Anda di halaman 1dari 32

LANDSLIDE

Pemukiman Tanggap Bencana

PETA RAWAN BENCANA LONGSOR DI


INDONESIA

BENCANA TANAH

LONGSOR
Perpindahan material pembentuk
lereng
berupa
batuan,
bahan
rombakan tanah, atau material
campuran tersebut yang bergerak
ke bawah atau keluar lereng.
Longsor atau gerakan tanah adalah
suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa
batuan atau tanah dengan berbagai
tipe dan jenis seperti jatuhnya
bebatuan atau gumpalan besar
tanah.

BENCANA LONGSOR DI INDONESIA


Terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia.
Setiap tahunnya kerugian yang ditanggung akibat
bencana tanah longsor sekitar Rp 800 miliar,
sedangkan jiwa yang terancam sekitar 1 juta.

JENIS JENIS TANAH LONGSOR


Jenis - Jenis tanah longsor dapat dikategorikan
sebagai berikut:

JENIS JENIS TANAH LONGSOR

Bergeraknya
massa
tanah dan batuan pada
bidang
gelincir
berbentuk
rata
atau
menggelombang landai.

LONGSORAN

JENIS JENIS TANAH LONGSOR

Bergeraknya massa
tanah dan batuan pada
bidang gelincir
berbentuk cekung.

LONGSORAN TRANSLASI

JENIS JENIS TANAH LONGSOR

perpindahan
batuan
yang bergerak pada
bidang
gelincir
berbentuk
rata.
Longsoran ini disebut
juga
longsoran
translasi blok batu.

PERGERAKAN BLOK

JENIS JENIS TANAH LONGSOR

terjadi ketika sejumlah


besar batuan atau
material lain bergerak
ke bawah dengan cara
jatuh bebas

RUNTUHAN BATU

JENIS JENIS TANAH LONGSOR

RAYAPAN TANAH

jenis tanah longsor


yang bergerak
lambat. Jenis
tanahnya berupa
butiran kasar dan
halus.

JENIS JENIS TANAH LONGSOR

jenis tanah longsor


ini terjadi ketika
massa tanah
bergerak didorong
oleh air.

ALIRAN BAHAN

KECAMATAN
BULU KABUPATEN
Wilayah
Kecamatan Bulu
TEMANGGUNG

TANAH LONGSOR DI

LOKASI

yang merupakan salah satu


dari 20 kecamatan di
kabupaten Temanggung. Salah
satu dari 19 desa/kelurahan di
kecamatan Bulu adalah Desa
Bulu yang terletak di
ketinggian 700 m dari
permukaan laut dan berjarak 0
km dari ibu kota kecamatan
Bulu dan 2,71 km dari ibu kota
Kabupaten. Dengan luas
146,85 ha yang terbagi dalam
lahan sawah 124,20 ha dan
lahan bukan sawah 22,65 ha.

Letak desa bulu yang berada pada kemiringan 70


derajat kabupaten temanggung dengan kepadatan
penghuni yang cukup tinggi mengingat desa bulu
merupakan desa kecil.
Type permukimannya sendiri adalah permukiman
terpusat dimana permukiman tersebut dikelilingi
lahan pertanian.
Keadaan hutan yang buruk serta alih fungsi hutan

TANAH LONGSOR DI KECAMATAN BULU

KABUPATEN TEMANGGUNG
Kecamatan
Bulu
Kabupaten
Temanggung
merupakan
daerah
pegunungan
dengan
tingkat kemiringan yang paling tajam mencapai
70o. Pegunungan dengan tingkat kemiringan
sedemikian rupa merupakan

longsor.

daerah rawan

Sebagian daerah lereng gunung


semula merupakan hutan, namun sejak 10 tahun
terakhir kondisi hutan semakin buruk karena
maraknya pencurian kayu ilegal. Hal tersebut
meningkatkan risiko terjadinya bencana tanah
longsor. Dari 19 desa yang terdapat di
Kecamatan
Bulu
terdapat
2
desa
yang
merupakan daerah paling rawan longsor yaitu

HAZARD

TANAH LONGSOR DI KECAMATAN BULU

KABUPATEN TEMANGGUNG
Berdasarkan
materi
teknis
Rencana
Tata Ruang
Wilayah
Kabupaten
Temanggung
Tahun 20112031 dan
hasil
kajian oleh
Badan
Penangulang

Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam


Kabupaten Temanggung

TANAH LONGSOR DI KECAMATAN BULU

KABUPATEN TEMANGGUNG

Kejadian Tanah Longsor


Desa Wonotirto 14 Maret
2014

Kejadian tanah longsor yang terakhir kali terjadi


di Desa Wonotirto adalah tanggal 14 Maret
2014, pada saat tersebut terjadi kerusakan
sebanyak 8 rumah, dan terdapat korban luka
sebanyak 6 orang, tidak ada korban meninggal
dunia. Tanah longsor tersebut juga merusak
satu-satunya
akses
jalan
menuju
desa
Wonotirto. Desa Pagergunung tidak memiliki
data kapan terjadinya tanah longsor. Hal ini
dikarenakan sedikitnya jumlah penduduk yang
tinggal di desa ini. Desa Pagergunung
merupakan wilayah yang sangat tinggi.

TANAH LONGSOR DI KECAMATAN BULU

KABUPATEN TEMANGGUNG

Kerentanan adalah keadaan atau suatu sifat atau perilaku


manusia yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
menghadapi bahaya atau ancaman.

Kerentanan Fisik
Struktur fisik desa-desa di kecamatan Bulu, Temanggung, bangunan
sudah terbentuk dari batu bata dan semen, namun pondasi
bangunan berada di tanah yang relatif tidak stabil. Hal tersebut
meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap bencana tanah longsor
Kerentanan Ekonomi
Masyarakat di kecamatan Bulu Temanggung banyak yang masih
berprofesi sebagai petani dengan tingkat kesejahteraan yang
kurang. Salah satu potret tingkat ekonomi adalah masih adanya sekitar
86 rumah warga yang tidak menggunakan sumber listrik PLN.
Kerentanan Sosial
Tingkat pendidikan yang cukup buruk, data menyebutkan bahwa
dalam bidang pendidikan, yang Tamat PT/Universitas 58 orang, Tamat
Akademi 25 orang, Tamat SLTA/sederajat 421 orang, tamat SLTP/
sederajat 380 orang, Tamat SD/sederajat 842 orang, Belum tamat SD
468 orang dan Belum/ tidak sekolah 71 orang.
Kerentanan Lingkungan :

TANAH LONGSOR DI KECAMATAN BULU

KABUPATEN TEMANGGUNG
1. Belum adanya Konsep Pengembangan dan Pembangunan Permukiman
di Kabupaten Temanggung, yang sesuai dengan situasi lokal atau
daerah dan dapat mengakomodasi berkembangnya budaya multi
culture.
2. Kebijakan tata ruang Kabupaten sulit sekali dilaksanakan dan belum
dapat
mengakomodasikan
perkembangan
perumahan
dan
permukiman, sehingga adanya permukiman yang berada di kawasan kawasan rawan bencana ataupun kawasan konsrvasi.
3. Masih banyak rumah belum layak huni kondisi ini dikarenakan adanya
pertambahan
penduduk
yang
mengakibatkan
bertambahnya
kebutuhan perumahan yang belum semuanya mampu disediakan oleh
Pemerintah Kabupaten bahkan dalam penyediaan prasarana dan
sarana dasarnya.
4. Masih banyak rumah tidak yang sehat dengan kondisi lingkungan
rumah dimana belum tersedianya atau masih terbatasnya prasarana
dan sarana dasar seperti : Pelayanan air minum, Sanitasi, dan lain
lain.

PERMASALAHAN PERUMAHAN &

TANAH LONGSOR DI KECAMATAN BULU

KABUPATEN TEMANGGUNG
8. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan
perumahan yang sehat, sehingga perlu ada semacam sosialisasi
pembangunan perumahan dan permukiman langsung pada masyarakat.
9. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di
Kabupaten Temanggung yakni bencana tanah longsor yang tersebar di
Kecamatan Tretep, Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan,
Jumo, Bansari, Kledung, Kaloran, Pringsurat, Bulu, Tlogomulyo dan
Selopampang.
10. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di
Kabupaten Temanggung yakni bencana kekeringan yang tersebar di
Kecamatan Pringsurat, Kranggan, Kaloran, Kandangan, Bejen, Jumo dan
Bulu.
11. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di
Kabupaten Temanggung yakni bencana banjir yang tersebar di
Kecamatan Kedu, Parakan dan Bejen.
12. Terdapat permukiman yang berada pada lokasi rawan bencana di
Kabupaten Temanggung yakni bencana angin topan yang tersebar di
Kecamatan Selopampang, Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Temanggung,

PERMASALAHAN PERUMAHAN &

TANAH LONGSOR DI KECAMATAN BULU

KABUPATEN TEMANGGUNG
Secara umum kapasitas atau kemampuan masyarakat
untuk tanggap dan dapat mengatasi bencana dapat
dikategorikan KURANG. Tingkat pendidikan menjadi
salah satu faktor penyebabnya. Selain itu, Kecamatan
Bulu, Temanggung juga merupakan wilayah yang relatif
jarang mendapatkan penyuluhan atau pelatihan siaga
bencana khususnya bencana tanah longsor.
Karena pekerjaan masyarakat umumnya adalah petani,
dan banyak dari masyarakat yang tidak mengetahui
pentingnya hutan untuk menjaga stabilitas tanah,
masyarakat cenderung sering membabat hutan untuk
membuka lahan pertanian. Meskipun musim hujan
berlangsung setiap tahun, masyarakat cenderung tidak

CAPACITY

TANAH LONGSOR DI KECAMATAN BULU

KABUPATEN TEMANGGUNG
Tanah longsor yang terjadi di wilayah yang tidak luas. Dampak yang
biasanya terjadi pada bencana tanah longsor di Kecamatan Bulu,
Temanggung diantaranya adalah:
Dampak Sosial : masyarakat yang terkena bencana tanah longsor
biasanya berjumlah cukup sedikit, pada bencana yang terakir tercatat,
tidak ada korban jiwa, namun kerusakan yang terjadi cukup banyak,
yaitu beberapa rumah warga rusak parah.

Dampak Lingkungan : rusaknya lahan pertanian warga serta


rusaknya rumah rumah warga. Selain itu, tanah longsor yang terjadi di
2 desa tersebut diatas menyebabkan akses jalan menuju desa tersebut
terputus.
Dampak Ekonomi : karena akses jalan menuju desa tersebut putus
maka aktivitas perdagangan terganggu. Dan akibat rendahnya tingkat
ekonomi masyarakat.

RESIKO

Dampak Kesehatan : dampak tanah longsor dapat menyebabkan

GEJALA & PERINGATAN DINI


TANAH
LONGSOR
Muncul retakanBENCANA
memanjang atau
lengkung
pada tanah
atau pada konstruksi bangunan, yang biasa terjadi
setelah hujan.
Terjadi penggembungan pada lereng atau pada tembok
penahan.
Tibatiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka,
kemungkinan akibat deformasi bangungan yang
terdorong oleh massa tanah yang bergerak.
Tibatiba muncul rembesan atau mata air pada lereng.
Apabila pada lereng sudah terdapat rembesan air/mata
air, air tersebuT tibatiba menjadi keruh bercampur
lumpur.

MITIGASI BENCANA TANAH


LONGSOR

SISTEM MANAGEMENT

Bagan Alir Sistem


Manajemen
Bencana Longsor
(Karnawati, 2002)

MITIGASI BENCANA TANAH


1. PEMETAAN , menyajikan informasi visual tentang
LONGSOR
tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu
wilayah.
2. PENYELIDIKAN, mempelajari penyebab dan
dampak dari suatu bencana
3. PEMERIKSAAN, melakukan penyelidikan pada saat
dan setelah terjadi bencana,
4. PEMANTAUAN, dilakukan di daerah rawan bencana,
pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar
diketahui secara dini tingkat bahaya.
5. SOSIALISASI, memberikan pemahaman kepada
Pemerintah Provinsi /Kabupaten/Kota atau
Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah

TAHAP AWAL (PREVENTY)

MITIGASI BENCANA TANAH


LONGSOR

PASCA BENCANA

MITIGASI BENCANA TANAH


LONGSOR

SHORT TERM

MITIGASI BENCANA TANAH

LONGSOR

Rekonstruksi, penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah


rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan
yang disebabkan oleh tanah longsor

Penyusunan dan penyempurnaan peraturan tata ruang dalam upaya


mempertahankan fungsi daerah resapan air.

Mengupayakan semaksimal mungkin pengembalian fungsi kawasan hutan


lindung.

Mengevaluasi dan memperketat studi AMDAL pada kawasan vital yang


berpotensi menyebabkan bencana.

Mengevaluasi kebijakan
terganggunya ekosistem.

Penyediaan lahan relokasi penduduk yang bermukim di daerah bencana,


sabuk hijau dan di sepanjang bantaran sungai.

Normalisasi areal penyebab bencana, antara lain seperti normalisasi aliran

LONG TERM

Instansi/Dinas

yang

berpengaruh

terhadap

sungai dan bantaran sungai dengan membuat semacam polder dan


sudetan.

PENCEGAHAN TERJADI BENCANA


TANAH LONGSOR
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada
lereng bagian atas di dekat pemukiman. Buatlah
terasering (sengkedan), ada lereng yang terjal bila
membangun permukiman
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan
agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui
retakan
Jangan menebang pohon di lereng dan jangan
membangun rumah di bawah tebing.
Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang
terjal Pembangunan rumah yang benar di lereng
bukit.
Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang
terjal. dan pembangunan rumah yang salah di

SOLUSI TANAH LONGSOR


Penggunaan pondasi
pondasi plat setempat
150 cm x 150 cm
dikombinasikan
satu
tiang bor diameter 20
cm
dengan kedalaman 6
meter
seperti
pada
Gambar 1.
Adapun
kedalaman
tanah keras bervariasi
dari 4
meter untuk daerah
atas
lereng
hingga
mencapai
kedalaman 11 meter
untuk daerah bawah
lereng.
Dalam
perhitungan
perencanaan
pondasinya hanya
memperhitungkan
beban perkolom dan
belum
nampak
memperhitungkan
adanya beban lateral
pada
tiang
akibat
pergerakan tanah.

PENYEBAB

SOLUSI

TERIMA
H

KASI

Anda mungkin juga menyukai