Abstrak
Kulit Pisang merupakan limbah yang selama ini tidak banyak dimanfaatkan, sehingga dalam waktu yang
relatif panjang keberadaan limbah tersebut mendatangkan masalah tersendiri antara lain pencemaran.
Kulit Pisang memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup tinggi. Kulit pisang memiliki kandungan
lignosellulosa yang cukup tinggi yang dapat didegradasi menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu
glukosa sebagai sumber pembentukan bioetanol. Kandungan lignin dalam Kulit Pisang perlu
dihilangkan/dirusak strukturnya. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mendegradasi lignin
adalah pretreatment menggunakan H2SO4 encer (1%) dan NaOH (4%). Setelah itu dilakukan hidrolisis
enzimatik menggunakan enzim selulase dan difermentasi dengan yeast saccharomyses cerevisiae. Larutan
bioetanol hasil fermentasi dipisahkan dari residu, kemudian etanol dipisahkan dari larutan dengan
distilasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar etanol yang dihasilkan semakin tinggi sampai waktu
fermentasi tertentu (waktu optimum) dan setelah waktu optimum terlewati kadar etanol yang dihasilkan
menurun. Kadar bioetanol tertinggi yang dihasilkan sebesar 13,1154%, pada hari fermentasi ke-5
menggunakan enzim sebanyak 9 ml.
Kata kunci: Bioetanol, Fermentasi, Hidrolisis Enzimatik, Kulit Pisang
1. PENDAHULUAN
Pada
masa
sekarang
kecendrungan
pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan
sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai
saat ini semakin menipis. Oleh karena itu, perlu
adanya bahan alternatif yang dapat digunakan
sebagai pengganti minyak bumi. Bioetanol dapat
digunakan sebagai bahan bakar untuk pemecahan
masalah energi pada saat ini. Saat ini sedang
diusahakan secara intensif pemanfaatan bahanbahan yang mengandung serat kasar dengan
karbohidrat yang tinggi, dimana semua bahan
yang mengandung karbohidrat dapat diolah
menjadi bioethanol. Misalnya umbi kayu, ubi
jalar, pisang, dan lain-lain. Bioethanol dapat
dihasilkan dari tanaman
yang banyak
mengandung
senyawa
selulosa
dengan
menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba.
Pisang dengan nama
Latin
Musa
paradisiacal merupakan jenis buah-buahan
tropis yang sangat banyak dihasilkan di
Indonesia (Anonymous, 1978). Dari keseluruhan
jumlah tersebut terdapat jenis buah pisang yang
sering diolah dalam bentuk gorengan, salah
satunya pisang kepok. Kulit dari buah pisang
kepok biasanya oleh masyarakat hanya dibuang
Page 10
karbohidrat
mikroorganisme.
menggunakan
bantuan
Pretreatment Lignoselulosa
Pretreatment biomassa lignoselulosa harus
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang tinggi.
Tujuan dari pretreatment adalah untuk membuka
struktur lignoselulosa agar selulosa menjadi lebih
mudah diakses oleh enzim yang memecah
polymer polisakarida menjadi monomer gula.
Kalau tidak dipretreatment terlebih dahulu,
lignoselulosa sulit untuk dihidrolisis karena
lignin sangat kuat melindungi selulosa sehingga
sangat sulit melakukan hidrolisis sebelum
memecah pelindung lignin.
Pretreatment kimia untuk Kulit Pisang
menggunakan bahan kimia yang berbeda seperti
asam, alkali dan pengoksidasian yaitu peroksida
dan ozon. Diantara metode ini, pretreatment
asam encer menggunakan H2SO4 adalah metode
yang paling banyak digunakan. Tergantung pada
jenis bahan kimia yang digunakan, pretreatment
bisa memiliki dampak yang berbeda pada
komponen struktural lignoselulosa. Alkaline
pretreatment, ozonolysis, peroksida dan oksidasi
pretreatments lebih bisa efektif dalam
penghapusan lignin sedangkan pretreatment
asam encer lebih efisien dalam solubilisasi
hemiselulosa (Sun dan Cheng, 2002).
Hidrolisis
Hidrolisis merupakan proses pemecahan
polisakarida di dalam biomassa lignoselulosa,
yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi
monomer gula penyusunnya. Pada hidrolisis
sempurna selulosa akan menghasilkan glukosa,
sedangkan hemiselulosa menghasilkan beberapa
monomer gula pentose (C5) dan heksosa (C6).
Hidrolisis dapat dilakukan secara kimia (asam)
atau enzimatik.
Hidrolisis dengan Enzim
Aplikasi hidrolisis menggunakan enzim
secara sederhana dilakukan dengan mengganti
tahap hidrolisis asam dengan tahap hidrolisis
enzim selulosa. Hidrolisis enzimatik memiliki
beberapa keuntungan dibandingkan hidrolisis
asam, antara lain: tidak terjadi degradasi gula
hasil hidrolisis, kondisi proses yang lebih rendah
(suhu rendah), berpotensi memberikan hasil yang
tinggi dan biaya pemeliharaan peralatan relatif
rendah karena tidak ada bahan yang korosif.
Beberapa kelemahan dari hidrolisis enzimatik
antara lain adalah membutuhkan waktu yang
lebih lama, dan kerja enzim dihambat oleh
produk. Di sisi lain harga enzim saat ini lebih
mahal daripada asam sulfat, namun demikian
pengembangan
terus
dilakukan
untuk
Page 11
Page 12
2.
METODOLOGI PENELITIAN
Proses Fermentasi
Bubur kulit pisang yang telah dihidrolisis
ditambahkan dengan 4 gr Saccaromyces
Cerevisiae dan diaduk pada 150 rpm
sampai homogen.
Setelah itu menghubungkan erlemeyer
500 ml yang berisi bubur kulit pisang
tersebut dengan selang karet dan ujung
selang dimasukkan kedalam air agar tidak
terjadi kontak langsung dengan udara.
Selanjutnya
larutan
difermentasikan
selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, 6 hari dan
7 hari (sesuai dengan perlakuan).
Selanjutnya memisahkan larutan dengan
bubur kulit pisang sehingga diperoleh
cairan alkohol + air.
Destilasi (Pemurnian etanol)
Merangkai dan menyalakan peralatan
destilasi dengan benar.
Cairan hasil fermentasi lalu dimasukkan
kedalam labu destilasi.
Temperatur pemanas dijaga pada suhu 80
o
C.
Proses destilasi dilakukan selama 1,5 2
jam sampai etanol tidak menetes lagi.
Mengukur destilat (etanol) yang didapat.
Penentuan kadar Etanol
Untuk menganalisa kadar alkohol
(etanol) yang didapat digunakan analisa density.
Analisa
density ini
dilakukan dengan
menggunakan alat piknometer, piknometer yang
digunakan adalah piknometer 5 ml pada suhu
kamar.
Penentuan Kadar Glukosa
Untuk analisa kadar glukosa yang di dapat,
analisa dilakukan dengan menggunakan Metode
Luff Schoorl.
Page 13
3.
12
Enzim 1 mL
10
Enzim 3 mL
Enzim 5 mL
6
Enzim 7 mL
Enzim 9 mL
0.25
Enzim 1 mL
0.2
Enzim 3 mL
0.15
Enzim 5 mL
Enzim 7 mL
0.1
Enzim 9 mL
0.05
0
1
2
0
1
Page 14
0.3
0.3
0.25
0.2
0.15
4
3
0.1
Kadar Bioetanol
Kadar Glukosa
0.07
0.06
0.05
8
6
0.04
0.03
0.02
4
2
0
2
Gambar 4.
Gambar 7.
0.1500
0.1000
0.0500
0.2000
Kadar Bioetanol
Kadar Glukosa
10
7
6
5
0.05
0.04
4
3
2
0.03
1
0
0.01
0.02
10
Kadar Bioetanol
Kadar Glukosa
0
0
0.0000
2
9
8
0.2500
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Kadar Glukosa
10
Kadar Bioetanol
0.01
0
0
10
0.05
0.09
0.08
12
10
Gambar 8.
Hubungan antara kadar glukosa,
kadar etanol dengan volume
enzim yang
ditambahkan pada
waktu fermentasi 3 hari.
14
0.02
0.018
0.016
0.014
0.012
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
12
10
8
6
4
2
0
0
Gambar 5.
Kadar Biotenol
Kadar Glukosa
10
Gambar 6.
Page 15
4.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
........,2005. Enzim Selulase. Online di
http://community.um.ac.id/showthread.ph
p. Diakses 13 Oktober 2011.
Page 16