Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Diare masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di


negara berkembang.Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian
besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus,
bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare,
termasuk sindrom malabsorbsi.1
Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting
yang harus diperhatikan adalah mencengah terjadinya dehidrasi yang menjadi
penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan
pertumbuhan akibat diare. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan
elektrolit dan sering disertai asidosis metabolic karena kehilangan basa.1
Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi disektor
kesehatan oleh karena rata-rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada di
rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare selain itu juga di
pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam urutan 10
penyakit terbanyak dipopulasi. Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang
gizi. Setiap episode diare dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya
anoreksia dan berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila
episodenya berkepanjangan akan berdampak terhadap pertumbuhan dan kesehatan
anak.2
Berikut ini akan dibahas releksi kasus tentang diare dengan dehidrasi ringansedang pada anak usia 2 tahun 5 bulan.

LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Identitas penderita
Nama penderita

: An. M

Jenis kelamin

: laki-laki

Tanggal Lahir / Umur

: 25 februari 2012 / 2 tahun 5 bulan

Tanggal/jam masuk

: 18 Juli 2014

ANAMNESIS
Keluhan Utama

: BAB cair

Riwayat penyakit sekarang:


Pasien masuk dengan keluhan BAB cair 10 kali sejak tadi siang, sedikit berampas,
ada lendir, tidak ada darah, tidak ada keluhan sakit perut sebelum buang air, warna
dan bau seperti biasa. Pasien juga mengalami muntah berupa makanan dan cairan,
berwarna putih, tidak ada darah. Tidak ada keluhan demam maupun batuk, ada rasa
haus ingin minum banyak, muntah sejak tadi siang, muntah sudah 2 kali saat di
rumah, Buang air kecil lancar seperti biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien
Riwayat Sosioekonomi:
Pembayaran rumah sakit dengan menggunakan BPJS kelas IIIc

Anamnesis Makanan:
ASI diberikan selama 2 tahun, sejak usia 5 bulan mulai diberikan susu
formula dan bubur.
Riwayat kehamilan dan persalinan :
Riwayat Antenatal

: Kunjungan ANC rutin setiap bulan

Riwayat Natal :
Spontan/tidak spontan
Berat badan lahir
Penolong
Tempat
Riwayat Neonatal

: Spontan
: 3.500 gr
: Bidan
: Klinik bersalin
: Tidak ada kelainan

Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar anak lengkap.
Riwayat Alergi :
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum

: Tampak sakit berat

Kesadaran

: Compos mentis

2. Pengukuran
Tanda vital :
Nadi

: 164 kali/menit, reguler.

Suhu

: 37,1 C

Respirasi : 40 kali/menit
Berat badan

: 14 kg

Tinggi badan

: 88 cm

Status gizi

: Gizi baik (BB/TB=107%)

3. Kulit

Warna

: Sawo matang

Efloresensi

: tidak ada

Pigmentasi
Sianosis
Turgor
Kelembaban
Lapisan lemak
Kepala: Bentuk
Ubun-ubun
Rambut

: tidak ada
:
:
:
:
:
:
:

tidak ada
cepat kembali
cukup
Cukup
Normocephal
Datar
Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,

alopesia (-)
Mata : Palpebra
: edema (-/-)
Konjungtiva
: anemis (-/-)
Sklera
: ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil
: Bulat, isokor
Exophthalmus : (-/-)
Cekung
: (-/-)
Telinga : Sekret
: tidak ada
Nyeri tekan
: tidak ada
Hidung : Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis
: tidak ada
Sekret
: tidak ada
Mulut : Bibir
: mukosa bibir basah, tidak hiperemis
Gigi
: Tidak ada karies
Gusi
: tidak berdarah
Lidah : Tremor/tidak : tidak tremor
Kotor/tidak
: tidak kotor
Warna
: kemerahan
Faring : Tidak hiperemis
Tonsil : T1-T1 tidak hiperemis
4. Leher :
Pembesaran kelenjar leher : -/ Trakea

Di tengah

Kaku kuduk

(-)

5. Thoraks

Inspeksi

Bentuk dada simetris, pergerakan

seimbang kanan dan kiri, retraksi dada (-)

Palpasi

kanan = kiri.
Perkusi :
Auskultasi :

Nyeri tekan (-), massa (-), vocal fremitus


Sonor kanan = kiri
Bunyi paru (broncovesikular kanan =

kiri, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)


6. Jantung

Inspeksi
Palpasi

:
:

SIC V
Perkusi :
Auskultasi :
7. Abdomen

Ictus kordis tidak tampak


Ictus kordis teraba di midclavikularis
Batas jantung dalam batas normal.
BJ I/II murni regular.

Inspeksi : Tampak cembung, mengikuti gerak napas


Auskultasi : Peristaltic (+) kesan meningkat
Perkusi : Timpani
Palpasi
: Meteorismus (+), Nyeri tekan suprapubik (-),
Hepatomegali (-), Splenomegali (-)

8. Anggota gerak

Ekstremitas Atas
: Akral hangat, udem (-)
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, udem (-)

Tulang belakang

: Tidak ada kelainan

Otot-otot

: Tonus otot baik

Skor dehidrasi WHO (1995):

Keadaan Umum

: Gelisah

Mata

: Tidak cekung

Air mata

: Ada

Mulut/bibir

: Basah

Rasa haus

: Haus, ingin minum banyak

Turgor

: Kembali cepat

Kesimpulan

: Dehidrasi ringan-sedang

Skor dehidrasi modifikasi UNHAS


Kriteria
Keadaan umum

Baik

Lemas

3
Gelisah,
lemas,
mengantuk,

Mata

Biasa

Cekung

syok
Sangat

Mulut

Biasa

Kering

cekung
Sangat

Pernapasan

< 30x / menit

30-40x / menit

kering
>40
x/
menit
Turgor
Nadi

Baik
< 120x/menit

Kurang
120 140 x /menit

Jelek
>140

/menit
Total skor pada pasien = 11
Interpretasi
6

: Tidak dehidrasi

7-12 : Dehidrasi ringan sedang


13 : Dehidrasi berat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HGB : 12,4 g/dl

(12,0-14,0)

HCT

(36,0-44,0)

: 36,5 %

MCV : 74

m3

(73-89)

MCH : 24,2 L

(24-30)

PLT

(200-400)

: 366

WBC : 14,9

(5-15,0)

RESUME

Pasien anak laki-laki usia 2 tahun 6 bulan masuk dengan keluhan BAB cair 10
kali, sedikit berampas, lendir (+), warna dan bau seperti biasa, banyak minum
(+). Vomitus 2x saat di rumah berupa makanan dan cairan, berwarna putih.
Pemeriksaan fisik N:164 x/menit, S:37,1 C, R:40 x/menit, meteorismus (+).
Status gizi baik dan tanda dehidrasi ringan sedang.
DIAGNOSA :
Diare akut (Enterotoxic e.coli) dengan dehidrasi ringan-sedang
TERAPI
Medikamentosa:
1. IVFD RL 16 tpm
2. Diberikan oralit 3 jam pertama 75 ml/kgBB (1050 ml)
3. Berikan tablet zink 20 mg/hari selama 10 hari.
Non Medikamentosa:
1. Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga hygiene anak
2. Pemberian asupan makanan dilanjutkan

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Darah rutin
2. Kultur feses
3. Elektrolit serum
FOLLOW UP
Tanggal 19/7/2014
S : berak cair (+) 1 kali, muntah (-), nyeri perut (-), demam (-)
O: Tanda vital : Nadi
: 112 kali/menit, reguler, kuat angkat
Suhu

: 36,3 C

Respirasi

: 28 kali/menit

Skor dehidrasi WHO (1995):


7

Keadaan Umum

: gelisah

Mata

: tidak cekung

Air mata

: ada

Mulut/bibir

: basah

Rasa haus

: tidak haus tapi ingin minum

Turgor

: kembali cepat

Kesimpulan

: tanpa dehidrasi

A : Diare tanpa dehidrasi


P : IVFD RL mikrodrips 20 tpm
Zink 20 mg
Pasien pulang atas permintaan keluarga

DISKUSI
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu. 1,3
Diare dibagi menjadi dua, yaitu diare akut dan diare persisten atau diare kronik.
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara diare
persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. 4
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak yang lebih
besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan.
Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yan tercemar.
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain : tidak
diberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan
(MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk. 1,3

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar,


tetapi yang sering ditemukan dilapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan
oleh infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang digambarkan
dalam bagan berikut :3

Penentuan Mikroorganisme penyebab diare


Tanda&

Rotavirus

ETEC

Sering
+

+
-

Sakit

Tenesmus

Gejala lain

Anoreksia

Gejala
Mual/muntah
Demam

EIEC

Salmonella

Shigella

Vimbrio

++

Jarang
++

Disentri
Jarang
++

Cholera
Sering
-

tenesmus

Tenesmus

Tenesmus,

kram

Distensi

kram
hipertensi

+ kolik
Bakteremia

kolik
Bisa ada

toksonemia

kejang

Sedikit

menurun

Sangat

Sering

Sering

banyak
Terus
menerus
Cair
Amis

abdomen
Volume
Frekuensi

Sedang

Banyak

5-10 kali

Sering

Sifat Tinja
Sedikit
Sering

konsistensi
Mucus
Darah
Bau

Cair
Jarang
Langu

Cair
+
+

Lembek
+
+
-

Lembek
+
Kadang +
Bau telur

sekali
lembek
Sering
Sering +
Bau tinja

Warna

Kuning

Warna

Merah

busuk
Kuning

Merah

Cucian

kehijauan
-

tinja
-

hijau
+

hijau
+

beras
-

Leukosit

10

Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak adalah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.2
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.2
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare.2
Pada kasus ini penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan
fisik. Dari hasil anamnesis didapatkan pasien mengalami BAB cair 10 kali, sedikit
berampas, berlendir, tidak ada darah, tidak ada keluhan tenesmus, warna dan bau
seperti biasa, tidak ada demam, banyak minum, vomitus 2x saat di rumah berupa
makanan dan cairan, berwarna putih, tanpa disertai darah. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan status baik. Penyebab

diare pada pasien ini karena infeksi oleh

enterotoxic e.coli, dengan tanda dan gejala yang khas berupa adanya muntah, dan
meteorismus.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis yang akan terjadi :

11

Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya


gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolic, hipokalemia dan

sebagainya)
Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,

pengeluaran bertambah)
Hipoglikemia
Gangguan sirkulasi darah.
Derajat Dehidrasi pada Diare Akut Menurut WHO 2005 diklasifikasikan

dalam 3 kondisi yakni diare akut tanpa dehidrasi, diare akut dengan dehidrasi sedang
dan diare akut dengan dehidrasi berat.
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO

Penilaian
Lihat :
Keadaan umum

A
Baik, sadar

B
gelisah, rewel

C
lesu, lunglai atau
tidak sadar

Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung

Rasa haus

Minum biasa tidak

haus, ingin minum

malas minum atau

Periksa : turgor kulit

haus
Kembali cepat

banyak
kembali lambat

tidak bisa minum


kembali sangat

Hasil pemeriksaan

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi

lambat
Dehidrasi berat

ringan/sedang bila

Terapi :

Rencana terapi A

ada 2 tanda atau

Bila ada 2 tanda atau

lebih tanda lain


Rencana terapi B

lebih tanda lain


Rencana terapi C

Hasil skoring dehidrasi pada kasus ini menunjukkan dehidrasi ringan-sedang


dimana pasien dalam keadaan rewel, mata tidak cekung, rasa haus ingin minum
banyak, dan turgor kembali cepat.

12

Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008 Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi dalam
pengendalian penyakit diare di Indonesia yaitu 1,5 :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
a. Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
o Umur < 1 tahun

: - gelas setiap kali anak mencret

o Umur 1 4 tahun

: - 1 gelas setiap kali anak mencret

o Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret


b. Dosis oralit bagi penderita diare derajat dehidrasi ringan-sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
dilanjutkan dengan pemberian oralit
c. Derajat dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk diinfus.
2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim
ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diare. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1
sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi
ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak

13

usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus
diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih
sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan.
4. Antibiotik selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah
berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi
anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa
berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh
parasit (amoeba, giardia).
5. Nasihat kepada orang tua.
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :
-

Cara memberikan cairan dan obat di rumah

Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :


o Diare lebih sering
o Muntah berulang
o Sangat haus
o Makan/minum sedikit
o Timbul demam
o Tinja berdarah
o Tidak membaik dalam 3 hari.

14

Untuk penatalaksanaan diare dengan dehidrasi ringan sedang pada kasus ini,
diberikan terapi B menurut WHO, yaitu :
Rencana Terapi B, untuk Anak Diare dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
1. Jumlah oralit atau cairan parenteral yang dibutuhkan 3 jam pertama : 75
ml/kgBB
2. Berikan tablet zink selama 10 hari

<6 bulan = 10 mg/hari (1/2 tablet)

>6 bulan = 20 mg/hari (1 tablet)

3. Setelah 3 jam :

Ulangi penilaian derajat dehidrasi

Pilih rencana terapi yang sesuai

4. Berikan oralit tiap BAB

< 2 tahun = 50-100 ml/BAB

> 2 tahun = 100-200 ml/BAB

Atau 10 ml/kgBB/BAB

Minumkan sedikit-sedikit tapi sering 6

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus diare akut yakni
pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan feses, analisis gas darah dan pemeriksaan
elektrolit. Pemeriksaan fefes atau tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali
apabila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Hal yang dinilai pada
pemeriksaan tinja berupa makroskopis yakni konsistensi, warna, lendir, darah, bau
dan mikroskopis berupa leukosit, eritrosit, parasit, bakteri, dan pemeriksaan kimia
feses berupa PH, elektrolit (Na, K, HCO3). Selain itu dapat pula dilakukan kultur atau
biakan feses dan uji sensitivitas (kepekaan terhadap antibiotika). Selain pemeriksaan
feses dapat pula dilakukan pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit (jika secara

15

klinis dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit) pada kasus
dehidrasi berat.

2,7

Komplikasi yang dapat terjadi pada diare akut gangguan elektrolit seperti:
hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia, hipokalemia, dan kejang.2
Prognosis diare dapat ditentukan oleh derajat dehidrasi,

sehingga

penatalaksanaannya sesuai dengan ketepatan cara pemberian rehidrasi. Apabila


penanganan yang diberikan tepat dan sesegera mungkin, maka dapat mencegah
komplikasi dari diare tersebut. Pada kasus ini, pasien memiliki prognosis yang baik,
karena ditangani secara cepat serta sesuai, pasien menunjukkan perbaikan kondisi
yang signifikan, dan tidak ditemukan komplikasi berat pada pasien.1

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Juffrie, M. Dkk., Buku Ajar Gastroenterologi- Hepatologi Jilid 1, Badan


Penerbit IDAI, Jakarta, 2010.

2. Hasan R. dkk., Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia, Jakarta, 2005
3. Suharyono. Dkk., Gastroenterologi Anak Praktis, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta. 1988.
4. Kliegman R. Nelson Essentials of Pediatrics Fifth Edition.USA; Elsevier :
2006.
5. World Gastroenterology Organisation Practic Guidline. Acute diarrhea: 2008.

6. Departemen Kesehatan RI, Manajemen Terpadu Balita Sakit, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta, 2008
7. Kementrian kesehatan republik Indonesia. Tatalaksana diare pada balita.
Jakarta; KEMENKES RI: 2011.

17

Anda mungkin juga menyukai