ABSTRAK
ENDAHULUAN
Stroke adalah salah satu penyebab kematian ke tiga di banyak negara dan penyebab utama terjadinya
disabilitas neurologikal pada orang dewasa. Dua pertiga penderita stroke mengalami disabilitas yang
meliputi paralisis, kehilangan kemampuan berbicara dan ingatan (1).
Walaupun stroke dapat menyebabkan suatu keadaan yang merugikan, tetapi metode diagnosis dan
pilihan dalam pengobatan masih terbatas. Salah satu obat yang biasa digunakan untuk terapi stroke
adalah rtPA (recombinant tissue plasminogen activator),suatu trombolisis untuk terapi stroke iskemik.
Terapi dengan rtPA akan memberikan efek yang menguntungkan jika diberikan dalam waktu 3 jam
setelah serangan stroke, sehingga apabila pasien mengalami stroke, pasien harus segera didiagnosis
dalam waktu tersebut (window time) untuk menjamin kualitas pengobatan dan harus dibedakan dulu
antara stroke hemoragik atau iskemik. Hal ini disebabkan rtPA memiliki efek negatif jika diberikan kepada
penderita stroke hemoragik (2).
Saat ini belum tersedia rapid test untuk diagnosis stroke. Untuk mendiagnosis dan membedakan tipe
stroke, klinisi masih menggunakan CT (computed tomography) dan MRI (magnetic resonance
imaging), yang membutuhkan waktu agak lama dan kadang-kadang kurang sensitif untuk membedakan
antara stroke hemoragik dan iskemik. MRI dapat mengidentifikasi daerah dan lokasi di otak yang
mengalami sumbatan, tetapi MRI tidak dapat mendiagnosis dengan baik pada tahap awal serangan
stroke (2).
LABORATORIUM KLINIK
Untuk mengatasi hal tersebut, para peneliti sudah menemukan beberapa protein yang akan dilepaskan
dalam sirkulasi dan kadarnya meningkat selama serangan stroke, yaitu S-100B, NSE (neuron spesific
enolase) dan MBP (myelin basic protein). Protein-protein tersebut dapat digunakan sebagai rapid
marker yang akan membantu diagnosis dan deteksi dini serta prognosis stroke termasuk tingkat keparahan
stroke (2).
PATOFISIOLOGI STROKE
Penyakit serebrovaskular merupakan penyebab kematian ke
tiga di beberapa negara dan penyebab utama peningkatan
morbiditas, terutama pada orang usia pertengahan dan lanjut
usia. Pada penyakit serebrovaskular terjadi abnormalitas di
otak yang disebabkan adanya gangguan pada pembuluh
darah serebral dan stroke menunjukkan keadaan ini,
terutama apabila simptom mulai menjadi akut. Efek akhir
dari penyakit serebrovaskular adalah terjadinya penurunan
suplai oksigen ke serebral/otak yang menyebabkan sel otak
mengalami hipoksia (4,2).
Jaringan otak sangat rentan terhadap gangguan suplai
glukosa maupun oksigen. Otak membutuhkan sekitar 20%
dari pemakaian oksigen tubuh setiap hari. Selain itu, secara
normal, otak membutuhkan glukosa untuk menghasilkan
energi melalui proses glikolisis dan siklus Krebs serta
membutuhkan 4 x 1021 ATP per menit. Oksigen dan glukosa
tersebut diantarkan ke otak melalui aliran darah secara
konstan. Metabolisme ini merupakan proses yang tetap dan
berkesinambungan, tanpa ada periode istirahat (1,3).
Gambar 1. Stroke iskemik
Limfosit T bersama dengan makrofag terdapat dalam intima (fatty streak) selama perkembangan aterosklerosis.
Lekosit dan makrofag dapat mensekresi sitokin, kemokin
dan faktor pertumbuhan yang akan mengawali terjadinya
migrasi dan proliferasi sel otot polos (SMC). SMC dapat
mengekspresikan enzim yang akan mendegradasi elastin
dan kolagen sebagai respon terhadap stimulasi inflamasi.
Degradasi matriks ekstraselular ini menyebabkan penetrasi
sel otot polos melalui lamina elastik dan terjadi pembentukan
matriks kolagen yang akan menutupi ateroma yang
mengandung lekosit, lipid dan debris yang akan membentuk
inti nekrotik, selain itu juga terjadi akumulasi makrofag yang
dimediasi oleh MCSF, MCP-1, ox-LDL dan terbentuk
advanced, complicated lesi atherosclerotic (8,9).
Gambar 5. Koyaknya fibrous cap atau ulserasi fibrous plak yang dapat
menyebabkan trombosis
Gambar 7. Stroke hemoragik (A= hemoragik epidural, B= hemoragik subdural, C= hemoragik subarakhnoida, D= hemoragik intraserebral)
CH terutama terjadi pada lobus serebral, ganglia basal, thalamus, brain stem, serebelum. ICH disebabkan oleh koyaknya
small penetrating arteri pada arteri basiler atau anterior, middle
atau posterior arteri serebral. Perubahan degeneratif pada dinding
pembuluh darah yang diinduksi oleh hipertensi kronik dapat
meningkatkan risiko koyak. Perubahan degeneratif dinding arteriolar ditandai sebagai lipohyalinosis. Fisher menyatakan bahwa
ICH disebabkan oleh koyaknya satu atau dua arteri lipohyalinosis
yang disertai dengan koyaknya arteriol pada perifer yang dapat
memperluas hematoma. Sedangkan pada tahun 1868, Charcot-Bouchard menyatakan bahwa ICH disebabkan oleh koyaknya
mikroaneurisma (dilatasi dinding arteriol kecil) (25,26,27).
Russel menyatakan bahwa pada small cerebral arteri
penderita hipertensi, terjadinya penebalan pada dinding
pembuluh darah merupakan keadaan yang abnormal,
disebabkan oleh peningkatan jaringan konektif pada dinding
arterial disertai dengan terjadinya degenerasi pada jaringan
elastik serta muskular tetapi pada jaringan muskular tidak
terjadi hipertrofi. Peningkatan resistensi serebrovaskular pada
penderita hipertensi tersebut merupakan perubahan adaptif
otak terhadap tingginya tekanan intravaskular, sehingga
membuat otak lebih rentan terhadap iskemia, pada tekanan
darah yang rendah. Arteri serebral pada penderita hipertensi
mengalami kehilangan kemampuan dalam mendilatasi
peningkatan tension karbon dioksida (26).
Gambar 8. Hubungan antara stroke, kalsium dan fungsi sawar darah otak (1)
10
11
12
DIAGNOSIS STROKE
Dalam mendiagnosis stroke, harus dapat ditentukan
penyebab, perkiraan tingkat keparahan, kemungkinan
perkembangan atau kekambuhan serangan stroke serta
13
Protein S-100B
Protein S-100 adalah protein asidik yang berikatan dengan
Ca2+ membentuk ikatan tipe EF. Pada tahun 1965, protein ini
pertama kali ditemukan dan dinamakan S-100B karena
kelarutannya adalah 100% dalam amonium sulfat . Protein
S-100B sebagian besar terdapat dalam sel glial dan sistem
saraf periferal (terutama astrosit dan sel Schwann) dan juga
diekspresikan pada melanosit, adiposit dan chondrosit (77)
14
Gambar 13.
Gambar 14. Korelasi antara kadar protein S-100B dengan ukuran infark
Gambar 15. Korelasi antara kadar protein S-100B dengan tingkat keparahan
stroke iskemik berdasarkan NIHSS score
15
Gambar 18. Perbedaan NSE dalam waktu 72 jam (hari ketiga) setelah
restorasi sirkulasi secara spontan (ROSC) antara pasien
dengan outcome neurologikal yang baik dan buruk
Gambar 16. Hasil pengukuran NSE, S-100B dan MBP pada penderita TIA
Gambar 17.
Koefisien korelasi antara NIHSS score dengan pelepasan protein S-100 B dan NSE (filled markers menunjukkan p<0,01)
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Brown RC, DavisTP, Calcium Modulation of Adherens and Tight
Junction Function. A potensial mechanism for blood brain barrier
disruption after stroke. Stroke. 2002; 33: 1706-1711.
2. Skye Pharma Tech Inc. Launching the first rapid diagnostic test for
stroke. 1998.
3. Kurniasih R, Wijaya A. Peran radikal bebas pada iskemia-reperfusi
serebral atau miokardium. Forum Diagnosticum Prodia. 2002;1:123.
4. Gerolami UD, Anthony DC, PF Matthew. Cerebrovascular Diseases in Pathologic Basis of Disease. Kumar, Ramzy, Collins. Philadelphia : WB Saunders, 1999, p. 1306-1313.
5. Messing RO. Nervous System Disorders in Pathophysiology of
Disease An Introduction to Clinical Medicine . Mc Phee, Lingappa,
Ganong, Lange. New York : Mc Graw Hill, 2000. 3rd ed. p. 124164.
6. Garcia JH, Ho KH, Pantoni L. Pathology in Stroke, Pathophysiology, Diagnosis, and Management. Barnett, Mohr, Stein, Yatsu.
Philadelphia : Churchill Livingstone. 1998. 3rd ed,p. 139-153.
7. Underwood. Cerebrovascular Disease in General and Systematic Pathology. Philadelphia : Churchill Livingstone. 2000. 3rd ed, p.
748-751.
8. Libby P, Ridker PM, Maseri A. Inflammation and Atherosclerosis.
Circulation. 2002; 105:1135-1143.
9. Ross R. Atherosclerosis An Inflammatory Disease. N Engl J
Med.1999 ; 340:115-126.
10. Wolf PA, Grota JC. Cerebrovascular Disease.Circulation.
2000;102:IV.75-IV.80.
11. Loftus IM, Naylor AR, Goodall S, Crowther M, Jones L, Bell P R F,
Thompson MM. Increased Matrix Metalloproteinase-9 Activity in
Unstable Carotid Plaques. Stroke.2000;31:40-47.
12. Yatsu FM, Cordova CV. Atherosclerosis in Stroke, Pathophysiology, Diagnosis, and Management. Barnett, Mohr, Stein, Yatsu.
Philladelphia : Churchill Livingstone. 1998. 3rd ed,p. 29-39.
13. Sacco RL, Toni D, Mohr J P. Classification of Ischemic Stroke in
Stroke, Pathophysiology, Diagnosis, and Management. Barnett,
Mohr, Stein, Yatsu. Philadelphia : Churchill Livingstone. 1998. 3rd
ed, p. 341-351.
14. Ding Y,Li J, Rafols JA, Philis JW, Diaz FG. Prereperfusion Saline
Infusion into Ischemic Territory Reduces Inflammatory Injury after
Transient Middle Cerebral Artery Occlusion in Rats. Stroke.2002;33
: 2492-2498.
15. Ohkuma H, Tabata H, Suzuki S,Islam S. Risk Factors for Aneurismal Subarachnoid Hemorrhage in Aomori, Japan.
Stroke.2003;34:96-100.
16. Okamoto K, Horisawa R, Kawamura T, Asai A, Ogino M, Takagi T,
Ohno Y. Family History and Risk of Subarachnoid
Hemorrhage.Stroke.2003;34:422-426.
17. Mohr JP, Kistler JP. Intracranial Aneurysms in Stroke, Pathophysiology, Diagnosis, and Management. Barnett, Mohr, Stein, Yatsu.
Philadelphia : Churchill Livingstone. 1998. 3rd ed,p. 701-710.
18. Kataoka K, Taneda M, Asai T, Kinoshita A, Ito M, Kuroda R. Structural Fragility and Inflammatory Response of Ruptured Cerebral
Aneurysms. Stroke. 1999;30:1396-1401.
Int.
AIS
ICH
TIA
Other
Time
(hrs) MBP S100 T M MBP S100 T M MBP S100 T M MBP S100 T M
0-3
0-6
0 - 24
25
27
27
63
64
73
38
36
36
100
75
100
66
50
75
66
50
50
0
0
0
0
33
33
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
KESIMPULAN
Stroke merupakan penyebab kematian ke tiga di banyak
negara. Lebih dari dua pertiga penderita stroke mengalami
disabilitas. Penanda biokimiawi dapat digunakan untuk
membantu menentukan faktor risiko hingga diagnosis, prognosis dan tingkat keparahan stroke.
Selain itu, diagnosis stroke dengan penanda biokimiawi
dapat membantu memperoleh terapi yang optimal.
Berdasarkan penelitian penanda biokimiawi yang dapat
digunakan untuk diagnosis, prognosis dan tingkat keparahan
stroke adalah protein S 100 B, NSE dan MBP, Homosistein
maupun hsCRP, sedangkan pemeriksaan status antioksidan
total dapat digunakan untuk mengetahui status antioksidan
dalam tubuh sehubungan dengan terjadinya reperfusi
injury. Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara
faktor inflamasi dengan insiden stroke.
17
18
19
Forum
Diagnosticum
ISSN 0854-7173
Redaksi Kehormatan
Prof. DR.Dr. Marsetio Donosepoetro, Drs. Andi Wijaya
Prof. DR.Dr. FX Budhianto Suhadi, DR.Dr. Irwan Setiabudi
Ketua Dewan Redaksi/Penanggung Jawab
Dra. Marita Kaniawati
Anggota Dewan Redaksi
Dra. Dewi Muliaty, Dra. Ampi Retnowardani
Dra. Evy Liswati, Dra. Indriyanti RS
Dra. Lies Gantini
Faliawati Moeliandari S.Si.
Alamat Redaksi
Laboratorium Klinik Prodia
Jl.Wastukencana 38, Bandung 40116
Telepon: (022) 4202011, 4219392, 4219394, Fax : (022) 4236461
e-mail: prodia@indosat.net.id
website: www.prodia.co.id
Agustus 2003-3480
20