bahwa pekerjaan harus selesai pada tanggal (). Ini mirip, tapi belum tentu bermakna
sama.
Adanya penjelasan terminologi istilah dalam Pasal 1.1 SSUK bermaksud agar dengan
istilah yang diberikan dalam kontrak dapat dipahami sama oleh kedua belah pihak.
Sehingga istilah yang digunakan harusnya tidak berubah sedikitpun. Jika tanggal
pekerjaan harus selesai diisi dengan tanggal akhir pelaksanaan tanpa masa
pemeliharaan, maka terjadilah konflik dalam kontrak karena dalam SSKK disebutkan
tentang ketentuan masa pemeliharaan. Andaikan demikian dan dipersepsikan bahwa
masa berlaku kontrak adalah penyelesaian pekerjaan tanpa masa pemeliharaan
berdasarkan SSUK Pasal 1.1, berarti Penyedia Jasa sudah tidak berkewajiban
memelihara pekerjaan selama masa pemeliharaan karena kontrak sudah tidak berlaku?
Inilah konflik kontrak tersebut, apalagi hak dan kewajiban masing-masing pihak setelah
pelaksanaan pekerjaan atau pada masa pemeliharaan masih cukup banyak (kurang
lebih ada 13 pasal jika mengacu pada standart kontrak Bappenas). Rasanya tidak
mungkin mengabaikan 13 pasal karena interpretasi yang kurang pas mengenai masa
berlaku kontrak pada 1 pasal.
Kita ketahui bahwa berdasarkan UUJK No. 18 Thn 1999 tentang Jasa Konstruksi, Pasal
4 ayat (3) bahwa Usaha pelaksanaan konstruksi memberikan layanan jasa pelaksanaan
dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari
kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi dan Penjelasan atas UUJK No. 18 Thn 1999 tentang Jasa Konstruksi, Pasal
22 ayat (2) Huruf b Paragraf ketiga Batasan waktu pelaksanaan adalah jangka waktu
untuk menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan termasuk masa pemeliharaan.
Berdasarkan UUJK sudah jelas bahwa masa pelaksanaan adalah jangka waktu untuk
menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan. UUJK tidak secara jelas menyatakan
masa berlaku kontrak, tapi cukup tegas menyatakan bahwa masa pelaksanaan adalah
harus termasuk masa pemeliharaan. Jika dikaitkan dengan Pasal 1.1 SSUK tentang
terminologi Tanggal Penyelesaian, maka berarti masa kontrak adalah hingga selesai
masa pemeliharaan.
Pada kasus kedua, akan sering menimbulkan perbedaan persepsi / interpretasi
mengenai pasal yang berupa hak dan kewajiban dalam masa pemeliharaan. Sedikit
beruntung, dalam SSUK Pasal 1.3 tentang Hukum yang berlaku disebutkan bahwa
keabsahan, interpretasi, dan pelaksanaan kontrak didasarkan kepada hukum Republik
Indonesia dan diperkuat PP No No.29 Thn 2000 (Salah satu dasar hukum kontrak
sesuai Surat Perjanjian) tentang Penyelenggaraan Konstruksi, Pasal 23 (6) disebutkan
bahwa kontrak kerja kontruksi tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia. Sehingga
acuan dalam hal terjadi perbedaan interpretasi haruslah mengacu pada ketentuan
hukum yang berlaku yang dalam hal ini adalah UUJK No. 18 Tahun 1999. Sehingga
pada kasus kedua, masa kontrak seharusnya adalah hingga penyerahan kedua.
Hingga disini kita cukup yakin bahwa masa berlaku kontrak adalah hingga penyerahan
kedua. Lalu, bagaimana dengan contoh kasus yang pertama? Ternyata masih ada
konflik kontrak untuk pasal tertentu yang spesifik. Kewajiban penyedia jasa untuk
menjamin umur bangunan selama 10 tahun bisa jadi adalah satu-satunya pasal
kewajiban yang masih ada setelah penyerahan kedua. Bagaimana kita seharusnya
menyikapi masalah ini?
Saya petik salah satu putusan BANI mengenai masa berlakunya kontrak atas gugatan
Siemens atas Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai berikut:
1.
yang saya temukan? saya justru tidak menemukan satu pasal pun yang menjelaskan
mengenai masa berlakunya kontrak. Surprise..!
Ternyata standart kontrak internasional tidak secara khusus menyebutkan masa
berlakunya kontrak. Saya berpendapat bahwa hal ini berarti kontrak berakhir apabila
seluruh hak dan kewajiban masing-masing pihak telah dipenuhi dan dijalankan dengan
baik berdasarkan aturan main dalam pasal-pasalnya atau jika terjadi pemutusan
kontrak.
Pembahasan panjang lebar mengenai masa berlakunya kontrak pada akhirnya berujung
pada suatu pemikiran sederhana bahwa pada dasarnya kontrak adalah bentuk perikatan
antara kedua belah pihak yang berisi hak dan kewajiban masing-masing pihak yang
diikat dalam bentuk perjanjian sedemikian tentunya harus dipenuhi oleh kedua belah
pihak. Kesimpulan ini berarti memahami kontrak dapat dilakukan dengan sudut
pandang rasional yang sebenarnya sederhana saja dan gampang dipahami. Tidak perlu
repot-repot.
Saya cukup yakin banyak kasus akibat adanya ketentuan mengenai masa berlakunya
kontrak dan aplikasi atas standart kontrak Bappenas dan LKPP. Kasus-kasus tersebut
seyogyanya menjadi masukan bagi pihak terkait terutama pemerintah untuk
memperbaiki standart kontrak yang ada. Ingat, seperti yang disebutkan di awal bahwa
benturan adalah sumber ilmu dan sebaik-baik guru adalah pengalaman. Semoga
bermanfaat.