Anda di halaman 1dari 20

A.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen dalan kehidupan ketika,
pendidikan adalah proses transformasi pengetahuan yang dikemas dalam proses
pembelajaran, banyak sekali metode yang ditawarkan agar proses pembelajaran
berlangsung secara efektif dan menyenangkan, salah satunya adalah dengan
metode CTL, metode ini digunakan agar siswa berorientasi secara langsung untuk
menemukan materi sendiri serta menghubungkan materi dengan kehidupan dunia
nyata. Hal ini sangat penting karena dengan mengkorelasikan antara materi
dengan kehidupan nyata siswa akan dapat lebih memahami dan tertanam erat
dalam ingatan siswa sehingga tidak mudah dilupakan.
Maka dari itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai CTL
(contextual Teaching & Learning) dengan beberapa sub bab pembahasan
diantaranya tentang Konsep dasar strategi pembelajaran kontekstual, latar
belakang filosofis dan psikologis CTL, perbedaan CTL dengan pembelajaran
konvensional, peran guru, asas-asas, pola dan tahapan pembelajaran CTL. Dan
beberapa bab yang terkait sehingga dapat menambah pemahaman kita tentang
seluk beluk strategi pembelajaran kontekstual (CTL).
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah filosofi Pembelajaran kontekstual ?
Bagaimanakah karakteristik pembelajaran kontekstual ?
Bagaimana peran guru dan siswa dalam CTL ?
3. Tujuan
Untuk mengetahui filosofi pembelajaran kontekstual
Untuk mengetahui karekteristik pembelajaran kontekstual
Untuk mengetahui peran guru dan siswa dalam CTL

B. PEMBAHASAN
1. Pembelajaran Kontekstual

Contextual

Teaching

and

Learning

(CTL)

adalah

suatu

srategi

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh


untuk menemukan materi yang di pelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka1.
Pembelajaran kontekstual (contexstual teaching and learning-CTL)
menurut Nurhadi adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan
juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan
keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa yang diperoleh usaha siswa
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar
Sedangkan menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan menolong para siswa melihat siswa di dalam materi akademik yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan
konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan
pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut
meliputi tujuh komponen berikut: membuat keterikatan-keterikatan yang
bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang di
atur sendiri, melakukan kerja sama, membantu individu untuk tumbuh dan
berkembang, berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi dan
melakukan penilaian autentik.2
CTL merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa
memahami isi dari materi akademik dengan konteks keadaan pribadi, social dan
budaya mereka.3
Adapun tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu
siswa dalam meraih tujuannya. Artinya guru lebih fokus pada urusan strategi
daripada memberi informasi. Tugas guru dalam hal ini hanya memanage kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa.
1

Wina sanjaya,Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,Bandung : Kencana

prenada media group Hal 255


2

Drs.H.Sugianto,M.Si.. 2010,Model-model Pembelajaran Inovatif. hal 14

Ahmad Bahrudin. Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah. Yogyakarta: LKiS hal. 7

Proses pembelajaran lebih diwarnai student centered ketimbang teacher centered .


Menurut DEPDIKNAS, guru harus melakukan beberapa hal berikut:
a.

Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa

b.

Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses


pengkajian psikologis dan sosiologis,

c.

Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang


selanjutnya memilih dan menghubungkan dengan konsep atau teori yang
akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual,

d.

Merancang pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang


dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki dan
lingkungan hidup mereka,

e.

Melaksanaka evaluasi terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti


dijadikanbahanrefleksi

terhadap

rencana

pembelajaran

dan

pelaksanaannya4.
Dari konsep tersebut ada 3 hal yang harus kita pahami, yaitu :

CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan


materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman
secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan
agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan

menemukan sendiri materi pelajaran


CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang di pelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinay akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan

mudah dilupakan.
CTL mendorong siswa untuk dapat menetapkannya dalam kehidupan,
artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa untuk dapat memahami

Oleh dwipurnomo, dwipurnomoikipbu.files.wordpress.com/.../ctl-dan-strategi-yang-digunakan di

download pada hari selasa tanggal 18 oktobetr 2011 jam 18 : 47 WIB

materi yang di pelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu


dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari5.
2. Latar Belakang Filosofi dan Psikologis CTL
a. Latar belakang Filosofis
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas
oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget
berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang
kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses
penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan
anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses
akomodasi.
Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk
dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model
pembelajaran,

diantaranya

model

pembelajaran

kontekstual.

menurut

pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan


dan dibangun sendiri oleh siswa.
b. Latar belakang Psikologis
Di pandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis
kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu
akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus
dan respon. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi,
minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman6.
Ada yang perlu dipahami tentang pembelajaran dalam konteks CTL.
1) Belajar

bukanlah

menghafal,

akan

tetapi

proses

mengkontruksi

pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki


2) Belajar bukan sekedar mengumnpulkan fakta yang lepas-lepas.
3) Belajar adalah proses pemecahan masalah

Wina sanjaya,Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,Bandung : Kencana

prenada media group, Hal 256


6

Oleh dwipurnomo, dwipurnomoikipbu.files.wordpress.com/.../ctl-dan-strategi-yang-digunakan di

download pada hari selasa tanggal 18 oktobetr 2011 jam 18 : 47 WIB

4) Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang


sederhana menuju yang kompleks
5) Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.
3. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal

1
2.

Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal


CTL
Pembelajaran Konvensional
Siswa sebagai subjek belajar
Siswa sebagai objek belajar
Siswa belajar melalui kegiatanSiswa lebih banyak belajar

3.

kelompok
individu
Pembelajaran dikaitkan denganPembelajaran bersifat teoritis dan abstrak

kehidupan nyata
Kemampuan didasarkan

5
6
7

pengalaman
latihan
Tujuan akhir kepuasan diri
Tujuan akhir nilai atau angka
Prilaku dibangun atas kesadaran Prilaku dibangun oleh factor dari luar
Pengetahuan
yang
dimilikiPengetahuan yang dimiliki bersifat

No.

individu

berkembang

dengan

pengalaman

atasKemampuan

sesuaiabsolute

dan

diperoleh

final,

dari

secara

latihan-

tidak

mungkin

jalannya

proses

yangberkembang.

dialaminya
Siswa bertanggungjawab dalamGuru

penentu

memonitor dan mengembangkanpembelajaran


9

pembelajaran
Pembelajaran bisa terjadi dimanaPembelajaran terjadi hanya di dalam kelas

10

saja
Keberhasilan pembelajaran dapatKeberhasilan pembelajaran hanya bisa
diukur dengan berbagai cara

diukur dengan tes

4. Dasar Teori Model Pembelajaran Kontekstual.


Para pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam
semesta itu hidup, tidak diam, dan bahwa alam semesta ditpang oleh tiga prinsip
kesalingbergantungan, doferensiasi dan organisasi diri, harus menerapkan
pandangan dan car berfikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran. Menurut
Johnson tiga pilar dalam CTL, yaitu:

a.

CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan. Kesaling-tergantungan


mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan
masalah dan ketika para guru mengadaka pertemuan dengan rekannya. Hal ini
tampak jelas ketika subjek yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan

menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.


b. CTL mencerminkan prinsip deferensiasi. Deferensiasi menjadi nyata ketika
CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masingmasing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif,
untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang
berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan
dan kekuatan.
c. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri
terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat
mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat diri umpan balik yang
diberika oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntuna
tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan sarta dalam kegiatankegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi. 7
Landasan filosofis CTL adalah kontrukstivimisme, yaitu filosofi belajar
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Sisw harus
mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat
dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada
filsafat pragamatisme yang di gagaskan oleh John Dewey pada awal abad ke 2,
yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan
pengalaman siswa.8
Anak akan belajar dengan lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.
Belajar kan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan hanya
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti
hanya berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalan kehidupan jangka panjang.9

Drs.H.Sugianto,M.Si.,Model-model Pembelajaran Inovatif, hal 16

Ibid. hal 16

Ibid. hal 16

Dengan pendekatan kontektual (CTL) proses pembelajaran diharapakan


berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami,
buka transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya.
Mereka akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya.
Dengan demikian mereka belajar yang berguna bagi hidupnya. Dengan demikian
mereka memposisikan dirinya yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya
nanti. Mereka mempelajari sesuatu yang bermanfaan bagi dirinya dan berupaya
menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan
pembimbing. Untuk menciptakan kondisi tersebut diperluakn sebuah strategi
belajr baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Melalui
strategi CTL, siswa siharapkan belajar mengalami bukan menghafal.10
5. Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan
yang dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut
Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan
kinestis11.
Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah
tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis
adalah tipe belajar dengan cara bergerak.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi
setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.
a. Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang
b. setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan
penuh tantangan

10

11

Ibid. hal 17
Oleh dwipurnomo, dwipurnomoikipbu.files.wordpress.com/.../ctl-dan-strategi-yang-digunakan

di download pada hari selasa tanggal 18 oktobetr 2011 jam 18 : 47 WIB

c. belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan


antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui
d. belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.
6. Asas asas CTL
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh asas, yaitu :
a. Kontruktivime
Adalah proses membangunatau menyusun pengethuan bar dalam struktur
kognitif siswa berdsarkan pengalaman. Dalam kontruktivisme pengetahuan itu
memang berasal dari luar, akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri
seseorang12. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua factor peting, yaitu
objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk
menginterpretasi objek tersebut. Dengan demikian pengethuan itu tidak bersifat
statis

tetapi

bersifat

dinamis,

tergantung

individu

yang

melihat

dan

mengkostruksinya. Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorng agar


siswa

mengkontruksi

pengetahuannya

melalui

proses

pengamatan

dan

pengalaman.
b. Inkuiri
Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengethuan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari memngingat, akan tetapi hasil dari proses sejumlah fakta
hasil dari menemukan sendiri. Dengan demikian dalam dalam perencanaan, guru
bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi
merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri
materi yang harus dipahaminya. Secar umum proses inkuiri dapat dilakukan
melalui beberapa langkah, yaitu :
Merumuskan masalah
Mengajukan hipotesis
Mengumpulkan data
12

Wina sanjaya,Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,Bandung : Kencana

prenada media group, Hal 264

Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan


Membuat kesimpulan
Penerapan asas ini dalam proses pembalajaran CTL, dimulau dari adanya
kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan
demikian, siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Jika masalah telah
dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan
hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.
Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa untuk melakukan observasi dalal
rangka mengumpulkan data. Asas memenmukan yang seperti itulah yang penting
dalam pembelajaran CTL . melalui proses berpikir yang sistematis seperti di atas
diharapkan siswa siswa memilki sikap ilmiah, rasional, dan logis yang semuanya
diperlukan sebagai dasar bentukan kreatuvitas13.
c. Bertanya (questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang secara refleksi dari keinginyahuan setiap individu,
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam
berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan
informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan
sendiri, karena itu peran bertanya sangat penting sebab melalui pertanyaanpertanyaan gurur dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan
setiap metri yang dipelajarinya.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat
berguna untuk :
Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi
pelajaran
Membangkitakan motivasi siswa untuk belajar
Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu
Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan
Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu
d. Masyarakat belajar (learning community)
13

Wina sanjaya,Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,Bandung : Kencana

prenada media group Hal 266

Dalam kelas CTL, penarapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan


menerapakan pembelajaran melaui kelokpok belajar. Siswa dibagi dalam dalam
kelompok-keliompok uang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari
kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupn dilihat dair bakat dan minatnya.
Biarkan mereka dalam kelompoknya saling membelajarkan, yang cepat belajar di
dorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu
didorong untuk menularkannya pada yang lain.Dalam hal tertentu gur dapat
mengundang orang-orang yang dianggap memiki keahlian khusus untuk
membelajarkan siswanya 14.
e. Permodelan (modeling)
Permodelan / modeling adalah proses pembelajarandengan memperagakan
sesuatu sebagi contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru
memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana
cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh
bagaimana cara melempar bola, dll.
Proses modeling tidak terbatas pada guru saja, akan tetapi dapat juga guru
memanfaatkan siswa yyang dianggap memiliki kemampuan. Misalkan siswa yang
yang pernah menjadi juara dalam membaca piuisi dapat disusruh untuk
manmpilkan kebolehannya di depan teman-temannya dengan demikia

siswa

dianggap model modeling merupakan asas yang cukup penting dalam


pembelajaran CTL, sebab melui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran
yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme15
f. Refleksi (reflection)
Refleksi dalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang
dilakukan dengan cara mengurutkan kembali dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui
proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam stuktur kognitif
siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimikinya.

14

Wina sanjaya,Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,Bandung : Kencana

prenada media group 267


15

Wina sanjaya,Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,Bandung : Kencana

prenada media group Hal 268

10

Bisa trejadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang
telah dibentuknya, atau menamah khazanah pengetahuan.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir
proses pembelajaran, guru memberikan ksesmpatan kepada siswa untuk
merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara
bebas siswa menfsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan
tentang pengethuan belajarnya
Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan
pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru
dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah, dan
merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam
pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika diperlukan, siswa
akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan
pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka
terhadap pengetahuan-pengetahuan baru.
Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan guru dalam rangka
penerapan komponen refleksi adalah sebagai berikut.
1) Perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh merupakan
pengayaan atas pengetahuan sebelumnya.
2) Perenungan merupakan respons atas kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang
baru diperolehnya.
3) Perenungan bisa berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan yang baru
diterima, membuat catatan singkat, diskusi dengan teman sejawat, atau unjuk
kerja16.
g. Penilaiaan nyata (authentic assessment)
Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pad saat ini,
biasanya ditekankan pada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi

16

OlehMitriIrianti,danAmasdisyahza,almasdi.unri.ac.id/index.php?

option=com_content... id... di download pada hari rabu tanggal 19 oktobetr 2011 jam 10 : 45
WIB

11

yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui
seberapa jauh siwa telah menguasai materi pelajaran.
Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau
informasi

tentang

perkembangan

pengalaman

belajar

siswa.

Gambaran

perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa
memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian
autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data
yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung,
bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, prinsip dasar yang perlu menjadi
perhatian guru ketika menerapkan komponen penilaian autentik dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Penilaian autentik bukan menghakimi siswa, tetapi untuk mengetahui
perkembangan pengalaman belajar siswa.
2) Penilaian dilakukan secara komprehensif dan seimbang antara penilaian proses
dan hasil.
3) Guru menjadi penilai yang konstruktif (constructive evaluators) yang dapat
merefleksikan bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa menghubungkan
apa yang mereka ketahui dengan berbagai konteks, dan bagaimana
perkembangan belajar siswa dalam berbagai konteks belajar.
4) Penilaian autentik memberikan kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan
penilaian diri (self assessment) dan penilaian sesama (peer assessment17).
7. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL

Pola Pembelajaran CTL

untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran


sebagai berikut:
1) Pendahuluan
2) Inti
17

OlehMitriIrianti,danAmasdisyahza,almasdi.unri.ac.id/index.php?option=com_content...

download pada hari rabu tanggal 19 oktobetr 2011 jam 10 : 45 WIB

12

id... di

3) Penutup
Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak
mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah
tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas
digunakan untuk saling membelajarkan. Untuk itu ada beberapa catatan dalam
penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa
secara penuh, baik fisik maupun mental.
2) CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses
berpengalaman dalam kehidupan nyata.
3) Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan
mereka di lapangan.
Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari
orang lain

18

Contoh-contoh berikut menunjukkan beraneka macam cara yang

dilakukan oleh guru-guru di kelas untuk menghubungkan mata pelajaran


akademik dengan konteks siswa itu sendiri. Mereka menunjukkan bahwa
pengaitan-pengaitan yang di lakukan dalam CTL cocok di terapkan mulai dari
sekolah dasar hingga universitas.19
1) Contoh-contoh Pengaitan dalam CTL di kelas
a) Di kelas yang sudah tinggi para guru mendorong siswa untuk membaca,
menulis, dan berfikir secara kritis dengan meminta mereka untuk fokus
pada persoalan-persoalan kontroversial di lingkungan atau masyarakat
mereka. Kelas di bagi menjadi empat atau lima kelompok. Setiap
kelompok memilih sebuah persoalan kontroversial dan menelitinya.
Mereka melakukan penelitian perpustakaan, melakukan survei lapangan,
dan mewancarai pejabat setempat mengenai persoalan yang sedang di
teliti. Mereka menyajikan penemuan-penemuan dalam bentuk presentasi
disertai foto, gambar, diagram, dan grafik. Mereka menyampaikan

18

Oleh dwipurnomo, dwipurnomoikipbu.files.wordpress.com/.../ctl-dan-strategi-yang-digunakan

di download pada hari selasa tanggal 18 oktobetr 2011 jam 18 : 47 WIB


19

Ibid hlm. 20

13

penemuan-penemuan tersebut di depan khalayak yang terdiri dari teman


b)

sekelas dan para orang tua.


Seorang guru ilmu pengetahuan sosial di sekolah menengah, meminta
tim yang terdiri dari dua siswa secara bergiliran untuk mementukan
pembicara tamu mana yang akan bersedia menjeladkan topik yang
sedang mereka pelajari tentang bencana alam, gempa dan tsunami. Siswa
yang mendapat giliran untuk mencari pembicara tamu harus menelepon
pembicara tersebut, menentukan tanggalnya, menyambut pembicara
tersebut di pintu sekolah pada hari H, dan menulis ucapan terima kasih

sesudah acara selesai.


c)
Di sebuah kelas IPS tentang membahas tentang pariwisata, siswa di
minta untuk membahas potensi pariwisata diwilayahnya dengan berbagai
sudut pandang dan ide-idenya dari mulai potensi daya tarik obyek wisata,
analisis
d)

ekonomi,

analisis

budaya,

model

promosi

serta

pola

pengembangannya, sampai membuat brosur perjalanan dan paket wisata.


Sebuah simulasi yang di adaakan oleh sebuah sekolah menengah
mengenai kejadian-kekadian yang memicu perang dunia II meminta para
siswa untuk untuk membentuk kelompok yang mewakili Serbia, Inggris,
Australia-Huungaria, Jerman, Rusia, dan Prancis. Setiap kelompok
mengangkat menteri luar negeri, seorang wakil menteri, dan seorang
asisten menteri. Tugas mereka adalah bertemu dan berunding mencari
upaya untuk menghindari perang yang akan terjadi. Para siswa
mempelajari situasi dunia sebelum pecahnya perang, memeriksa tujuan
dari setiap negara, dan mempelajar dampak sekutu atas di mulainya

e)

.perang dunia I.
Seorang guru matematika memberikan tugas kepada siswanya tentang
kegiatan dimasa datang serta cara menabung untuk masa pensiun; ada
dua rumus: 1) menentukan jumlah uang yang akan di dapatkansetelah
seseorang menabung dalam jangka waktu tertentu ditambah bunga; 2)
menentukan total uang yang akan di terima setelah seseorang melakukan
pembayaran dam satu periode tertentu. Para siswa kemudian di minta
untuk menhitung dan membandingkan berbagai macam rencana pensiun
menggunakan dua rumus tersebut. Para siswa harus membuat rencana
pensiun berdasarkan data terkini. Mereka belajar persentase, evaluasi
14

rumus, pemecahan masalah, penukaran uang dengan menggunakan


kalkulator grafik dan lembar kerja komputer. Para siswa melihat
perbedaan jumlah uang apabila program pensiun di mulai lebih awal.
8. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik
sebagai berikut.
a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang
diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata
atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah.
b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugastugas yang bermakna.
c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa.
d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman.
e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan,
bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara
mendalam.
f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan
kerja sama.
g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan20.
Ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan CTL, yaitu:21
a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetetahuan
yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang
memiliki keterkaitan satu sama lain

20

OlehMitriIrianti,danAmasdisyahza,almasdi.unri.ac.id/index.php?option=com_content...
download pada hari rabu tanggal 19 oktobetr 2011 jam 10 : 45 WIB
21
Drs.H.Sugianto,M.Si.,Model-model Pembelajaran Inovatif, hal 29

15

id... di

b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan


menambah pengethuan baru, dan pengetahuan baru diperoleh dengan cara
deduktif,

artinya

pembelajaran

dimulai

dengan

mempelajari

secara

keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya


c. Pemahaman pengaetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk
dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini., misalnya dengan cara meminta
tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan
berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalamn tersebut, artinya pengetahuan
dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam
kehidupan siswa sehingga tampak perubahan perilaku siswa
e. Melakukan refleksi terhadap srategi pengembangan pengetahuan, hal ini
dikarenakan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan
srategi

9. Implementasi Pembelajaran Kontekstual di Kelas


Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama. Kelas dikatakan
menerapkan CTL jika menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam
pembelajarannya. Secara garis besar langkah-langkah penerapatan CTL dalam
kelas sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d. Ciptakan masyaraka belajar (belajar dalam kelompok)
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara22
22

OlehMitriIrianti,danAmasdisyahza,almasdi.unri.ac.id/index.php?option=com_content...
download pada hari rabu tanggal 19 oktobetr 2011 jam 10 : 45 WIB

16

id... di

10. Contoh Pola Pembelajaran CTL rumpun IPS


Topik: fungsi dasar
Kompetensi dasar : siswa memahami fungsi dan jenis pasar
Indikator hasil belajar:

Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar


Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar
Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik pasar tradisional dan

pasar modern
Siswa dapat menyimpulkanfungsi pasar
Siswa dapat membuat karangan terkait tentang pasar

Pola pembelajarannya
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa dan
pentingyan materi ajar dalam kehidupan ekonomi dan sosial.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
3) Siswa dibagi ke dalam bebrapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa
4) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi ke pasar
tradisional dan pasar modern
5) Melalui instrumen observasi/ angket siswa diminta mencatat megenai
berbagai hal yang ditemukan di pasar
6) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa
b. Kegiatan inti
Di lapangan,
1) Siswa melakukan obervasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas
kelompok
2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan
alat observasi, angket yang mereka susun sebelumnya
Di dalam kelas

17

1) Siswa mendiskusian hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya


masing-masing
2) Siswa melaporkan hasil diskusi/ presentasi
3) Setiap kelompok saling menjawab terhadap pertanyaan yang diajukan
oleh kelompok lainnya.
c. Penutup
1) Di pimpin oleh guru, siswa menyimpulkan hasil observasi dan diskusi
tentang fungsi dan jenis pasar sesuai dengan indikator belajar yang
dicapai
2) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman
belajar mereka dengan tema pasar.

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Landasan filosofi CTL dipengaruhi oleh pemikiran Piaget yang mengungkap
bagaimana pengetahuan itu terbentuk sehingga dalam strategi pembelajaran
kontekstual pengetahuan akan lebih bermakna jika dibangun dan ditemukan
oleh siswa sendiri
b. Karakteristik pembelajaran CTL
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran
yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan
18

nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang


alamiah.
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna.
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman.
c. Peran guru dalam pembelajaran kontekstual hanya memanage kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa.

Daftar Rujukan
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses
pendidikan. Bandung : Kencana prenada media group
Sigianto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Yuma Pustaka,
FKIP UNS
Ahmad Bahrudin. Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah. Yogyakarta: LKiS
Dwipurnomo,

dwipurnomoikipbu.files.wordpress.com/.../ctl-dan-strategi-yang-

digunakan di download pada hari selasa tanggal 18 oktobetr 2011 jam 18 : 47


WIB

19

MitriIrianti,danAmasdisyahza,almasdi.unri.ac.id/index.php?
option=com_content... id... di download pada hari rabu tanggal 19 oktobetr 2011
jam 10 : 45 WIB

20

Anda mungkin juga menyukai