Anda di halaman 1dari 25

Rasionalisme idealisme: suatu aliran filsafat yang cara pandangnya sama dengan

rasionalisme.
Relativisme pragmatisme
Falsifikanisme realism
Idealisme adalah:
o Orang yang menerima standar estetik, moral, dan religious. (kaum
perdamaian,
pemenang nobel).
o Orang yang memiliki kemampuan untuk memfisionisasikan (menggambarkan)
serta memperhatikan rencana dan program yang belum ada.
Landasan berfikir/dasar ada 6:
1. Menekankan aspek rohani/morl
2. Bersifat metafisis: konsep diri/ide/rohani/pemikiran adalah merupakan dunia
yang
3. Rohani yang realistis: berbeda dengan materialistis (1) materi adalah hasil
pemikiran (materi
adalah nyata); (2) berfikir mengikuti nyata.
Contohnya: ada kursi karena ada orang yang berfikir kebutuhan akan kursi.
4. Adanya harmoni antara dunia (alam) dan manusia, maksudnya selama dunia
dapat
menyesuaikan adanya manusia begitupun sebaliknya.
Contoh: manusia menciptakan jas hujan ketika musim hujan, sehingga terjadi
harmoni.
5. Manusia merupakan bagian integral dari kehidupan alam semesta, artinya
pada posisi yang
tinggi akan memposisikan dirinya sendiri dalam kondisi alam sehingga manusia
membentuk
struktur tersendiri.
Contoh: manusia dapat menyesuaikan dirinya dalam alam.
Prosesnya tergantung kemampuan berfikir manusia. Orang yang berfikirnya
cepat pasti akan

lebih tanggap dalam menemukan masalah.


6. Kesatuan organik; manusia memperhatikan tentang kesatuan organic dalam
kesatuan
manusia yang utuh dari dunia, artinya suatu proses adalah suatu kegiatan.
Kaum idealisme dibedakan menjadi 4 kelompok
1. Idealisme subyektif; artinya pikiran manusia
2. Idealisme obyektif
3. Idealisme personal
4. Idealisme physisi
1. (a) Idealisme subyektif disebut fenomentalisme: karena menekankan pada
aspek
mental. Menurut kaum ini apa yang ada di sekitar kita itu adalah
pikiran/ide/akal/konsep, artinya apa yang ada sebetulnya tidak ada. (b) bahwa
objek
pengalaman bukan materi tetapi merupakan suatu persepsi. (c) bahwa mereka
tidak
menolak apa yang ada tetapi mempersepsikan apa yang ada.2. Idealisme
Obyektif: apa yang dipikirkan itu yang kemudian ada. (Plato) bahwa dunia
pada dasarnya mempunyai suatu organisasi yang terstruktur dan ada
bentuknya.
Pengetahuan ditentukan oleh organisasi bentuk yang ada di alam semesta.
Pikiran
meneruskan apa yang ada di sekitar kita secara sistematis dan rasional sehingga
menjadi
nilai.
Contoh: apa yang ada itu yng kita pikirkan. Misalnya; kita melihat kursi kemudian
kita
dapat menggambarkan bentuk kursi tersebut.
Dapat disimpulkan juga apa yang ada di pikiran itu adalah tiruan kita dapat
menirukan.
3. Idealisme personal: pentingnya ketertiban objektif dalam alam semesta,
manusia akan
selalu menyesuaikan apa yang ada di sekitarnya sehingga terjadi ketertiban.

Contoh: orang berlalulintas tiba-tiba lampu merah, tanpa ad yang memberitahu


dia
berhenti.
4. Idealisme pranphysis: theology; bahwa manusia menghendaki sesuatu
ketertiban yang
sempurna di dalam kesempurnaan itulah yang diharapkan manusia, ada juga
yang
mengatakan bahwa Tuhan mendekati kesempurnaan.
4 argumentasi idealism
1. Mereka menganalisis apa yang ada dengan konsep pikirannya.
2. Sangat memperhatikan hakekat ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat
bagi
manusia.
3. Bahwa manusia lebih menekankan aspek struktur dalam kehidupan, artinya
manusia
yang tertib strukturnya bagus.
4. Manusia lebih menekankan pada moral manusia yang dominan walaupun
suatu system
sangat bagus, tetapi jika orangnya jelek maka system yang ada tidak bias
berjalan
dengan baik.
Pragmatisme selalu mengkritik pandangan yang lain. Pragmatism lebih
mengembangkan di
ilmu pengetahuan alam (biologi & ips). Pragmatisme pengalaman sebagai dasar
filsafat.
Instrumentalisme dan eksperimentalisme (William james, John Dewey, Arthur
Balfeur,
Hans Valhinger, Emanuel Kant, Charles R Peirce).
Penggunaan metode ilmiah modern dengan pengalaman sebagai dasar
filsafatnya, tujuan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan spirit ilmiah dalam mengatasi berbagai
masalah
manusia, etika, religi.

Menganggap pragmatism adalah aturan yang berdasar pengalaman untuk


Contoh: banyak orang berkerumun tiba-tiba ada orang melihat ke arah kita, dan
kita merasa
tidak enak hati.
(pendapat dari Emanuel Kant)Charles R Pierce, pertimbangan bagaimana
metafisis bisa dipecahkan, dan jika seseorang
memberikan perhatian pada konsekuensi yang praktis, jika tidak bisa dibuktikan
secara
empiris maka itu tidak bisa disebut kebenaran.
Ilmu pengetahuan empiris dan perubahan dunia beserta permasalahannya yang
ada pada
semesta sebagai kenyataan all inclusive IPA (biologi & ips).
Pada awalnya melihat benda; prinsip, kategori, keperluan, keadaan akhir, fakta,
keuntungan, konsekwensi.
Pragmatisme adalah: suatu sikap, metode dan filsafat yang menggunakan ide
dan keyakinan
praktis sebagai standar untuk menentukan kebenaran beserta nilainya.
Emmanuel Kant: aturan/standar untuk membedakan pemikiran yang berbeda di
balik
pengalaman.
- Mendekati hakekat moral dan minat untuk menetapkan keyakinan.
Contoh: misalnya pada saat wisudaada yang tertawa-tawa karena gembira,
tetapi ada
juga yang menangis karena terharu.
Charles S Pierce;
- Masalah metafisis bisa dipecahkan jika memberikan perhatian pada
konsekwensi ide
yang praktis.
- Ide dapat ditemukan dengan cara memasukkan gagasan ke dalam tes
eksperimental
serta mengobservasi hasilnya.

- Sesuatu yang benar dapat dikatakan benar jika sudah dapat dibuktikan secara
empiris.
Ada 2 konsep
1. Pragmatisme idealistis
2. Pragmatism optimistis
Dia menganggap kaum empiris adalah kaum yang kaku, yang mencintai fakta
dan bersifat
pesimis karena menganut paham.
Bisa bersifat rasionalisme dan empiris.
Menurut William James pragmatism ada 4 prinsip
1. Empirisme yang radikal
Maksudnya pragmatisme sebagai sikap yang memandang prinsip dan fakta
untuk
mengganti prinsip dan kategori yang sudah ada realitas bisa berubah.
Contoh: dahulu cacing dianggap binatang yang menjijikan, tapi dari fakta dan
pengalaman yang sudah ada sekarang cacing dapat dikonsumsi sebagai obat,
sehingga
berubahnya konsep pemikiran manusia.2. Kebenaran adalah apa yang
dikerjakan.
Kebenaran bersifat statis dan pasti tetapi James menolak kebenaran adalah
relative
artinya sesuatu yang dikerjakan/memuaskan karena kebenaran adalah sesuatu
yang
bermanfaat dalam pemikiran kita.
Contoh: kita menulis adalah suatu kebenaran karena kita kerjakan.
Menurut James teori bukan kebenaran melainkan instrument, karena teori buatan
manusia untuk memenuhi suatu kebutuhan, manusia suatu teori dikatakan benar
manakala memberikan hasil yang bermanfaat.
3. Adanya kebebasan dan meliorisme
James orang yang sangat gigih mempertahankan kebebasan moral, karena dia
berpendapat bahwa moralitas tumbuh dalam situasi kehidupan dengan didasari

kebaikan sebagai bentuk kepuasan dan dosa sebagai pemusnah.


Determinasi adalah pemalsuan pengalaman yang intelektualisme maksudnya
kita
memandang suatu teori itu adalah benar, tetapi diimplementasikan belum tentu
benar,
tetapi secara empiris itu adalah benar.
Contoh: ketika ada orang yang menagis, kita menganggap dia sedang menderita
itu
secara logika, tetapi ketika kita bertanya sedang bahagia.
4. Adanya kemauan untuk percaya
James menaruh perhatian kepada kaum religi, manusia sering dihadapkan pada
masalah yang frusial sehingga mengembalikan kepada yang ghaib.
Konsep John Dewey (instrumentalisme)
Ada 2 cara untuk menghindari bahaya:
1. Menenangkan alam/menyesuaikan diri dengan kekuasaan yang ada
disekitarnya.
2. Bahwa menciptakan alat untuk mengontrol kekuatan alam.
Tujuan filsafat
Mengorganisir kehidupan untuk aktivitas manusia yang lebih baik.Pandangan
John Dewey
1. Pengalaman adalah kunci bagi instrumentalisme, karena itu pengalaman
adalah drama
manusia. John Dewey menolak pengalaman. Pengalaman adalah rahasia
manusia untuk
menembus rahasia alam, dan apa yang Nampak adalah pengalaman.
Menurutnya dunia
selalu berubah dan bergerak secara konstan kearah kemajuan, sehingga
kehidupan
manusia tidak pernah berakhir selama ada temporalisme. Temporalisme adalah
gerak
dan perubahan yang nyata dalam waktu.
Contoh: dahulu kita menjadi mahasiwa, kemudian kita bekerja dan menjadi
pejabat,

kemudian kita kuliah lagi sehingga menjadi mahasiswa lagi.


2. Futurism: kecenderungan manusia untuk melihat ke masa yang akan dating,
karena
masa depan bukan merupakan pengulangan masa lalu melainkan masa yang
baru.
Meliorisme adalah: dunia dapat diperbaiki dengan upaya nyata, sesuatu tidak
berubah
apabila tidak berbuat.
Instrumental: berfikir adalah suatu kegiatan biologis, sehingga berfikir konsep
dokrit,
logika, dan filsafat bagian manusia untuk melindungi keberadaan. Berfikir
reflektif
muncul manakala ada permasalahan yang menghambat kebiasaan.
a. Intelegensi adalah alat untuk mencapai tujuan, tindakan yang
berkesinambungan.
b. Ide adalah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.
Teori ilmiah dibuat sesuai dengan minat dan tujuan
*) tujuan berfikir mengolah kembali realitas yang telah dialami melalui
ekperimen.
3. Alam diinterpretasikan sesuatu yang diperuntukan manusia, karena itu alam
tidak
rasional dan tidak irasional tetapi dapat difikirkan, dipahami dan dapat dikontrol.
Manusia tidak bisa hidup di luar kondisi alam sehingga harus menyesuaikan
dengan
alam.
4. Nilai kehidupan dapat diversifikasi dengan metode dan fakta tertentu.
Contoh: dahulu anak yang pendiam dianggap anak yang tidak mempunyai
kemauan.
5. Operasionalisme
a. Konsep hendaknya praktis dan empiris (brigh man), mengapa? Agar ada
kejelasan dalam Konsep hendaknya praktis dan empiris (brigh man), mengapa?
Agar ada kejelasan dalam ide

b. Presisi dalam makna

BAB III
FILSAFAT IDEALISME DAN REALISME
(Bahan Pertemuan Ke-4)
Idealisme dan realisme adalah dua faham filsafat yang saling bertentangan.
Idealisme telah dianut oleh tokoh-tokoh pemikir, baik dari Barat atau Timur
selama lebih dari dua ribu tahun. Selama pertengahan kedua dari abad ke-19,
idealisme merupakan filsafat Barat yang dominan. Di lain pihak, realisme,
dengan
asumsinya bahwa itu berdiri sendiri di luar pikiran manusia, telah diterima orang
sepanjang sejarah.
Realisme tidak pernah dipersoalkan oleh pemikir-pemikir Barat sampai
abad ke-17. Kebanyakan orang mengira diri mereka itu ada, di tengah-tengah
dunia benda-benda yang tidak ada hubungannya dengan mereka. Akal manusia
dan alam di luarnya saling mempengaruhi, tetapi interaksi ini tidak
mempengaruhi
watak dasar dari alam. Alam sudah ada sebelum fikiran manusia sadar akan
adanya dan akan tetap ada setelah akal tidak lagi menyadari akan adanya.
A. Idealisme
1. Definisi Idealisme
Kata idealis dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari
artinya dalam bahasa sehari-hari. Secara umum kata idealis berarti: (1) seorang
yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta
menghayatinya; (2) orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu
rencana atau program yang belum ada. Tiap pembaharu sosial adalah seorang
idealis dalam arti kedua ini, karena ia menyokong sesuatu yang belum ada.
Mereka yang berusaha mencapai perdamaian yang abadi atau memusnahkan
kemiskinan juga dapat dinamakan idealis dalam arti ini. Kata idealis dapat
dipakai
sebagai pujian atau olok-olok. Seorang yang memperjuangkan tujuan-tujuan
yang

dipandang orang lain tidak mungkin dicapai, atau seorang yang menganggap
sepi
fakta-fakta dan kondisi-kondisi suatu situasi, sering dinamakan idealis.
Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti biasa dari
kata ide daripada kata ideal. W.F. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa
kata-kata idea-isme adalah lebih tepat dari pada idealisme. Dengan ringkas
idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri atas ide-ide, fikiran-fikiran,
akal (mind) atau jiwa (selves) dan bukan benda material dan kekuatan.
Idealisme menekankan mind seagai hal yang lebih dahulu daripada materi.
Jika materialisme mengatakan bahwa materi adalah riil dan akal (mind)
adalah fenomena yang menyertainya, maka idealisme mengatakan bahwa akal
itulah yang riil dan materi adalah produk sampingan. Dengan begitu maka 19
idealisme mengandung pengingkaran bahwa dunia ini pada dasarnya adalah
sebuah mesin besar dan harus ditafsirkan sebagai materi, mekanisme atau
kekuatan saja.
Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang
mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya
dengan ide, fikiran atau jiwa. Dunia mempunyai arti yang berlainan dari apa
yang tampak pada permukannya. Dunia difahami dan ditafsirkan oleh
penyelidikan tentang hukum-hukum fikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh
metoda ilmu obyektif semata-mata.
Oleh karena alam mempunyai arti dan maksud, yang di antara aspekaspeknya
adalah perkembangan manusia, maka seorang idealis bependapat bahwa
terdapat suatu harmoni yang dalam antara manusia dan alam. Apa yang
tertinggi
dalam jiwa juga merupakan yang terdalam dalam alam. Manusia merasa
berada di rumahnya dalam alam; ia bukan orang asing atau makhluk ciptaan
nasib, oleh karena alam ini adalah suatu sistem yang logis dan spiritual, dan hal
itu tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang baik. Jiwa

(self) bukannya satuan yang terasing atau tidak riil, ia adalah bagian yang
sebenarnya dari proses alam. Proses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan
dirinya sebagai aktivitas, akal, jiwa atau perorangan. Manusia sebagai suatu
bagian dari alam menunjukkan struktur alam dalam kehidupannya sendiri.
Natur atau alam yang obyektif adalah riil dalam arti bahwa ada dan
menuntut perhatian dari dan penyesuaian diri dari manusia. Meskipun begitu,
alam tidak dapat berdiri sendiri, karena alam yang obyektif bergantung, sampai
batas tertentu, kepada mind (jiwa, akal). Kaum idealis percaya bahwa
manifestasi
alam yang lebih kemudian dan lebih tinggi adalah lebih penting dalam
menunjukkan sifat-sifat prosesnya daripada menifestasi yang lebih dahulu dan
lebih rendah.
Kaum idealis dapat mengizinkan ahli-ahli sains dan fisika untuk
mengatakan apakah materi itu, dengan syarat mereka tidak berusaha
menciutkan
segala yang ada dalam alam ini kepada kategori tersebut. Mereka juga bersedia
mendengarkan ahli-ahli biologi untuk melukiskan kehidupan dan
prosesprosesnya, dengan syarat bahwa mereka tidak menciutkan tingkat-tingkat
(level)
lainnya kepada tingkat biologi atau sosiologi.
Kaum idealis menekankan kesatuan organik dari proses dunia.
Keseluruhan dan bagian-bagiannya tidak dapat dipisahkan kecuali dengan
menggunakan abstraksi yang membahayakan, yakni yang memusatkan
perhatian
terhadap aspek-aspek tertentu dari benda dengan mengesampingkan aspekaspek
lain yang sama pentingnya. Menurut sebagian dari kelompok idealis, terdapat
kesatuan yang dalam, suatu rangkaian tingkatan yang mengungkapkan, dari
materi, melalui bentuk tumbuh-tumbuhan kemudian melalui binatang-binatang
hingga sampai kepada manusia, akal dan jiwa. Dengan begitu maka prinsip
idealisme yang pokok adalah kesatuan organik. Kaum idealis condong untuk

menekankan teori koherensi atau konsistensi dari percobaan kebenaran,

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latarbelakang

Melalui pemikiran filsafat, manusia dimungkinkan dapat melihat kebenaran tentang sesuatu
di antara kebenaran-kebenaran yang lain. Hal ini memungkinkan ia mencoba mengambil segala
kemungkinan informasi (alternatif), di antara alternatif kebenaran yang ada ketika itu. Dalam filsafat
umum ini dapat kita kembangkan apa pengertian, macam-macam idealisme beserta rasionalisme
secara luas.

Rumusan masalah
1. Apa pengertian idealisme ?
2. Sebutkan macam-macam idealisme ?
3. Apa pengertian rasionalisme ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian idealisme

Idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami
dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari idea, yaitu
sesuatu yang hadir dalam jiwa. [1]
Idealisme adalah para penganut paham naturalisme dan materialisme mengatakan bahwa
istilah-istilah yang mereka sarankan (materi, alam, dan sebagainya ) sudah cukup untuk memberikan
keterangan mengenai segenap kenyataan. Namun kiranya ada banyak orang benar-benar dapat
merasakan bahwa ada hal-hal serta gejala-gejala yang tidak dapat semata-mata diterangkan
berdasarkan pengertian alam.
Menurut G. Watts Cunningham, salah seorang di antara kaum idealisme yang terkemuka di
Amerika Serikat, bahwa idealisme adalah suatu ajaran kefilsafatan yang berusaha menunjukkan agar
kita dapat memahami materi atau tatanan kejadian-kejadian yang terdapat dalam ruang dan waktu
sampai pada hakekatnya yang terdalam, maka ditinjau dari segi logika kita harus membayangkan
adanya jiwa atau roh yang menyertainya dan yang dalam hubungan tertentu bersifat mendasari halhal tersebut.
Menurut Reese (1980) meringkaskan berbagai tipe filsafat idealisme sebagai berikut:[2]
1.

Schelling menamakan idealisme Fichte adalah idealisme subjektif karena bagi Fichte dunia adalah
suatu tempat memahami subjek. Solipsisme, suatu pandangan metafisika yang mengatakan bahwa
yang dapat dipahami hanyalah diri sendiri, dapat digolongkan kedalam idealisme subjektif. Fichte,
tokoh yang berpendapat bahwa kemauan moral (moral will) sebagai yang utama di dalam idealisme,
dianggap sebagai pendiri idealisme Jerman.

2.

Schelling menyebut filsafatnya pada masa pertengahan perkembangan pemikirannya idealisme


objektif karena menurut pendapatnya, alam adalah sekadar inteligensi yang dapat dilihat. Kalau
begitu, maka seluruh filosof yang berusaha mengidentifikasi realitas dengan idea, rasio, atau spirit,
seperti Berkeley dan seluruh filosof panpsikisme, dapat digolongkan kedalam jalur idealisme objektif.

3.

Howison menyebut filsafatnya idealisme personal

4.

Ward menyebut posisinya idealisme teistis

5.

Paulsen menyebut filsafatnya idealisme monistis

6.

Sorley menamakan sistemnya idealisme etis

a.

Alam sebagai sesuatu yang bersifat rohani


Secara umum dapat dikatakan dua macam kaum idealis: kaum spiritual dan kaum dualisme.
Para penganut paham spiritualisme berpendirian bahwa segenap tatanan alam dapat dikembalikan
kepada atau berasal dari sekumpulan roh yang beraneka ragam dan berbeda-beda derajatnya.

b.

Tingkat-tingkat alam
Pendirian bahwa alam semesta dapat dipulangkan kepada atau berasal dari roh ditolak oleh
kaum idealisme macam kedua, yaitu menganut paham dualisme. Kaum idealis yang dualistis
menyatakan bahwa yang terdalam ialah jiwa semesta, tetapi mereka pun menyatakan pendapat
umum bahwa alam merupakan tatanan yang mempunyai tingkat-tingkat yang berbeda-beda.

c.

Penalaran yang didasarkan atas makna


Menurut Wilbur M. Urban, seorang penganut idealisme yang lain dewasa ini, berpendirian,
semua penganut paham idealisme tentu bersepakat bahwa dunia kita ini mengandung makna. Tetapi
apa yang dinamakan makna senantiasa terdapat di dalam suatu sistem yang merupakan kebulatan.
Karenanya kalau memang dunia kita ini mengandung makna, maka dunia tersebut harus merupakan
suatu sistem, suatu kebulatan logis (spiritual).
Suatu makna jika hendak dikatakan makna harus diketahui terlebih dahulu; suatu nilai jika
hendak dikatakan nilai harus mendapat penghargaan. Kiranya dapat di simpulkan bahwa karena di
dunia terdapat makna dan nilai, maka yag sedalam-dalamnya ialah sejenis jiwa yang dapat
mengetahui makna-makna tadi dan yang dapat memberikan penghargaan kepada nilai-nilai sesuatu
yang sedalam-dalamnya dari alam semesta, meskipun bukan merupakan substansi yang terdalam.

d.

Jiwa dan Nilai


Menurut Urban jiwa dan roh bukanlah di lihat dari alat-alat indrawi kita karena jiwa dan roh
merupakan hal yang terdalam dan tidak berasal dati hal yang mana pun juga. Sedangkan menurut
William E. Hocking, jiwa adalah sesuatu yang bersifat yang sungguh ada dan yang mungkin ada.
Setiap hal yang bersifat fisik senantiasa termasuk dalam salah satu segi dari pasangan-pasangan di
atas, dan tidak sekaligus termasuk dalam kedua macam segi (jiwa dan roh); setiap hal semacam ini
senantiasa merupakan fakta yang sungguh ada pada masa kini. Maka yang membedakan jiwa dari
setiap objek alam ini adalah bahwa jiwa selain merupakn sebagai sandaran yang mungkin adanya
nilai-nilai di masa depan. Kegiatan kakikinya ialah mempertautkan niali-nilai yang mungkin terdapat di
masa depan dengan fakta yang sugguh ada di masa kini dan menurut hemat saya hanya jiwalah

yang dapat melakukan semua itu. Jiwa itulah yang merupakan satu-satunya alat yang dapat
mewujudkan kemungkinan-kemungkinan di masa depan .
B. Pengertian Rasionalisme
Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting dalam
memperoleh pengetahuan dan pengetes pengetahuan. Menurut aliran rasionalis, suatu pengetahuan
diperoleh dengan cara berfikir. [3]
Para tokoh aliran rasionalisme, di antaranya adalah Descartes (1596-1650 M), Spinoza (16321677 M), dan Leibniz (1646-1716 M).
Rasionalisme ada dua macam: dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang
agama rasionalisme adalah lawan otoritas, dalam filsafat rasioanalisme adalah lawan empirisme.
Rasional dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. sedang rasional
filsafat terutama berguna sebagai teori pengetahuan. Hanya saja, empirisme mengatakan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan jalan mengetahui objek empirisme, sedangkan rasionalisme
mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir, pengetahuan dari empirisme
dianggap sering menyesat. Adapun alat berfikir adalah kaidah-kaidah yang logis.[4]
a. pemikiran Rene Descartes
1.

Metode Filsafat Rene Descartes


Segala sesuatu perlu dipelajari, tetapi diperlukan metode yang tepat untuk mempelajari. Ia
mengatakan bahwa mempelajari filsafat membutuhkan metode tersendiri agar hasilnya benar-benar
logis. Ia mendapatkan metode yang dicarinya itu, yaitu dengan menerapkan metode keragu-raguan,
artinya keragu-raguan ini harus meliputi seluruh pengetahuan yang dimiliki, termasuk juga kebenarankebenaran yang sampai kini dianggapnya sudah final dan pasti.
Dalam karya Descartes, ia menjelaskan pencarian keberanan melalui metode keragu-raguan.
Karyanya yang berjudul A Discourse on Methode mengemukakan perlunya memerhatikan empat hal
sebagai berikut:

1.

Kebenaran baru dinyatakan shaheh jika telah benar-benar indrawi dan realitasnya telah jelas dan
tegas, sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkan.

2.

Pecahkanlah setiap kesulitan itu sampai sebanyak mungkin, sehingga tidak ada suatu keraguan
apa pun yang mampu merobohkannya.

3.

Bimbinglah pikiran dengan teratur, dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah diketahui,
kemudian secara bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.

4.

Dalam proses pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat perhitunganperhitungan yang sempurna serta pertimbangan pertimbangan yang menyeluruh, sehingga
diperoleh keyakinan bahwa tidak ada satu pun yang mengabagaikan dalam penjajahan itu .
2. Ide-ide Bawaan
Yang paling fundamental dalam mencari kebenaran adalah senantiasa merujuk kepada
prinsip Cogito ergo sum. Hal tersebut disebabkan oleh keyakinan bahwa dalam diri sendiri,

kebenaran lebih terjamin dan terjaga. Dalam diri sendiri terdapat tiga ide bawaan saya sejak lahir
yaitu: 1. Pemikiran, 2. Allah, 3. Keluasan.
1.

Pemikiran. Sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berpikir, harus diterima juga
bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.

2.

Allah sebagai wujud yang sama sekali sempurna. Karena saya mempunyai ide sempurna, mesti
ada suatu penyebab sempurna untuk ide itu karena akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud
yang sempurna itu tidak lain dari pada Allah

3.

Keluasan. Materi sebagai keluasan atau ekstensi, sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari
oleh ahli-ahli ilmu ukur.
3. Substansi
Descartes menyimpulkan bahwa selain Allah, ada dua substansi: pertama, jiwa yang
hakikatnya adalah pemikiran.Kedua, materi yang hakikatnya adalah keluasan.
4. Manusia
Descartes memandang manusia sebagai makhluk dualitas. Manusia terdiri dari dua substansi:
jiwa dan tubuh. Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan.
b. Pemikiran De Spinoza
De Spinoza memiliki cara berfikir yang sama dengan Rene Descartes, ia mengatakan bahwa
kebenaran itu berpusat pada pemikiran dan keluasan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasan
adalah tubuh, yang eksistensinya bersamaan.
c. Leibniz
Menurutnya substansi ialah prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat
dirumuskan, sesuatu harus mempunyai alasan.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami
dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari idea, yaitu
sesuatu yang hadir dalam jiwa.

Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting dalam
memperoleh pengetahuan dan pengetes pengetahuan. Menurut aliran rasionalis, suatu pengetahuan
diperoleh dengan cara berfikir.

PENDAHULUAN
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa
pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi
dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut sebagai lawan
dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed back realisme yang
menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Secara logika, antara idealisme dan realisme tidak bisa dipertentangkan. Sebab,
pencetus idealisme (Plato) adalah murid dari pencetus realisme (Socrates). Jika demikian,
apakah mungkin Plato seorang idealis yang juga realis? Dengan pertanyaan lain, apakah
Sokrates yang realis juga seorang idealis? Apa sesungguhnya hakekat ide dan riil atau materi
itu?
Idealisme menganggap, bahwa yang konkret hanyalah bayang-bayang, yang terdapat
dalam akal pikiran manusia. Kaum idealisme sering menyebutnya dengan ide atau gagasan.
Seorang realisme tidak menyetujui pandangan tersebut. Kaum realisme berpendapat bahwa
yang ada itu adalah yang nyata, riil, empiris, bisa dipegang, bisa diamati dan lain-lain.
Dengan kata lain sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa diindrakan (bisa diterima oleh
panca indra).
Dalam konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan pemikiran atau ide tertinggi.
Secara kelembagaan institusional, maka pendidikan akan didominasi oleh fakultas atau
jurusan filsafat dan pemikiran pendidikan. Di ranah pendidikan dasar, akan didominasi oleh
konsep-konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif tentang segala sesuatu. Tetapi,
menurut psikologi perkembangan peserta didik terdapat tahap-tahap perkembangan
pemikiran siswa.
Metode yang digunakan oleh aliran idealisme adalah metode dialektik, syarat dengan
pemikiran, perenungan, dialog, dan lain-lain. Kurikulum yang digunakan dalam aliran
idealisme adalah pengembangan kemampuan berpikir, dan penyiapan keterampilan bekerja
melalui pendidikan praktis.
Evaluasi yang digunakan dalam aliran idealisme adalah dengan evaluasi esay. Dimana
evaluasi esay ini sangat efektif dalam proses belajar mengajar dan dalam meningkatkan
keterampilan peserta didik dalam mengerjakan soal.
Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia.
Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan,
idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal

tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan
pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal
pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam makalah
ini, penulis akan mencoba menguraikan lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan aliran
filsafat idealisme.
Berdasarkan problematika di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1) Apa paradigma idealisme dalam menentukan kebenaran dan apa ide
tertinggi itu?
2) Bagaimana implikasi idealisme dalam pendidikan, khususnya jika ditinjau
dari tujuan, kurikulum, metode dan evaluasi?
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikansebelumnya, maka makalah ini
ditulis dengan tujuan untuk mengetahui paradigma berfikir aliran filsafat idealisme dalam
menentukan kebenaran dan maksud dari ide tertinggi tersebut. Selanjutnya untuk mengetahui
implikasi idealisme terhadap pendidikan, jika ditinjau dari tujuan pendidikan, kurikulum,
metode pembelajaran dan evaluasi pendidikan secara umum.
PEMBAHASAN
1. Hakekat Aliran Idealisme
A. Latar Belakang (Sejarah) Aliran Idealisme
Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah
pemikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat barat kita temui dalam bentuk ajaran yang
murni dari Plato. Plato menyatakan bahwa alam cita-cita itu adalah yang merupakan
kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanya berupa bayangan
saja dari alam ide.
Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan
alam ide sebagai suatu tenaga yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya
dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa paham idealisme sepanjang masa tidak
pernah hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang
disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung para filosof yang mengakui aliran serba dua (dualisme) seperti
Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan,
maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan.
Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut idealisme
yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang
mendalam. Puncak jaman idealisme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode idealisme.
Secara historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum masehi oleh
Plato (427-347 SM).Semasa Plato hidup kota Athena adalah kota yang berada dalam kondisi
transisi (peralihan). Peperangan bangsa Persia telah mendorong Athena memasuki era baru.
Seiring dengan adanya peperangan-peperangan tersebut, perdagangan dan perniagaan tumbuh
subur dan orang-orang asing tinggal diberbagai penginapan Athena dalam jumlah besar untuk
meraih keuntungan mendapatkan kekayaan yang melimpah. Dengan adanya hal itu, muncul
berbagai gagasan-gagasan baru ke dalam lini budaya bangsa Athena. Gagasan-gagasan baru
tersebut dapat mengarahkan warga Athena untuk mengkritisi pengetahuan & nilai-nilai
tradisional. Saat itu pula muncul kelompok baru dari kalangan pengajar
(para Shopis. Ajarannya memfokuskan pada individualisme, karena mereka berupaya
menyiapkan warga untuk menghadapi peluang baru terbentuknya masyarakat niaga.
Penekanannya terletak pada individualisme, hal itu disebabkan karena adanya pergeseran dari
budaya komunal masa lalu menuju relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.

Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan terusmenerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia merumuskan kebenaran sebagai
sesuatu yang sempurna dan abadi(eternal). Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi
keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak bisa
ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana
terdapat kebenaran yang universal dan dapat disetujui oleh semua orang. Contohnya dapat
ditemukan pada matematika, bahwa 5 + 7 = 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran
apriori), contoh tersebut sekarang benar, dan bahkan di waktu yang akan datang pasti akan
tetap benar.
Idealisme dengan penekanannya pada kebenaran yang tidak berubah, berpengaruh pada
pemikiran kefilsafatan. Selain itu, idealisme ditumbuh kembangkan dalam dunia pemikiran
modern. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene Descartes (1596-1650), George Berkeley (16851753), Immanuel Kant (1724-1804) dan George W. F. Hegel (1770-1831). Seorang idealis
dalam pemikiran pendidikan yang paling berpengaruh di Amerika adalah William T. Harris
(1835-1909) yang menggagas Journal of Speculative Philosophy. Ada dua penganut idealis
abad XX yang telah berjuang menerapkan idealisme dalam bidang pendidikan modern, antara
lain: J. Donald Butler dan Herman H. Horne. Sepanjang sejarah, idealisme juga terkait
dengan agama, karena keduanya sama-sama memfokuskan pada aspek spiritual dan
keduniawian lain dari realitas.
Tokoh-tokoh Idealisme :
1). Plato (477 -347 Sb.M)
Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas
ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang
telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga
dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala
sesuatu yang dialami sehari-hari.
2). Immanuel Kant (1724 -1804)
Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana paham ini
menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap sebagai
miliknya sendiri melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita. Dapat disimpulkan
bahwa filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman tentang sesuatu itu
datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah pengalaman.
3). Pascal (1623-1662)
Kesimpulan dari pemikiran filsafat Pascal antara lain :
a) Pengetahuan diperoleh melalaui dua jalan, pertama menggunakan akal
dan kedua menggunakan hati.
b) Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu
dijangkau olehpikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut
Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta
mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak akan
mampu dijadikan alat untuk memahami manusia. Menurutnya alat-alat
tersebut hanya mampu digunakan untuk memahami hal-hal yang bersifat
bebas kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten. Karena ketidak
mampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk memahami manusia, maka
satu-satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama. Karena
dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau pikirannya
sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walaupun bersifat
abstrak.

c)

Filsafat bisa melakukan apa saja, namun hasilnya tidak akan pernah
sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada iman. Filsafat bisa
menjangkau segala hal, tetapi tidak bisa secara sempurna. Karena setiap
ilmu itu pasti ada kekurangannya, tidak terkecuali filsafat.
4). J. G. Fichte (1762-1914 M.)
Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M). Pada tahun
1810-1812
M,
ia
menjadi
rektor
Universitas
Berlin.
Filsafatnya
disebutWissenschaftslehre (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhana pemikiran Fichte:
manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindra objek tersebut,
manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya
untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang
dipikirkannya.
5). F. W. S. Schelling (1775-1854 M.)
Schelling telah matang menjadi seorang filsuf disaat dia masih amat muda. Pada tahun
1798 M, dalam usia 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Dia adalah
filsuf Idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan
idealisme Hegel.
Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai identitas murni
atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara yang subyektif dengan yang
obyektif. Yang mutlak menjelmakan diri dalam 2 potensi yaitu yang nyata (alam sebagai
objek) dan ideal (gambaran alam yang subyektif dari subyek). Yang mutlak sebagai identitas
mutlak menjadi sumber roh (subyek) dan alam (obyek) yang subyektif dan obyektif, yang
sadar dan tidak sadar. Tetapi yang mutlak itu sendiri bukanlah roh dan bukan pula alam,
bukan yang obyektif dan bukan pula yang subyektif, sebab yang mutlak adalah identitas
mutlak atau indiferensi mutlak.
Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal adalah sebagai
identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan objektif sama atau tidak ada
perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau ide) sebagai subjek, keduanya saling
berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa dikatakan hanya alam saja atau jiwa
saja, melainkan antara keduanya.
6). G. W. F. Hegel (1770-1031 M.)
Ia belajar teologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791 memperoleh gelar
Doktor. Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang
diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak
mutlak. Yang mutlak itu roh atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia
akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide (berpikir).

B.

Esensi Aliran Idealisme


Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa
Inggris yaituIdealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalismatau imaterialisme. Istilah
ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18. Leibniz
memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, secara bertolak belakang dengan
materialisme Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci masuk hakekat realitas.
Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme dapat
diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya
dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut paham ini, objek-objek fisik
tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.
Ada pendapat lain yang mengatakan, idealisme berasal dari bahasa latin idea, yaitu
gagasan, ide. Sesuai asal katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan buah
mental. Terdapat aliran filsafat yang beranggapan, yang ada yang sesungguhnya adalah yang

ada dalam budi, yang hadir dalam mental. Karena hanya yang berbeda secara demikian yang
sempurna, utuh, tetap, tidak berubah dan jelas. Itu semua adalah idealisme.
William E. Hocking, seorang penganut idealisme modern, mengungkapkan bahwa,
sebutan ide-ismekiranya lebih baik dibandingkan dengan idealisme. Hal itu benar, karena
idealisme lebih berkaitan dengan konsep-konsep abadi (ideas), seperti kebenaran,
keindahan, & kemuliaan daripada berkaitan dengan usaha serius dengan orientasi keunggulan
yang bisa dimaksudkan ketika kita berucap, Dia sangat idealistik.
Idealisme mempunyai pendirian bahwa kenyataan itu terdiri dari atau tersusun atas
substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide-ide. Alam fisik ini tergantung dari jiwa
universal atau Tuhan, yang berarti pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut.
Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran, akal-pikir
atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek & daya-daya material.
Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi, &
bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah
akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan dengan
materialisme yang berpendapat bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan akal-pikir (mind)
adalah sebuah fenomena pengiring.
Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah :
a) metafisika-idealisme: secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah
spiritual dan rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan
yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang lebih
berperan.
b) humanologi-idealisme: jiwa dikaruniai kemampuan berpikir yang dapat
menyebabkan adanya kemampuan memilih.
c) epistimologi-idealisme: pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi
dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin
dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang
cemerlang.
d) aksiologi-idealisme: kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban
moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.
Demikian kemanusiaan merupakan bagian dari ide mutlak, Tuhan sendiri. Idea yang
berpikir sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Gerak ini menimbulkan tesis
yang dengan sendirinya menimbulkan gerak yang bertentangan, anti tesis. Adanya tesis dan
anti tesisnya itu menimbulkan sintesis dan ini merupakan tesis baru yang dengan sendirinya
menimbulkan anti tesisnya dan munculnya sintesis baru pula.
Demikian proses roh atau ide yang disebut Hegel dialektika. Proses itulah yang
menjadi keterangan untuk segala kejadian. Proses itu berlaku menurut hukum akal.Jadi
semua yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil. Maksudnya luasnya
rasio sama dengan luasnya realitas, sedangkan realitas menurut Hegel adalah proses
pemikiran (ide).
Prinsip-prisip Idealisme :
a) Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas substansi sebagaimana
gagasan-gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut idealisme, dunia
beserta bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu sistem yang
masing-masing unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu
totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
b) Realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran
yang hakiki, melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang ada dalam
jiwa manusia.

c) Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma


lebih berharga dan lebih tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia.
Roh pada dasarnya dianggap sebagai suatu hakikat yang sebenarnya,
sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau
sukma. Demikian pula terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa.
d) Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo sentris (berpusat kepada
Tuhan), kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan
kepada norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak. Oleh karena
nilai-nilai idealisme bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum idealisme
mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari
kejadian alam semesta ini.
C. Idealisme Dalam Pendidikan
Aliran idealisme terbukti cukup banyak berpengaruh dalam dunia pendidikan.
William T. Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat
berpengaruh di Amerika Serikat. Idealisme terpusat tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah
satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme.
Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai
kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan alam semata.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa
menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis,
dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan
antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan
individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan
dengan Tuhan.
Guru dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai:
1) Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru
merupakan wahana atau fasilitator yang akan mengantarkan anak didik
dalam mengenal dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas
pembelajaran.
2) Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa.
Artinya, seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari
pada anak didik.
3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang
guru harus mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk
mengembangkan suatu model pembelajaran, baik dari segi materi dan
yang lainnya.
4) Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid.
Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu
karakter dan kewibawaan yang berbeda dengan guru yang lain.
5) Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus
mempunyai potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi
dengan anak didik.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih
memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran
yang textbook. Agar pengetahuan dan pengalamannya aktual. Sedangkan implikasi Aliran
Idealisme dalam Pendidikan yaitu :

1)

Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau


kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
2) Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan
pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
3) Metode, diutamakan metode dialektika(saling mengaitkan ilmu
yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat
dimanfaatkan.
4) Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan
kemampuan dasarnya.
5) Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan
melalui kerja sama dengan alam.
Implementasi Idealisme dalam Pendidikan:
1) Pendidikan bukan hanya mengembangkan dan menumbuhkan, tetapi
juga harus menuju pada tujuan yaitu dimana nilai telah direalisasikan ke
dalam bentuk yang kekal dan tak terbatas.
2) Pendidikan adalah proses melatih pikiran, ingatan, perasaan. Baik untuk
memahami realita, nilai-nilai, kebenaran, maupun sebagai warisan sosial.
3) Tujuan pendidikan adalah menjaga keunggulan kultural, sosial dan
spiritual.Memperkenalkan suatu spirit intelektual guna membangun
masyarakat yang ideal.
4) Pendidikan idealisme berusaha agar seseorang dapat mencapai nilai-nilai
dan ide-ide yang diperlukan oleh semua manusia secara bersama-sama.
5) Tujuan pendidikan idealisme adalah ketepatan mutlak. Untuk itu,
kurikulum seyogyanya bersifat tetap dan tidak menerima perkembangan.
6) Peranan pendidik menurut aliran ini adalah memenuhi akal peserta didik
dengan hakekat-hakekat dan pengetahuan yang tepat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan penulis di atas, dapat disimpulkan bahwa Idealisme merupakan
salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat
dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Tokoh tokoh dalam idealisme diantaranya
yaitu: Rene Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (17241804), F. W. S. Schelling (1775-1854), dan George W. F. Hegel (1770-1831). Seorang idealis
dalam pemikiran pendidikan yang paling berpengaruh di Amerika adalah William T. Haris
yang menggagasjournal of speculative philosophy.
Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai tujuan untuk membentuk
karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.Kurikulum,
pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk
memperoleh pekerjaan. Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang
satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan. Peserta
didik bebasuntuk
mengembangkan
kepribadian,
bakat
dan
kemampuan
dasarnya. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui
kerja sama dengan alam.
Daftar Pustaka
Barnadib, Imam. (1988). Filsafat Pendidikan.Yogyakarta: IKIP.
Ihsan , A. Fuad. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.

Knight, George R. (2007). Filsafat Pendidikan.Yogyakarta: Gama Media.


Laili.
(2012). Idealisme (http://laili-masruroh.blogspot.com/2012/12/filsafat-pendidikan-aliranidealisme.html diunduh pada tanggal 14 Desember 2013)
Tafsir, Ahmad. (2000). Filsafat Umum. Bandung:Rosdakarya.

DAFTAR PUSTAKA

Louis O. Kattsoff., Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: 1992) Tiara Wacana


Ahmad Tafsir,. Filsafat Umum , Bandung: 2010, PT. Remaja Rosdakarya
Hendi Suhendi., Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofilosofi , Bandung: 2008, Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai