Anda di halaman 1dari 7

Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara kempa cetak dalam bentuk

umumnya tabung pipih atau sirkuler, permukaannya rata atau cembung, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat pengisi (Admar, 2007). Untuk obat yang kelarutan
dalam air terbatas, disolusi akan lebih berarti dari pada waktu hancur. Uji disolusi
dipersyaratkan dalam sejumlah monografi tablet. Uji disolusi sangat berguna sebagai
prosedur pengawasan mutu secara rutin (Ditjen POM, 1995).
Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi
yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada
etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah (Ditjen POM, 1995). Salah satu bentuk
sediaan obat yang sering digunakan dalam pengobatan adalah tablet Simetidin yang
merupakan suatu antagonis reseptor-H2 atau zat penghambat asam. Obat ini menghambat
secara selektif sekresi asam lambung yang meningkat akibat histamin, efeknya adalah
menurunkan tekanan darah. Sedangkan antagonis reseptor-H1, dapat mencegah terjadinya
gejala bersin dan gatal-gatal di mata, efeknya adalah meringankan reaksi alergi lambat (Tan,
2007). Simetidin merupakan antagonis kompetitif histamin yang khas pada reseptor H2
sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam lambung, menekan kadar asam dan
volume sekresi lambung. Simetidin digunakan untuk tukak lambung atau usus pada keadaan
hipersekresi yang bersifat patologis, misalnya sindrom zollinger-elison (Siswandono, 1995).
Menyadari bahwa pengawasan terhadap mutu tablet Simetidin perlu dijaga karena jika tidak
memenuhi syarat dapat membahayakan konsumen dan Simetidin merupakan salah satu obat
yang cukup dikenal dikalangan masyarakat umum disebabkan pemanfaatan obat ini yang
cukup tinggi. Agar suatu obat dapat masuk ke dalam sirkulasi darah dan menghasilkan efek
terapeutik, obat tersebut tentunya harus memiliki daya hancur yang baik dan laju disolusi
yang relatif cukup cepat. Dalam percobaan ini, dilakukan uji disolusi terhadap tablet

Simetidin.

Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan

disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul,
kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Alat yang digunakan pada uji
disolusi kali ini berbentuk dayung / metode tipe 1 yang terletak tepat di tengah-tengah media
agar tidak terjadi turbulensi aliran. Tinggi dasar dayung ke dasar media adalah 2,5 cm
tujuannya untuk memperkecil kemungkinan tablet melayang-layang antara dasar media
dengan dasar dayung bergesekan dengan alat uji (dayung).
Pembagian alat disolusi yaitu: Alat 1. Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang
dibuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, suatu mutur. Suatu batang logam yang
digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam
suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu
dalam wadah pada 37 0,5. Selama pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air
dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat termasuk lingkungan tempat alat diletakkan
tidak dapat memberikan gerakan, goncangan atau getaran signifikan yang melebihi gerakan
akibat perputaran alat pengaduk. Penggunaan alat yang memungkinkan pengamatan contoh
dan pengadukan selama pengujian berlangsung. Lebih dianjurkan wadah disolusi berbentuk
silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada
bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu
penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak
lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertical wadah, berputar dengan halus dan tanpa
goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur kecepatan digunakan sehingga memungkinkan
untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan mempertahankan kecepatan seperti
yang tertera dalam masing-masing monografi.

Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah membuat kurva baku
dari zat simetidin. Seperti sudah diketahui bahwa panjang gelombang maksimum untuk
simetidin adalah ....nm sehingga dilakukan pengukuran absorbansi zat dengan berbagai
variasi konsentrasi pada maksimum tersebut. Dalam percobaan ini dibuat variasi konsentrasi
zat sebesar..........ppm, ........ ppm, ........ ppm, ......ppm, dan ....... ppm. Serbuk simetidin
diambil sebanyak ......mg lalu dilarutkan di dalam air sebanyak ........ml untuk memperoleh
konsentrasi sebesar ........ppm. Dari konsentrasi sebesar........ ppm tersebut kemudian
dilakukan pengenceran hingga diperoleh variasi konsentrasi yang diinginkan.
Setelah semua variasi konsentrasi selesai dibuat maka dilakukan pengukuran
serapan/absorbansi dengan spektroskopi sinar UV. Saat pengukuran sampel dengan
spektrofotometer ultraviolet, kuvet yang akan digunakan dikalibrasi terlebih dahulu. Pertama,
kuvet diisi dengan aquadest, lalu disesuaikan nilai absorbansinya hingga menunjukkan angka
nol. Tujuan melakukan kalibrasi adalah untuk menghindari kesalahan perhitungan
konsentrasi. Kuvet dibilas dengan larutan yang akan dihitung konsentrasinya sebanyak tiga
kali, sehingga kuvet hanya berisi larutan uji tanpa pengotor. Adanya pengotor dapat
menyamarkan perhitungan konsentrasi karena pengotor dapat memberikan absorbansi.
Sebelum dimasukkan ke dalam spektrofotometer ultraviolet, kuvet dibersihkan menggunakan
kertas tissue bersih. Jika tidak dibersihkan, mungkin pengotor yang berasal dari praktikan,
seperti uap air dapat menempel pada kuvet dan memberikan absorbansi, sehingga hasil akhir
absorbansi dapat keliru.
Pengukuran dilakukan pada maksimum supaya dihasilkan serapan yang maksimum
juga. Untuk melakukan pengukuran dengan metode spektrofotometri UV, sampel dimasukkan
ke dalam kuvet. Alat spektrofotometri yang digunakan memiliki dua tempat kuvet (double
beam). Kuvet pertama berfungsi untuk tempat blanko. Kuvet kedua berfungsi untuk tempat
sampel. Sampel kemudian diukur absorbansinya. Pengukuran absorbansi hendaknya dimulai

dari sampel yang konsentrasinya kecil agar tidak mempengaruhi pengukuran konsentrasinya
lainnya. Setiap akan mengganti sampel dengan konsentrasi yang berbeda, kuvet hendaknya
dibilas dengan larutan sampel agar tidak ada sisa sampel yang sebelumnya yang dapat
mempengaruhi nilai dari absorbansi.
Setelah dilakukan pengukuran absorbansi dengan berbagai variasi konsentrasi
senyawa baku, maka dari data yang ada dibuat persamaan regresi linearnya. Persamaan
regresi linear yang didapat dari hasil pengukuran adalah y = ................... Persamaan regresi
linear yang didapat ini nantinya digunakan untuk mencari konsentrasi tablet simetidin yang
telah diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV.
Labu disolusi yang digunakan sebanyak 3 buah dan masing-masing diisi dengan 900
mLmedium disolusi (aquadest). Menurut Farmakope Indonesia IV, medium disolusi untuk
tablet simetidin adalah aquadest yang dipanaskan hingga suhu 370C di dalam gelas kimia
dankecepatan yang digunakan adalah ....rpm. Setelah labu diisi aquadest, ketiga labu
dimasukkan kedalam alat. Kemudian dinyalakan dengan menekan tombol dibagian belakang
alat dan diatursuhu pada alatnya sebesar 37 0C. Tujuannya adalah menghindari perubahan
suhu saat tabletdimasukkan ke labu disolusi. Suhu yang digunakan yaitu 37 0C sesuai dengan
suhu tubuh manusia. Saat suhu air belum mencapai 37 0C, tablet diletakkan di tempat seperti
lubang padabagian atas alat yang digunakan untuk memasukkan tablet ke dalam air.Setelah
itu, ke dalam labu disolusi dimasukkan suatu selang yang terhubung dengan syringe untuk
mengambil cairan dalam medium disolusi. Syringe harus terbuat dari bahan yanginert
sehingga tidak bereaksi dengan obat maupun medium disolusi. Di dalam syringe , terdapat
filter holder
sehinggatidak

berupa kertas saring yang berfungsi untuk menyaring serbuk/granul obat


tersebar

karena

kertas

permukaannya.Setelah suhu air mencapai 370C

saring

memiliki

lubang

halus

pada

tablet simetidin yang telah diletakkan pada lubangdibagian atas alat dimasukkan
dengan cara menekan tombol pada bagian samping alat yangberfungsi untuk membuka
penutup tempat menyimpan tablet simetidin.Dengan menggunakan alat tersebut, larutan
medium disolusi diambil sebanyak 5 mL danditampung dalam botol vial. Posisi alat saat
mengambil larutan tidak boleh bengkok karena halini dapat mempengaruhi hasil. Kemudian
yang harus diperhatikan adalah tidak boleh terdapatgelembung udara dalam syringe
. Gas terlarut dapat membentuk gelembung yang dapatmengubah hasil pengujian. Gas
terlarut ini harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum pengujian dimulai

Tablet

simetidin kemudian diuji disolusi dengan alat disolusi dengan menggunakan tipe dayung.
Sebanyak 1 tablet simetidin........ mg dimasukkan ke dalam alat yang diisi aquades sebanyak
900 ml. Alat dayung kemudian dijalankan dan rpm di set pada angka .......rpm, kemudian
pada menit ke 0, 5, 10, 15, dan 3. diambil cuplikan sampel dengan alat penghisap sebanyak 5
ml. Cuplikan sampel dimasukkan ke dalam botol vial untuk kemudian diukur absorbansinya.
Pada cuplikan sampel mulai menit ke 0 hingga ke 30 dilakukan pengenceran ... kali karena
cuplikan sampel yang diukur memberikan serapan yang sangat besar hingga tidak terdeteksi
pada alat spektrofotometer UV.

Pengenceran dilakukan dengan cara mengambil

sebanyak ....... ml cuplikan sampel, dimasukkan ke dalam labu ukur ...... ml lalu ditambahkan
aquades hingga batas labu ukur.
Pada saat dilakukan pengukuran absorbansi cuplikan dengan spektrofotometer,
prosedur yang dilakukan sama dengan prosedur ketika melakukan pengukuran terhadap
larutan baku. Langkah pertama yaitu meng-nol kan blanko yaitu pelarut, dan setelah itu
melakukan pengukuran absorbansi sampel. Ketika akan mengganti sampel, kuvet juga
terlebih dahulu harus dibilas dengan larutan yang akan diuji untuk meminimalisir
kontaminasi dari zat-zat lain sebanyak tiga kali.

Kuvet yang digunakan dalam percobaan ini memiliki 2 macam sisi, yaitu yang
halus dan yang kasar. Bagian yang halus nantinya akan disinari oleh sinar UV sehingga pada
bagian tersebut tidak boleh tersentuh tangan. Alasan tidak boleh tersentuh oleh tangan karena
dikhawatirkan akan ada kotoran yang berasal dari tangan (berupa keringat ataupun lemak
lainnya) yang menempel pada kuvet yang nantinya dapat mempengaruhi/mengganggu hasil
dari pengukuran absorbansi karena kontaminan yang ada akan ikut memberikan serapan.
Setelah semua cuplikan sampel diukur absorbansinya, maka hasil absorbansi yang
didapat diplotkan ke dalam persamaan regresi linier untuk dicari konsentrasi pada masingmasing cuplikan. Hasil yang didapat adalah konsentrasi pada menit 0 sebesar .........ppm; pada
menit 5 sebesar ,.......ppm; pada menit 10 sebesar 273.92 ppm; pada menit 15 sebesar
........ppm; pada menit 30 sebesar .......ppm. Konsentrasi yang didapat menunjukkan
peningkatan dari menit ke menit karena semakin lama tablet akan hancur dan bercampur
dengan aquades dan meningkat konsentrasinya.
Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat, yaitu; suhu, medium,
kecepatan perputaran, kecepatan letak vertikel poros, goyangnya poros, vibrasi, gangguan
pola aliran, posisi pengambil cuplikan, formulasi bentuk sediaan, dan kalibrasi alat disolusi.
Faktor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil yang diperoleh antara lain :Suhu
larutan disolusi yang tidak konstan, Ketidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah
dipipet beberapa ml Hasil konsentrasi yang diperoleh kemudian dibuat grafik disolusi
simetidin yaitu grafik konsentrasi terhadap waktu. Terjadi kesalahan pengukuran pada waktu
pengambilan sampel menggunakan pipet volume. Ketidaktepatan dalam percobaan dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu : Ketidaktepatan pembuatan larutan simetidin standar,
Pengenceran larutan sampel yang tidak akurat, Ketidaktepatan penimbangan, Kesalahan
pembacaan pada penggunaan spektrofotometer, Faktor lingkungan.

. Adapun aplikasi disolusi dalam bidang farmasi, yaitu: 1. Penentuan kecepatan


disolusi suatu zat perlu dilakukan karena kecepatan disolusi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi absorpsi obat di dalam tubuh. 2. Laju disolusi sangat diperlukan karena
menyangkut tentang waktu yang dibutuhkan untuk penglepasan obat dalam bentuk sediaan
dan diabsorbsi dalam tubuh 3. Kecepatan disolusi sangat diperlukan untuk membantu
memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat. 4.Membantu
dalam mengatasi kesulitan-kesuliantan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan
farmasetis. 5. Sebagai standar atau uji kemurnian

Admar, J. (2007). Perihal Obat dengan Berbagai Jenis dan Bentuk Sediaannya.
Cetakan Kedua. Medan: Universitas Sumatera Utara Press. Hal. 37.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 46, 733735, 10831087.
Siswandono. (1995). Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press. Hal.
431,
Tan, T.H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting. Edisi keenam. Cetakan
Pertama. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Hal. 273, 812813, 818-819.

Anda mungkin juga menyukai