Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH STUDI ISLAM

Thaharah dan Kesehatan Jasmani Rohani

Disusun oleh :
KELOMPOK 9

Febrilianti Kusuma Wardhani

(11141040000001)

Eno Permatasari

(11141040000030)

Yoyoh Rokayah

(11141040000034)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MEI/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah Studi Islam mengenai Thaharah dan Kesehatan Jasmani
Rohani.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas kelompok dan memahami mengenai
hubungan antara thaharah (bersuci) dengan kesehatan jasmani dan rohani manusia.
Penulis mengucapkan terimakasih kepasa pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak
diharapkan memberikian masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.
Ciputat, 13 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI
2

Kata Pengantar....................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................ 2
BAB I...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN....................................................................................... 3
1.1

latar belakang............................................................................3

1.2

tujuan........................................................................................ 3

1.3

rumusan masalah......................................................................3

BAB II..................................................................................................... 4
PEMBAHASAN......................................................................................... 4
2.1

Pengertian Thaharah.................................................................4

2.2Jenis- jenis thaharah dan cara berthaharah...................................8


2.2.1 Istinja dan Istijmar.................................................................8
2.2.2 Wudhu.................................................................................... 9
2.2.3 Tayamum............................................................................. 13
2.2.4 Mandi.................................................................................... 17
BAB III................................................................................................. 23
PENUTUP............................................................................................ 23
3.1 Kesimpulan................................................................................. 23
3.2 Saran.......................................................................................... 23
Daftar Pustaka...................................................................................... 24

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebersihan adalah sebagian dari iman, kalimat tersebut merupakan ungkapan yang sudah sangat
dikenal oleh khalayak umum. Apalagi sebagai seorang muslim kita harus tahu pengertian thaharah,
jenis dan macamnya serta cara melakukannya. Makna thaharah menurut bahasa adalah bersuci dan
membersihkansedangkan menurut syara sebagaimana dikatakan oleh al-jurnani (1998: 142), thaharah
berarti membersihkan anggota badan tertentu dengan cara tertentu pula. Sering pula dikatkan bahwa
thaharah adalah membersihkan diri dari najis dan hadast dengan alat-alat yang dtentukan oleh syariat
islam.Thaharah atau bersuci merupakan tahap awal dalam proses beribadah kepada Allah SWT ,
dengan sempurnanya thaharah kita maka insya Allah ibadah kita pun akan lancar, oleh karena itu
wawasan tentang thaharah beserta tata caranya perlu dibahas untuk menyempurnakan ibadah kita.

1.2

TUJUAN

1.
2.
3.
4.

1.3

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan thaharah.


Untuk mengetahui jenis-jenis thaharah.
Untuk mengetahui dan mempraktikan thaharah.
Untuk mengetahui hubungan thaharah dengan kesehatan jasmani dan rohani manusia.

RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Thaharah.
2. Jenis-jenis thaharah dan cara berthaharah
3. Hubungan thaharah dengan kesehatan jasmani dan rohani

BAB II
PEMBAHASAN
2.1PENGERTIAN THAHARAH
Secara etimologi kata thaharah adalah masdar atau kata benda yang terambil dari kata kerja (
- )yang berarti bersuci. Sedangkan menurut syara sebagaimana dikatakan oleh al-jurnani
(1998: 142), thaharah berarti membersihkan anggota badan tertentu dengan cara tertentu pula.
Sering pula dikatkan bahwa thaharah adalah membersihkan diri dari najis dan hadast dengan alatalat yang dtentukan oleh syariat islam. Perlu diketahui bahwa najis berbeda dengan hadast. Najis
adalah materi dari satu kotoran sedngkan hadast adlah kondisi dimana seseorang dianggap tidak
suci karena telah mengeluarkan kotoran. Contoh; kalau seseorang telah buang air maka ia
berhadast. Setelah najisnya diberssihkan, dia masih tetap berhadast jika ia belum berwudhu. 1
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih alUtsaimin rahimahullah, makna thaharah adalah
bersuci dan membersihkan. Dalam terminologi Islam, thaharah ada dua macam: thaharah maknawi
dan thaharahhissy. Adapun thaharah maknawi: yaitu mensucikan hati dari syirik dan bid'ah dalam
beribadah kepada Allah Subhanahuwataalla, dan dari sifat dendam,hasad, marah, benci dan yang
menyerupai hal itu, dalam bergaul dengan

hamba-hamba Allah Subhanahuwataalla dimana

mereka tidak pantas mendapat perlakuan seperti itu.


Adapun thaharah hissy: yaitu mensucikan badan, dan ia ada dua bagian:
1) menghilangkan sifat yang menghalangi shalat dan semisalnya dari

sesuatu yang disyaratkan

baginya bersuci
2) menghilangkan kotoran.
Pertama kita akan membahas pertanyaan pertama tentang thaharah maknawi: yaitu mensucikan
hati dari syirik dan bid'ah pada sesuatu yangterkait hubungan dengan hak-hak Allah
Subhanahuwataalla. Inilah bersuciyang paling agung. Dan hal tersebut diatas lah yang menjadi
dasar semuaibadah. Ibadah apapun tidak sah dari seseorang yang hatinya berlumuransyirik, dan
1Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 44-45
5

bid'ah apapun yang dilakukan hamba untuk mendekatkan dirikepada -Nya hukumnya tidak sah,
yaitu yang tidak disyari'atkan oleh Allah
Subhanahuwataalla. Firman Allah Subhanahuwataalla
( ) :
Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan
karenakafir kepada Allah dan Rasul-Nya (QS. at-Taubah:54)
Dan Nabi Muhammad Salallahualaihi wassalam bersabda:
:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis,... (QS. atTaubah:28).2
Atas dasar inilah, maka orang yang menyekutukan Allah Subhanahuwataalla secara nyata (syirik
akbar), tidak diterima ibadahnya, sekalipun ia shalat, berzakat dan haji. Maka barangsiapa yang
berdoa kepada selain Allah Subhanahuwataalla atau menyembah selain Nya, maka sesungguhnya
ibadahnya tidak diterima. Sekalipun ia beribadah kepadanya dengan ikhlas hanya karena Allah
Subhanahuwataalla semata, selama ia menyekutukan -Nya dalam bentuk syirik akbar dari sisi
yang lain. Karena inilah Allah Subhanahuwataalla menggambarkan orang-orang musyrik bahwa
mereka adalah najis. Firman Allah Subhanahuwataalla:
:
"Barangsiapa yang melakukan amal ibadah yang tidak ada perintah kami
atasnya maka ia ditolak
Dan Nabi Muhammad Salallahualaihi awassalm menafikan najis dari orang
yang beriman, seperti dalam hadits:
:
"Sesungguhnya orang yang beriman tidak najis."3
Inilah yang semestinya menjadi perhatian besar bagi orang yang beriman untukmembersihkan hati
darinya. Demikian pula ia membersihkan hatinya dari sifat iri, dengki, marah dan benci bagi orang2HR. Muslim no. 1718
3HR. Al-Bukhari no. 283 dan Muslim no. 371.
6

orang yang beriman, karena semua ini adalah sifat yang tercela, bukan akhlak orang yang beriman.
Seorang mukmin adalah saudara mukmin yang lain, tidak membencinya, tidak menyakitinya, tidak
dengki kepadanya, akan tetapi ia mengharapkan kebaikan untuk saudaranya sebagaimana ia
mengharapkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Sehingga Rasulullah Salallahualaihi awassalm
menafikan iman dari orang yang tidak menyukai untuk saudara sesuatu yang dia sukai untuk
dirinya. Disebutkan dalam hadits:
:
Rasulullah Salallahualaihi awassalm bersabda: "Tidak beriman (yang sempurna seseorang darimu
sehingga ia menyukai untuk saudaranya sesuatu yang dia sukai untuk dirinya."4
Adapun menghilangkan sifat: yaitu mengangkat hadats kecil dan besar dengan cara membasuh
empat anggota tubuh dalam hadats kecil, dan membasuh semua anggota tubuh dalam hadats besar.
Bisa dengan air bagi yang mampu dan bisa juga dengan tayammum bagi orang yang tidak mampu
memakai air. Dalam hal ini Allah Subhanahuwataalla menurunkan firman- Nya
: :


Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dantanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jikakamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik(bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu, Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Diahendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.(QS. alMaidah:6)
Adapun jenis yang kedua: yaitu thaharah dari najis, yaitu setiap benda yang diwajibkan kepada
hamba agar menjauhkan diri darinya dan bersuci darinya, seperti kencing, kotoran dan semisal
keduanya yang dijelaskan oleh syari'at tentang najisnya. Karena inilah para ahli fikih berkata:
thaharah bisa jadi dari hadats dan bisa jadi dari najis. Dan menunjukkan bagi jenis ini, maksud saya
thaharah dari kotoran, hadits yang diriwayatkan oleh ahlus sunan, bahwa Rasulullah
4HR. al-Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45.
7

Salallahualaihi awassalm shalat bersama para sahabatnya pada suatu hari. Lalu beliau melepaskan
sendalnya maka para sahabat melepaskan sendal mereka. Maka tatkala Nabi Muhammad
Salallahualaihi awassalm berpaling (setelah salam), beliau bertanya kepada mereka: "Kenapa
mereka melepas sendal mereka? Mereka menjawab: 'Kami melihat engkau melepaskan sendal
maka kami melepaskan sendal kami. beliau bersabda:
:
Rasulullah Salallahualaihi awassalm bersabda: "Sesungguhnya Jibril alaihisallam datang
kepadaku seraya mengabarkan bahwa pada kedua ada adza.Maksudnya ada kotoran.5 Inilah
pembicaraan tentang pengertian thaharah. Syaikh Muhammad al-Utsaimin, Fiqhul
Ibadah, hal 112-114.

2.2JENIS- JENIS THAHARAH DAN CARA BERTHAHARAH


2.2.1 ISTINJA DAN ISTIJMAR
Istinja adalah membersihkan qubul dan dubur (alat pelepasan depan dan belakang) dari
kotoran atau najis yang keluar darinya, dengan menggunakan air sebagai alat pembersih. Dan bila
alat pembersihnya berupa batu disebut istijmar6.
Alat yang digunakan untuk istinja adalah air, sedangkan istijmar menggunakan batu, bendabenda lain yang memiliki daya serap seperti kertas-kertas (tissue), tembikar, dsb.Benda-benda cair
selain air, seperti minyak, dan benda-benda yang tidak memiliki daya serap seperti kaca atau
plastik, serta benda benda yang dihargai seperti makanan, atau yang dapat diolah menjadi
makanan, seperti sayur-sayuran, tidak boleh digunakan untuk istinja.7
Syarat-syarat istinja dengan batu adadelapan, yaitu :
1. Hendaknya dengan tiga batu
2. Masing-masing dari ketiga batu tersebut sudah bisa membersihkan tempat yang najis ( dubur
ataupun qubul).
5HR. Abu Daud no. 650
6Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 45-46
7Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 17
8

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Najis belum kering


Najis belum pindah dari tempat keluarnya.
Tidak di campuri dengan yang lain
Tidak melampaui hasyafah dan sofhah
Najis tidak terkena air
Harus dengan batu-batu yang suci

Syarat istinja dengan batu dan yang sejenisnya hendaklah di lakukan sebelum kotoran kering dan
kotoran itu tidak mengenai tempat lain selain tempatkeluarnya. Jika kotoran itu sudah kering atau
mengenai tempat selain tempat keluar nya, maka tidak sah lagi istinja dengan batu tapi wajib
dengan air.8
2.2.2 WUDHU
WUDHU' secara bahasa, bila dibaca dhammah artinya melakukan wudhu'. Dibaca fathah
(WADHU'): air wudhu. Secara syari'at ialah menggunakan air yang suci (memenuhi syarat) untuk
membersihkan anggota-anggota tubuh tertentu yang sudah diterangkan berdasarkan Al-Qur'an
dan Al-Hadist.9
Fardunya Wudhu
1. Niat
Hendaklah berniat(menyengaja) menghilangkan hadas atau menyengaja berwudhu. Sabda
rasullullah saw. (artinya) : sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat. (Riwayat
Bukhari dan Muslim).
Yang dimaksud dengan niat menurut syara yaitu kehendak yang disengaja melakukan
pekerjaan atau amal karena tunduk kepada hukum Allah swt.10
2. Membasuh wajah
Wajib membasuh wajah berdasarkan Surat Al-Maidah ayat 6.Batas muka yang wajib
dibasuh ialah dari tempat tumbuhnya rambut kepala sebelah atas sampai kedua dagu sebelah
bawah; kesampingnya dari telinga ke telinga; seluruh bagian wajah tersebut wajib dibasuh, baik
8Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 18-19

9Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra)hal 19

10Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 19-20
9

kulit maupun rambut, tidak boleh tertinggal sedikitpun, bahkan wajib dilebihkan sedikit agar
kita yakin bahwa semuanya telah tebasuh.
Menurut Kaidah ahli fiqh : sesuatu yang hanya dengan dia dapat di sempurnakan yang wajib,
maka hukumnya wajib. Hanya ada pengecualian untuk rambut jenggot dan rambut
pipi(brewok yang tebal), boleh hanya membasuh bagian luarnya saja walaupun air tidak
mengenai kulit.11
3. Membasuh kedua tangan beserta kedua siku
Maksudnya, siku wajib dibasuh. Keterangannya ju ga pada surat al-maidah ayat 6. Wajib
juga membersihkan kotoran kuku yang menghalangi air.12
4. Mengusap sedikit (rambut atau kulit) kepala
Walaupun hanya sebagian kecil, sebaiknya tidak kurang dari sekedar bagian ubun-ubun,
baik yang disapu itu kulit kepala ataupun rambut.13
5. Membasuh kedu kaki beserta kedua mata kaki
Maksudnya, dua mata kaki wajib juga dibasuh.Keterangannya juga ayat yang tersebut
diatas. Wajib juga membasuh seluruh kulit kuku, bahkan juga yang di balik kuku yang panjang.
Jika ada kotoran harus di bersihkan, karena menghalangi air.14
6. Tertib ( berurutan ).
Sunah-sunah wudhu
1. Bersiwak
2. Membaca basmalah ketika hendak wudhu
3. Membasuh kedua telapak tangan
4. Menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya kembali
5. Mengulangi 3 kali
6. Mengusap semua rambut kepala
7. Mengusap kedua telinga
8. Menyela-nyelai jari kaki dan tangan dengan air
9. Brurutan secara langsung
10. Mendahulukan yang kanan dari yang kiri
11. Melebih-lebihkan basuhan di anggota wudhu
11Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 20
12Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 21
13Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 21-22
14Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 22
10

12. Membaca doa sesudah wudhu15


Makruh-makruh wudhu
1.
2.
3.
4.

Menggunakan air yang tidak mengalir(menggenang), kecuali bila banyak


Kurang lebih dari tiga kali dalam melakukan rukun dan sunah
Meninggalkan salah satu sunah-sunah wudhu
Berlebih-lebihan dalam menggunakan air16

Air
1. Air sedikit adalah air yang belum mencapai 2 kulah.
2. Air banyak ialah air yang sudah mencapai 2 kulah, yaitu yang telah mencapai kurang lebih 245
liter atau mencapai kurang lebih 217 liter menurut al-habib Zain bin Smith. Dalam ukuran
wadah kira-kira wadah itu berukuran (62,4 cm x 62,4 cm) atau mlebihinya.
Air sedikit jika kejatuhan najis tidak di hukumi air muta najis kecuali bila berubah salah satu
dari rasa warna atau baunya.
Macam-macam air dan pembagiannya, yaitu :
1. Air yang suci dan menyucikan
Air yang demikian boleh diminum dan sah dipakai untuk menyucikan (membersihkan)
benda yang lain. Yaitu air yang jatuh dari langit atau bersumber. Dari bumi dan masih tetap
( belum berubah ) keadaannya, seperti air hujan, air laut, air es yang sudah hancur kembali,
air embun, dan air yang keluar dari mata air.
Firman Allah SWT, artinya :
Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menucikan kamu dengan hujan
itu. (Al-Anfal : 11)
Perubahan air yang tidak menghilangkan keadaan air atau sifatnya, yaitu sucimenyucikan, adalah sebagai berikut :
a. Berubah karena tempatnya, seperti air yang tergenang atau mengalir di batu belerang
b. Berubah karena lama tersimpan, seperti air kolam.
c. Berubah karena sesuatu yang terjadi padanya, seperti berubah disebabkan ikan atau
kambing.

15Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 22-23
16Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 22-23

11

d. Berubah karena tanah yang suci, begitu juga segala perubahan yag sukar dihindari,
misalnya berubah karena daun-dedaunan yang jatuh dari pohon-pohon yang berdekatan
dengan sumur atau tempat-tempat air itu.17
2. Air suci, tetapi tidak menyucikan
Hukum asal suci, tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu, yang
termasukdalam bagian ini ada tiga macam air, yaitu :
a. Air yang telah berubah salah satu sifatnya karena bercampur dengan suatu benda suci,
selain dari perubahan yang disebut diatas, seperti air kopi, teh dan sebagainya.
b. Air sedikit kurang dari dua kulah, yang sudah dipakai untuk menghilangkan hadas atau
menghilangkan najis, sementara air itu tidak berubah sifatnya dan tidak pula bertambah
timbangannya.
c. Air pohon-pohonan atau air buah-buahan, seperti air yang keluar dari tekukan pohon
kayu(air nira), air kelapa, air dari perasan buah dan sebagainya.
3. Air yang terkena najis
Hukum aslinya suci tetapi menjadi najis.
Air yang termasuk bagian ini ada 2 macam,yaitu
a. Air yang sudah berubah salah satu sifatnya oleh najis. Air ini tidak boleh dipakai lagi,
baik airnya sedikit maupun banyak, sebab hukumnya najis.
b. Air yang terkena najis tetapi tidak berubah sifatnya. Air ini kalau sedikit( berarti kurang
dari dua kulaha), maka tidak boleh dipakai lagi, bahkan hukumnya sama dengan najis
dan kalau air itu banyak, berari dua kulah atau lebih, hukumnya tetap suci dan
menyucikan.
4. Air yang makruh
Airnya sah dan boleh untuk bersuci akan tetapi hukumnya makruh. Air tersebut ialah
yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas atau perak.Air ini makruh di pakai
untuk badan, tetapi tidak makruh untuk pakaian, air ini makruh kecuali air yang terjemur
di tanah, seperti air sawah, air kolam, dan tempat-tempat yang bukan bejana yang bisa
berkarat.18
2.2.3 TAYAMUM
a. Pengertian Tayamum
Secara etimologis tayamum berarti menyengaja. Dalam terminologi fiqih tayamum
diartikan dengan menyampaikan tanah ke muka dan dua tangan sebagai ganti dari pada
17Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal24
18Yahya abdul wahid, matan safinatu an najah (semarang, 2003, PT karya toha putra) hal 25-27
12

wudhu dan mandi dengan syarat-syarat tertentu19. Tayamum adalah mrnyapukan debu tanah
yang suci ke muka dan dua tapak tangan sampai siku menurut cara tertentu. Tayamum
merupakan salah satu bentuk rukshah (keringanan) sebagai pengganti wudhu dan mandi,
karena tidak ada air, atau karena bagian tubuh yang hendak dibersihkabn dengan wudhu
atau mandi tidak boleh terkena air (misalnya karena sakit). Ibadah tayamum sama dengan
ibadah wudhu atau mandi, dan tidak mengurangi nilai ibadah wudhu atau mandi.20
b. Dasar Hukum
Hukum tayamum wajib, sebagaimana hukum wudhu dan mandi sebagai syarat sah
apabila seseorang hendak melaksanakan ibadah (misalnya shalat), sebagai mana firman
Allah dalam Q.S An Nisa 4:43.

(43)



Artinya Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat

buang air, atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air,
maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci) : sapulah mukamu dan
tanganmu (Q.S An Nisa 4:43).
c. Sebab-Sebab yang Memperbolehkan Tayamum
- Dalam keadaan tidak ada air.
Termasuk kategori tidak ada air yaitu kalau ada air, tetapi sangat sedikit dan tidak cukup
untuk berwudhu atau mandi. Atau ada air tetapi harganya sangat mahal melibihi harga yang
wajar, sehingga sulit membelinya, atau ada air tetapi letaknya sangat jauh sehingga sulit
-

menjangkaunya21.
Tidak ada kemampuan untuk memakai air.

19Ritonga, A. Rahman dan Zainuddin. 1997. Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
20 Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 46
21Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal47
13

Misalnya orang yang dipenjara dan tidak boleh keluaruntuk berwudhu, atau yang diikat
dan dilarang membuka ikatannya untuk berwudhu atau mandi karena khawatir jiwanya
-

terancam.22
Dalam keadaan sakit atau luka.
Orang sakit khawatir kalau terkena air untuk berwudhu atau mandi sakitnya makin parah

atau khawatir muncul penyakit baru, dapat melakukan tayamum.23


Membutuhkan air.
Seorang yang memiliki air dalam jumlah cukup untuk berwudhu atau mandi, tetapi dia
sangat membutuhkannya untuk keperluan lain yang akan menyelamatkan jiwanya dan
kemudharatan, dia boleh bertayamum meskipun memiliki air yang cukup. Misalnya air
diperlukan untuk memasak, untuk menghilangkan najis, untuk minum binatang peliharaan,

dan sebagainya.24
Takut kehilangan harta apabila mencari air.
Orang yang yakin apabila untuk wudhu dicari, pasti akan didapat dengan mencari, tetapi ia
khawatir akan kehilangan harta apabila upaya pencarian dilakukan, dapat melakukan

tayamum.25
Keadaan sangat dingin.
Apabila seseorang khawatir akan berbahaya apabila menggunakan air untuk berwudhu
karena udara sangat dingin, dan tidak ada alat untuk memanaskan, dibolehkan tayamum. Hal
ini hanya berlaku bagi orang yang junub, sedangkan bagi orang yang berhadas kecil tidak

dapat tayamum dengan alasan lain.26


Tidak ada alat untuk mengambil air.
Misal ada air didalam sumur, tetapi timbanya tidak ada, maka boleh tayamum.27
Takut habis waktu salat, jika ia untuk berwudhu.

22Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal47


23Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 48
24Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 48
25Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 49
26Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 49
27Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 49
14

Bagi musyafir, dia dapat bertayamum apabila dengan mencari air untuk berwudhu dia akan
kehabisan waktu melaksanakan shalat. Bagi musyafir, alasan kehabisan waktu tidak dapat
menjadi alasan untuk bertayamum, sebab tayamum dilakukan bersamaan dengan air.28
d. Rukun tayamum
Semua ulama (jumhur ulama) menyepakati rukun tayamum ada (lima) yaitu:
(1) Niat, saat menyapu muka.
(2) Menyapu muka dan dua tangan.
(3) Menertibkan rukun tayamum.
(4) Berturut-turut (mengurutkan), yaitu menyapu anggota-anggota badan yang ditayamumi
secara berkesinambungan (berurutan) tanpa disela dengan suatu waktu atau perbuatan lain
yang memberi kesan terputusnya tayamum.
(5) Shaid (tanah) yang suci. Termasuk dalam pengertian tanah adalah pasir, batu, kerikil,
kapur. Boleh juga semua barang tambang selain emas, perak permata atau mutiara, selama
belum dipindahkan dari tempatnya. Juga salju yang membeku baikn yang ada dilaut
maupun bumi dapat dipergunakan untuk tayamum.29
e. Syarat-syarat tayamum
(1) Sudah masuk waktu shalat.
Tayamum diwajibkan kalau sudah masuk waktu shalat. Sebelum masuk waktu shalat,
maka belum diwajibkan melakukan tayamum.
(2) Sudah diusahakan mencari air, tetapi air tidak didapat, sementara telah masuk waktu
shalat.
(3) Dengan tanah yang suci dan berdebu.
(4) Menghilangkan najis.
Sebelum melakukan tayamum seseorang yang hendak tayamum hendaknya ia bersih
dari najis.30
f. Sunah tayamum
(1) Membaca basmallah, sama dengan sunat wudhu, karena tayamum adalah pengganti
wudhu.
(2) Menghembuskan atau meniup debu yang ada di dua telaan tangan, agar tanah yang di
telapak tangan itu menjadi tipis.

28Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 49


29Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 50-51
30Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 51-52
15

(3) Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum sebagaimana sesudah
selesai wudhu.31

2.2.4 M ANDI
Pengertian mandi
Mandi dalam bahasa arab adalah al ghuslu yang berarti mandi, dan juga berarti air yang dipergunakan
untuk mandi. Mandi secara bahasa adalah suatu perbuatan yang dilakukan manusia dengan cara
mengalirkan air kebadannya. Secara istilah mandi adalah menggunakan (mengalirkan) air yang suci
ke seluruh badan dengan cara yang ditentukan syara32.
Hukum mandi
Hukum mandi ada yang wajib dan ada yang sunah, dan ada yang makruh. Mandi wajib karena
seseorang melakukan perbuatan tertentu, seperti jima (bersetubuh), keluar mani, keluar air haid atau
nifas, dan karena meninggal. Mandi sunah, seperti mandi hendak shalat Jumat, mandi hari Raya Idul
Fitri dan Idul Adha, ketika hendak ihram, mandi setelah memandikan mayat, mandi karena akan
melaksanakan shalat istisqa dan sebagainya. Mandi makruh mislanya mandi sambil berbicara, mandi
dengan air terlalu banyak terlalu berlebihan, mandi dengan minta tolong orang lain tanpa uzur,
memukulkan air ke muka dan sebagainya33.
Dalil yang berkaitan dengan mandi
1. Firman Allah SWT dalam surat Al Maidah 5:6

Artinya: dan jika kamu junub maka bersucilah (Al Maidah 5:6).
2. Firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah 2:222

Artinya: mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah haidh itu adalah suatu kotoran. Oleh

sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh, dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. (Al Baqarah 2:222).
31Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 52
32Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal54
33 Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 55

16

Sebab-sebab mandi wajib


Sebab mandi wajib ada enam, tiga diantaranya biasa terjadi pada laki-laki dan wanita, tiga lainya
terjadi khusus pada wanita.
1. Jima (bersetubuh), baik keluar mani atau tidak.
Jima juga disebut bertemu dua khitan. Apabila dua orang laki-laki wanita bersetubuh, maka
mereka keduanya wajib mandi, Rasullah menyatakan. Artinya: Apabila bertemu dua penyunatan
(dua khitan) maka sesungguhnya telah diwajibkan mandi, meskipun tidak keluar mani (HR.
Muslim).34
2. Keluar mani (sperma)
Baik keluarnya sebab bermimpi, atau sebab lainnya, dengan sengaja atau tidak sengaja. Keluar
mani bisa melalui hubungan seksual maupun sebab lain, misal muncul syahwat karena laki-laki
memandang wanita, menghayal melakukan persetubuhan, bercumbu, atau karena penyakit, atau
penganiayaan. Jika yang keluar bukan mani, misalnya mazi, wadi, atau air kencing, maka tidak
wajib mandi, cukup wudhu saja.35
3. Mati
Orang islam yang meninggal, wajib dimandikian sebelum dikafani, dishalatkan, dan
dimakamkan. Hukum memandikan orang islam yang meninggal bagi muslim lain adalah fardhu
kifayah, artinya setiap muslim mempunyai kewajiban setiap muslim mempunyai kewajiban untuk
memandikannya, tetapi apabila salah seorang atau beberapa orang telah memandikan orang yang
meninggal tersebut, maka kewajiban bagi muslim yang lain sudah terpenuhi, berarti kewajiban bagi
yang belum memandikan jenazah menjadi gugur, dan dia tidak mempunyai kewajiban lagi untuk
memandikan jenazah tersebut36.
4. Darah haid atau nifas
Haidh adalah darah yang keluar dari rahim wanita dalam kondisi sehat, tidak karena melahirkan,
dan tidak pula karena sakit. Nifas adalah darah yang keluar mengiringi kelahiran anak. Wanita yang
keluar darah haidh atau nafas diwajibkan mandi setelah berhenti darah tersebut37.
34Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 56
35Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 56
36Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal57
37Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 57
17

5. Karena melahirkan, baik anak yang dilahirkan itu cukup umur atau tidak seperti seperti keguguran.
Dalilnya seperti dalil wajib mandi bagi yang keluar darah haidh atau nifas diatas.38
6. Orang yang baru masuk Islam. Ahli fiqh mahzab Maliki dan Hambali mewajibkan mandi bagi setiap
orang kafir bila masuk Islam, baik dalam keadaan junub atau tidak, karena Rasululullah SAW
menyuruh memandika Qais bin Ashim yang baru menyatakan keislamannya, seperti hadis dibawah
ini. Artinya: dari Qais bahwa dia masuk Islam, lalu Rasulullah SAW menyuruhnya mandi dengan

1.
2.
3.
4.

air dan bidara. (HR. Al Khamsah kecuali Ibnu Majah).39


Fardu Mandi
Niat, yaitu niat fardu mandi, menghilangkan janabah atau hadas besar.
Mengalirkan air keseluruh badan dan rambut.
Berkumur-kumur dan memasukan air ke hidung.
Menghilangkan najis dan segala yang menghalangi sampainya air ke seluruh bagian badan yang
dimandikan.40
Sunah Mandi

1. Membaca basmalah sebelum niat.


2. Membasuh dua tangan, faraj (qubul dan dubur), menghilangkan najis yang melekat di badan.
3. Berwudhu seperti wudhu untuk shalat. Termasuk dalam wudhu berkumur-kumur dan memasukan air
ke hidung.
4. Mengambil air dengan telapak tangan lalu menyiramkannya ke tempat-tempat yang sulit dicapai air,
seperti telinga, liputan-liputan perut, dan bagian-bagian dalam pusar.
5. Menuangkan air ke atas kepala lau disuapkan dengan tangan, kemudian menyiramkannya tiga kali ke
seluruh badan.
6. Mengusap atau menggosok rambut-rambut yang tumbuh di badan serta menghilangkan kotorankotoran yang ada dibawahnya.
7. Mendahulukan membasuh bagian tubuh yang kanan, baru yang kiri berturut-turut sesuai dengan urutan
fardhu dan sunah mandi.41
Mandi Sunah
38Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 57
39Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 58
40Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 58
41Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 59
18

Sebelum melakukan ibadah tertentu disunatkan mandi hukum mandi jenis ini adalah sunah atau
disunahkan, artinya kalau dikerjakan mendapat pahala, kalau tidak di kerjakan dia tidak berdosa.42
Mandi yang disunatkan untuk mengerjakan ibadah tertentu adalah:
(1) Mandi untuk shalat Jumat
(2) Mandi untuk shalat hari raya (Idul Fitri atau Idul Adha)
(3) Mandi untuk ihram dan umrah, wukuf di Arafah, bermalam di muzdalifah dan thawaf. Hal ini
disebabkan Rasulullah saw. melakukan mandi terlebih dahulu sebelum melaksanakan ihram (HR
Turmuzi) dan mandi untuk wukuf berdasarkan hadist Ibnu Majah diatas.
(4) Mandi untuk shalat gerhana matahari (kusuf) dan gerhana bulan (kusuf) dan shalat istisqa karena ketiga
ibadah itu merupakan ibadah yang mengumpulkan banyak orang seperti dalam shalat Jumat dan shalat
(5)
(6)
(7)
(8)

hari raya.
Mandi bagi orang yang sudah selesai memandikan mayat.
Mandi bagi wanita yang selesai istihadhah (haidh).
Mandi apablia sembuh dari gila, pinsan atau mabuk.
Mandi setelah berbekam, mandi pada malam baraah (nisfu syaban, separuh bulan syaban). Juga

disunatkan mandi apabila bertaubat dari dosa.


(9) Mandi bagi orang yang baru masuk Islam.
(10)
Mandi ketika akan memasuki kota mekkah.43
HUBUNGAN THAHARAH DENGAN KESEHATAN JASMANI ROHANI
Islam secara detail membahas thaharah dengan mendetail mulai dari masalah pribadi sampai
masalah sosial karena ajaran-ajaran yang ada dalam praktek peribadahan islam merupakan arahan dan
bimbingan bagi setiap muslim untuk berperilaku hidup sehat, baik untuk dirinya sendiri maupun
sekitarnya. Namun meskipun begitu belum tentu setiap muslim mampu berperilaku hidup sehat.
Muslim yang belum hidup sehat yaitu muslim yang tidak tahu dampak baik dan buruknya dalam
menjaga kesehatan.
Paradigma kesehatan bisa digunakan dalam memberikan informasi-informasi keislaman.
Sehingga tidak ada kesenjangan antara kemuliaan ajaran dengan perilaku kehidupan sehari-hari dari

42Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal60


43Zurinal dan Aminuddin,Fiqih Ibadah(Jakarta, 2008,Lembaga Penelitian UIN SH) hal 60
19

sudut kesehatan.44dalam upaya amialiah peribadahan tersebut dilihat dari segi manfaatnya dari sudut
kesehatan. Prinsip dasarnya adalah Allah SWT tidak menciptakan sesuatu kecuali memiliki manfaat
QS. Al- Imran 3:191 .





























Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS 3:191)
MENURUT al-quran penyakit ada dua macam yaitu penyakit hati ( mental) dan penyakit
jasmani. Masalah kesehatan dalam islam menyangkut kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Salah
satu cara menjaga kesehatan jasmani dan rohani kita dalah senantiasa beribadah kepada Allah SWT dan
langkah pertama dlam beribadah yaitu ber thaharah, sehingga dapat dikaitkan saat kita ber thaharah
maka secara otomatis keshatan jasmani dan rohani kita juga kan terjaga.contohnya Setiap musim harus
membersihkan pakaian- lahir dan batin- dalam rangka menjaga kesehatan jasmani rohani yang
semuanya berpangkal pada memelihara kebersihan.45

44 M. Tata taufik. 2013, pendekatan agama dalam pendidikan kesehatan.hal 4


45Hamad Hasan Raqith, Hidup Sehat Cara Islam; Seluk Beluk Kesehatan danPenjagaannya , hlm. 20

20

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengertian Thaharah adalah tindakan membersihkan ataumenyucikan diri
dari hadast dan najis. Thaharah atau Bersuci beberapamacam-macamnya
adalah wudlu, mandi, dan tayamum.Wudlu merupakan sebuah rangkaian
ibadah bersuci untuk menghilangkan hadas kecil. Wudlu merupakan syarat sah
sholat, yangartinya seseorang dinilai tidak sah shalatnya jika dia melakukan
tanpa berwudlu.Yang didalamnya ada ketentuan atau syarat-syarat serta
rukundan hal-hal yang merusak wudlu.Mandi adalah aktivitas mengalirkan air
pada

seluruh

tubuh

dengan

niat

tertentu.Sedangkan

tayamum

adalah

mengusapkan tanah ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan beberapa
syarat.

Tayamum

adalah pengganti

wudlu

atau

mandi,

sebagai

rukhsah(keringanan) untuk orangyang tidak dapat memakai air karena


beberapa halangan (uzur), yaitu Uzur karena sakit, karena dalam perjalanan
dan karena tidak ada air.

3.2 SARAN
1. Dalam kehidupan sehari-hari tentu umat muslim tidak terlepas dari thaharah
atau bersuci yang didalamnya terdapat macam-macamnya seperti wudlu,
mandi dan tayamum, untuk itu aplikasikan ilmu sesuai dengan Syariat Islam,
dan tentunya menyempurnakan ibadah kita terhadap Allah SWT.
2. Dalam kehidupan tidaklah semuanya sefaham, dalam ilmu fiqh punmengenal
beberapa mazhab yang terkenal seperti Mazhab Hanafi,
Mazhab Maliki, Mazhab SyafiI dan Mazhab Hanbali. Hal inimenyebabkan
beberapa perbedaan didalam mazhabnya termasuk perbedaan dalam fiqh
ibadah, namun semua itu kembali pada dirisetiap individu umat muslim mana
yang dipilihnya, karena setiapmazhab sama-sama bersumber pada Al-Quran
dan Hadist, dandibantu pula dengan Ijma dan Qiyas.
21

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranulkariim
Z, Zurinal ,Aminuddin.2008.Fiqih Ibadah.Jakarta: Lembaga Penelitian UIN SH.
Ritonga, A. Rahman dan Zainuddin. 1997. Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Yahya abdul wahid.2003.matan safinatu an najah.semarang :PT karya toha putra
Hamad Hasan Raqith, Hidup Sehat Cara Islam; Seluk Beluk Kesehatan danPenjagaannya
M.

Tata

taufik.

2013.

pendekatan

agama

dalam

pendidikan

kesehatan.

22

Anda mungkin juga menyukai