Anda di halaman 1dari 18

MANAGEMENT URTIKARIA :

A CONSENSUS REPORT
DEVI DAMAYANTI
NUR UMAMI ANNISA

Laporan konsensus hasil dari diskusi selama


Simposium ESDR beriorientasi klinik dengan topik
Urtikaria tahun 2000 dengan peserta > 100 peserta
spealisasi yang berasal dari 15 negara

Urtikaria berdampak besar terhadap kualitas


kehidupan dan diperlukan perawatan yang
efektif.

Antihistamin H-1 non sedatif obat yang terbukti efektif


dalam studi double blind terkontrol.
Obat- obatan immunosupresif seperti siklosporin A
dan kortikosteroid tidak boleh digunakan dalam
jangka panjang karena memiliki efek samping yang
tidak diinginkan.

Terapi urtikaria dibagi menjadi 3 dasar pendekatan :


Menghindari atau menghilangkan stimulus (rangsangan)
atau yang menyebabkannya.
Pendekatan ini bersifat kuratif (menyembuhkan), namun
tidak bisa diterapkan pada sebagian pasien karena stimulus
seringkali tidak diketahui. Dalam perawatan urtikaria kronis
dari proses inflamasi yang terkait, termasuk penyakit yang
bersifat parasit dan kanker atau intoleransi terhadap obat
dan makanan bisa disembuhkan.

Penghambatan pelepasan mediator sel mast

Pendekatan ditujukan pada sel mast sebagai sel


efektor sentral, tapi hanya ada beberapa obat obatan
yang efektif yang tersedia untuk mengahambat
pelepasan mediator sel mast

Terapi terhadap jaringan- jaringan target mediator sel

mast
Untuk menghambat efek dari mediator sel mast pada
jaringan target dan perbaikan atau penekanan gejala

MENGHILANGKAN STIMULUS
(RANGSANGAN)
Obat obatan

Wuthrich 1993 : Obatan obatan yang menyebabkan


reaksi pseudoallergi (seperti aspirin) tidak bisa hanya
menyebabkan tapi juga memperburuk urtikaria kronis yang
telah ada, sehingga penghilang (agen atau obat) hanya
akan memperbaiki gejala.

Stimulus fisik

Menghindari stimulus fisik seperti uticaria demografi ,urtikaria tekanan,


urtikaria dingin dan urtikaria sinar matahari mencari ciri fisik dari stimulus
masing- masing untuk perawatan urtikaria cukup membuat pasien tahu
untuk mengenal dan mengendalikan paparan dirinya dalam kehidupan
sehari- harinya.
Membuang agen agen menular dan perawatan proses imflamasi

(peradangan )
Untuk urtikaria kronis sering diasosiakan dengan beragam proses
imflamasi atau infeksi.
Wedi dan Kapp 1999 : Infeksi saluran percernaan (gastro intestinal)
seperti Helicobacter pylori atau infeksi bakterial nasopharynx
Champion 1969 : Candidosis intestinal dianggap faktor penting dalam
menimbulkan urtikaria kronis
Brune 1998, Zuberbier 1995 : Proses imflamasi seperti saluran empedu
atau inflamasi kelenjar empedu

Penghilangan autoantibodi FcERI


(Grattan et al, 1992; Greaves, 2000) : Saat ini terdapat

beberapa penelitian untuk pengobatan urtikaria kronik


dengan menghilangkan antibodi. Plasmapheresis telah
menunjukkan manfaat sementara, yang sangat
dipengaruhi individu dan tergantung pada keparahan
pasien.
Fradin et al, 1991; Barlow et al, 1993; Toubi et al, 1997;

Grattan et al, 2000 : Pengobatan imunologi dengan agen


penghambat pembentukan antibodi merupakan salah
satu caranya, misal siklosporin, atau dengan pemasukan
imunoglobulin dengan konsentrasi tinggi dan telah
terbukti dapat mengobati.

Pengaturan diet
Juhlin, 1981; Zuberbier et al, 1995 : Pada urtikaria akibat
alergi makanan yang dimediasi oleh IgE, jarang terjadi
Pada pasien urtikaria kronis, terjadi reaksi pseudoalergi
terhadap makanan yang mengandung bahan-bahan
pengawet. Pada pasien ini dilakukan diet terhadap
makanan yang menyebabkan alergi selama 3-6 bulan.
Terjadi penyembuhan spontan pada 50% pasien yang
melakukan diet tersebut. Gejala urtikaria dapat hilang
dalam waktu 24-48 jam, jika alergen dihindari atau
dihilangkan dengan cepat.

Arahan terapi sel mast


Zuberbier et al, 1996a : Sekarang ini, obat yang paling efisien
menghambat pelepasan sel mast adalah kortikosteroid, akan
tetapi harus dihindari untuk pengobatan urtikaria kronik jangka
panjang. Untuk urtikaria akut, kortikosteroid jangka pendek
mungkin bisa membantu mengurangi lamanya penyakit.
Godt et al, 1997;Horio, 2000 : PUVA mengurangi jumlah sel

mast pada dermis dan telah berhasil diberikan pada


mastositosis
Hannuksela and Kokkonen, 1985; Olafsson et al, 1986 :

Selama pengobatan UVA dan UVB 1-3 bulan, pada


pengobatan urtikaria kronik, dapat juga diberikan pengobatan
antihistamin.

Terapi pada ogan target


Lippert et al, 1995, 2000 : Generasi baru antihistamin,
juga memberi efek anti inflamasi seperti pelepasan
sitokin dari basofil dan sel mast
Kontou-Fili et al, 1989;Zuberbier et al, 1996b : Terdapat

beberapa
penelitian
menunjukkan
keuntungan
antihistamin konsentrasi tinggi pada setiap pasien, tetapi
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Lindquist and Edwards,1997 : Harus dipertimbangkan

dalam pemilihan antihistamin, karena kemungkinan dapat


terjadi meningkatnya efek samping pada jantung

Kemungkinan terapi lebih lanjut


Ellis, 1998; Berkun and Shalit, 2000 : Antihistamin pada
konsentrasi yang lebih tinggi akan memungkinkan
mengontrol gejala >95%, pengobatan lain dibutuhkan
pada pasien yang tidak ada reaksi terhadap pengobatan.
Banyak alternatif yang mendasarkan pada uji coba
terbuka seperti leukotrin-antagonis, interferon, atau
imunoglobulin.
Karena keparahan urtikaria dapat berfluktuasi, dan karena
remisi spontan dapat terjadi kapan saja, pada pengobatan
lanjutan dianjurkan untuk di evaluasi setiap 3-6 bulan.
Berikut Tabel 1. Pengobatan standar saat ini dan cara
pengobatan lain untuk beberapa subtipe dari urtikaria

Jenis urtikaria

Pengobatan standar

Pengobatan lain

a. Urtikaria akut

Antihistamin H1 nonsedatif

Prednisolon 50mg/hari
selama 3hari

b. Urtikaria kronik

Antihistamin H1 nonsedatif

Kombinasi dapsone dan


pentoksifilin

-dosis dapat ditingkatkan bila


diperlukan

Kombinasi: H1 dan H2blocker


Kombinasi: H1-blocker dan
beta-simpatomimetik
(terbutaline)
Kombinasi: H1-blocker dan
obat phisikotropika
Danazol (stanozolol)
Leukotrine antagonis
Sulfazalazine
Kortikosteroid
Siklosporin A
Interferon
PUVA
Plasmapheresis
Immunoglobulin

c. Urtikaria dilihat dari fisik

Selalu mempertimbangkan
rangsangan

1. Dermographic urtikaria

Antihistamin H1 nonsedatifKonsentrasi dapat dinaikkan


bila dibutuhkan

2. Delayed pressure urtikaria

Konsentrasi tinggi Antihistamin


H1 nonsedatif

Kortikosteroid jangka pendek


Awal dicoba dengan penisilin
3x1.2 Mil IU/hari peroral atau

3. Cold urtikaria

Antihistamin H1

doksisiklin 2x100mg/hari
peroral (efek yg ditimbulkan
pada fisik yaitu(pilek)

4. Solar urtikaria

Induksi toleransi fisik

Antihistamin H1 nonsedatif

d. Urtikaria tipe lain

(pengersan dengan sinar UV)

1. Urtikaria kolinergik

Antihistamin H1 nonsedatif-

Danazol, stanzolol

Konsentrasi dapat dinaikkan


bila dibutuhkan

(hanya untuk kasus berat)

Kesimpulan
Kualitas

hidup pada urtikaria sangat dipengaruhi oleh pengelolaan


penyakitnya, maka dari itu sangat diperlukan kerjasama yang baik antara
dokter dengan pasien

Karena variabilitas keparahan penyakit tinggi, pendekatan individu diperlukan

pada setiap pasien.


Hal pertama, harus menghindari faktor pemicu sebisa mungkin
Pada sebagian besar pasien, mungkin timbul sedikit gejala pada pengobatan

farmakologis oleh antihistamin generasi baru, dengan efek samping sangat


rendah pada pasien yang patuh pada pengobatan
Dianjurkan untuk mencoba atau melakukan pengobatan lain pada pasien

yang tidak merespon ketika diberi konsentrasi tinggi dan biasanya jarang
terjadi
Sebagian besar obat kortikosteroid seperti siklosporin harus disediakan untuk

pasien yang berat karena riwayat efek samping dapat merugikan pasien

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai