. Seweng, M. Nyorong. 2013. Faktor
Determinan Kejadian Perdarahan Postpartum di
RSUD Majene Kabupaten Majene. Stikes Bina
Bangsa Majene.35(2):5-9.
7. Manuaba I. B. G, Maunaba I. A. C, Manuaba I. G.
G. F. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. EGC: Jakarta, Indonesia.
8. Karkata, M. K. 2010. Perdarahan Pascapersalinan.
Dalam: A. B. Saifuddin, T. Rachimhadhi, G. H.
Wiknjosastro. (Editors). Ilmu Kebidanan (halaman
523-529). PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta, Indonesia.
9. Manuaba I. B. G, Maunaba I. A. C, Manuaba I. G.
G. F. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. EGC: Jakarta, Indonesia.
10. Suryani. 2007. Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin
dan Antenatal Care dengan Perdarahan Pasca
Persalinan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi.
Tesis Magister Kesehatan Masyarakat pada Program
Studi Magister Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan
Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, hal 50-52.
11. Sari, Anggita dan Sukamto. 2011. Kejadian
Perdarahan Postpartum di BLUD RS dr. H. Anshari

Shaleh Banjarmasin. Akademi Kebidanan Sari Mulia


Banjarmasin.
12. Wiknjosastro, G. H. 2009. Perdarahan Setelah Bayi
Lahir. Dalam: A. B. Saifuddin, T. Rachimhadhi, G.
H. Wiknjosastro. (Editors). Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
(halaman 173). PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, Indonesia.
13. Sher Zaman, Bushra, et al. (2007). Risk factors for
primary postpartum hemorrhage. Professional Med
J; 14(3): 378-381

14. Bratakoesoema, D. S. dan M. D. Angsar. 2011.


Perlukaan pada Alat-Alat Genital. Dalam: M. Anwar,
A. Baziad, R. P. Prabowo. (Editors). Ilmu Kebidanan
(halaman 325-326). PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, Indonesia.
15. Armagustini, Yetti. 2010. Determinan Kejadian
Komplikasi Persalinan di Indonesia. Tesis Magister
Kesehatan Masyarakat pada Program Pascasarjana
Kekhususan Kesehatan Reproduksi Universitas
Indonesia, hal 19-20.

Anda mungkin juga menyukai