Anda di halaman 1dari 2

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN

NONKUOTA (JAMKESDA DAN SPM)


(Studi di Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar)
Dalam sudut pandang teoritis, keempat variabel model implementasi George C. Edward III dalam
implementasi program Jaminan Kesehatan Maskin Nonkuota (SPM dan Jamkesda) telah terpenuhi
namun masih ada kekurangan yang sering ditemukan, yaitu sebagai berikut:
a. Komunikasi
Komunikasi secara umum telah dijalankan dengan baik dan optimal me-nggunakan media visual
maupun audio-visual. Komunikasi dilakukan antara sesama aktor pelaksana kebijakan dan antara
pelaksana kebijakan dengan ma-syarakat. Masih banyaknya warga tuna aksara sedikit menghambat
komunikasi tapi dapat teratasi dengan komunikasi lisan dengan petugas jaga.
b. Sumber daya
Sumber daya manusia yang ber-tanggung jawab mengelola program Jamkesda dan SPM cukup memadai
dan berkinerja baik, meskipun hanya terdiri dari pegawai di Bidang Pengembangan Sumber Daya
Manusia (PSDK) terutama Seksi Pembiayaan Kesehatan ditambah dengan dua tenaga honorer sebagai
verifikator administrasi di RSUD Ngudi Waluyo.
Sumber daya kesehatan atau fasilitas kesehatan di puskesmas dan di RSUD Ngudi Waluyo milik
Kabupaten Blitar masih membutuhkan tambahan fasilitas medis yang lebih lengkap untuk perawatan
tingkat lanjut, sehingga masih banyak pasien yang harus dirujuk ke Rumah Sakit Provinsi yang lebih
lengkap fasilitasnya.
c. Disposisi
Para pelaksana pengelola Jamkesda dan SPM Kabupaten Blitar telah dipilih dan diangkat sesuai dengan
kemampuan dan dedikasi yang dimiliki dan dipertimbangkan secara selektif oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar kemudian dikontrol melalui beberapa kegiatan rapat koordinasi. Akan tetapi
tidak ada insentif khusus yang diberikan kepada pelaksana kegiatan, mereka hanya mendapatkan gaji
pokok bulanan biasa.
d. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi yang digunakan adalah struktur organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar
khususnya di Bidang PSDK bagian Pembiayaan Kesehatan. Selain itu juga telah ditentukan Standard
Operating Procedure (SOP) dan Standar Pelayanan Minimal di dalam Perbup No. 28 Tahun 2012 yang
dapat diterapkan cukup baik oleh pelaksana kebijakan. Sehingga mereka melaksanakan tugas sesuai
dengan we-wenang, tugas pokok dan fungsi yang diamanatkan dalam peraturan.
Dengan demikian beberapa saran yang dapat diberikan, di antaranya:
1. Diharapkan Pemerintah Kabupaten Blitar untuk tetap mempertahankan penye-lenggaraan Jaminan
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Nonkuota (Jamkes-da/SPM) ini terkait masih banyaknya
Maskin atau yang jatuh miskin yang tak terdata dan membutuhkan SPM untuk pengobatannya.
2. Terkait dengan data kepesertaan kartu jamkesmas dan jamkesda yang baru (Tahun 2013) seharusnya
secepatnya ditetapkan, agar pasien yang berobat tidak perlu bersusah-payah mengurus administrasi SPM
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar sebaiknya menambah jumlah tenaga medis seperti dokter, perawat,
dan bidan sekaligus membina yang sudah ada agar kinerjanya lebih baik dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan pasien.
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar sebaiknya mengatur kembali anggaran pembiayaan atau APBD
yang digunakan untuk membiayai program jaminan ke-sehatan baik Jamkesmas, Jampersal dan
Jamkesda atau SPM sehingga tidak terjadi kekhawatiran terjadinya keku-rangan atau kebocoran dana
yang menimbulkan penumpukan hutang yang tidak terbayarkan kepada rumah sakit dan puskesmas.
Dengan
demikian dalam proses penentuan kelayakan bagi maskin calon sasaran yang mem-butuhkan bantuan
Jamkesda atau SPM menjadi lebih fleksibel dan tidak terlalu ketat.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar sebaiknya membenahi manajemen dan

memutakhirkan kelengkapan Fasilitas medis yang dimiliki RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, seperti
hemodialisa atau cuci darah, agar pasien tidak perlu mendapat rujukan ke RS provinsi yang lebih jauh
jarak tempuhnya.

Anda mungkin juga menyukai