BENCANA TANAH
LONGSOR
Perpindahan material pembentuk
lereng
berupa
batuan,
bahan
rombakan tanah, atau material
campuran tersebut yang bergerak
ke bawah atau keluar lereng.
Longsor atau gerakan tanah adalah
suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa
batuan atau tanah dengan berbagai
tipe dan jenis seperti jatuhnya
bebatuan atau gumpalan besar
tanah.
Bergeraknya
massa
tanah dan batuan pada
bidang
gelincir
berbentuk
rata
atau
menggelombang landai.
LONGSORAN
Bergeraknya massa
tanah dan batuan pada
bidang gelincir
berbentuk cekung.
LONGSORAN TRANSLASI
perpindahan
batuan
yang bergerak pada
bidang
gelincir
berbentuk
rata.
Longsoran ini disebut
juga
longsoran
translasi blok batu.
PERGERAKAN BLOK
RUNTUHAN BATU
RAYAPAN TANAH
ALIRAN BAHAN
KECAMATAN
BULU KABUPATEN
Wilayah
Kecamatan Bulu
TEMANGGUNG
TANAH LONGSOR DI
LOKASI
KABUPATEN TEMANGGUNG
Kecamatan
Bulu
Kabupaten
Temanggung
merupakan
daerah
pegunungan
dengan
tingkat kemiringan yang paling tajam mencapai
70o. Pegunungan dengan tingkat kemiringan
sedemikian rupa merupakan
longsor.
daerah rawan
HAZARD
KABUPATEN TEMANGGUNG
Berdasarkan
materi
teknis
Rencana
Tata Ruang
Wilayah
Kabupaten
Temanggung
Tahun 20112031 dan
hasil
kajian oleh
Badan
Penangulang
KABUPATEN TEMANGGUNG
KABUPATEN TEMANGGUNG
Kerentanan Fisik
Struktur fisik desa-desa di kecamatan Bulu, Temanggung, bangunan
sudah terbentuk dari batu bata dan semen, namun pondasi
bangunan berada di tanah yang relatif tidak stabil. Hal tersebut
meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap bencana tanah longsor
Kerentanan Ekonomi
Masyarakat di kecamatan Bulu Temanggung banyak yang masih
berprofesi sebagai petani dengan tingkat kesejahteraan yang
kurang. Salah satu potret tingkat ekonomi adalah masih adanya sekitar
86 rumah warga yang tidak menggunakan sumber listrik PLN.
Kerentanan Sosial
Tingkat pendidikan yang cukup buruk, data menyebutkan bahwa
dalam bidang pendidikan, yang Tamat PT/Universitas 58 orang, Tamat
Akademi 25 orang, Tamat SLTA/sederajat 421 orang, tamat SLTP/
sederajat 380 orang, Tamat SD/sederajat 842 orang, Belum tamat SD
468 orang dan Belum/ tidak sekolah 71 orang.
Kerentanan Lingkungan :
KABUPATEN TEMANGGUNG
1. Belum adanya Konsep Pengembangan dan Pembangunan Permukiman
di Kabupaten Temanggung, yang sesuai dengan situasi lokal atau
daerah dan dapat mengakomodasi berkembangnya budaya multi
culture.
2. Kebijakan tata ruang Kabupaten sulit sekali dilaksanakan dan belum
dapat
mengakomodasikan
perkembangan
perumahan
dan
permukiman, sehingga adanya permukiman yang berada di kawasan kawasan rawan bencana ataupun kawasan konsrvasi.
3. Masih banyak rumah belum layak huni kondisi ini dikarenakan adanya
pertambahan
penduduk
yang
mengakibatkan
bertambahnya
kebutuhan perumahan yang belum semuanya mampu disediakan oleh
Pemerintah Kabupaten bahkan dalam penyediaan prasarana dan
sarana dasarnya.
4. Masih banyak rumah tidak yang sehat dengan kondisi lingkungan
rumah dimana belum tersedianya atau masih terbatasnya prasarana
dan sarana dasar seperti : Pelayanan air minum, Sanitasi, dan lain
lain.
KABUPATEN TEMANGGUNG
8. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan
perumahan yang sehat, sehingga perlu ada semacam sosialisasi
pembangunan perumahan dan permukiman langsung pada masyarakat.
9. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di
Kabupaten Temanggung yakni bencana tanah longsor yang tersebar di
Kecamatan Tretep, Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan,
Jumo, Bansari, Kledung, Kaloran, Pringsurat, Bulu, Tlogomulyo dan
Selopampang.
10. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di
Kabupaten Temanggung yakni bencana kekeringan yang tersebar di
Kecamatan Pringsurat, Kranggan, Kaloran, Kandangan, Bejen, Jumo dan
Bulu.
11. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di
Kabupaten Temanggung yakni bencana banjir yang tersebar di
Kecamatan Kedu, Parakan dan Bejen.
12. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di
Kabupaten Temanggung yakni bencana angin topan yang tersebar di
Kecamatan Selopampang, Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Temanggung,
KABUPATEN TEMANGGUNG
Secara umum kapasitas atau kemampuan masyarakat
untuk tanggap dan dapat mengatasi bencana dapat
dikategorikan KURANG. Tingkat pendidikan menjadi
salah satu faktor penyebabnya. Selain itu, Kecamatan
Bulu, Temanggung juga merupakan wilayah yang relatif
jarang mendapatkan penyuluhan atau pelatihan siaga
bencana khususnya bencana tanah longsor.
Karena pekerjaan masyarakat umumnya adalah petani,
dan banyak dari masyarakat yang tidak mengetahui
pentingnya hutan untuk menjaga stabilitas tanah,
masyarakat cenderung sering membabat hutan untuk
membuka lahan pertanian. Meskipun musim hujan
berlangsung setiap tahun, masyarakat cenderung tidak
CAPACITY
KABUPATEN TEMANGGUNG
Tanah longsor yang terjadi di wilayah yang tidak luas. Dampak yang
biasanya terjadi pada bencana tanah longsor di Kecamatan Bulu,
Temanggung diantaranya adalah:
Dampak Sosial : masyarakat yang terkena bencana tanah longsor
biasanya berjumlah cukup sedikit, pada bencana yang terakir tercatat,
tidak ada korban jiwa, namun kerusakan yang terjadi cukup banyak,
yaitu beberapa rumah warga rusak parah.
RESIKO
SISTEM MANAGEMENT
PASCA BENCANA
SHORT TERM
LONGSOR
Mengevaluasi kebijakan
terganggunya ekosistem.
LONG TERM
Instansi/Dinas
yang
berpengaruh
terhadap
PENYEBAB
SOLUSI
TERIMA
H
KASI