Osteoporosis Lansia by Ika Yes
Osteoporosis Lansia by Ika Yes
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Medikal Bedah III
yang dibina oleh Ibu Tavip Dwi Wahyuni S.Kep, Ns
Oleh: KELOMPOK 2/ 2A
1. Indra Dwi A
2. Daniar Ade S
3. Amanda Rusyda
4. Devilia R
5. Anggyta Puspitasari
6. Renita Amelia Sari
7. Irzam Beni K
8. Saidatul Arifah
9. Lailatun Nisak
10.Fina Aula R
11. M. Sahrul M
12.Riris Eka Utari
13.Ika Yesika Sari
14.Farchia Yunitasari
15.Olivia Maulina
(1301100001)
(1301100006)
(1301100011)
(1301100014)
(1301100018)
(1301100019)
(1301100026)
(1301100030)
(1301100037)
(1301100038)
(1301100039)
(1301100043)
(1301100049)
(1301100050)
(1301100055)
JURUSAN KEPERAWATAN
DIII KEPERAWATAN MALANG
JUNI 2015
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul
Asuhan
Penulis
BAB 1
PENDALAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan pada usia lanjut yang sering di temui dan perlu
mendapat
perhatian
adalah
penyakit
osteoporosis.
Osteoporosis
atau
dibandingkan
laki-laki
dan
merupakan
problem
pada
wanita
1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran
mahasiswa dalam memahami Osteoporosi dan Asuhan Keperawatan dari
Osteoporosis.
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian osteoporosis
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi osteoporosis
c. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi osteoporosis
d. Mahasiswa mampu memahami manifestasi osteoporosis
e. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik osteoporosis
f. Mahasiswa mampu memahami komplikasi osteoporosis
g. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan osteoporosis
h. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan osteoporosis
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di
Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa
massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan
penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat
meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati,
2006).
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorbsi
tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan
massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah
patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stress yang tidak akan menimbulkan
pengaruh pada tulang normal. (Keperawatan Medikal Bedah, 2335)
Osteoporosis adalah penurunan massa tulang yang disebabkan karena
meningkatnya resorbsi tulang melebihi pembentukan tulang. Dua penyebab
ketidakseimbangan ini yang paling penting adalah fungsi gonad yang menurun
dan proses penuaan normal. (Patofisiologi volume 2, 1359)
2.2 Klasifikasi Osteoporosis
Menurut pembagiannya, osteoporosis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Osteoporosis primer, Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak
diketahui penyebabnya. Pada tahun 1983, Riggs dan Melton membagi
osteoporosis primer menjadi 2 tipe, yaitu :
Osteoporosis tipe
I yang
disebut juga
osteoporosis
pasca
sekunder
yang
mengakibatkan timbulnya
osteoporosis.
2) Osteoporosis sekunder, osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang
diketahui nyebabnya, yaitu terjadi karena adanya penyakit lain yang
mendasari, defisiensi atau konsumsi obat yang dapat menyebabkan
osteoporosis.
Penyebab genetik (kongenital) seperti : Kistik fibrosis, Ehlers
Danlos syndrome, penyakit penyimpanan glikogen, penyakit
Gaucher, Hemokromatosis.
Keadaan hipogonad, seperti : Insensitifitas androgen, Anoreksia
Cushing
Diabetes
Melitus,
Prolaktinoma, dll.
Gangguan yang diinduksi obat, seperti : Glukokortikoid, Heparin,
Antikonvulsan.
2.3 Etiologi
1. Wanita
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh
hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35
tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45
tahun.
2. Usia
Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia
75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami
kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium
menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.
3. Ras/Suku
Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki
risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia
rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan
menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik
memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.
4. Keturunan Penderita Osteoporosis
Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah.
Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti
kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga
pasti punya struktur genetik tulang yang sama.
5. Gaya Hidup Kurang Baik
a. Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena keduanya
mengandung fosfor yang merangsang pembentukan horman parathyroid,
penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.
b. Minuman berkafein dan beralkohol.
Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang
keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr.
Karen Rafferty dari creighton University Osteoporosis Research Centre di
Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan
keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih
banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses
pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang
menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas).
c. Malas Olahraga
Mereka yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses
osteoblasnya (proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan
massa tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka
otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.
d. Merokok
Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok
sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya
mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga
membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang
sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses
2.4 Patofisiologi
Ostoporosis Primer
2.5 Manifestasi
Osteoporosis dimanifestasikan dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan
aktivitas.
6.
vertebra
yang
memberikan
gambaran picture-frame
vertebra.
b. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk
menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis
apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan
dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang)
bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD
berada diatas nilai -1.
Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:
1.
c. Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan
menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu
pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta
kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur
trabekula.
e. Biopsi tulang dan Histomorfometri
f. Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan
metabolisme tulang.
g. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus
vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks
dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering
ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang
menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan
menyebabkan deformitas bikonkaf.
h. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral
vertebra diatas 110 mg/cm3baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra
atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm 3 ada pada
hampir semua klien yang mengalami fraktur.
i. Pemeriksaan Laboratorium
1.
2.
3.
4.
2.7 Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh
dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Berbagai fraktur
yang terjadi akibat komplikasi dari osteoporosis antara lain ; fraktur vertebra,
fraktur pinggul, fraktur femur, fraktur pergelangan tangan, dan berbagai macam
fraktur lainnya.
2.8 Penatalaksanaan
a.
Pengobatan
Pengobatan osteoporosis difokuskan kepada memperlambat atau
mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. tujuan dari pengobatan ini adalah
mencegah terjadinya fraktur (patah tulang)
Secara teoritis osteoporosis dapat diobati dengan cara menghambat kerja
osteoklas dan atau meningkatkan kerja osteoblas. Akan tetapi saat ini obat-obat
yang beredar pada umumnya bersifat anti resorpsi. Yang termasuk obat
antiresorpsi misalnya: esterogen, kalsitonin, bifosfonat. Sedangkan Kalsium
dan Vitamin D tidak mempunyai efek antiresorpsi maupun stimulator tulang,
tetapi diperlukan untuk optimalisasi meneralisasi osteoid setelah proses
pembentukan tulang oleh sel osteoblas.
Estrogen
Mekanisme estrogen sebagai antiresorpsi, mempengaruhi aktivitas sel
osteoblas maupun sel osteoklas, telah dibicarakan diatas. Pemberian terapi
estrogen dalam pencegahan dan pengobatan osteoporosis dikenal sebagai
Terapi Sulih Hormon (TSH). Estrogen sangat baik diabsorbsi melalui kulit,
mukosa vagina, dan saluran cerna. Efek samping estrogen meliputi nyeri
payudara
(mastalgia),
retensi
cairan,
peningkatan
berat
badan,
Bifosfonat
suplemen).
Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk
meningkatkan kepadatan tulang.
b.
maupun
pengobatan
osteoporosis.
Program
olahraga
bagi
penderita
kehilangan tulang belakang dan hampir tiga kali lipat risiko terkena patah
tulang pinggul. Resiko kehilangan tulang tampak tertinggi pada wanita
yang mengkonsumsi lebih dari 18 ons kopi per hari, atau 300 mg kafein
dari sumber lain.
f. Membatasi suplemen vitamin A. Penelitian telah menunjukkan bahwa
asupan vitamin A yang terlalu tinggi, baik dengan makanan atau suplemen,
dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan risiko
fraktur pinggul. Asupan sehat dan cukup vitamin A dapat dipastikan
dengan beta-karoten dari sumber tanaman, sayuran terutama oranye dan
kuning.
g. Kombinasi suplemen vitamin D dan kalsium. Pada klien dengan obat-yang
menyebabkan osteoporosis, kombinasi dari kedua nutrisi tampaknya
bermanfaat signifikan dalam mengurangi kehilangan tulang lebih lanjut.
Suplemen vitamin D (500 sampai 800 IU/hari) dan kalsium (1200-1300
mg/hari) juga telah ditemukan meningkatkan kepadatan tulang dan
penurunan kehilangan tulang dan risiko patah tulang pada wanita dewasa
yang lebih tua. Klien wanita dengan diagnosa osteoporosis harus
mendapatkan asupan kalsium total dari pola makan dan suplemen sekitar
1500 mg/hari dalam dosis terbagi tiga atau lebih, ditambah sedikitnya 400
sampai 800 IU vitamin D setiap hari. Namun, klien yang tidak berisiko
tinggi untuk osteoporosis mungkin tidak memerlukan suplemen kalsium.
Hal ini terutama berlaku untuk pria, yang mungkin memiliki peningkatan
risiko terkena kanker prostat jika mereka mengkonsumsi terlalu banyak
kalsium atau susu.
I. Pengkajian
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama
:A
Umur
: 41 tahun
Agama
: Islam
Suku / bangsa
: Sumbawa / Indonesia
Pendidikan
: Sarjana
Pekerjaan
: PNS
Status perkawinan
: Sudah kawin
Alamat
: Kelurahan Pekat
No. RM
:Tgl masuk RS
: 26 April 2012
Tgl pengkajian
: 26 April 2012
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama
:N
Umur
: 30 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: Sarjana
Suku / bangsa
: Sumbawa / Indonesia
Pekerjaan
: Pegawai Negeri
Status perkawinan
: Sudah kawin
Alamat
: Kelurahan Pekat
Hub. dengan klien
: Saudara kandung
B. Riwayat kesehatan
.1 Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri pada punggung dan susah
.2
bergerak.
Riwayat perjalanan penyakit : osteoporosis yang diderita pasien
disebabkan oleh usia yang telah memasuki 63 tahun. Sehingga
menyebabkan
kekurangan
estrogen
yang
membantu
mengatur
mengalami operasi.
.c Alergi : Klien mengatakan tidak mengalami alergi.
C. Pengkajian Pola Fungsi
a. Bernafas secara normal
nutrisi terpenuhi.
Setelah sakit : Pasien mengatakan hanya dapat menghabiskan
porsi makanan dan minum kurang
tidak normal
e. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak
suhu 370C.
Setelah sakit : pasien mengatakan suhu tubuh meningkat dalam
normal.
Setelah sakit : Pasien mengatakan tidak dapat mempertahankan
keamanan dan kesehatan lingkungan, susah menjaga lingkungan
sekitar.
j. Komunikasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat berkomunikasi baik
berbicara, mendengar maupun mengerti pembicaraan orang lain,
terus meningkat.
Setelah sakit : Pasien mengatakan prestasi kerja mengalami
penurunan, karena kondisi kesehatan yang tidak baik serta tidak
dapat menyelesaikan segala pekerjaan yang ada, prestasi pekerjaan
menurun.
m. Rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat melakukan liburan atau
5. Sistem saraf
Orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan tidak ada
gangguan. GCS : 14, kesadaran compos mentis
6. Sistem pencernaan
Ascites (-), Bising usus : 12 x/mnt, massa (-), nyeri tekan pada apendik (-),
timpani, konstipasi (-), mulut dan membran mukosa kering
7. Sistem komunikasi
a)
Keterbatasan mobilitas fisik.
b)
Adanya ketergantungan pada orang lain.
E. Rencana Pulang
a. Pasien masih tinggal dengan orang tua.
b. Pasien pulang dengan kendaraan pribadi, yaitu mobil.
c. Untuk megantisipasi masalah kambuh penyakit, pasien secara rutin
d.
e.
f.
g.
F. Pemeriksaan penunjang
a) Kadar HPT (pada post menopause kadar HPT meningkat
b) Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi Ca menurun.
c) Ekskresi fosfat dan hydroksyproline terganggu sehingga meningkat
kadarnya.
G. Terapi
Terapi estrogen dosis rendah; 0,3 sampai 0,625 mg/hari unuk wanita pasca
menopausal, disertai pemeriksaan payudara mandiri setiap bulan,
pemeriksaan payudara klinis regular dan mamografi dengan Pap smear
ANALISA DATA
No Symptom
Etiologi
Problem
saat
bergerak,
nyeri
Nyeri akut
berkurang/penipisan tulang
area
yang
nyeri
-
Kepadatan tulang
Pasien
merintih
tulang
TD : 140/90 mmHg
RR : 18 x/menit
Nadi : 90x/menit
S : 36,50C
2 DS : Pasien mengatakan susah
Nyeri akut
bergerak
Pasien
Kepadatan tulang
berkurang/penipisan tulang
mengatakan
stamina
menurun
DO :
Kemampuan
bergerak
pasien menurun
-
Nyeri akut
kifosis
-
Pasien
menggunakan
penyanggah
belakang
tulang
Hambatan
mobilitas fisik
DS : -
Kepadatan tulang
DO :
berkurang/penipisan tulang
-
Pasien
menggunakan
penyanggah
belakang
-
Risiko jatuh
Klien
kemampuan
menurun
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri akut berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra
spasme otot, deformitas tulang ditandai dengan klien mengeluh nyeri
-
punggung
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat
perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder klien mengatakan badan terasa
3.
No.
1.
INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan
dengan dampak sekunder
dari
fraktur
vertebra
spasme otot, deformitas
tulang ditandai dengan
klien mengeluh nyeri
punggung
Intervensi
- lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
- observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
- gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
- kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
- kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- kurangi faktor presipitasi
- ajarkan tentang teknik relaksasi progresif
- ajarkan senam osteoporosis
- anjurkan untuk tidak membawa beban terlalu berat
- berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- tingkatkan istirahat
2.
3.
Klien
mampu
mempertahankan
keseimbangan
-
Klien
mengetahui
cara
pencegahan
jatuh
-
Perilaku pencegahan
jatuh oleh klien dan
pemberi asuhan
4.
IMPLEMENTASI
No. Hari/tanggal Dx
Implementasi
1
Kamis/ 26 1,2,3
1. Mengevaluasi
April 2012
TTD
keluhan
/ketidaknyamanan,
lokasi
dan
nyeri
perhatikan
karakteristik
petunjuk
nyeri
(perubahan
pada
klien
tentang
menggunakan
progresif,
dalam,
latihan
imajinasi
senam
osteoporosis
6. Menganjurkan
cukup
dan
stirahat
yang
mengurangi
kebisingan
7. Mengkaji tingkat kemampuan
klien yang masih ada.
8. Merencanakan
tentang
pemberian
latihan,
program
dengan
ahli
5. Evaluasi
Hari/tanggal
Dx
Kamis, 26 April I
Catatan Perkembangan
S : Pasien mengatakan
2012
berkurang
Paraf
nyeri
O:
-
Pasien
tampak
tidak
merintih
-
TD : 130/80 mmHg
S: 36,5oC
RR : 20x/ menit
A : MTS
P : Lanjutkan intervensi.
II
Pasien
tampak
tidak
Pasien
belum
mampu
menggunakan walker
-
Klien
dapat
berpindah
dari
tidur
menjadi
berbaring
A : MTS
III
P : Lanjutkan intervensi
S:O:
-
Tidak
dilaporkan
kejadian jatuh
-
Klien
mengetahui
tindakan
pencegahan
cidera
A : MTS
P : Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Tandra,
Osteoporosis
Mengenal,
Mengatasi
dan
Ketahui Tentang
Mencegah
Tulang
Kedokteran
dan
OSTEOPOROSIS(Askep
Osteoporosis.pdf).
http://www.4shared.com/office/rBkkM-fK/Askep_Osteoporosis.html,
diakses