Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Pakem
Pengertian pembelajan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAKEM) adapun pengertian PAKEM menurut beberapa ilmuan adalah
sebagai berikut :1
1. Menurut E . Mulyasa
a. Aktif yaitu pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan
aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai macam informasi
dan di kelas.pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran di kelas.
b. Kreatif yaitu proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk
memotivasi

dan memunculkan kreativitas peserta didik selama

pembelajaran berlangsung.
c. Efektif yaitu proses pembelajaran yang mana peserta didik mengalami
berbagai pengalaman baru dan prilakunya menjadi berubah menuju titik
akumulasi kompetensi yang diharapkan.
d. Menyenangkan yaitu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat
sebuah kohesi yang kuat antara peserta didik dan pendidik tanpa ada
perasaan terpaksa atau tertekan.
2. Menurut H. Khaeruddin dan Mahfud Junaedi.
a. Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Pembelajaran aktif learning adalah model pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di kelas, sehingga
mereka mendapat berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan belajar
aktif memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
analisisnya dan sintesis

serta mampu merumuskan nilai-nilai baru yang

1 Lis susanti, Emplementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan


Menyenangkan (PAKEM) hal 10
1

diambil dari analisis mereka sendiri. Model pendekatan ini tidak jauh berbeda
dengan model pembelajarn Self discovery Learning yaitu pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik untuk menemukan kesimpulan sendiri.2
b. Hubungan guru dan murid berlangsung dalam kekerabatan, tidak perlu
diciptaka jarak, apalagi suasana yang menakutkan.
c. Guru banyak menggali pendapat siswa, mengembangkan pendapat yang
benar atau baik dan meluruskan yang kurang tepat.
d. Selalu menggunakan pengalaman langsung anak, bukan mencari-cari yang
tidak alami dari anak.
e. Perbanyak memecahkan masalah secara praktis sesuai dengan tingkat
kemampuan anak.
f. Menggunakan semua sarana yang ada secara optimal dan tidak merasa
dikejar-kejar batasan waktu oleh jam pelajaran semata-mata.
g. Memanfaatkan, menciptakan dan mengembangkan alat peraga yang
sederhana, mudah sesuai dengan kemampuan anak bersama anak-anak.
B. Model Pakem
Pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan (PAKEM) dapat
dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut.

Definisi Pembelajaran Kontekstual


1. Menurut Eliane B. Jhon,
Pembelajaran ini (CTL) adalah sebuah system yang merangsang otak
untuk menyusun pola-pola untuk mewujudkan makna . CTL adalah
suatu system pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan
makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari
kehidupan sehari-hari siswa.
2. Direktorat pembinaan SMP,

Direktorat

Jenderal

Manajemen

pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan nasional


bahwa pembelajaran Kontekstual juga dapat diartikan sebagai:
a. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi, pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
2 Ibid 11
2

kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, social, dan cultural)


sehingga siswa memiliki pengetahuan /keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan
lainnya.
b. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkiatkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan
mendorong

pembelajar membuat hubungan antara materi yang

diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka


sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
3. Menurut E. Mulyasa
CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik

secara

nyata,

sehingga

para

peserta

didik

mampu

mnghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam

kehidupan sehari-hari.
Karakterisitik Pembelajaran kontekstual3
Nurhadi
sebagaimana
dikutif

oleh

Mansur

Muslich

mendeskripsikan karakteristik pembelajaran kontekstual dengan cara


menekankan sepuluh kata kunci, yaitu :kerjasama: saling menunjang:
menyenangkan; tidak membosankan; belajar dengan gairah;pembelajaran
terintegrasi; menggunakan berbagai sumber, siswa aktif; sharing dengan
teman; siswa kritis; guru kreatif.
Pelaksanaan pembelajaran kontekstual dipengaruhi oleh dua factor,
yaitu factor dari dalam diri peserta didik (internal) dan factor luar dirinya
atau lingkungan di sekitarnya (eksternal). Sehubungan dengan itu Zahorik
sebagaimana dikutif oleh E. Mulyasa mengungkapkan lima elemen yang
harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual.
1. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki
oleh peserta didik.
2. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan

(Global) menuju bagian-

bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus).


3. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara,
3 Ibid 13
3

a. Menyusun konsep sementara.


b. Melakukan Sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari
orang lain.
c. Merevisi dan mengembangkan konsep.
4. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung
apa-apa yang dipelajari.
5. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan
pengetahuan yang dipelajari.
Penerapan pembelajaran kontekstual tugas guru adalah member
kemudahan belajar kepada peserta didiknya, dengan menyediakan berbagai
usaha dan sumber belajar yang memadai. Seorang guru bukan hanya
menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan akan tetapi
mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik belajar. Adapun tujuh komponen CTL,
1. Konstruktivisme4
a. Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru
berdasarkan pada pengetahuan awal.
b. Pembelajran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan
menerima pengetahuan.
2. Inquiri (menemukan)
a. Proses perpindahan dari pengamatan menjadi penemuan.
b. Siswa belajar menggunakan keterampilan berfikir kritis.
3. Learning community (Masyarkat Belajar)
a. Sekelompok orang terikat dalam kegiatan belajar.
b. Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
c. Tukar pengalaman.
d. Berbagi ide
4. Modelling (permodelan)
a. Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berfikir, bekerja dan
belajar.
b. Mengerjakan apa yang guru bagikan agar siswa mengerjakannya.
5. Reflektion (Refleksi)
a. Cara berfikir tentang apa yang telah kita pelajari.
b. Mencatat apa yang telah dipelajari.
c. Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.
6. Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya)
a. Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
b. Penilaian produk (kinerja)
4 Ibid 14
4

c. Tugas0tugas yang relevan dan kontekstual.


Bermain Peran5
Pemecahan masalah diarahkan pada pemecahan masalahmasalah yang menyangkut hubungan antara manusia, terutama yang
menyangkut kehidupan peserta didik. Melalui bermain peran, peran
peserta didik mencoba mengekspresikan hubungan-hubungan antara
manusia dengan cara mempragakannya sehingga secara bersama-sama
para peserta didik dapat mengekspresikasi perasaan-perasaan, sikap-sikap,
nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar
pada dimensi pribadi dan social. Dari dimensi pribadi model ini para
peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah-masalah pribadi
yang sedang dihadapinya sosial yang berengan bantuan kelompok social
yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi social model ini
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dalam
menganalisis situasi-situasi social, terutama masalah yang menyangkut
hubungan antara pribadi peserta didik dan hal inipun dilakukan secara
demokratis , dengan demikian melalui model ini para peserta didik dilatih
untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis.
Adapun yang perlu diperhatikan sebelum pelaksanaan model

pembelajaran bermain peran,


a. Konsep peran
Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapa, dan
tindakan, sebagai suatu pola hubungan yang unik yang ditunjukkan
individu terhadap individu yang lain.
C. Tujuan bermain peran dalam pembelajaran.
Melalui bermain peran diharapkan peserta didik dapat mengeksploitasi
perasaan-perasaannya, memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan
presepsinya, mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan

5 Ibid 15
5

masalah yang dihadapi, mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan


melalui berbagai macam cara.6
D. Asumsi-asumsi pembelajaran
1.Seni Bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan
pengalaman dengan menitik beratkan isi pelajaran pada situasi di sini pada
saat ini
2.Bermain peran memungkinkan peserta didik untuk mengungkapkan
perasaan-perasaannya untuk yang tidak dikenal tanpa bercermin pada orang
lain.
3.Bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf
sadar untuk kemudian ditingkatkan melaui proses kelompok.
4. Bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi,
berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf

sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan.


Pelaksanaan pembelajaran7
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain
peran sebagai model pembelajran, yaitu kualitas pemeranan, analisis dalam
diskusi, pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan
dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata. Beberapa hal yang harus
dicermati dalam pelaksanaan model pembelajaran bermain peran,
1. Shaftel adalah mengemukakan Sembilan tahap bermain peran yang dapat
dijadikan pedoman dalam pembelajaran, yaitu menhangatkan suasana dan
memotivasi peserta didik , memilih partisipasi/peran, menyusun tahaptahap peran, menyiapkan pengamat, pemeranan, diskusi dan evaluasi,
pemeranan ulang, diskusi dan evaluasi tahap dua, membagi pengalaman
dan mengambil kesimpulan.
2. Sistem social dalam model pembelajaran bermain peran disusun secara
sederhana dan peran guru adalah bertanggung jawab minimal pada setiap
permulaan . selanjutnya, guru membimbing para peserta didik dan hanya

6 Ibid 16
7 Ibid 17
6

mengarahkan walaupun intervensi guru perlu dikurangi akan tetapi dialah


sesungguhnya penggerak utamanya.
3. Ada lima prinsip reaksi penting dalam model pembelajaran bermain peran,
yaitu guru selayaknya menerima respon para peserta didik yang berkaitan
dengan pendapat prasaanya bukan baik atau buruknya peran yang
dimainkan, guru berusaha membantu untuk mengekplorasi situasi masalah
dari berbagai segi dan berusaha mencari titik tentunya, dengan cara
merefleksi, menganalisis, dan menangkap respon-respon pesrta didik, guru
meningkatkan kesadaran peserta didik akan pandangan dan perasaan
mereka, guru menenkankan peserta didik bahwa banyak terdapat cara
untuk memainkan suatu peran, guru menekankan pada peserta didik bahwa
terdapat berbagai cara untuk memecahkan suatu masalah.
4. Hal yang sangat penting dalam bermain peran adalah situasi masalah
yang biasanya disampaikan secara lisan, tetapi dapat juga dikemukakan
melalui lembaran-lembaran yang dibagikan kepada peserta didik. Lima
factor yang harus dipertimbangkan guru dalam bermain peran agar
memadai bagi diri peserta didik, yaitu usia peserta didik, latar belakang
social budaya, kerumitan masalah, kepekaan topic yang diangkat sebagai
masalah, pengalaman peserta didik dalam bermain peran.
Modul8
a. Definisi modul
Beberapa pendapat mengenai pengertian modul
Menurut S. nasution
Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang
berdiri sendiri atau suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun
untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan
secara khusus dan jelas.
Menurut E. Mulyasa
a. Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian
pengalaman belajar yang dirancang secara sistematis untuk membantu peserta
didik mencapai tujuan belajar, menurut E. Mulyana Tujuan utama sistem
modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di
8 Ibid 18
7

sekolah, baik waktu, dana maupun tenaga guna mencapai tujuan secara
optimal
C. karakteristik modul pembelajaran
Pembelajaran dengan system modul memiliki lima karakteristik.9
1.

Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan

yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, dan
bagaimana melakukannya dan sumber apa yang harus digunakan.
2. Modul merupakan pembelajaran individual sehingga melibatkan sebanyak
mungkin karakteristik peserta didik, dalam hal ini setiap modul harus (1)
memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan
kemampuannya. (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar
yang telah diperoleh; (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan
pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur, sehingga peserta didik tahu
kapan ia harus memulai dan kapan ia harus mengakhiri suatu modul.
3. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta
memungkinkan peserta didik melakukan pembelajaran secara aktif tidak
sekedar membaca dan mendengarkan, akan tetapi juga lebih dari itu.
4. Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta
didik dapat mengetahui kapan ia harus memulai dan kapan ia harus
mengakhiri suatu modul.
5. Setiap modul memiliki mekanisme pencapaian tujuan belajar peserta didik,
terutama untuk memberikan umpan balik bagi para peserta didik dalam
mencapai keterbatasan belajar.
D. komponen modul
Pada umumnya modul pembelajaran memiliki beberapa komponen
berikut ini, lenmbar peserta didik, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar

9 Ibid 19
8

soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban. Berbagai komponen tersebut


selanjutnya dikemas dalam format modul.
1) Pendahuluan. Bagian ini berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan,
keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang akan dicapai setelah belajar
termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul
tersebut.
2) Tujuan pembelajaran. Bagian ini berisi tujuan-tujuan pembelajaran khusus
yang harus dicapai oleh peserta didik untuk mempelajari modul. Tes awal, tes
ini berguna untuk menetapkan posisi peserta didik, dan mengetahui
kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana dia harus memulai belajar
dan apakah perlu untuk mempelajari modul tersebut apa tidak.
3) Pengalaman belajar. Bagian ini merupakan rincian materi untuk setiap
pembelajaran khusus yang berisi sejumlah materi, diikuti dengan penilaian
formatif sebagai balikan peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya.
4) Sumber belajar. Pada bagian ini disajikan sumber belajar yang dapat ditelusuri
dan digunakan oleh peserta didik.
5) Tes akhir. Tes akhir ini instrumennya sama dengan tes awal, hanya difokuskan
pada tujuan terminal setiap modul.
4. Belajar Tuntas (Mastery Learning)
a. Definisi Belajar Tuntas10
1) Menurut Martinis Yamin,
Belajar tuntas merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan
sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran
pada siswa kelompok besar (pengajaran kalasikal), dan berguna untuk
kecepatan belajar (rate of program).
2) Menurut S. Nasution

10 Ibid 20
9

Belajar tuntas adalah mengacu kepada proses tujuan belajar mengajar


secara ideal bahwa agar bahan yang dipelajari dikuasai penuh oleh murid,
jadi belajar tuntas atau mastery learning adalah penguasaan penuh.
b. Startegi Belajar Tuntas
Belajar tuntas dilakukan bilamana kondisi yang tepat dengan semua
peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang
maksimal terhadap seluruh pemeblajaran yang dipelajari. Supaya pembelajaran
terstruktur, Winkel sebagaimana dikutip oleh H. Martinis Yamin menyarankan
beberapa hal11 :
1) Tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai ditetapkan secara tegas.
Semua tujuan dirangkaikan dan materi pelajaran dibagi-bagi atas unit-unit
pelajaran

yang

diurutkan,

sesuai

dengan

rangkaian

segala

tujuan

pembelajaran.
2) Pertama dituntut supaya siswa mencapai tujuan pembelajaran lebih dulu,
sebelum siswa diperbolehkan mempelajari inti pelajaran yang baru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang kedua, tujuan pembelajaran yang kedua
harus tercapai lebih dahulu sebelum siswa maju lebih lanjut dan seterusnya.
3) Ditingkat motivasi belajar siswa dan efektifitas usaha belajar siswa, dengan
memonitor proses belajar siswa melalui testing berkala dan kontinyu, serta
memberikan umpan balik kepada siswa mengenai keberhasilan atau kegagalan
pada saat itu juga (tes formatif).
4) Diberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang masih mengalami
kesulitan belajar pada saat-saat yang tepat yaitu sesudah penyelenggaraan
testing formatif, dan dengan cara yang efektif untuk siswa yang bersangkutan.
Strategi belajar tuntas dikembangkan oleh Bloom sebgaimana dikutip
oleh H. Martinis Yamin, meliputi tiga bagian, yaitu mengidentifikasi
prakondisi, mengembangkan prosedur praoperasioanal, dan hasil belajar.
Selajutnya diimplementisakan

dalam pembelajaran klasikal dengan


11 Ibid 21
10

memberikan bumbu untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual,


yang meliputi.
1) Corrective

technique.

Pengajaran

remedial,

yang

dilakukan

dengan

memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik,
dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya.
2) Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan
(belum menguasai bahan secara tuntas).
Implementasi belajar tuntas banyak dilakukan dalam sistem pembelajaran
individual dan pembelajaran klasikal. Belajar tuntas dapat dilakukan bila
didukung saran pembelajaran yaitu yang terdiri dari perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software) seperti program yang terdapat
dalam perangkat keras.
C. Pola dan Prosedur Belajar Tuntas12
Menciptakan suatu pembelajaran yang berhasil, Bloom mengembangkan
suatu pola dan prosedur pengajaran yang dapat diterapkan dalam memberikan
pengajaran kepada satuan kelas. Secara operasional menyiapkan langkahlangkah.
1) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang
bersifat umum maupun yang khusus.
2) Menjabarkan materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran yang dirangkai,
yang masing-masing dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih dua
minggu.
3) Memberi pelajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pelajaran yang sedang
dipelajari.

12 Ibid 22
11

4)

Memberi tes kepada siswa pada masing-masing inti pelajaran, untuk


mengecek kemajuan masing-masing siswa dalam mengolah materi pelajaran.
Tes itu bersifat formatif, yaitu bertujuan untuk mengetahui sampai berapa jauh
siswa berhasil dalam pengolahan materi pelajaran, dalam tes ini ditetapkan
norma yang tetap dan pasti, misalnya minimal 85% dari jumlah pertanyaan
dijawab betul.

5) Kepada siswa yang ternyata belum menguasai tingkat penguasaan yang


dituntut, diberikan pertolongan khusus, misalnya sebagai tutor sebaya,
mendapat pengajaran dari kelompok kecil, mempelajari buku lain dan
sebagaianya.
6) Setelah semua siswa, paling sedikit hampir semua siswa, mencapai tingkat
penguasaan

pada unit pelajaran

bersangkutan,

barulah guru mulai

mengajarkan unit pelajaran berikutnya.


7) Unit pelajaran yang menyusul itu juga diajarkan secara kelompok dan diakhiri
dengan memberikan tes formatif bagi inti pelajaran yang bersangkutan, siswa
yang belum mencapai taraf keberhasilan dilakukan dengan memberikan
bantuan khusus.
8) Setelah para siswa, paling sedikit kebanyakannya, mencapai tingkat
keberhasilan yang dituntut, guru mulai mengajar unit yang ketiga. Jadi,
seluruh siswa dalam kelas memulai satu unit pelajaran baru secara bersamasama.
9) Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit pelajaran lain,
sampai seluruh rangkaian selesai.13
10) Setelah rangkaian seluruh unit selesai, siswa mengerjakan tes yang mencakup
seluruh rangkaian unit pelajaran. Tes terakhir bersifat sumatif, yaitu bertujuan
mengevaluasi taraf keberhasilan siswa, terhadap semua tujuan-tujuan
13 Ibid 23
12

pengajaran khusus. Dalam tes ini diterapkan norma yang tetap dan pasti,
biasanya 80-90 % dari pertanyaan dijawab betul.dan hasil tes ini digunakan
untuk member nilai dalam rapor.
5. Pembelajaran Partisipatif
a. Definisi Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif diartikan sebagai keterlibatan peserta didik dalam
pernecanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
b. Indikator Pembelajaran Partisipatif
indicator pembelajaran partisipatif sebagaimana dikemukakan Knowles dikutip
oleh E. Mulyana.14
1) Adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik.
2) Adanya kesediaan peserta didik untuk member kontribusi dalam mencapai
tujuan.
3) Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.
c. Prinsip Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif perlu memperhatikan beberapa prinsip.
1) Berdasarkan kebutuhan belajar (learning need based) sebagai keinginan
maupun kehendak yang dirasakan oleh pesewrta didik.
2) Berorientasi pada tujuan kegiatan belajar (learning goals and objectives
oriented). Prinsip ini mengandung arti bahwa pelaksanaan pembelajaran
partisipatif berorientasi kepada usaha untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.

14 Ibid 24
13

3) Berpusat kepada peserta didik (participant centered). Prinsip ini menunjukkan


bahwa kegiatan belajar selalu bertolak dari kondisi riil kehidupan peserta
didik.
4) Belajar berdasarkan pengalaman (experiential learning). Bahwa kegiatan
belajar harus selalu dihubungkan dengan pengalaman peserta didik.
d. Prosedur Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran Partisipatif dapat dikembangkan dengan prosedur.
1) Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik untuk siap belajar.
2) Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar dapat saling belajar dan
membelajarkan.
3) Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan
belajarnya.
4) Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
5) Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.
6) Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
7) Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil
belajar.
Prosedur Pakem
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan ( PAKEM)
dapat dilakukan dengan proedur, adapun prosedur PAKEM:15
A. Pemanasan dan Apreiasi
Pemanasan dan apresiasi dapat dilakukan dengan tiga cara

15 Ibid 25
14

1. Mulailah pebelajaran dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta


didik.
2. Motivasi perta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi
kehidupan mereka.
3. Gerakkan peserta didik agar tertarik dan bernafu untuk mengetahui halhal yang baru.
B. Eksplorasi
Tahap ekplorasi merupakan tahap kegiatan pembelajaran untuk
mengenalkan bahan dan mengkaitkannya dengan pengetahuan yang dimiliki
oleh peerta didik, hal tersebut dapat ditempuh16.
1. Perkenalkan materi standart dan kopetensi dasar yang harus dimiliki oleh
peserta didik.
2. Kaitkan materi standart dan kopetensi dasar yang baru dengan
pengetahuan dan kopetensi yang sudah dimiliki oleh peerta didik.
3. Pilih metode paling tepat, dan guna secara bervariasi untk meningkatkan
penerimaan peserta didik terhadap materi tandart dan kopetensi baru.
C. Konsolidasi Pembelajaran
Konsolidasi merupakan kegiatan untuk menaktifkan peserta didik dalam
pembentukan kopetensi dengan mengaitkan kopetensi dengan kehidupan
peserta didik, hal ini dapat dilakukan:
1. Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafirkan dan memahami
materi dasar dan kopetensi baru
2. Libatkan peserta didik secara aktif dalam proes pemecahan masalah
(problem solving), terutama masalah-masalah actual
3. Letakkan penekanan pada kaitan sruktural yaitu antara kaitan materi
standart dan kopetensi baru berbagai aspek kegiatan dan kehidupan dalam
lingkungan masyarakat.
D. Pembentukan Kopetensi, Sikap, dan Perilaku
Pembentukan kopetensi, sikap, dan perilaku peserta didik dapat dilakukan
1. Doronglah peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian, dan
kopeteni yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari
2. Praktekkan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik dapat
membangun kompetensi, sikap, dan perilaku baru dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari
16 Ibid 26
15

3. Gunakan metodologi yang tepat agar terjadi perubahan kopetensi, sikap,


dan perilaku peerta didik.
E. Penilaian
1. Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik.
2. Gunakan hasil penilaian terebut untuk menganalisis kelemahan atau
kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam
memberikan kemudahan kepada peserta didik.
3. Pilihlah metodologi yang paling tepat dengan kopetensi yang ingin
dicapai
Ada

delapan

hal

yang

harus

diperhatikan

dalam

pelaksanaan

pembelajaran Aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan ( PAKEM),17


1. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tau dan berimajinasi.
Anak desa, anak kota, anak Indonesia atau pun anak luar Indonesia
selama terlahir normal memiliki kedua sifat tersebut. Kedua sifat tersebut
merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berfikir kritis dan
kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus
kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah
Tuhan tersebut. Suasana belajar dimana guru memuji anak karena hasil
karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang
mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya merupakan
pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
2. Mengenal anak secara perorangan.
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM perbedaan
individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan
pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan
yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya.
Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih, dapat dimanfaatkan untuk
membantu temannya yang lemah ( tutor sebaya). Dengan mengenal
17 Ibid 27
16

kemampuan anak, kita dapat menbantunya bila mendapat kesulitan


sehingga belajar anak tersebut maenjadi optimal.
3. Manfaat perilaku anak dalam pengorganisasian
Sebagai makluk social, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku inidapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas
atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam
kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesikan tugas
dengan baikbila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini
memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar fikiran. Namun,
anak perlu juga menyelesaikan tugas ecara perorangan agar bakat
individualnya berkembang.
4. Mengembangkan kemampuan berfikir kriti, kreatif dan kemampuan
memecahkan masalah.18
Pada dasarnya hidup ini memecahkan masalah. Hal ini memerlukan
kemampuan berfikir kritis dan

kreatif. Krisis untuk menganalisis

masalah dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah.


Kedua jenis berfikir tersebut berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi
yang keduannya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas
guru adaalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering
memberikan tugas tau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan
yang dimulai dengan kata-kata Apa yang terjadi jika. Lebih baik
daripada yang dimulai dari kata-kata apa, berapa,kapan, yang umumnya
tertutup ( jawaban betul hanya satu)
5. Mengembangkan ruangan kelas yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan
dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk
memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang
dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan
menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa
hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
18 Ibid 28
17

berupa gambar, peta, diagram dan sebagainnya. Ruang kelas yang penuh
dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik, dapat
membantu guru dalam pembelajaran kerena dapat dijadikan rujukan
ketika membahas suatu masalah.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, social, atau budaya) merupakan sumber yang
sangat kaya akan bahan ajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai
media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar).
Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar membuat anak merasa
senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak
selalu keluar kelas. Bahan dari lingkungan kelas dapat dibawa keruang
kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat
mengembangkan sejumlah ketrampilan seperti mengamati (dengan
seluruh

indra),

mencatat,

merumuskan

pertanyaan,

berhipotesis,

mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.


7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar. 19
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar.
Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu
bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih
mengungkap kekuatan dari pada kelemahan siswa. Selain itu, cara
memberikan umpan baik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan
agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar
selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan
memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan
pekerjaan siswa lebih bermakna bagi perkembangan diri siswa daripada
hanya sekedar angka.
8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental20
Banyak guru yang merasa sudah puas bila menyaksikan para
siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi kalau bangku dan
19 Ibid 29
20 Ibid 30
18

meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan


tersebut bukanlah cirri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih
diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagaan
orang lain, dan memgungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif
mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan
tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, ataupun takut dimarahi
jika salah. Oleh karena itu guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa
takut tersebut. Baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari
temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan
PAKEM.
F. Komponen PAKEM
Mengalami
Melakukan pengamatan
Melakukan percobaan
Melakukan penyelidikan
Melakukan wawancara
Anak belajar banyak melalui berbuat
Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera
Komunikasi21
Mengemukakan pendapat
Presentasi laporan
Memanjangkan hasil kerja
Konsolidasi pikiran
Gagasan yang lebih baik berpeluang keluar
Dapat memancing gagasan orang lain
Bangunan makna siswa diketahui oleh guru
Interaksi
Diskusi
Tanya jawab
Lempar lagi pertanyaan
Kesalahan makna berpeluang terkoreksi
Makna yang terbangun semakin mantap
Kualitas belajar meningkat
Refleksi
Peluang lahirkan gagasan baru
Untuk perbaikan gagasan atau makna
Untuk tidak mengulangi kesalahan
21 Marno Nurullah, Bahan Ajar metodologi pembelajaran hal 3-5
19

G. Sikap dan Prilaku Guru


Mendengarkan siswa
Menghargai siswa
Mengembangkan rasa percaya diri siswa
Menanamkan rasa tidak takut salah
Memberikan tantangan
H. Suasana Ruang kelas
Banyak sumber belajar misalnya: buku, majalah, Koran, dan benda nyata
Banyak alat bantu belajar misalnya: batu, lidi, tanaman, alat peraga
Banyak hasil karya siswa misalnya: gambar, pusisi, laporan percobaan
Mobilitas guru dan siswa mudah
Interaksi G-S, S-S mudah
Akses ke sumber belajar mudah
Variasi kegiatan (diskusi, percobaan, seminar)
I. Aplikasi Praktis Strategi PAKEM dalam Pembelajaran22
Writing is here and now
Menulis dapat membantu peserta didik merefleksikan pengalamanpengalaman-pengalaman yang telah mereka alami. Langkah-langkah
penerapan strategi :
1. Guru memilih jenis pengalaman yang diinginkan untuk ditulis oleh
peserta didik. Ia bisa berupa peristiwa masa lampau atau yang akan
datang. Guru menginformasikan kepada peserta didik tentang
pengalaman yang telah dipilih untuk tujuan penulisan reflektif. Guru
memberitahu mereka bahwa cara yang berharga untuk merefleksikan
pengalaman adalah mengenangkan atau mengalaminya untuk pertama
kali di sini dan saat sekarang. Dengan demikian tindakan itu
menjadikan pengaruh lebih jelas dan lebih dramatic dari pada menulis
tentang sesuatu di sana dan kemudian atau masa depan yang jauh.
2. Guru memerintahkan peserta didik untuk menulis, saat sekarang
tentang pengalaman yang telah dipilih. Perintahkan mereka untuk
memulai awal pengalaman dan menulis apa yang sedang mereka dan
lainnya lakukan dan rasakan. Guru menyuruh peserta didik untuk
menulis sebanyak mungkin yang mereka inginkan tentang peristiwa22 Ismail, Strategi pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM
(Semarang :Oktober, 2008) hal 75
20

peristiwa-peristiwa

yang

terjadi

dan

perasaan-perasaan

yang

dihasilkannya.
3. Guru memberikan waktu yang cukup untuk menulis. Peserta didik
seharusnya tidak merasa terburu-buru, ketika mereka selesai, guru
mengajak mereka untuk membacakan tentang refleksinya.
4. Guru mendiskusikan hasil pengalaman peserta didik tersebut bersamasama.
5. Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.
Reading Aloud (Strategi membaca dengan keras)23
Membaca suatu teks dengan keras dapat membantu peserta didik
memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaanpertanyaan, dan merangsang diskusi. Strategi tersebut mempunyai efek
pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang
kohesif. Prosedur dari strategi ini adalah sebagai berikut:
1. Guru memilih sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan
keras, misalnya tentang manasik haji. Guru hendaknya membatasi
dengan suatu pilihan teks yang kurang dari 500 kata.
2. Guru menjelaskan teks itu pada peserta didik secara singkat. Guru
memperjelas poin-poin kunci atau masalah-masalah pokok yang dapat
diangkat.
3. Guru membagi bacaan teks itu dengan alinea-alinea atau beberapa cara
lainnya. Guru menyuruh sukarelawan-sukarelawan untuk membaca
keras bagian-bagian yang berbeda.
4. Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan di
beberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu, kemudian guru
memunculkan beberapa pertanyaan, atau memberikan contoh-contoh.
Guru dapat membuat diskusi singkat jika para peserta didik
menunjukkan

minat

dalam

bagian

tertentu.

Kemudian

guru

melanjutkan dengan menguji apa yang ada dalam teks tersebut.


5. Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.

23 Ibid hal 76
21

Anda mungkin juga menyukai