Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang
dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan
tubuh akibat kekerasan.
Cedera diklasifikasikan menurut beratnya, yaitu cedera ringan, cedera
berat, cedera yang mengancam jiwa. Sedangkan klasifikasi cedera dari segi
medikolegal dibagi menjadi 3 yaitu : cedera mekanik, cedera termal, cedera
kimia dan cedera akibat listrik, petir, sinar-x.
Kasus kematian akibat kekerasan tumpul terbanyak ditemukan pada
kecelakaan lalu lintas, sedangkan pembunuhan hanya 15,6%, 17,5% dan 17,2%.
Pada kecelakaan lalu lintas, dapat tersangkut beberapa pihak, misalnya pejalan
kaki, pengemudi kendaraan, penumpang dan sebagainya.
Dalam prosedur awal mengenai perawatan korban, catatan seperlunya
disimpan dirumah sakit mengenai korban yang cedera, lengkap beserta data-data
hasil pemeriksaan, dirawat jalan atau mengenai di rumah sakit. Suatu surat
keterangan yang ditandatangani dokter pemeriksa diberikan kepada polisi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1Defenisi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera
serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa).
Cedera adalah setiap bentuk kekerasan yang menyebabkan luka pada
seseorang, dari segi mediko-legal.
Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat
kekerasan.

2.2Klasifikasi cedera
Cedera diklasifikasikan menurut beratnya, yaitu :
1. Cedera ringan
2. Cedera berat
3. Cedera yang mengancam jiwa

Cedera ringan adalah cedera yang tidak serius dan tidak luas,
sembuh segera tanpa meninggalkan cacat tubuh dan tidak menganggu
kegiatan seseorang lebih dari 20 hari.
Cedera berat adalah cedera yang menyebabkan rasa nyeri dan
kerusakan permanen pada bagian tubuh atau kehilangan bagian tubuh
atau menganggu kegiatan normal seseorang lebih dari 20 hari. Perawatan
dirumah sakit selama 20 hari tidak langsung menunjukkan bahwa
korbannya mengalami cedera berat. Masih harus dibuktikan bahwa
selama 20 hari tersebut, korban menderita karena nyeri atau tidak dapat
melakukan kegiatan sehari-hari.
Cedera yang mengancam jiwa, termasuk dalam kelompok ini
adalah setiap cedera yang membahayakan jiwa seseorang. Cedera yang
luas dan menyangkut bagian tubuh yang penting juga digolongkan
kedalam cedera yang mengancam jiwa.

Klasifikasi Cedera (dari segi mediko-legal) dalam Ilmu


Kedokteran forensik cedera dapat dibagi menurut jenisnya dalam tiga
golongan yaitu :
a. CEDERA MEKANIK.
Memar
Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan
darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup,
dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan
benda tumpul. Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan
luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan longgar, seperti di
mata, leher atau pada orang yang lanjut usia, maka luka memar
yang tampak seringkali lebih luas, dan adanya jaringan longgar
tersebut memungkinkan berpindahnya memar kedaerah yang
lebih rendah berdasarkan gravitasi.
Bentuk memar biasanya bundar tetapi kadang bisa juga menetukan
jenis senjata yang digunakan.
Kepentingan dari segi mediko-legal :
Bentuk dan ukuran memar mungkin bisa menunjukkan jenis
dan derajat kekerasan yang dialami
Usia dari memar tersebut juga bisa diperkirakan, sehingga
dengan demikian juga dapat memperkirakan saaat
terjadinya cedera.

Gambar : Luka Memar

Abrasi
Luka abrasi (lecet) adalah Luka yang superfisial, kerusakan tubuh
terbatas hanya pada lapisan kulit yang paling luar/ kulit ari.
Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet
mempunyai arti penting di dalam ilmu kedoteran kehakiman, oleh
karena dari luka tersebut dapat memberikan banyak petunjuk dalam
banyak hal, misalnya :
Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada
alat-alat dalam tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal

atau limpa yang dari pemeriksaan luar hanya tampak


adanya luka lecet didaerah yang sesuai dengan alat-alat
dalam tersebut.
Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda
tumpul yang menyebabkan luka.
Mengetahui bagaimana terjadinya cedera.
Untuk mennetukan arah datangnya tekanan
Memperkirakan dasar dari tindakan kriminil.

Jenis jenis abrasi :


Abrasi goresan. Cedera akibat jarum, kuku jari tangan,
menyebabkan abrasi jenis goresan. Ujung kulit tampak pada
bagian akhir goresan dengan bagian awal yang bersih
Abrasi gesekan. Cedera seperti ini biasanya akibat
kecelakaan lalu lintas. Pada bagian awal luka tampak bersih
tetapi pada bagian akhir/ujung luka terlihat tumpukan kulit.
Abrasi tekanan. Jika kulit rusak akibat tekanan yang terus
menerus atau diberi tekanan yang berat. Daerah di sekitar
kulit yang mengalami penekanan menunjukkan tanda
kontriksi.
Jejak langsung (direct imprint). Abrasi seperti ini adalah
cedera akibat tubuh bersinggungan dengan benda yang
permukaannya kasar, misalnya dengan ban kendaraan
bermotor, sehingga pada kulit akan terlihat bekas sesuai
dengan gambaran alur ban kendaraan tersebut.

Gambar : Luka Abrasi ( Lecet )

Luka :

1. Potong 2. Laserasi 3. Tusuk 4. Senjata api

Luka potong :
Cedera yang disebabkan oleh benda tajam
mengakibatkan luka pada jaringan tubuh dengan pinggir
luka yang jelas terpisah. Alat yang digunakan biasanya
pisau, skalpel, silet, pedang. Kampak dll.
Ciri-ciri luka potong :
Pinggir luka jela terpisah, berbatas tegas, reguler
dan terbuka.
Lebar luka lebih luas daripada ukuran senjata.
Hal ini adalah tarikan kedua jaringan yang
terpisah.
Bentuk luka bisa berupa kumparan dan
mempunyai celah
Panjang luka biasanya lebih besar daripada lebar
dan dalamnya.
Pada luka terdapat awal luka, yaitu tempat
dimana luka dimulai.
Perdarahan lebih banyak pada luka potong
karena pembuluh darah ikut terpotong. Pada
kasus tertentu bisa mengakibatkan kematian
karena terpotongnya pembuluh darah besar.
Pinggir luka bisa juga ireguler jika kulit yang
terpotong mempunyai jaringan yang longgar,
misalnya daerah skrotum.

Gambar : Luka Potong

Luka tusuk :
Luka ini terjadi akibat senjata tajam atau tumpul yang
diarahkan menembus kulit langsung ke jaringan yang
lebih dalam.
Luka tusuk ada 2 jenis :
Penetrasi , pada luka ini benda menyebabkan
penetrasi yang merobek kulit dan jaringan yang
lebih dalam. Lalu masuk ke rongga tubuh seperti
rongga toraks, abdomen, dll.
Perforasi, jika luka merobek jaringan tubuh
manusia sampai menembus dari satu sisi ke sisi
lainnya.
Kematian pada luka tusuk adalah adalah :
1. Cedera pada organ vital tubuh
2. Perdarahan dari pembuluh darah yang
mengalami cedera
3. Infeksi

Ciri-ciri luka tusuk :


1. Kedalaman luka lebih besar dibandingkan
panjang ataupun lebarnya.
2. Lebar luka sedikit lebih besar dibandingkan
panjangnya
3. Bentuk luka sangat bervariasi, tergantung dari
senjata yang digunakan.
4. Pinggiran luka bisa bersih atau mengalami
laserasi disertai dengan retraksi. Bisa juga
terdapat memar, tergantung dari senjata yang
digunakan.
5. Pada kasus tertentu, mungkin bisa juga
ditemukan 2 berkas jejas luka, yaitu tusukan
pertama dan tusukan kedua dari senjata tersebut
ke dalam tubuh,

Gambar : Luka Tusuk

Senjata api
Jenis senjata :
Nomor senjata
:
setiap
senjata
mempunyai nomornya sendiri. Pada beberapa
kasus mungkin nomor senjata ini dihapus.
Sidik jari
: sidik jari pada
senjata sangat penting untuk menentukan orang
yang menggunakan senjata tersebut.
Pemeriksaan laras : analisa kimia sari bahan
yang diambil dari laras senjata bisa menunjukkan
bahwa senjata tersebut baru digunakan.
Tekanan pada pelatuk
: besarnya tekanan
untuk memicu pelatuk senjata mungkin perlu
diperiksa jika ada dugaan bahwa tembakan
terjadi secara tidak sengaja

Gambar : Senjata api


Ciri-ciri utama dari luka tembak adalah Luka tembak
biasanya menghasilkan 2 buah luka :
Luka tembak masuk
Luka tembak keluar

Perbedaan antara luka tembak masuk dengan luka keluar :

Luka tembak masuk


Luka tembak keluar
1. Ukurannya
kecil,
karena
peluru Ukurannya lebih besar dan lebih
menembus kulit seperti bor dengan teratur dibandingkan lika tembak m
kecepatan tinggi
karena kecepatan peluru berku
sehingga menyebabkan robekan jarin

2. Pinggiran luka melekuk kearah dalam


karena peluru menembus kulit dari luar
3. Pinggiran luka mengalami abrasi
4. Bisa tampak kelim lemak

Pinggiran luka melekuk ke luar k


peluru menuju keluar

Pinggiran luka tidak mengalami abras

Tidak terdapat kelim lemak

5. Pakaian masuk kedalam luka, dibawa Tidak ada


oleh peluru yang masuk

6. Pada luka bisa tampak hitam, terbakar,


kelim tatto, atau jelaga
Tidak ada
7. Pada tulang tengkorak, pinggiran luka
bagus bentuknya

8. Bisa tampak berwarna merah terang Tampak seperti gambaran mirip keruc
akibat adanya zat karbon monoksida
9. Disekitar luka tampak kelim ekimosis

Tidak ada

10. Perdarahan hanya sedikit

Tidak ada

Perdarahan lebih banyak.


Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk :
Jika tembak mengenal tubuh korban yang ditutupi pakaian,
dan pakaiannya cukup tebal, maka dapat terjadi :
-

Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian,


Fragmen atau partikel logam dapat bertahan oleh pakaian,
Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke
dalam lubang luka tembak

Beberapa variasi luka tembak keluar :


-

Luka tembak keluar sebagaian ( partial exit wound), hal ini


dimungkinkan oelh karena tenaga peluru tersebut hampir
habis atau ada penghalang yang menekan pada tempat
dimana peluru akan, dengan demikian luka dapat hanya
berbentuk celah, dan tidak jarang peluru tampak menonjol
sedikit pada celah tersebut,
Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru
yang ditembakan, ini dimungkinkan karena :
1. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat
sendiri luka tembak keluar,

2. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah, dan tulan


tersebut terdorong keluar pada tempat yang berbeda
dengan tempat keluarnya peluru.
3. Dua peluru masuk kedalam tubuh melalui satu luka
tembak masuk (tandem bullet injury), dan di dalam
tubuh kedua peluru tersebut berpisah dan keluar melalui
tempat yang berbeda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi cedera akibat senjata api :


1. Jenis peluru
2. Kecepatan peluru
3. Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat
penembakan.

1. Jenis peluru :
- Peluru yang besar mengakibatkan kerusakan yang lebih
parah.
- Luka akibat peluru yang bulat lebih besar dibandingkan jika
berebntuk kerucut.
- Peluru berbentuk kerucut lebih sedikit menyebabkan laserasi
jaringan dibandingkan peluru yang bulat. Luka yang
ditimbulkan seperti luka tusuk.
- Peluru modern yang dibungkus dengan besi merupakan
peluru yang bentuknya kerucut memanjang. Luka seperti ini
cepat sembuh.
- Peluru yang bentuknya tidak teratur mengakibatkan bentuk
luka yang tidak beraturan, laserasi jaringan dan ukuran yang
bermacam-macam.
2. Kecepatan peluru :
- Lubang luka penggirannya bagus, dengan pinggiran yang
mengarah ke luar.
- Menembus jaringan tubuh.
- Arah peluru tidak berubah walaupun membentur tulang.
- Sisa mesiu bentuknya tidak jelas dan tidak teratur.

Peluru dengan kecepatan rendah mempunyai ciri-ciri sebagai


berikut :

10

Terdapat memar pada luka tembak masuk


Arah jalan pluru mudah berubah
Karena peluru mungkin tertanam didalam tubuh, mungkin
tidak terdapat luka tembak keluar.
Gambaran sisa mesiu cenderung mengalami distribusi yang
merata dan jelas.

3. Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat


penembakan:
Jika senjata ditembakkan pada jarak yang sangat dekat atau menempel
dengan kulit :
- Jaringan subkutan 5 sampai 7,5 cm disekitar luka tembak
masuk mengalami laserasi.
- Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap
- Rambut disekitar luka hangus
- Pakaian yang menutupi luka terbakar karena percikan api
dari senjata.

Gambar : Struktur Peluru.

Tembakan jarak dekat :


- Jaraknya adalah 30-45 cm dari kulit
- Ukuran luka lebih kecil dibandingkan peluru
- Warna hitam dan kelim tatto lebih luas disekitar luka

11

- Tidak ada luka bakar atau kulit yang hangus.


Tembakan jarak jauh :
- Jaraknya adalah diatas 45 cm
- Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru
- Kehitaman atau kelim tatto tidak ada
- Bisa tampak kelim lecet. Jika peluru menyebabkan gesekan
pada lubang tempat masuk dan menyebabkan lecet, maka
disebut kelim lecet.

GAMBAR : Luka tembak

Patah tulang
Patah atau retaknya tulang akibat kekerasan benda tumpul mudah
dibedakan dengan patah atau retakya tulang akibat benda tajam atau
senjata api. Pada kasus dimana kepala seseorang dipukuli dengan benda
tumpul, sering dijumpai patah tulang dimana bagian-bagian yang patah
tersebut tertekan ke dalam (fraktur kompresi).
Didalam kasus penembakan, dimana tulang juga terkena, maka
arah dari mana datangnya peluru dapat diketahui dengan mudah,
khususnya bila tembakan tersebut mengenai tulang pipih, seperti pada
tengkorak. Bila peluru yang menegani kepala masih cukup kuat untuk
menmbus keluar, maka pada sisi lain dari tengkorakpun akan terdapat
kerusakan, dimana kerusakan pada tabula interna akan lebih kecil bila
dibnadingkan dengan kerusakan pada tabula externa, dengan demikian
corong yang terbentuk akan mempunyai bagian yang lebih besar pada
tabula externa.

b. CEDERA TERMAL
1. Cedera akibat suhu dingin

12

Suhu atau temperatur lingkungan yang sangat rendah dapat


menimbulkan kelainan pada tubuh seperti :
a) Radang beku (frost-bite)
b) Radang kaki karena terendam air dingin
c) Radang seluruh kaki karena dingin (Immersion foot)
2. Cedera akibat suhu panas

Luka bakar
Luka bakar yang dimaksudkan disini dibatasi pada efek
lokal yang ditimbulkan oleh panas yang kering (dry heat), oleh
karena kelainan yang ditimbullkan merupakan kelaianan yang
paling bnayak bila dibandingkan dengan luka-luka bakar lainnya.
Yang dimaksudkan dengan dry heat disini, misalnya akibat api,
elemen logam yang panas yang beraliran listrik dan kontak dengan
metal atau gelar yang panas.
Kerusakan yang diakibatkan oleh karena tubuh terbakar,
bervariasi mulai dari yang ringan, yaitu rasa nyeri dan kulit yang
berwarna merah, sampai tubuh korban menjadi terbakar hangus.
Berdasarkan kelainan yang bervariasi tersebut, dikenal pembagian
luka bakar berdasarkan berat ringannya kerusakan; yaitu luka bakar
derajat pertama, kedua, dan luka bakar derajat ketiga.

Gambar : Luka Bakar


c. CEDERA KIMIA
Bahan-bahan kimia yang bersifat korosif dapat menyebabkan luka
bakar, dimana luka bakar tersebut mempunyai ciri yang khusus , sesuai
dengan bahan kimia yang mengenai tubuh dalam hal ini kulit atau pada
mukosa (selaput lendir).

13

a)

Akibat zat asam korosif


Terdiri dari asam-asam organik seperti : asam oksalat, asam
asetat, asam sitrat dan asam karbol (carbolic acid, phenol).
Asam-asam anorganik seperti : asam fluorida, asam
khlorida, asam nitrat dan asam sulfat.
Asam karbol akan menyebabkan luka bakar dimana kulit
yan terkena akan berwarna kelabu-keputihan. Asam oksalat
akan menyebabkan kulit berwarna kelabu-kehitaman. Asam
sulfat dan asam khlorida akan menyebabkan kulit berwarna
mula-mula berwarna kelabu kemudian menjadi hitam. Asam
nitrat menyebabkan kulit berwarna coklat, sedangkan asam
fluorida akan menyebakan kulit berwarna merah-kecoklatan
yang disertai dengan perdarahan.

Gambar : Luka akibat zat asam korosif


b) Akibat zat basa korosif.
Terdiri dari kaustik alkali seperti : kalium hidroksida,
kalsium hidroksida, natrium hidroksida dan ammoniak.
Kaustik alkali umumnya menyebabkan kulit berwarna
kelabu-keputihan.
d. CEDERA AKIBAT LISTRIK, SINAR-X, PETIR
1. AKIBAT LISTRIK
Faktor yang berperan pada cedera listrik ialah tegangan
(volt), kuat arus (ampere), tahanan kulit (ohm) luas dan lama

14

kontak. Selain faktor-faktor kuat arus, tahanan dan lama kontak, hal
lain yang perlu diperhatikan adalah luas permukaan kontak.
Gambaran makroskopi jejas listrik pada daerah kontak berupa
kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang
menonjol, disekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh
kulit yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda
penyebabnya. Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik.
Jejas listrik bukanlah tanda intravital karena dapat juga
ditimbulkan pada kulit mayat/pasca mati (namun tanpa daerah
hiperemi)
2.

AKIBAT SINAR-X
Luka bakar akibat sinar-x pada saat ini biasanya hanya akan
menimbulkan eritema yang tidak terlalu berat, oleh karena
peralatan yang mengahsilkan sinar-x sudah dilengkapai dengan
peralatan proteksi yang memadai.
Adapun kelainan yang biasanya tampak adalah timbulnya
warna kebiruan yang tidak sama dengan memar, yang terdapat di
jaringan bawah kulit kelainan tersebut kemudian diikuti dengan
pengelupasan yang luas dan hebat dari jaringan yang bersangkutan,
dan bila lambat diberi pertolongan maka akan berakibat terjadinya
atropi yang luas dan permanen.

3.

AKIBAT PETIR
Petir adalah loncatan arus listrik tegangan tinggi antar awan
dengan tanah. Tegangan dapat mencapai 10 mega Volt, dengan kuat
arus mencapai 100.000 A. Kematian dapat terjadi karena efek arus
listrik (kelumpuhan susunan saraf pusat, fibrilasi ventrikel), panas
dan ledakan gas yg timbul.
Pada korban akan ditemukan aboresent mark (kemerahan
kulit seperti percabangan pohon), metalisasi (pemindahan partikel
metal dari benda yang dipakai berubah menjadi magnet). Pakaian
sering terbakar dan robek-robek akibat ledakan / panas.

2.3Kwalifikasi luka berdasarkan K.U.H.P


Penentuan kwalifikasi luka pada dasarnya untuk memenuhi
keinginan undang-undang dalam hal ini K.U.H.P pasal 351 ayat 1 dan
ayat 2, pasal 352 ayat 1, pasal 353 ayat 2, pasal 354 ayat 1, dan pasal 360
ayat 1 dan 2.

15

Dengan demikian Penyidik akan mengenal 3 (tiga) kwalifikasi luka


yaitu :
1. Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
melakukan pekerjaan atau jabatan.
2. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
melakukan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu.
3. Luka yang yang dimaksudkan dalam K.U.H.P pasal 90 yaitu :
- Penyakit atau luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh
dengan sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya
maut;
- Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau ;
Pekerjaan pencaharian;
- Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indera.
- Mendapat cacat besar
- Lumpuh (kelumpuhan)
- Akal ( tenaga paham ) tidak sempurna lebih lama dari empat
minggu
- Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
Perlu diketahui bahwa penentuan kualifikasi luka seperti yang
dimaksudkan diatas adalah semata-mata berdasarkan kualifikasi
medis, dengan demikaian kualifikasi yeng terdapat dalam kesimpulan
Visum et Repertum yang dibuat oleh dokter dapat sesuai dengan
kualifikasi menurut keyakinan hakim tetapi dapat pila berbeda.

2.4 Hal-hal yang penting diperhatikan sewaktu memeriksa


luka.
Selama melakukan pemeriksaan pada korban yang cedera, perlu
diperhatikan beberapa hal di bawah ini :
A. Situasi
Jumlah dan jenis setiap cedera. Setiap bentuk cedera harus
dicatat, berupa memar, luka laserasi, luka tusuk, luka potong, luka
bakar, fraktur atau dislokasi. Adanya benda asing juga harus dicatat
dan pencatatannya dilakukan secara sistematis.
B. Letak dari masing-masing cedera juga harus dicatat.
C. Ukuran, bentuk dan arah jalannya cedera juga diperhatikan.
Keadaan pinggiran luka dicatat.
D. Perdarahan. Luas dan banyaknya perdarahan harus dicatat.

16

E. Klasifikasi cedera di catat, misalnya cedera ringan, cedera berat


atau cedera yang mengancam jiwa.

2.5Penyebab kematian dari Luka


Luka bisa mengakibatkan kematian, di mana penyebab kematian
tersebut dapat dibagi dalam 2 kelompok :
1. Penyebab langsung
2. Penyebab tidak langsung.

Penyebab lngsung
1. Perdarahan. Kehilangan darah merupakan salah satu penyebab
kematian yang penting. Perdarahan ini bisa terjadi akibat cederanya
pembuluh darah besar. Perdarahan sifatnya bisa external atau internal
2. Syok. Syok neurogenik bisa menyebabkan pasien akibat refleks
perangsangan jantung melalui nervus vagus, tanpa adanya tandatanda cedera eksternal.
3. Cedera mekanik pada organ vital. Organ organ vital tubuh jika
mengalami cedera dapat mengakibatkan kematian. Organ tubuh yang
penting dan sering mengalami cedera adalah otak, paru-paru, jantung,
limpa, hati dll.
Penyebab tidak langsung
Korbannya meninggal beberapa waktu kemudian karena mengalami
komplikasi:
1. Infeksi, misalnya meningitis, pneumonia, peritonitis dll.
2. Septikemia, terjadi setealh sepsis akibat luka.
3. Ganggren, hal ini disebabkan rusaknya pembuluh darah yang
menyalurkan darah ke bagian tubuh tertentu, sehingga bagian tubuh
tersebut mengalami ganggren.
4. Tindakan bedah yang terlambat dilakukan.
5. Penyakit infeksi yang sering terjadi pada cedera, misalnya tetanus.

17

6. Emboli udara. Cedera pada vena jugularis atau vena subklavia, atau
cedera paru-paru, menyebabkan tekanan negatif sehingga udara
tersedot kedalam sirkulasi darah dan mengakibatkan kematian pasien.
7. Penyakit yang berkembang setelah mengalami cedera. Cedera pada
bagian abdomen bisa menyebabkan lemahnya otot-otot dinding perut
sehingga memudahkan terjadinya hernia.
8. Kelalaian pasien dalam menanggapi cedera yang dialaminya,
memaparkan pasien tersebut terhadap sejumlah resiko.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto, Arif dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran


Forensik FKUI. Jakarta; 1997.
2. Munim Idries, Abdul dan Agung Legowo. Penerapan Ilmu Kedokteran
Forensik Dalam Proses Penyidikan. SAGUNG SETO. Edisi I.
Jakarta;2008.
3. Munim Idries, Abdul. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I.
BINARUPA AKSARA. Jakarta; 1989.
4. Vijay, Chadha P. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Widya Medika.
Jakarta;1995.

5. Satyo, C Alfred. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah


Kedokteran Nusantara Vol.39. No.4. Desember 2006.

19

Anda mungkin juga menyukai