Anda di halaman 1dari 66

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN DENGAN

PENDARAHAN ANTERPARTUM
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011001

Pendarahan anterpartum adalah pendarahan dari jalan lahir yang terjadi


pada tindakan kehamilan 28 minggu atau lebih.

Untuk mencari penyebab pendarahan anterpartum serta merencanakan


tindakan selanjutnya agar morbiditas dan mortalitas ibu dan janin dapat
diturunkan.
Setiap pasien dengan pendarahan anterpartum harus dirawat dirumah
sakit untuk dicari penyebabnya dan direncanakan tindakan persalinannya.
1. Pasien datang dengan keluhan ada keluar darah dari jalan lahir.
2. Berikan salam,,Perkenalkan diri
3. Lakukan anamnesis lengkap meliputi paritas, HPHT, riwayat
penyakit yang pernah diderita serta riwayat obstetri yang lalu.
4. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap meliputi keadaan umum ibu,
tinggi fundus melihat adanya pendarahana yang keluar dari ostium
uteri.
5. Melakuakan periksa penunjang USG untuk memastikan umur
kehamilan, keadaan dan letak janin serta kemungkinan adanya
plasenta perevia atau solusio plasenta yang menjadi penyebab
pendarahan.
6. Lalukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat adanya anemia.
7. Jelaskan pada pasien dan keluarganya mengenai keadaan
kehamilannya serta kemungkinan penyulit yang dapat timbul dan
beritahu bahwa pasien harus dirawat di rumah sakit.
8. Pasang infus jaga
9. Sediakan darah untuk kemungkinan keperluan tranfusi.
10. Setelah diagnosis penyebab pendarahan ditegakkan, rencanakan
tindakan selanjutnya.
11. Bila pendarahan disebabkan oleh plasenta previa pada kehamilan
belum aterm dengan keadaan ibu dan janin baik, lakukan perawatan
ekspektatif sampai kehamilan aterm
12. Lakukan pemantauan ketat terhadapa keadaaan ibu dan janin selama
perawatan.
13. Bila selama perawatan keadaaan ibu dan atau janin menjadi buruk,
atau timbul pendarahan banyak segera lakukan seksio sesarea untuk
melahirkan janin,
14. Pada kehamilan aterm dengan plasenta previa totalis, lakukan seksio
sesarea untuk melahirkan janin. Bila plasenta hanlya menutupi
sebagian ostium uteri dan letak plasenta pada SBR bagian depan,
dapat dicoba induksi persalinan dengan amniotomi dan oksitosin

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN DENGAN


PENDARAHAN ANTERPARTUM
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH

Tanggal terbit

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi : -

Halaman
1/2

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011001

drip
15. Bila penyebab peredaran darah adalah solusio plasenta dengan janin
hidup, lakukan seksio sesarea untuk melahirkan janin segera.
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

16. Pasien solusio plasenta dengan kematian janin dalam rahim, lakukan
induksi persalinan dengan amniotomi dan oksitosin drip. Bila bayi
tidak lahir selama 6 jam, lakukan seksio sesarea atas indikasi ibu.
1. Dokter Spesialis Obstetri dan Genikologi
2. Ruang Bersalin (VK)
3. IRJ
4. UGD

PROSEDUR PENGAWASAN PERDARAHAN


PASCA SALIN
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

Pendarahan pasca salin adalah pendarahan yang terjadi dalam 2 jam


pertama setelah ibu melahirkan
Untuk mengawasi kemungkinan terjadinya pendarahan pasca salin dan
melakuakan tindakan dengan cepat dan tepat sehingga menurunkan
morbiditas dan mortalitas ibu.
Pendarahan yang terjadi pasca persalinan spontan atau buatan harus
diawasi dan diukur jumlahya untuk menentukan tindakan yang diperlukan
selanjutnya.
1. Persiapan alat :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Jam yang memiliki jarum detik
4. Bengkok
5. Gelas pengukur
2. Persiapan :
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal yang akan dilakukan
2. Atur pasien pada posisi lithotomi.
3. Letakkan bengkok di bawah bokong pasien.
3. Pelaksanaan :
1. Ukur tekanan darah dan nadi ibu segera setelah melahirkan
2. Tentukan tinggi fundus uteri
3. Raba kontraksi uterus
4. Monitor tanda-tanda anemi :
a. Periksa mukosa konjungtiva
b. Perhatikan adanya keluhan pusing
c. Periksa kadar hemoglobin darah
5. Periksa tanda-tanda vital pasien dan secara berkala.
6. Ukur jumlah darah yang ditampung dalam bengkok dengan gelas
pengukur.
7. Bila terjadi pendarahan pasca salin, segera lakukan tindakan
sesuai dengan penyebabnya.
8. Catat jumlah darah dan tanda-tanda vital pasien dalam status.
1. Dokter Sp.OG
2. Dokter Umum
3. VK
4. Petugas laboratorium

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN DENGAN


PREEKLAMPSIA BERAT
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/3

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

Penyakit darah tinggi dalam kehamilan yang ditandai dengan adanya


hipertensi, edem dan proteinuria.
Sebagai pedoman bagi tenaga medis dan paramedis dalam memberikan
pelayanan, pengobatan terhadap ibu hamil yang menderita pre Eklampsia
berat RSB ASIH
Memberi pelayanan prima kepada ibu hamil yang menderita Pre
Eklampsia berat melalui rawat inap
a. Kriteria Diagnosis
Anamnesis :
1. Hamil > 20 minggu
2. Nyeri kepala, nyeri perut / ulu hati
3. Mual, kadang muntah-muntah
4. Penglihatan kabur/hitam
5. Kaki bengkak
6. Berat badan naik berlebihan
Pemeriksaan Fisik :
1. Tekanan darah sistolik > mmHg
2. Tekanan darah diastolic > 110 mmHg
3. Edem tungkai
4. Edem paru
Pemeriksaan penunjang :
1. Lab Urin :
a. Proteinurin > ++
b.Oliguria (<400 cc/24 jam)
2. Darah lengkap, trombosit
3. Fungsi hati : SGOT/SGPT/Bilirubin/AP
4. Fungsi ginjal : urium/kreatinin
5. USG
6. KTG
b. Diagnosis banding
1. Hipertensi dalam kehamilan/hipertensi esensial
2. Penyakit ginjal
c. Terapi
Perawatan aktif
Bila hamil aterm ( > 37 minggu ), impeneding eklampsia, gawat
janin/IUGR dan HELP Syndrome terdiri dari :
1. IVFDD5 : RL=2 : 1 Tetesan 20 X Permenit
2. Pasang dauer catheter menetap
3. Tirah baring ke kiri
4. Diet rendah garam, lemak karbonhidrat, cukup protein
5. Bila implending eklampsi mgSo4 20% 4gr IV pelan pelan.
6. Inj. Mgso4 40% 8gr IM, boka-boki (bila syarat dipenuhi)

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN DENGAN


PREEKLAMPSIA BERAT
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Tanggal terbit

No. Revisi : -

Halaman
1/3

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
7. Bila + 1 jam tekanan darah belum turun TD > 180/110
beri
injeksi Catapers Amp diencerkan 10 x IV pelan pelan.Setelah
30 menit dapat diulang bila TD tidak menurun (tensi turun + 10%
dari semula)
8. Di uretika bila ada indikasi
9. Beri antihipertendi oral, phenobarbital 1 tablet
10. .Terminasi kehamilan :
a.Belum In Partu :
1. Induksi
2. Bila ada kontra indikasi SC
b.In Partu :
1. Pervagianan (percepat kalla II dengan EF/EV)
2. Bila dalam 6 jam tidak masuk fase aktif :SC
Perawatan konservatif
Bila hamil belum aterm, tak ada tanda impending eklampsi, dan
bayi baik terdiri dari :
1. IVFD D5 : RL = 2 : 1 20 tts/menit
2. Pasang dauer chateter, menetap
3. Tirah baring ke kiri
4. Diet rendah garam, lemak karbohidrat, cukup protein
5. Inj. Mgso4 40% 8gr IM tiap 6 jam
6. Bila dalam 1 jam TD belum turun beri Catapers
pengenceran
7. Beri antihipertensi oral
8. Observasi 24 jam, bila tidak ada perbaikan lakukan
terminasi kehamilan.
9. Bila perbaikan menjadi PER dan menetap 3 hari boleh
rawat jalan.
d. Informed Consent
Diperlukan bila ada tindakan
e. Lama perawatan
Bervariasi sesuai kondisi minimal 3 hari, bila operasi rata-rata 10
hari.
f. Output
1. Sembuh total
2. Konsul Penyakit dalam

UNIT TERKAIT

1. Dr.Spesialis Obstetri dan Ginekoligi


2. Dr. Penyakit Dalam
3. R.Perawatan

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN DENGAN


PREEKLAMPSIA BERAT
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH

Tanggal terbit

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi : -

Halaman
1/3

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

4. VK
5. OK

PROSEDUR PENGAWASAN INFEKSI MASA


NIFAS

No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

Infeksi masa nifas adalah infeksi yang terjadi pada saluran genital yang di
tandai dengan menigngkatnya suhu tubuh > 38 derajat celcius yang
terjadi selama 2 hari berturut-turut dalam 10 hari pertama pasca salin,
kecuali 24 jam pertama.
Untuk mengawasi kemungkinan terjadinya infeksi saluran genital pada
seorang wanita pasca salin sehingga angka kematian maternal dapat
diturunkan.
Setiap pasien dengan infeksi masa nifas harus dirawat dirumah sakit dan
mendapat terapi antibiotika spektrum luas.
1. Pasien datang untuk memeriksakan dikirim ke poliklinik untuk
kontrol setelah melahirkan.
2. Lalukan anamnesis lengkap meliputi paritas, cara persalinan,
penolong persalinan serta keluhan yang mungkin dirasakan
setelahnya.
3. Lakukan pemeriksaan lengkap meliputi tanda-tanda vital ibu
keadaan umum, tinggi fundus uteri, kontraksi rahim, lochina serta
keadaan luka jalan lahir.
4. Lakukan pemeriksaan (HB, leukosit, trombosit, Ht(hematokrit), diff,
widal, malaria) penunjang laboratorium yang dianggap perlu untuk
melihat kemungkinan adanya kelainan hematologis akibat infeksi.
5. Jelaskan pada pasien dan keluarganya tentang keadaan pasien serta
kemungkinan penyulit dan mungkin timbul.
6. Bila hasil pemeriksaan tidak menunjukan adanya infeksi, pasein
dapat dipulangkan.
7. Bila didapatkan tanda-tanda infeksi, jelaskan pada pasien dan
keluarganya bahwa pasien dirawat dirumah sakit. Bila perlu lakukan
perawatan ICU.
8. Pasang infus jaga dan sediakan darah untuk kemungkinana
keperluan tranfusi/bila ada indikasi medis (HB< 10gr/dl).
9. Berikan terapi antibiotika spektrum luas secara intravena selama 3
hari setelah tanda infeksi menghilang.
10. Pada infeksi yang disebabkan oleh plasenta, lakukan kuretase sisa
plasenta setelah pemberian antibiotika intravena 3 hari dan atau
pasien bebas demam 3 hari.
11. Lakukan pemantauan ketat terhadap keadaan umum dan tanda-tanda
vital pasien.
12. Lakukan konsultasi kebagian lain yang dinilai perlu.
1. Dokter Sp.OG
2. Dokter spesialis lain yang terkait
3. R.Perawatan

PROSEDUR PERENCANAAN KEHAMILAN


No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

Suatu usaha untuk merencanakan atau mengatur jumlah dan jarak kelahiran
Merencanakan atau mengatur jumlah anak untuk mencapai keluarga sejahtera.
Pelayanan keluarga berencana dapat dilakukan dengan cara penyuluhan atau
konseling secara individu/kelompok serta dengan memberikan pelayanan
kontrasepsi sesuai pilihan dan keadaan akseptor.
A. Persiapan alat :
1. Poster-poster/alat peraga
2. Macam-macam alat kontrasepsi
B. Pelaksanaan :
a. Pelayanan keluarga berencana :
1. Pasangan usia subur calon akseptor datang ke poli kebidanan.
2. Lakukan anamnesis lengkap tentang paritas, riwayat haid serta
riwayat penyakit yang pernah diderita.
3. Lakukan pemeriksaan fisik dan ginekologi lengkap untuk
mengetahui status kesehatan akseptor.
4. Jelaskan pada calon akseptor dan pasangannya tentang jenis-jenis
alat kontrasepsi, cara pemakaian, cara kerja serta efek sampingnya.
5. Bantu calon akseptor untuk menentukan pilihan kontrasepsi yang
paling sesuai baginya.
6. Calon akseptor dan pasangannya menandatangani formulir
persetujuan tindakan.
7. Berikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan pilihan pasangan
tersebut.
8. Sampaikan bahwa pelayanan telah selesai.
9. Jelaskan waktu kunjungan ulang berikutnya.
10. Catatan hasil tindakan pada status pasien dan buku register
pelayanan keluarga berencana.
b. Pelayanan keluarga berencana secara kelompok :
1. Seluruh mempersiapkan tempat dan alat-alat peraga
2. Calon-calon akseptor dan pasangnnya dikumpulkan dalam tempat
yang sudah ditentukan.
3. Peserta mengisi daftar hadir.
4. Jelaskan tentang jenis-jenis alat kontrsepsi, cara pemakaian, cara
kerja serta efek samping yang mungkin timbul.
5. Beritahukan pada calon akseptor tempat-tempat pelayanan serta
tempat mencari pertolongan bila timbul efek samping.
6. Buat laporan kegiatan.

1. Dr.Spesialis obstetri dan ginekologi


2. IRJ

PENUNDAAN KEHAMILAN
No. Dokumen
RUMAH SAKIT

No. Revisi : -

Halaman
1/1

BERSALIN ASIH

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Upaya untuk menunda terjadinya kehamilan yang akan meningkatkan
risiko pada kesehatan ibu dan bayi.

TUJUAN

Memberi pengertian kepada pasangan suami istri atau kelompok pranikah


sehingga mereka mengerti dan menyadari tentang waktu yang optimal
untuk merencanakan kehamilan.

PROSEDUR

1. Petugas mempersiapkan materi dan alat bantu penyuluhan.


2. Siapkan tempat untuk pelaksanaan penyuluhan.
3. Pasangan atau kelompok pranikah dikumpulkan dalam tempat yang
sudah disiapkan.
4. Sampaikan materi penyuluhan tentang pentingya menentukan waktu
yang optimal untuk merencanakan kehamilan dengan metode
ceramah dan tanya jawab.
5. Kelompok pendengar mengisi daftar hadir.
6. Buat laporan

UNTI TERKAIT

1. Poli antenatal
2. Dr. Spesialis Kandungan

PEMERIKSAAN BUNYI JANTUNG JANIN


DENGAN STETOSKOP MONOAURAL
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

Pemeriksaan bunyi jantung dengan stetoskop monoaural adalah suatu tindakan


untuk mendeteksi keadaan bunyi jantung janin dalam rahim. Stetoskop
monoaural adalah suatu alat berbentuk corong yang terbuat dari kayu ebonit atau
alumunium.
Untuk mendeteksi bunyi jantung janin serta menilai keadaan
rahim.

janin dalam

Pemeriksaan jantung janin dengan stetoskop monoaural dapat dilakukan pada


ibu hamil dengan usia kehamilan 5 bulan atau lebih
1. Persiapan alat :
1. Stetoskop monoaural.
2. Sampiran
3. Jam yang memiliki jarum detik.
2. Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal yang akan dilakukan,
2. Anjurkan pasien untuk menggosokan kandung kencing,
3. Pasien ditidurkan pada posisi terlentang
4. Sisihkan pakaian bersih sehingga seluruh bagian perut pasien tampak
jelas.
3. Pelaksanaan :
1. Pemeriksa mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
2. Pemeriksa berada disisi kanan pasien,
3. Lakukan palpasi untuk menentukan posisi punggung bayi,
4. Letakkan stetoskop monoaural pada sisi kiri atau kanan perut ibu
sesuai letak punggung bayi,
5. Tangan pemeriksa memegang nadi ibu,
6. Tempelkan telinga kiri pemeriksa pada stetoskop monoaural dan
dengar bunyi jantung janin,
7. Hitung bunyi jantung janin selama 5 detik sebanyak 3 kali dengan
interval 5 detik diantara masing-masing penghubung.
8. Jumlahkan hasil perhitungan ke -1,2 dan 3 dan kalikan hasilnya dengan
4 untuk mendapatkan frekwensi bunyi jantung janin permenit.
9. Perhatikan perbedaan hasil masing-masing perhitungan untuk menilai
irama dan keteraturan bunyi jantung janin,
10. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan telah selesai dan sampaikan
hasilnya,
11. Bereskan pasien dan alat,
12. Pemeriksa mencuci tangan
13. Catat hasil pemeriksaan dalam status pasien.
1. Status pasien rawat jalan
2. Status pasien rawat inap
3. Buku register pasien rawat inap kebidanan.

PROSEDUR PEMERIKSAN BUNYI JANTUNG


JANIN DENGAN DOPPLER
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Pemeriksaan bunyi jantung janin dengan doppler adalah suatu tindakan
untuk mendeteksi keadaan bunyi jantung janin dalam rahim.
Doppler adalah suatu alat elektronik yang digunakan untuk mendekteksi
bunyi jantung janin dalam rahim.
Untuk mendeteksi bunyi jantung janin serta mengetahui keadaan janin
dalam rahim.

KEBIJAKAN

Pemeriksaan bunyi jantung janin dengan doppler dapat digunakan pada


ibu hamil dengan usia dengan usia kehamilan 12 minggu atau lebih.

PROSEDUR

1. Persiapan alat :
a. Meja dorong berisi :
1. Doppler
2. Jelly
3. Kertas tisu
4. Bengko
b. Sampiran
c. Jam yang memiliki jarum detik
2. Persiapan Pasien :
1. Pasien diberitahu tentang hal yang akan dilakukan,
2. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing,
3. Pasien ditidurkan dengan posisi terlentang,
4. Sisihkan pakaian pasien sehingga seluruh bagian perut pasien
tampak jelas.
3. Pelaksanaan :
1. Pemeriksa mencuci tangan sebelum melakukan tindakan,
2. Pemeriksa berada disisi kanan pasien,
3. Letakkan meja dorong disamping kanan pasien,
4. Lakukan palpasi untuk menentukan posisi punggung bayi,
5. Probe Doppler diberi jellu secukupnya,
6. Tangan pemeriksa memegang nadi ibu,
7. Letakkan probc pada daerah punggung bayi,
8. Hitung bunyi jantung janin selama 5 detik sebanyak 3 kali
dengan interval 5 detik diantara masing-masing perhitungan,
9. Jumlahkan hasil perhitungan ke 1,2 dan 3 dan kalikan hasilnya
dengan 4 untuk mendapatkan frekwensi bunyi jantung janin
permenit,
10. Perhatikan perbedaan masing-masing perhitungan untuk menilai
irama dan keteraturan bunyi jantung janin

PROSEDUR PEMERIKSAN BUNYI JANTUNG


JANIN DENGAN DOPPLER
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

11. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan telah selesai dan


sampaikan hasilnya,
PROSEDUR

12. Bereskan pasien dan alat-alat,


13. Pemeriksa mencuci tangan,

UNIT TERKAIT

14. Catat hasil pemeriksaan dalam status pasien.


1. Dokter Spesialis Obstetri dan Genikologi
2. Bidan Ruang Bersalin
3. Bidan Poli Antenatal

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


NORMAL (KALA II)
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/5

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran bayi cukup bulan atau


hampir cukup bulan, diikuti oleh pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari rahim ibu secara normal.
Untuk memberi pertolongan persalinan normal pada pasien tanpa
komplikasi dengan trauma seminimal mungkin.
Pertolongan persalinan normal dilakukan pada semua ibu bersalin yang
tidak mengalami komplikasi, baik pada masa kehamilan maupun
persalinan, tanpa membedakan paritas.
1. Persiapan alat :
a.Alat partus :
Bak instrumen berisi :
1. Sarung tangan steril/DDT
2. Kapas cebok
3. Kassa steril
4. Kom berisi larutan betadine 10%
5. Doek steril
6. 2 buah lem kocher
7. Gunting tali pusat
8. Gunting episiotomi
9. Kateter nelaton
10. Pemecah ketuban
b.Alat jahit :
Bak instrumen berisi :
1. Sarung tangan steril/DDT
2. Kassa steril
3. Tampon vagina
4. Kom kecil berisi betadine 10%
5. Doek steril
6. Pemegang jarum
7. Jarum otot
8. Jarum kulit
9. Pinset
10. Gunting benang
11. Spuit 10cc berisi lidocain 2%
c.Alat-alat lain :
1. Short plastik
2. Stetoskop monoaural/Doppler
3. Tensimeter
4. Stetoskop
5. Bengkok

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


NORMAL (KALA II)
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH

No. Revisi : -

Tanggal terbit

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Halaman
1/5

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

6. Spuit 3 cc
7. Obat uterotonika (oksitosin, Ergometrin)
8. Pengisap lendir
9. Klem tali pusat
10. Benang chromic No. 0
11. Wadah berisi larutan klorin 0,5%
12. Tempat sampah medis
2. Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan,
2. Pasien dan keluarga menandatangani formulir izin/persetujuan
tindakana,
3. Atur pasien pada posisi yang paling nyaman untuk pasien,
4. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing,
5. Beri tahu pasien bahwa pasien boleh meneran pada saat ada his,
6. Sisihkan pakaian bawah dan lepas pakaian dalam pasien.
3. Pelaksanaan :
1. Periksa ulang tanda-tanda vital pasien dan pastikan tidak ada
komplikasi,
2. Periksa ulang bunyi jantung janin,
3. Penolong memakai short plastik,
4. Penolong mencuci tangan,
5. Pakai sarung tangan steril/DDT,
6. Lakukan tindakan antiseptik pada daerah vulva dan sekitarnya,
7. Lakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan pembukaan
sudah lengkap dan ketuban sudah pecah,
8. Bila ketuban belum pecah, lakukan pemecahan ketuban,
9. Minta ibu untuk meneran pada saat timbul his, dan biarkan ibu
beristirahat diantara 2 his,
10. Periksa bunyi jantung janin setiap selesai kontraksi,
11. Bila kepala bayi sudah tampak divulva dengan diameter 5-6 cm,

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


NORMAL (KALA II)
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Tanggal terbit

No. Revisi : -

Halaman
1/5

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
pasang doek steril dibawah bokong pasien,
12. Bila perineum terlalu teregang atau kaku, lakukan episiotomi,
13. Motivasi ibu untuk tetap bersemangat dengan meneran setiap
ada his
14. Pada saat suboksipu tampak dibawah simfisis, tangan kanan
penolong menahan parineum sedangkan tangan kiri penolong
menahan kepala bayi agar defleksi kepala tidak terjadi terlalu
cepat.
15. Setelah kepala bayi lahir, usap muka bayi dengan kain kassa.
16. Bila cairan ketuban mekoneal, segera lakukan penghisapan
lendir dari hidung dan mulut bayi,
17. Periksa apakah ada lilitan tali pusat pada leher bayi. Bila ada
coba untuk melonggarkan lilitan. Apabila lilitan erat dan tidak
dapat dilonggarkan, jepit tali pusat dengan klem pada dua
tempat dan potong tali pusat diantara ke dua klem,
18. Tunggu sampai kepala bayi selesai mengadakan putaran paksi
luar,
19. Setelah itu letakkan kedua tangan penolong biparietal pada
kepala bayi lalu tarik kepala bayi secara hati-hati kebawah
sampai bahu depan lahir, selanjutnya tarikkan diarahkan keatas
untuk melahirkan baru belakang,
20. Setelah bahu lahir, tangna kanan penolong menyanggah kepala,
leher dan bahu bayi bagian posteriol dan ibu jari pada leherj dan
keempat jari lain pada bahu dan dada/punggung bayi,
sedangkan tangan kiri memegang lengan dan bahu depan saat
badan dan lengan bayi lahir,
21. Setelah badan dan lengan bayi lahir, tangan kiri menyusuri
punggung kearah bokong dan tungkai bawah bayi untuk
memegang tungkai bawah dengan cara meletakkan jari telunjuk
kiri diantara kedua lutut bayi,
22. Setelah seluruh badan bayi lahir, nilai keadaan bayi,
23. Letakkan bayi pada perut ibu dan keringkan
24. Jepit tali pusat pada jarak + 3cm dari umbilicus bayi dan klem
ke 2 pada jarak + 2 cm dari klem pertama, potong tali pusat
diantara kedua klem tersebut,
25. Perlihatkan bayi pada ibunya,
26. Serahkan bayi pada asisten untuk perawatan selanjutnya,
27. Raba fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal dan

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


NORMAL (KALA II)
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Tanggal terbit

No. Revisi : -

Halaman
1/5

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

menilai kontraksi uterus,


28. Intruksikan asisiten untuk penyuntikan oksitosin IU i.m.
29. Bila perlu, lakukan kateterisasi untuk mengosongkan kandung
kecing,
30. Tetakkan tangan kiri penolong diatas simfisis sementara tangan
kanan meregangkan tali pusat,
31. Pada saat uterus berkontraksi, tangan kiri memegang uterus
dengan hati-hati ke arah dorsokronial sambil tangan kanan tetap
meregangkan tali pusat.
32. Bila tali pusat tampak memanjang dan terasa adanya pelepasan
plasenta, lahirkan plasenta secara spontan.
33. Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase pada fundus uteri
dengan tangan kiri sampai kontraksi uterus baik
34. Letakkan plasenta pada tempatnya dan periksa kelengkapannya,
35. Nilai apakah terdapat robekan pada jalan lahir (akirbat
episiotomi atau spontan) dan nilai pendarahan yang terjadi,
36. Bila ada robek jalan lahir lakukan penjahitan dan perawatan
luka parineum,
37. Nilai utang kontraksi uterus dan pastikan kontraksi uterus baik,
bila perlu berikan ergometrin 0,2 mg i. m.
38. Masukan semua alat berkas pakai ke dalam wadah berisi larutan
klorin 0,5% dan rendam selama 10 menit,
39. Buang bahan habis pakai dan sisa darah ketempat sampah
medis,
40. Bersihkan dan rapikan pasien kembali
41. Beritahu pasien bahwa tindakan telah selesai dan sampaikan
hasilnya,
42. Cuci sarung tangan sebelum dilepas dan lepaskan dalam
keadaan terbalik serta rendam dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit,
43. Penolong mencuci tangan selesai tindakan,
44. Periksa ulang tanda-tanda bital pasien dan awasi pasien 2 jam
terhadap kemungkinan terjadinya pendarahan pasien pasca
persalinan
45. Catat laporan dan hasil tindakan, keadaan pasien dan instruksi
selanjutnya dalam status pasien.

UNIT TERKAIT

1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi


2. Dokter spesialis anak
3. Bidan ruang bersalin
3. Perawat ruang peristi
4. Perawat ruang rawat nifas

PROSES MEMELIHARA KEBERSIHAN VULVA


No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011001
Tindakan memelihara kebersihan vulva merupakan suatu tindakan
keperawatan dalam memelihara kebersihan daerah vulva dan sekitarnya.
Untuk menjaga kebersihan vulva sebelum dan sesudah tindakan medis
tertentu untuk mencegah terjadi infeksi

PROSES MEMELIHARA KEBERSIHAN VULVA


No. Dokumen
RUMAH SAKIT
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
KEBIJAKAN

PROSEDUR

Tanggal terbit

No. Revisi : -

Halaman
1/2

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011001
Perawatan daerah vulva dan sekitarnya harus dilakukan oleh semua
pasien sebelum dan sesudah pemeriksaan atau tindakan didaerah genital
misalnya pada ibu bersalin, pasien kasus kebidanan dan penyakit
kandungan atau bila akan dilakukan tindakan kateterisasi kandungan
kencing untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi.
1. Persiapan alat :
1. Sarung tangan steril/DTT
2. Kapas cebok pada tempatnya
3. Pinset antomis
4. Bengkok
5. Sampiran
6. Doek steril
7. Larutan klorin 0,5%
8. Tempat sampah medis
2. Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
2. Atur pasien pada posisi litotomi.
3. Pelaksanaan :
1. Pintu dan jendela ruang pemeriksaan ditutup.
2. Minta atau bantu pasien untuk melepaskan pakaian dalamnya.
3. Penolong mencuci tangan.
4. Penolong memakai sarung tangan steril/DTT.
5. Bila perlu pasang doek steril dibelakang bokong pasien.
6. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri penolong membuka vulva.
7. Tangan kanan mengambil kapas cebok dengan pinset,
selanjutnya diusapkan pada vulva mulai dari atas ke bawah.

PROSES MEMELIHARA KEBERSIHAN VULVA


No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
8. Buang kapas kotor kedalam bengkok.
9. Lakukan tindakan tersebut beberapa kali sampai vulva dan
sekitarnya bersih.
10. Angkat doek pengalas.
11. Rapihkan pakaian pasien dan atur posisi pasien kembali sesuai
kebutuhan.
12. Masukkan pinset bekas pakai kedalam larutan klorin 0,5% dan
rendam selama 10 menit.
13. Buang sampah bekas pakai kedalam tempat sampah medis.
14. Cuci sarung tangan sebelum dilepaskan dalam larutan klorin
0,5% dan lepaskan dalam keadaan terbalik. Biarkan sarung
tangan terenam dalam larutan tersebut selama 10 menit.
15. Penolong mencuci tangan.
1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi
2. Dokter Umum
3. Bidan
4. Perawat ruang rawat nifas
5. Perawat poli kebidanan
6. Perawat kamar operasi.

RAWAT GABUNG
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi dirawat
dalam satu ruangan.
1. Memelihara kedekatan ibu dan bayi
2. Memungkinkan ibu untuk menyusui bayinya tanpa jadwal (on
demand)
3. Meningkatkan kemandirian dan rasa percaya diri dalam perawatan
bayi.
4. Memberikan kesempatan pada suami/keluarga untuk berperan serta
dalam perawatan bayi.
Rawat gabung total dilakukan pada bayi tanpa komplikasi dengan berat
badan lahir > 2500 gram.
Untuk bayi tanpa komplikasi dengan berat antara 2250-2500 gram,
dilakukan rawat gabung parsial.
1. Lakukan perawatan bayi baru lahir dan nilai APGAR 1 menit dan 5
menit.
2. Timbang berat badan bayi untuk mengetahui apakah bayi dapat
dirawat gabung dengan ibunya.
3. Lakukan kontak dini dalam waktu kurang dari 30 menit setelah bayi
lahir.
4. Setelah ibu dan bayi dibersihkan, serahkan bayi untuk di dekap dan
disusui.
5. Ibu dipindahkan diruang rawat nifas bersama dengan bayinya.
6. Letakkan tempat tidur bayi disamping tempat tidur ibu agar mudah
di jangkau
7. Bila berat bayi antara 2250-2500 gram, lakukan rawat gabung
parsial
8. Motivasi ibu untuk memberikan ASI tanpa jadwal dan ajarkan cara
menyusui dengan merawat bayinya dengan benar.
9. Minta keluarga untuk membantu dan memberi dukungan pada ibu
dalam perawatan bayi.
1. Ruang bayi
2. Ruang rawat nifas

PROSEDUR TINDAKAN SEKSIO SESAREA


No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/5

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi
perabdominan dengan membuat sayatan dan dinding perut dan rahim
atas indikasi tertentu.
Untuk memberikan acuan tindakan seksio sesarea sehingga
mendapatkan hasil tindakan yang optimal dengan morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi serendah mungkin.
1. Tindakan seksio sesarea dilakukan atas indikasi tertentu dimana bila
persalinan dilakukan pervaginaan akan meningkatkan resiko
komplikasi pada ibu dan atau bayinya.
2. Tindakan seksio sesarea dilakukan oleh seorang dokter spesialis
obstetri dan ginekologi
3. Indikasi seksio sesarea adalah :
a. Disproporsi kepala-panggul
b. Letak lintang yang tak berhasil dikoreksi
c. Letak sungsang dengan taksiran berat badan janin > 3500 gr (u/
primi > 3000gr)
d. Letak sungsang dengan ibu panggul sempit relatif.
e. Presentasi kaki.
f. Tumor yang menghalangi jalan lahir.
g. Hidrosefalus dengan jaringan otak yang masih baik.
h. Presentasi dahi.
i. Presentasi muka dengan dagu dibelakang.
j. Panggul sempit absolut.
k. Tali pusat menumbung.
l. Plasenta previa totalis
m. Plasenta previa dengan pendarahan banyak.
n. Plasenta previa lateralis yang menutup lebih dari setengah
pembukaan serviks
o. Plasenta previa lateralis atau marginalis dengan plasenta di SBR
bagian belakang
p. Riwayat seksio sesarea 2 kali
q. Riwayat operasi pada daerah korpus uteri.
r. Tindakan ekstraksi vacum/ekstraksi forseps gagal

PROSEDUR TINDAKAN SEKSIO SESAREA


No. Dokumen
RUMAH SAKIT

Tanggal terbit

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PROSEDUR

1.

2.

3.

4.

No. Revisi : -

Halaman
1/5

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Mempersiapkan tim dan peralatan :
1. Setelah ditetapkan adanya indikasi seksio sesarea, bidan ruangan
bersalin menghubungi dokter spesialis anak dan perawat ruang
bayi serta dokter spesialis anesthesi dan perawat kamar operasi.
2. Dokter obstetri dan ginekologi, anesthesi dan anak
mendiskusikan keadaan anak serta penyulit yang mungkin timbul
selama dan setelah operasi serta pilihan anesthesi.
3. Perawat kamar operasi mempersiapkan alat-alat operasi
4. Perawat kamar bayi mempersiapkan peralatan resusitasi.
Persiapan pasien :
1. Periksa pasien dan yakinkan kembali indikasi seksio sesarea
sudah tepat.
2. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan serta penyulit yang mungkin timbul.
3. Pasien dan keluarga menandatangani formulir izin/persetujuan
tindakan.
4. Pasang infus jaga dan siapkan darah untuk kemungkinan tranfusi.
5. Pasang kateter.
6. Ganti pakaian pasien dengan pakaian khusus kamar operasi.
Persiapan penolong :
1. Penolong dan asisten memakai baji khusus kamar operasi
lengkap dengan topi dan masker.
2. Penolong memakai short plastik.
3. Penolong dan asisten mencuci tangan sebelum tindakan.
4. Pakai jas operasi dan sarung tangan steril.
Teknik operasi :
1. Pasien dalam keadaan terlentang
2. Dokter spesialis anesthesi/penata anesthesi melakukan tindakan
anesthesi.
3. Sisihkan pakaian pasien
4. Lakukan tindakan antiseptik pada daerah abdomen dan
sekitarnya.
5. Buat sayatan memanjang pfannenstiehl sepanjang + 10 cm.
Pada dinding perut pasien, selanjutnya buka lapis demi lapis
sampai menembus peritoneum.
6. Bila perlu, pasang kassa perut di sekitar uterus untuk
melindungi usus.
7. Identifikasi plika visikouterina, sayat dengan gunting dan

PROSEDUR TINDAKAN SEKSIO SESAREA


No. Dokumen
RUMAH SAKIT
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi : -

Tanggal terbit

Halaman
1/5

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
lebarkan ke kiri dan ke kanan ke arah pangkal lig. Rotundum,
sisihkan ke bawah serta tahan dengan retraktor.
8. Buat sayatan melintang pada bagian depan segmen dibawah
rahim, bagian tengahnya ditembus dan diperlebar ke kiri dan ke
kanan dengan gunting masih utuh, lakukan amniotomi.
9. Bila ketuban masih utuh, lakukan amniotomi.
10. Lahirkan bayi sesuai dengan cara yang seharusnya.
11. Lakukan pemotongan tali pusat dan serahkan bayi pada asisten.
Untuk selanjutnya perawatan bayi diserahkan pada dokter
spesialis anak dan perawat kamar bayi.
12. Suntik oksitosin 10 IU intramusculer dan minta bantuan
perawat untuk memasukkan 20 IU oksitosin dalam cairan infus.
13. Lahirkan plasenta dengan cara menarik tali pusat
14. Minta perawat untuk menyuntikkan ergometrin 0,2 mg i. v.
Dan nilai kontraksi uterus.
15. Jepit ujung dan tepi luka dengan vester klem.
16. Lakukan eksplorasi kedalam vakum uteri untuk memastikan
tidak ada bagian plasenta yang tertinggal.
17. Buat jahitan 8 untuk hemostasis pada ujung sayatan dengan
benang chromic no.2. bagian tengah sayatan dijahit 2 lapis
dengan jahitan jelujur.
18. Yakinkan tidak ada lagi pendarahan dari tempat sayatan.
19. Lakukan

reperitonealisasi

dengan

aproksimasi

plika

vesikouterima.
20. Angkat kassa perut dan bersihkan rongga perut dari sisa dan
bekukan darah.
21. Lakukan penutup luka operasi pada dinding perut lapis demi
lapis.
22. Setelah luka operasi di jahit, tutup luka dengan kassa yang
dibasahi betadine.
23. Angkat doek penutup.
24. Bersihkan vagina dari sisa darah dan bekukan darah.

PROSEDUR TINDAKAN SEKSIO SESAREA


No. Dokumen
RUMAH SAKIT
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT

Tanggal terbit

No. Revisi : -

Halaman
1/5

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
25. Bersihkan dan rapihkan pasien kembali.
5. Pasca operasi :
1. Masukkan semua alat bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
dan rendam selama 10 menit sebelum diproses selanjutnya.
2. Buang kassa bekas dan sisa darah dalam tempat sampah medis,
3. Cuci sarung tangan sebelum dilepas dalam larutan klorin 0,5%
dan lepaskan dalam keadaan terbalik serta rendam dalam larutan
tersebut selama 10 menit.
4. Penolong dan asisten mencuci tangan selesai tindakan.
5. Nilai kontraksi uterus dan awasi pendarahan pasca operasi.
6. Periksa ulang tanda-tanda vital pasien.
7. Buat laporan operasi dan masukkan dalam status pasien,
lengkapi dengan instruksi selanjutnya.
8. Beritahu keluarga pasien bahwa operasi telah selesai, sampaikan
hasilnya serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan
pasien pasca operasi. Sampaikan juga resiko terhadap
kehamilan dan persalinan selanjutnya serta anjurkan yang
berhubungan dengan hal tersebut.
1. Dokter spesialis obsetetri & ginekologi.
2. Dokter spesialis anak
3. Dokter spesialis anesthesi
4. Perawat kamar operasi
5. Penata anesthesi
6. Perawat ruang perinatologi
7. Perawat ruang rawat nifas

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN BEKAS


SEKSIO SESAREA
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Tanggal terbit
dr. Ririn Febrina
13122011.001
Pasien bekas seksio sesarea adalah pasien dengan riwayat persalinan yang
lalu dilakukan seksio sesarea
Untuk memberikan perawatan yang optimal pada pasien bekas seksio
sesarea sehingga mencegah meningkatnya angka kematian ibu dan bayi.
Pada pasien bekas seksio sesarea atas indikasi yang menetapi jenis seksio
sesarea klasik atau riwayat seksio sesarea 2 kali dilakukan seksio sesarea
segera setelah kehamilan aterm.
1. Pasien datang untuk memeriksa kehamilannya di poli klinik antenatal.
2. Dari anamnesis diketahui dengan riwayat seksio sesarea.
3. Lakukan anamnesis lengkap meliputi paritas, HPTH, riwayat penyakit
yang pernah diderita, jenis seksio sesarea serta indikasi yang lalu.
4. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan status
generalis dan status obstetris.
5. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarganya mengenai hasil
pemeriksaan serta kemungkinan resiko yang dapat terjadi sehubungan
dengan riwayat seksio sesarea yang lalu.
6. Pada pasien dengan riwayat seksio sesarea 2 kali, indikasi seksio
menetap atau jenis seksio sesarea klasik rencanakan seksio sesarea
primer segera setelah kehamilan aterm
7. Pada pasien dengan riwayat seksio sesarea transperitoneal profunda, 1
kali dengan indikasi tidak menetap, minta pasien untuk melahirkan di
rumah sakit dan sampaikan rencana untuk persalinannya.
8. Sampaikan jadwal kunjungan berikutnya.
9. Pada saat pasien masuk untuk persalinan, lakukan pemeriksaan lengkap
untuk mengetahui tanda vital, tanda-tanda persalinan, kemajuan
persalinan serta kemungkinan adanya tanda ruptura uteri.
10. Sampaikan pada pasien dan keluarganya tentang kemungkinan
dilakukan seksio sesarea bila selama pemantauan persalinan didapatkan
indikasi seksio sesarea.
11. Minta pasien dan keluarga menandatangani formulis izin/persetujuan
tindakan
12. Pasang infus jaga.
13. Observasi kemajuan persalinan dan keadaan janin intrapartum
14. Bila selam observasi timbul tanda-tanda ruptura uteri atau terjadi gawat
janin, lakukan seksio sesarea.
15. Bila his kurang baik, lakukan amniotomi dan observasi kembali selama
2 jam. Bila tetap tidak ada kemajuan persalinan, lakukan seksio sesarea
atas indikasi inertie uteri hipotonik pada bekas seksio sesaria
16. Bila kemajuan persalinan baik dan pembukaan lengkap pimpin pasien
untuk meneran selama 15 menit
17. Bila selama 1 menit ada kemajuan persalinan tetapi bayi belum lahir,
pimpin meneran 15 menit lagi. Bila bayi tidak lahir lakukan partus
buatan.

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN BEKAS


SEKSIO SESAREA
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT

No. Revisi : -

Halaman

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
Tanggal terbit
dr. Ririn Febrina
13122011.001
18. Bila setelah 15 menit tidak ada kemajuan dan indikasi persalinan
pervaginaan terpenuhi, lakukan pastur buatan pervaginaan dengan
ekstrsksi forseps/vakum. Bila indikasi persalinan tidak terpenuhi,
lakukan seksio sesarea.
19. Tindakan selanjutnya sesuai prosedur persalinan normal, ekstraksi
forseps. Vakum atau seksio sesarea.
20. Catat hasil tindakan dalam status pasien.
1. Dokter spesialis obsetetri & ginekologi.
2. Dokter spesialis anak
3. Bidan poli antenatal
4. Bidan ruang bersalin
5. Perawat ruang bayi
6. Perawat ruang rawat nifas

PELAYANAN KEBUTUHAN OBAT DAN


CAIRAN BAGI PASIEN
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Suatu proses pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien dalam
bentuk resep, obat oral, injeksi dan cairan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien.
1. Memenuhi kebutuhan pasien akan obat dan cairan
2. Mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian obat dan cairan

KEBIJAKAN

Pelayanan obat dan cairan pasien dipenuhi dalam 24 jam dan dikelola
oleh instalasi farmasi.

PROSEDUR

1. Pasien diberi penjelasan tentang kebutuhan obat dan cairan.


2. Dokter menulis resep sesuai dengan kebutuhan obat atau cairan dan
mencatat instruksi cara pemberian obat pada status pasien.
3. Perawat ruangan memberikan resep kepada keluarga pasien.
4. Keluarga membawa resep ke instalasi farmasi untuk mendapatkan
pelayanan.
5. Obat atau cairan yang diterima dibawa kembali keruangan
perawatan.
6. Perawat mencatat obat yang diterima pada buku penerimaan obat.
7. Obat dan cairan diberikan kepada pasien sesuai dengan instruksi
dokter
1. Ruang Rawat Inap
2. Apotik/Instalasi Farmasi

UNIT TERKAIT

PELAYANAN RADIOLOGI PASIEN


RAWAT INAP
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Pasien yang mendapatkan perawatan radiologi adalah semua pasien
yang dinyatakan harus dirontegen atas instruksi dokter/perawatan yang
merawat
Sebagai acuan memberikan pelayanan radiologi pada pasien rawat inap
Pelayanan pasien inap di instalasi radiologi menitikberatkan pada
kepentingan pasien.
1. Pasien dinyatakan harus rontegen/USG oleh dokter sesuai dengan
indikasi pasien.
2. Pasien dibawa oleh perawat keruang radiologi sambil membawa
status pasien.
3. Petugas ADM. Mencatat dalam buku register radiologi dan
menuliskan besarnya biaya rontegen/USG kedalam rincian biaya
perawatan.
4. Perawat kembali keruangan rawat inap dengan membawa hasil
rontegen/USG
1. Ruang perawatan
2. Radiologi.

PROSEDUR DESINFEKSI TINGKAT TINGGI


INSTRUMAN MEDIS DARI LOGAM

No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

Tindakan desinfeksi tingkat tinggi adalah suatu kegiatan merendam, mencuci


dan mendesinfeksi instrumen medis yang terbuat dari bahan logam untuk
menghilangkan kontaminasi sebagian besar mikroorganisme sehinga
mengurangi resiko penyebaran infeksi.
Untuk mengurangi resiko penularan infeksi dengan cara melakukan desinfeksi
tingkat tinggi pada alat medis dari logam.
Tindakan desinfeksi tingkat tinggi dapat dilakukan pada instrumen medis yang
dipakai berulang kali dengan cara merebus untuk mengurangi resiko
penyebaran infeksi antar pasien atau dari pasien ke penolong.
1. Persiapan Alat :
1. Instrumen medis terbuat dari logam
2. Sarung tangan rumah tangga
3. Wadah berisi larutan klorin 0,5%
4. Air mengalir
5. Sikat gigi/sikat kecil
6. Sabun cuci/deterjen
7. Waskom
8. Panci untuk merebus
9. Korentang
10. Bak instrumen DDT
11. Kain lap untuk mengeringkan
2. Persiapan petugas :
Petugas memakai sarung tangan RT
3. Pelaksanaan :
1. Pastikan semua alat terdiri dari 2 bagian dalam keadaan terbuka
(misalnya gunting, klem, dsb)
2. Rendam instrumen tersebut dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
3. Setelah itu, angkat dan masukan dalam waskom berisi air sabun
4. Cuci instrumen tersebut dengan menggunakan sikat gigi atau sikat
kecil terutama pada bagian yang bergigi.
5. Waspada supaya petugas tidak tertusuk instrumen tajam.
6. Bilas dengan air mengalir
7. Keringkan instrumen dengan kain lap
8. Masukkan instrumen tersebut dalam panci perebus sampai semua
instrumen terendam dibawah permukaan air.
9. Lamanya merebus adalah 20 menit dihitung mulai dari saat air
mendidih.
10. Angkat instrumen yang telah direbus dengan korentang segera (jangan
tunggu sampai dingin).
11. Simpan dalam bak instrumen yang sudah melalui proses DTT.
12. Cuci sarung tangan sebelum dilepaskan, kemudian lepas dan biarkan
mengering.
13. Petugas mencuci tangan.

Bidan
Perawat
Petugas Kebersihan

PROSEDUR STERILISASI INSTRUMAN


MEDIS DARI LOGAM

No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Tindakan sterilisasi adalah suatu kegiatan merendam, mencuci dan
mensterikan instrumen media yang terbuat dari bahan logam untuk
membuat instrumen tersebut bebas dari kontaminasi mikroorganisme
dengan menggunakan sterilisator.

TUJUAN

Untuk mencegah terjadinya penularan infeksi antar pasien serta dari


pasien ke penolong dan sebaliknya.

KEBIJAKAN

Tindakan sterilisasi perlu dilakukan pada instrumen medis yang dapat


dipakai berulang kali untuk menghindarkan terjadinya penyebaran infeksi
antar pasien atau dari pasien ke penolong.
1. Persiapan alat :
1. Instrumen medis terbuat dari logam
2. Sarung tangan rumah tangga
3. Wadah berisi larutan klorin 0,5%
4. Air mengalir
5. Sikat gigi/sikat kecil
6. Sabun cuci/deterjen
7. Waskom
8. Panci untuk merebus
9. Korentang
10. Bak instrumen DDT
11. Kain lap untuk mengeringkan
2. Persiapan petugas :
Petugas memakai sarung tangan RT
3. Pelaksanaan :
1. Pastikan semua alat terdiri dari 2 bagian dalam keadaan terbuka
(misalnya gunting, klem, dsb)
2. Rendam instrumen tersebut dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
3. Setelah itu, angkat dan masukan dalam waskom berisi air sabun
4. Cuci instrumen tersebut dengan menggunakan sikat gigi atau sikat
kecil terutama pada bagian yang bergigi.
5. Waspada supaya petugas tidak tertusuk instrumen tajam.

PROSEDUR

PELAYANAN STERILISASI INSTRUMAN

MEDIS DARI LOGAM


No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

6. Bilas dengan air mengalir


7. Keringkan instrumen dengan kain lap
8. Masukkan instrumen tersebut dalam
a. Otoklaf dengan suhu 121 oc.
1. Tanpa bungkus = 20 menit
2. Dibungkus = 30 menit
b. Oven dengan suhu 170 oc = 60 menit.
9. Angkat instrumen yang telah disterilkan dengan korentang.
10. Simpan dalam bak instrumen steril.
11. Cuci sarung tangan sebelum dilepaskan, kemudian lepas dan
biarkan mengering
12. Petugas mencuci tangan
1. Bidan
2. Perawat
3. Petugas kebersihan

MENGELUARKAN AIR SUSU IBU

No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011001
Suatu kegiatan untuk mengeluarkan ASI dari payudara ibu dengan tangan
atau pompa.
1. Untuk menyediakan ASI bagi keperluan nutrisi bayi
2. Untuk mencegah payudara bengkak
Pada bayi yang belum dapat menyusu pada ibu, pemberian ASI harus
tetap dilakukan dengan mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa
1. Mengeluarkan ASI dengan tangan :
1. Mencuci tangan dengan air dan sabun hingga bersih.
2. Siapkan gelas/wadah penampung ASI yang bersih.
3. Lakukan pemijatan payudara secara perlahan-lahan dari pangkal
kearah areola dengan jari-jari tangan.
4. Tampung ASI yang keluar dengan gelas/wadah bersih.
5. Masukkan ASI yang tertampung dalam reservoir pompa dalam
gelas/wadah bersih yang telah disediakan.
6. Lakukan hal tersebut pada kedua payudara sampai payudara
terasa kosong.
7. Simpan ASI untuk diberikan pada bayi sesuai instruksi dokter.
8. Cuci tangan setelah selesai tindakan.
2. Mengeluarkan ASI dengan pompa :
1. Cuci tangan sebelum tindakan
2. Siapkan pompa susu dan gelas/wadah penampung yang bersih.
3. Pijat karet pompa dan letakkan pompa pada daerah areola, tekan
hingga katat.
4. Lepaskan karet pompa, perhatikan bahwa ASI terisap keluar dan
masuk ke dalam reservoir pompa.
5. Masukan ASI yang telah tertampung dalam reservoir pompa ke
dalam gelas/wadah yang telah disediakan
6. Lakukan perasat diatas berulang-ulang pada kedua payudara
hingga payudara terasa kosong.
7. Simpan ASI untuk diberikan pada bayi sesuai instruksi dokter.
8. Cuci tangan setelah selesai tindakan
1. Ruang bayi
2. Ruang rawat nifas
3. Rawat inap

PROSEDUR MEMBIMBING IBU MENYUSUI


No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Suatu kegiatan untuk membimbing ibu dalam menyusui bayinya.
Memberi tahu ibu cara menyusui bayi yang baik
Setiap bayi tanpa komplikasi harus segera disusui oleh ibu (< 30 menit
setelah lahir)
1. Dengan posisi duduk :
1. Ajakan ibu untuk mencuci tangan sebelum menyusui
2. Atur ibu, pada posisi duduk dengan posisi tegak dan santai.
3. Bersihkan puting payudara dan daerah sekitarnya dengan kapas
basah.
4. Gunakan bantal atau selimut untuk penompang bayi.
5. Tidurkan bayi atas pangkuan, sanggah kepala bayi dengan lengan
ibu dengan satu tangan bayi dibelakang badan ibu dan lengan
lainnya didepan.
6. Harapkan muka bayi ke payudara ibu dan sentuh pipi/sudut
mulut bayi dengan puting payudara.
7. Waktu bayi membuka mulut, segera masukkan puting sampai
seluruh areola ke dalam mulut bayi
8. Perhatikan bahwa telinga dan lengan bayi berada dalam satu
garis lurus untuk memastikan posisi menyusui sudah benar.
9. Sanggah payudara dengan 4 jari tangan dan ibu jari pada bagian
atas payudara.
10. Awasi payudara agar tidak menutupi hidung bayi.
11. Susukan ke dua payudara bergantian selama 10-15 menit pada
tiap payudara.
12. Setelah selesai menyusui, tepuk punggung bayi perlahan-lahan
agar bayi bersendawa.
13. Cuci tangan setelah menyusui
2. Dengan posisi berbaring :
1. Atur posisi ibu berbaring miring ke kiri/ke kanan.
2. Baringkan bayi disisi ibu dengan posisi kepala sedikit lebih
tinggi dari badan.
3. Awasi agar payudara ibu tidak menutupi hidung bayi.
4. Susukan bayi dengan cara seperti posisi duduk.
1. Poli antenatal
2. Ruang rawat nifas

PROSEDUR PERAWATAN PAYUDARA


No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Suatu kegiatan untuk merawat payudara pada ibu hamil atau menyusui
1. Menjaga kebersihan payudara terutama daerah puting.
2. Memperbaiki bentuk puting payudara.
3. Merangsang kelenjar air susu agar produksi ASI lancar.
4. Mencegah dan mengatasi payudara bengkak.
Perawatan payudara harus dilakukan sejak kehamilan sebagai persiapan
proses menyusui.
1. Dengan posisi duduk :
1. Ajakan ibu untuk mencuci tangan sebelum menyusui
2. Atur ibu, pada posisi duduk dengan posisi tegak san santai.
3. Bersihkan puting payudara dan daerah sekitarnya dengan kapas
basah.
4. Gunakan bantal atau selimut untuk penompang bayi.
5. Tidurkan bayi atas pangkuan, sanggah kepala bayi dengan lengan
ibu dengan satu tangan bayi dibelakang badan ibu dan lengan
lainnya didepan.
6. Harapkan muka bayi ke payudara ibu dan sentuh pipi/sudut mulut
bayi dengan puting payudara.
7. Waktu bayi membuka mulut, segera masukkan puting sampai
seluruh areola ke dalam mulut bayi
8. Perhatikan bahwa telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis
lurus untuk memastikan posisi menyusui sudah benar.
9. Sanggah payudara dengan 4 jari tangan dan ibu jari pada bagian
atas payudara.
10. Awasi payudara agar tidak menutupi hidung bayi.
11. Susukan ke dua payudara bergantian selama 10-15 menit pada
tiap payudara.
12. Setelah selesai menyusui, tepuk penggung bayi perlahan-lahan
agar bayi bersendawa.
13. Cuci tangan setelah menyusui
2. Dengan posisi berbaring :
1. Atur posisi ibu berbaring miring ke kiri/ke kanan
2. Baringkan bayi disisi ibu dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi
dari badan.
3. Awasi agar payudara ibu tidak menutupi hidung bayi.
4. Susukan bayi dengan cara seperti posisi duduk.
1. Poli antenatal
2. Ruang rawat nifas

PROSEDUR TINDAKAN MELAHIRKAN


PLASENTA SECARA MANUAL
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/3

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011001
Melahirkan plasenta secara manual adalah suatu tindakan untuk
membantu mengeluarkan plasenta yang tidak dapat lahir secara sepontan
dengan cara memasukkan tangan secara obstetrik ke dalam rahim setelah
anak lahir.
Untuk melahirkan plasenta yang tidak dapat lahir secara spontan sehingga
menurunkan kejadian pendarahan pasca salin.
Tindakan melahirkan plasenta secara manual dilakukan bila plasenta
belum lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir dan terjadi
pendarahan setelah bayi lahir.
1. Persiapan alat :
1. Short plastik
2. Sarung tangan panjang steril/DTT
3. Kasaa steril
4. Kom kecil
5. Larutan betadine 10%
6. Doek steril
7. Peralatan infus
8. Kateter
9. Bengkok
10. Wadah berisi larutan klorin 0,5%
11. Tempat sampah medis
12. Oksigen dan regulatornya
13. Spuit 3 cc
14. Spuit 5 cc
15. Obat uterotonika (oksigen, ergometrin)
16. Diazepan 10mg dan sulfas atropin 0,25 mg.
17. Tensimeter
18. Stetoskop
2. Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
2. Pasien dan keluarga menandatangani formulir izin/persetujuan
tindakan
3. Pasang infus jaga.
4. Pasang oksigen
5. Pasang sampiran
6. Atur pasien dalam posisi lithotomi
7. Sisihkan pakaian bawah dan lepaskan pakaian dalam pasien

PROSEDUR TINDAKAN MELAHIRKAN


PLASENTA SECARA MANUAL
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/3

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

3. Pelaksanaan :
1. Periksa tanda-tanda vital pasien
2. Penolong memakai short plastik
3. Penolong mencuci tangan
4. Pakai sarung tangan panjang steril/DTT
5. Penolong berdiri di sebelah kanan pasien
6. Instrukan asisten untuk memasukan oksigen sebanyak 20 IU ke
dalam cairan infus.
7. Instrukan asisten untuk menyuntikkan diazepan 10mg intravena
8. Lakukan tindakan antiseptik di daerah vulva dan sekitarnya
9. Kosongkan kandung kencing pasien
10. Pasang doek steril dibawah bokong pasien
11. Periksa konstraksi dan pelepasan plasenta secara kustener
12. Coba untuk melahirkan plasenta secara spontan dengan cara
meregangkan tali pusat dan menekan daerah supra pubis.
13. Bila plasenta tidak dapat lahir secara spontan, masukkan tangan
penolong secara obstetris ke dalam jalan lahir pasien dengan
menelusuri tali pusat.
14. Tali pusat terus ditelusuri sampai tangan penolong berada dalam
rongga rahim dan dapat meraba bagian vital plasenta.
15. Tangan kiri penolong pindah ke daerah fundus uteri untuk
menahan fundus.
16. Tangan dalam mencari bagian tepi plasenta yang sudah terlepas
kemudian sisi ulnar tangan dalam berusaha melepasa plasenta
dari tempat perekatannya didinding rahim dengan cara
merenggerakkan tangan ke kiri dan ke kanan.
17. Selama tindakan dilakukan, perhatikan keadaan pasien, bila
terjadi komplikasi segera lakukan tindakan.
18. Lakukan eksplorasi ulang untuk meyakinkan tidak ada bagian
plasenta yang tertinggal.
19. Setelah plasenta dapat dilepaskan, genggam plasenta dan bawa
keluar sambil tangan kiri tetap menahan fundus uteri
20. Letakkan plasenta pada tempatnya dan periksa kelengkapannya.
21. Periksa kembali kontraksi uterus
22. Instruksikan asisten untuk menyuntikan ergometrin 0,2 mg i.m.
23. Beritahu bahwa tindakan telah selesai dan sampaikan hasilnya.
24. Bersihkan dan rapihkan pasien kembali.
25. Masukkan kembali semua alat berkas pakai ke dalam wadah
berisi larutan klorin 0,5% dan rendam dalam larutan tersebut
selama 10 menit.

PROSEDUR TINDAKAN MELAHIRKAN


PLASENTA SECARA MANUAL
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/3

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011001
26. Buang bahan habis pakai dan sisa darah ke dalam tempat sampah
medis.
27. Cuci sarung tangan sebelum dilepaskan dalam larutan klorin
0,5%, lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan
tersebut selama 10 menit.
28. Penolong mencuci tangan setelah selesai tindakan
29. Periksa ulang tanda-tanda vital pasien
30. Awasi pasien terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan pasca
salin.
31. Catat laporan dan hasil tindakan serta instruksi selanjutnya dalam
status pasien.
1. Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi
2. Bidan ruang bersalin

PROSEDUR PERAWATAN LUKA PERINEUM


No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. RatnaFitriIndriani
NKP.10.05.043
Perawatan luka perineum adalah suatu tindakan untuk menutup atau
mengompres luka jahitan pada parineum.

TUJUAN

Parineum adalah daerah vulva yang terletak antara komisura dan anus
Untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka parineum pada pasca

KEBIJAKAN

persalinan
Luka perineum yang terjadi baik akibat tindakan episiotomi atau spontan
pada saat persalinan dan sudah mengalami penjahitan harus dirawat dan
dikompres dengan kasa yang dibasahi dengan larutan antiseptik untuk

PROSEDUR

menjaga kebersihan serta mempercepat pnyembuhan.


1. Persiapan alat :
1. Meja dorong berisi :
1. Stoples berisi kapas cebok
2. Stoples berisi kapas steril
3. Kom kecil
3. Bengkok
4. Bak instrumen berisi :
a. Pinset antomis
b. inset chirurgis
5. Larutan betadine 10%
6. Sarung tangan steril/DTT
7. Sampiran
8. Wadah berisi larutan klorin 0,5%
9. Tempat sampah medis
2. Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan,
2. Pasang sampiran,
3. Atur pasien dalam posisi lithotomi
4. Sisihkan pakaian bawah dan lepas pakaian dalam pasien

PROSEDUR PERAWATAN LUKA PERINEUM

No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. RatnaFitriIndriani
NKP.10.05.043

3. Pelaksanaan :
1. Letakkan meja alat disamping kanan pasien
2. Penolong mencuci tangan
3. Pakai sarung tangan steril/DTT
4. Buang kassa kompres yang lama ke dalam bengkok
5. Lakukan perawatan vulva
6. Basahi kassa steril dengan larutan antisptik secukupnya,
7. Pasang kassa kompres yang baru diatas luka,
8. Pasang pembalut dan pakaikan celana dalam pasien yang bersih
dan rapihkan kembali
9. Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai
10. Motivasi pasien untuk melakukan perawatan luka perineum
setelah pasien pulang ke rumah
11. Masukan alat berkas pakai kedalam larutan klorin 0,5% dan
rendam selama 10 menit,
12. Cuci sarung tangan sebelum dilepaskan dengan larutan klorin
0,5% lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan
tersebut selama 10 menit,
13. Buang kassa bekas ke dalam tempat sampah medis,
14. Penolong mencuci tangan,
15. Bersihkan sampiran dan meja alat tampat semula,
16. Catat hasil tindakan dalam status pasien
1. Bidan ruang bersalin
2. Perawat ruang rawat nifas
3. Perawat poli kebidanan

PROSEDUR PELAYANAN POSTNATAL

No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Pelayanan postnatal merupakan pelayanan yang diberikan pasca
persalinan yang ada hubungannya dengan fungsi reproduksi seorang
wanita
Untuk memberikan pelayanan lanjutan pada semua pasien pasca salin
sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalistas akibat patologi
sama nifas
Pelayanan postnatal diberikan di poli kebidanan kepada setiap pasien
yang ating, baik dengan ataupun tanpa rujukan.
1. Persiapan alat :
1. Status pasien
2. Tensimeter
3. Stetoskop
4. Timbangan
5. Spekulum
6. Sarung tangan steril/DDT
7. Kassa steril
8. Spuit 3 cc
9. Berbagai alat kontrasepsi dan perlengkapannya
10. Wadah berisi larutan klorin 0,5%
11. Tempat sampah medis
2. Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
2. Pasien dan keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan
3. Pelaksanaan :
1. Pelaksanaan postnatal meliputi :
a. Pelayanan keluarga berencana
b.Pemeriksaan pasca persalinan (luka paarineum/operasi,
pendarahan pasca salin, infeksi dll)
c.Pemeriksaan lain sesuai dengan keluahan yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksi
2. Kunjungan untuk pemeriksaan postnatal adalah 1 minggu pasca
salin,
3. Pelayanan kontrasepsi diberikan sesuai dengan pilihan calon
akseptor setelah sebelumnya dilakukan konseling
4. Setiap hasil pemeriksaan, tindakan dan rencana selanjutnya
disampaikan kepada pasien dan keluarganya serta dalam status
pasien.
1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi
2. Bidan poli antenatal

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN DENGAN


KELAINAN LETAK JANIN DALAM RAHIM

No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Yang dimaksud dengan kelainan letak janin dalam rahim adalah bila
didapatkan letak janin dalam rahim selain letak belakang kepala
Untuk mengetahui adanya kelainan letak janin dalam rahim dan bila
memungkinkan untuk dilakukan koreksi sehingga menurunkan
mordibitas dan mortalitas bayi serta trauma persalinan
Setiap pasien dengan kelainan letak janin dalam rahim dianjurkan untuk
melahirkan dirumah sakit dengan fasilitas operasi
1. Pasien datang untuk memeriksa kehamilannya.
2. Lakukan anamnesis yang meliputi paritas, HPHT, riwayat penyakit
serta riwayat obstetri yang lalu
3. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk mengetahui keadaan
umum ibu, umur kelahiran, letak dan keadaan janin,
4. Lakukan pemeriksaan penunjang USG untuk memastikan umur
kehamilan, letak janin, keadaan janin dan plasenta.
5. Jelaskan pada pasien dan keluarganya tentang keadaan kehamilannya
serta penyulit yang mungkin timbul pada saat persalinan serta
anjurkan pasien untuk melahirkan dirumah sakit dengan fasilitas
operasi.
6. Bila tidak ada kontraindikasi (seperti hipertensi, plasenta pravie,
KPSW, bekas seksio sesarea), coba untuk melakukan versi luar untuk
memperbaiki letak janin dalam rahim
7. Bila tindakan versi luar tidak berhasil, rencanakan tindakan
persalinan pada pasien tersebut.
8. Pada pasien dengan janin letak lintang yang tidak berhasil/tidak
dapat dikoreksi, rencanakan untuk melakukan seksio sesarea segera
setelah kehamilan aterm
9. Pada pasien janin letak sungsang, lakukan pemeriksaan panggul
dalam untuk menilai luas panggul, pada saat persalinan, tentukan
taksiran berat janin untuk merncanakan tindakan persalinan.
10. Bila panggul cukuup luas dan taksiran berat janin <3500 gr ( <3000
gr u/primi), dapat dicoba persalinan pervaginaan dengan pemantauan
ketat terhadap keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan.
11. Bila didapatkan kesempitan panggul dan taksiran berat janin >3500
gr (< 3000 gr u/primi), persalinan harus dilakukan dengan seksio
sesarea
1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi
2. Dokter spesialis anak
3. Bidan poli antental
4. Bidan ruang bersalin
5. Perawat ruang bayi

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN DENGAN


KETUBAN PECAH DINI
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum mulai persalinan
Sebagai pedoman bagi tenaga medis dalam memberikan
pelayanan/pengobatan terhadap ibu hamil yang menderita ketuban pecah
dini di RSB ASIH metro
Memberikan pelayanan prima kepada ibu hamil yang menderita ketuban
pecah dini oleh SMF kebidanan dan penyakit kandungan melalui rawat
inap
a. Kriteria diagnosis
1. Anamnesis
a. Umur kehamilan > 20 minggu
b. Keluar cairan jernih dari vagina
c. Tidak ada mules
2. Pemeriksaan obstetri
a. Fundus uteri sepusat atau lebih, his tidak ada
b.Pada pemeriksaan speculum, tampak ostium uteri
eksternum tertutup, keluar cairan yang merubah lakmus
merah menjadi biru.
3. Pemeriksaan penunjang
Bila kertas lakmus merah dibasahi cairan tersebut warnanya
berubah menjadi biru artinya cairan tersebut basa sesuai
ketuban, bila tetap berwarna merah cairan tersebut asam
sesuai urin
b. Diagnosisi banding
1. Fistula vesikovaginalis dengan kehamilan
2. Stress inkontinensia.
c. Terapi
1. Bila kehamilan lebih dari atau sama dengan 36 minggu, maka
lahirkan bayi
2. Bila tidak ada kontra indikasi berikan infuse pitosin, antibiotika,
bil pelvic skore > 5
3. SC bila :
a. Ada kontra indikasi infus pitosin
b. Pelvik skore <5
c. Infeksi berat
d. Infus pitosin gagal
4. Bila kehamilan < 34 minggu -konservatif :
a. Rawat, bedrest total sampai dengan cairan ketuban tidak
keluar lagi
b. Antibiotik bila pecah ketuban > 6 jam
c. Beri kortiko steroid : dexametason 10 mg intra vena / 12
jam, 2x ulang tiap 7 hari

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN DENGAN

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN DENGAN


KETUBAN PECAH DINI
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

Tanggal terbit

No. Revisi : -

Halaman
1/2

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum mulai persalinan
Sebagai pedoman bagi tenaga medis dalam memberikan
pelayanan/pengobatan terhadap ibu hamil yang menderita ketuban pecah
dini di RSB ASIH metro
Memberikan pelayanan prima kepada ibu hamil yang menderita ketuban
pecah dini oleh SMF kebidanan dan penyakit kandungan melalui rawat
inap

KETUBAN PECAH DINI


No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

d. Informed consent
1. Untuk induksi
2. Untuk operasi
e. Lama perawatan
1. Konservatif tergantung usia kehamilan, keluarnya ketuban,
infeksi
2. Aktif partus pervaginaan 3-4 hari, SC 10 hari
f. Output
1. Pulang KB-MKET
g. Kewenangan
1. Dokter umum
2. Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan
1. Unit rawat jalan
2. Perinatologi

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SUNGSANG SECARA BRACHT
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/3

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Letak sungsang adalah letak janin memanjang didalam rahim dengan
presentasi bagian terendahnya bokong murni, bokong kaki, kaki
sempurna atau kaki tidak sempurna.
Pertolongan persalinan
Untuk membantu persalinan letak sungsang secara spontan agar
persalinan berjalan lancar dengan trauma persalinan, morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi sederhana mungkin.
Pertolongan persalinan letak sungsang secara bracht dilakukan pada
pasien lengan kehamilan letak sungsang, dengan presentasi bokong
murni atau bokong kaki, yang memiliki panggul yang cukup luas dengan
taksiran berat badan janin kurang dan 3500 gram.
1. Persiapan alat :
a.Alat partus :
1. Baki alat parteus
2. Doek steril
3. Sarung tangan steril/DTT
4. Pemecah ketuban
5. Klem tali pusat
6. Gunting episiotomi
7. Gunting tali pusat
8. Kain kassa steril
9. Kom kecil (untuk tetadine)
10. Bengkok
11. Penghisap lendir
12. Catheter nelaton
b. Alat jahit :

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SUNGSANG SECARA BRACHT
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH

Tanggal terbit

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No. Revisi : -

Halaman
1/3

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bak instrumen sedang


Sarung tangan steril/DTT
Pemegang jarum
Jarum otot ukuran sedang
Jarum kulit ukuran sedang
Pinset chirurgis ukuran sedang

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SUNGSANG SECARA BRACHT
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/3

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
7. Pinset anatomis ukuran sedang
8. Gunting benang
9. Benang chromic no.0
10. Spuit 5cc
11. Lidocain 2%
12. Kassa steril
13. Doek steril
a.Alat-alat kebersihan :
1. Short plastik
2. Wadah berisi larutan klorin 0,5%
3. Tempat sampah medis
b.Alat ekstraksi vakum
c.Stetoskop monoaural
d.Tensimeter
e.Stetoskop
2. Persiapan pasien :
1. Pasein diberi penjelasan tentang proses persalinan dan hal-hal
yang akan dilakukan.
2. Pasien dan keluarga menandatangani formulir izin/persetujuan
tindakan
3. Atus posisi pasien dengan sikap lithotomi atau pasang
penyanggah kaki.
4. Lepaskan pakaian dalam pasien.
3. Pelaksanaan :
1. Periksa ulang tanda-tanda vital pasien
2. Periksa ulang bunyi jantung pasien
3. Penolong memakai short plastik
4. Penolong mencuci tangan
5. Pakai sarung tangan steril/DTT
6. Penolong berdiri di depan pasien
7. Lakukan tindakan antiseptik didaerah vulva dan sekitarnya.
8. Kosongkan kandung kencing
9. Pasang doek steril dibawah bokong pasien
10. Lakukan auskultasi bunyi jantung janin.
11. Lakukan pemerikdaan dalam ulang untuk menilai pembukaan,
posisi dan turunannya bagian terendah janin.
12. Pasien diinstrusikan untuk meneran dengan benar setiap ada his.
13. Penolong tidak melakukan tarikan pada badan bayi untuk
menghindari tangan menjungkit

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SUNGSANG SECARA BRACHT

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SUNGSANG SECARA BRACHT
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Tanggal terbit

No. Revisi : -

Halaman
1/3

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
7. Pinset anatomis ukuran sedang
8. Gunting benang
9. Benang chromic no.0
10. Spuit 5cc
11. Lidocain 2%
12. Kassa steril
13. Doek steril
a.Alat-alat kebersihan :
1. Short plastik
2. Wadah berisi larutan klorin 0,5%
3. Tempat sampah medis
b.Alat ekstraksi vakum
c.Stetoskop monoaural
d.Tensimeter
e.Stetoskop
2. Persiapan pasien :
1. Pasein diberi penjelasan tentang proses persalinan dan hal-hal
yang akan dilakukan.
2. Pasien dan keluarga menandatangani formulir izin/persetujuan
tindakan
3. Atus posisi pasien dengan sikap lithotomi atau pasang
penyanggah kaki.
4. Lepaskan pakaian dalam pasien.
3. Pelaksanaan :
1. Periksa ulang tanda-tanda vital pasien
2. Periksa ulang bunyi jantung pasien
3. Penolong memakai short plastik
4. Penolong mencuci tangan
5. Pakai sarung tangan steril/DTT
6. Penolong berdiri di depan pasien
7. Lakukan tindakan antiseptik didaerah vulva dan sekitarnya.
8. Kosongkan kandung kencing
9. Pasang doek steril dibawah bokong pasien
10. Lakukan auskultasi bunyi jantung janin.
11. Lakukan pemerikdaan dalam ulang untuk menilai pembukaan,
posisi dan turunannya bagian terendah janin.
12. Pasien diinstrusikan untuk meneran dengan benar setiap ada his.
13. Penolong tidak melakukan tarikan pada badan bayi untuk
menghindari tangan menjungkit

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SUNGSANG SECARA BRACHT
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SUNGSANG SECARA BRACHT
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Tanggal terbit

No. Revisi : -

Halaman
1/3

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
7. Pinset anatomis ukuran sedang
8. Gunting benang
9. Benang chromic no.0
10. Spuit 5cc
11. Lidocain 2%
12. Kassa steril
13. Doek steril
a.Alat-alat kebersihan :
1. Short plastik
2. Wadah berisi larutan klorin 0,5%
3. Tempat sampah medis
b.Alat ekstraksi vakum
c.Stetoskop monoaural
d.Tensimeter
e.Stetoskop
2. Persiapan pasien :
1. Pasein diberi penjelasan tentang proses persalinan dan hal-hal
yang akan dilakukan.
2. Pasien dan keluarga menandatangani formulir izin/persetujuan
tindakan
3. Atus posisi pasien dengan sikap lithotomi atau pasang
penyanggah kaki.
4. Lepaskan pakaian dalam pasien.
3. Pelaksanaan :
1. Periksa ulang tanda-tanda vital pasien
2. Periksa ulang bunyi jantung pasien
3. Penolong memakai short plastik
4. Penolong mencuci tangan
5. Pakai sarung tangan steril/DTT
6. Penolong berdiri di depan pasien
7. Lakukan tindakan antiseptik didaerah vulva dan sekitarnya.
8. Kosongkan kandung kencing
9. Pasang doek steril dibawah bokong pasien
10. Lakukan auskultasi bunyi jantung janin.
11. Lakukan pemerikdaan dalam ulang untuk menilai pembukaan,
posisi dan turunannya bagian terendah janin.
12. Pasien diinstrusikan untuk meneran dengan benar setiap ada his.
13. Penolong tidak melakukan tarikan pada badan bayi untuk
menghindari tangan menjungkit

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SUNGSANG SECARA BRACHT
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SECARA LOVSET
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Letak sungsang adalah letak janin memanjang didalam rahim dengan
presentasi bagian terendahnya bokong murni, bokong kaki, kaki
sempurna atau kaki tidak sempurna.
Pertolongan persalinan sungsang secara lovset adalah pertolongan
persalinan sungsang yang mengalami meancetan dan terdapat kesulitan
untuk melahirkan bahu yang masih tinggi.
Untuk membantu persalinan sungsang pervaginaan yang mengalami
kemancetan dalam melahirkan bahu sehingga dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas bayi
Pertolongan persalinan letak sungsang secara lovset dilakukan pada
paisen dalam kehamilan letak sungsang, sengan presentasi bokong murni
atau bokong kaki, yang memiliki panggul yang cukup luas dengan
taksiran berat badan janin kurang dari 3500 gram yang mengalami
kemancetan dan bahu masih tinggi
1. Persiapan alat :
a.Alat partus :
1. Baki alat parteus
2. Doek steril
3. Sarung tangan steril/DTT
4. Pemecah ketuban
5. Klem tali pusat
6. Gunting episiotomi
7. Gunting tali pusat
8. Kain kassa steril
9. Kom kecil (untuk tetadine)
10. Bengkok
11. Penghisap lendir
12. Catheter nelaton
b.Alat jahit :
1. Bak instrumen sedang
2. Sarung tangan steril/DTT
3. Pemegang jarum
4. Jarum otot ukuran sedang
5. Jarum kulit ukuran sedang
6. Pinset chirurgis ukuran sedang
7. Pinset anatomis ukuran sedang
8. Gunting benang

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SECARA LOVSET
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH

No. Revisi : -

Tanggal terbit

Halaman
1/2

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Ririn Febrina


13122011.001
9. Benang chromic no. 0
10. Spuit 5 cc

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SECARA LOVSET
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
1. Dengan cara yang sama, putar kembali badan bayi sehingga bahu
yang kedua kembali berputar ke depan dan lahir juga di bawah
simfisis
2. Kepala bayi dilahirkan dengan cara mauriceau
3. Badan bayi ditunggangkan pada lengan penolong, yang searah
dengan punggung bayi.
4. Jari tengah tangan tersebut dimasukkan kedalam mulut bayi,
telunjuk
dan jari ke 4 diletakkan pada fossa kanina dirahang atas
tangan yang lain mencegkam bahu dan telunjuk bayi.
5. Penolong melakukan tarikan ke arah bawah sampai subiksiput
berada dibawah simfisi, selanjutnya badan bayi dibawa kearah
perut ibu sehingga dengan suboksiput sebagai hipomokhlia, dagu,
mulut, hidung dan dahi lahir melalui perineum.
6. Letakkan bayi pada perut ibu, keringkan dan bebaskan jalan nafas
bayi.
7. Lakukan penjempitan dan pemotongan tali pusat.
8. Lahirkan plasenta dan periksa kelengkapannya,
9. Berikan obat uterotonika
10. Lakukan penjahitan robekan jalan lahir.
11. Beritahu pasien bahwa tindakan persalinan telah selesai dan
sampaikan hasilnya.
12. Bersihkan dan rapihkan pasien kembali.
13. Masukkan alat-alat bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% dan
rendam selama 10 menit.

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SECARA LOVSET
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT

Tanggal terbit

No. Revisi : -

Halaman
1/2

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
14. Buang bahan habis pakai dan sisa darah ke dalam tempat sampah
medis.
15. Cuci sarung tangan sebelum dilepaskan dalam larutan klorin
0,5% dan lepaskan dalam keadaan terbalik serta rendam selama
10 menit.
16. Penolong mencuci tangan setelah selesai tindakan
17. Evaluasi ulang tanda-tanda vital pasien
18. Awasi kontraksi uterus dan kantung perdarahan yang terjadi
selama 2 jam untuk kemungkinan terjadinya pendarahan pasca
salin.
19. Catat laporan dan hasil tindakan, keadaan pasien serta instruksi
selanjutnya pada status pasien.
1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi
2. Dokter spesialis anak
3. Bidan ruang bersalin
4. Perawat ruang perinatologi
5. Perawat ruang rawat nifas

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SECARA MULLER
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/4

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Letak sungsang adalah letak janin memanjang didalam rahim dengan
presentasi bagian terendahnya bokong murni, bokong kaki, kaki
sempurna atau kaki tidak sempurna.
Pertolongan persalinan secara muller adalah pertolongan persalinan
sungsang yang mengalami kemancetan dengan cara melahirkan bahu
depan terlebih dahulu
Untuk membantu persalinan sungsang pervaginaan yang mengalami
kemancetan sehingga dapat mengurangi modibitas dan mortalitas bayi.
Pertolongan persalinan sungsang secara muller dilakukan pada pasien
letak sungsang, dengan presentasi bokong murni dan bokong kaki,
memiliki panggung yang cukup luas dengan taksiran berat badan janin
kurang dari 3500 gr yang mengalami kemancetan dimana penolong
berusaha melahirkan bahu depan terlebih dahulu.

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SECARA MULLER
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH

Tanggal terbit

No. Revisi : -

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Halaman
1/4

dr. Ririn Febrina


13122011.001
1. Persiapan alat :
a.Alat partus :
1. Baki alat parteus
2. Doek steril
3. Sarung tangan steril/DTT
4. Pemecah ketuban
5. Klem tali pusat
6. Gunting episiotomi
7. Gunting tali pusat
8. Kain kassa steril
9. Kom kecil (untuk tetadine)
10. Bengkok
11. Penghisap lendir
12. Catheter nelaton
b.Alat jahit :
1. Bak instrumen sedang
2. Sarung tangan steril/DTT
3. Pemegang jarum
4. Jarum otot ukuran sedang
5. Jarum kulit ukuran sedang
6. Pinset chirurgis ukuran sedang
7. Pinset anatomis ukuran sedang
8. Gunting benang
9. Benang chromic no. 0

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SECARA MULLER
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/4

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

10. Lidocain 2%
11. Kassa steril
12. Doek steril
c.Alat-alat kebersihan :
1. Short plastik
2. Wadah berisi larutan klorin 0,5%
3. Tempat sampah medis
d.Stetoskop monoaural
e.Tensimeter
f.Stetoskop
2. Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang proses persalinan dan hal-hal
yang akan dilakukan.
2. Pasien dan keluarga menandatangani formulir izin/persetujuan
tindakan
3. Atus posisi pasien dengan sikap lithotomi atau pasang
penyanggah kaki.
4. Lepaskan pakaian dalam pasien
3. Pelaksanaan :
1. Periksa ulang tanda-tanda vital pasien.
2. Periksa ulang bunyi jantung janin
3. Penolong memakai short plastik
4. Penolong mencuci tangan
5. Pakai sarung tangan steril/DTT
6. Penolong berdiri di depan pasien
7. Lakukan tindakan antiseptik didaerah vulva dan sekitarnya.
8. Kosong kandung kencing
9. Pasang doek steril dibawah bokong pasien
10. Lakukan auskultasi bunyi jantung janin
11. Lakukan pemeriksaan dalam ulang untuk menilai pembukaan,
posisi dan turunnya bagian rendah janin.
12. Pasien diinstruksikan untuk meneran dengan benar setiap ada his.
13. Bayi dilahirkan secara spontan sampai tali pusat lahir, kemudian
tali pusat dilonggarkan.
14. Bila terdapat kesulitan untuk melahirkan bahu penolong dapat
membantu melahirkan bahu depan terlebih dahulu.
15. Tangan penolong yang masuk adalah tangan yang sama dengan
bahu bayi yang akan dilahirkan

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SECARA MULLER
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/4

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
16. Pegang kedua kaki bayi dengan tangan yang lain dengan cara
meletakkan jari telunjuk penolong diantara kedua kaki bayi dan
empat jari yang lain menggenggam kaki.
17. Kaki dibawa ke bawah dengan arah yang berlawanan dengan
tangan yang akan dilahirkan
18. Jari tengah dan telunjuk tangan penolong mencari bahu depan
dengan menyusuri punggung, skapula selanjutnya lengan atas
sampai ke lipat siku bayi. Kedua jari tersebut diletakkan searah
dengan lengan atas dan bertindak sebagai spalk.
19. Lipat siku bayi ditekan seolah-olah bayi menghapus mukanya
sehingga lengan dan bahu depan lahir.
20. Kaki byi dipindahkan ke tangan penolong yang lain dan dibawa
kearah yang berlawanan dengan lengan belakang.
21. Selanjutnya lengan belakang dilahirkan dengan cara yang sama
dengan cara melahirkan bahu depan.
22. Kepala bayi dilahirkan dengan cara mauriceau
23. Kepala bayi ditunggangkan pada lengan penolong, yang searah
dengan punggung bayi
24. Jari tengah tangan tersebut dimasukkan kedalam mulut bayi,
telunjuk dan jati ke 4 diletakkan pada fossa kanina di rahang atas.
25. Tangan yang lain mencegkam bahu dan telunjuk bayi.
26. Penolong melakukan tarikan ke arah bawah sampai subiksiput
berada dibawah simfisis, selanjutnya badan bayi dibawa kearah
perut ibu sehingga dengan suboksiput sebagai hipomokhlia,
dagu, mulut, hidung dan dahi lahir melalui perineum
27. Letakkan bayi pada perut ibu, keringkan dan bebaskan jalan
nafas bayi.
28. Lakukan penjempitan dan pemotongan tali pusat
29. Lahirkan plasenta dan periksa kelengkapannya
30. Berikan obat uterotonika
31. Lakukan penjahitan robekan jalan lahir.
32. Beritahu pasien bahwa tindakan persalinan telah selesai dan
sampaikan hasilnya.
33. Bersihkan dan rapihkan pasien kembali.
34. Masukkan alat-alat bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% dan
rendam selama 10 menit.

PROSEDUR PERTOLONGAN PERSALINAN


SECARA MULLER
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/4

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011001
35. Buang bahan habis pakai dan sisa darah ke dalam tempat sampah
medis
36. Cuci sarung tangan sebelum dilepaskan dalam larutan klorin
0,5% dan lepaskan dalam keadaan terbalik serta rendam selama
10 menit.
37. Penolong mencuci tangan setelah selesai tindakan.
38. Evaluasi ulang tanda-tanda vital pasien
39. Awasi kontraksi uterus dan kantung perdarahan yang terjadi
selama 2 jam untuk kemungkinan terjadinya pendarahan pasca
salin
40. Catat laporan dan hasil tindakan, keadaaan pasien serta instruksi
selanjutnya pada status pasien.
1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi
2. Dokter spesialis anak
3. Bidan ruang bersalin
4. Perawat ruang perinatologi
5. Perawat ruang rawat nifas

PROSEDUR MENGHITUNG KONTRAKSI

UTEUS
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Menghitung kontraksi uterus adalah kegiatan untuk menilai lama
kontraksi, interval antara dua kontraksi serta kekuatan kontraksi pada
pasien yang akan melahirkan
Menilai kwalitas kontraksi uterus pada persalinan sehingga dapat
merencanakan tindakan yang perlu dilakukan sehubungan dengan hal
tersebut.
1.
2.
3.
4.

Pasien dalam keadaan terlentang.


Berikan penjelasan pada pasien tentang hal yang akan dilakukan.
Raba bagian pusat perut pasien dengan tangan kanan.
Ukur lama waktu mulai timbulnya kontraksi sampai kontraksi hilang
dalam hitungan detik
5. Hitung jarak waktu antara kontraksi yang pertama sampai kontraksi
yang berikutnya dan hitung frekuensinya dalam 10 menit.
6. Catat hasil penghitungan dalam status pasien.
1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi
2. Bidan poli antenatal
3. Bidan ruang bersalin
4. Perawat ruang rawat nifas

PROSEDUR PERJAHITAN ROBEKAN LUKA


PERINEUM DAN VAGINA

No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Penjahitan luka robekan perineum dan vagina merupakan suatu tindakkan
untuk mereposisi kembali jaringan yang robek pada daerah perineum dan
vagina akibat tindakan episiotomi atau yang terjadi spontan waktu
persalinan
Penjahitan robekan perineum dan vagina dilakukan untuk mengurangi
kejadian pendarahan dan infeksi pasca salin dengan segala komplikasinya
Robekan perineum dan vagina baik yang terjadi akibat tindakan
episiotomi atau spontan waktu persalinan, harus segera dijahit dalam
waktu kurang dari 6 jam
1. Persiapan alat :
1. Short plastik
2. Doek steril
3. Sarung tangan steril/DTT
4. Kassa steril
5. Tampon vagina
6. Kom kecil untuk betadine
7. Pemegang jarum
8. Jarum otot dan kulit
9. Pinset anatomi
10. Benang chromic no.0
11. Spuit disposible
12. Lindokain 2%
13. Bengkok
14. Gunting jaringan
15. Gunting benang
16. Sampiran
17. Wadah berisi larutan klorin 0,5%
18. Tempat sampah medis
2. Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
2. Pasien dan keluarga menandatangani formulir izin/persetujuan
tindakan.
3. Pasang sampiran
4. Atur pasien dalam posisi lithotomi

PROSEDUR PERJAHITAN ROBEKAN LUKA


PERINEUM DAN VAGINA

No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011.001

3. Pelaksanaan :
1. Penolong memakai short plastik
2. Penolong mencuci tangan sebelum tindakan
3. Pasang sarung tangan steril/DTT
4. Lakukan tindakan antiseptik dengan kassa yang dibasahi larutan
betadine.
5. Pasang doek dibawah bokong pasien
6. Buka vulva dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan
masukkan 2 jari tangan kanan ke dalam vagina untuk mengetahui
batas robekan.
7. Masukkan tampon vagina ke dalam vagina, maksimal dan batas
luka.
8. Daerah luka dianesthesi dengan lidokain 2%
9. Luka mulai dijahit dengan jarak 1cm maksimal dari batas luka.
10. Dinding vagina secara jelujur.
11. Perineum dijahit lapis demi lapis
12. Periksa ulang jahitan yang sudah dilakukan dan yakinkan seluruh
robekan sudah dijahit dan pendarahan sudah teratasi.
13. Kompres luka dengan kassa betadine.
14. Masukkan alat-alat bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% dan
rendam selama 10 menit.
15. Kumpulkan bahan habis pakai dan sisa darah, buang dalam
tempat sampah medis.
16. Beritahu pasien bahwa tindakan telah selesai.
17. Bereskan dan rapihkan pasien kembali
18. Cuci sarung tangan sebelum dilepaskan dalam larutan klorin
0,5% dan lepaskan dalam keadaan terbalik. Biarkan sarung
tangan terendam dalam larutan tersebut selama 10 menit
19. Anjurkan pasien untuk melakukan perawatan luka dirumah.
20. Periksa tanda-tanda vital pasien
21. Catat laporan dan hasil tindakan dan instruksi selanjutnya dalam
status pasien.
1. Dokter spesialis obstetri & Ginekologi
2. Bidan Ruang bersalin

PROSEDUR PENANGANAN PASIEN ANEMIA


GRAVIS

No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih
dr. Ririn Febrina
13122011001

Anemia gravis adalah keadaan dimana hemoglobin dalam darah kadarnya 6 gr


% atau kurang.
Untuk memperbaiki keadaan hemoglobin pasien sehingga mordibitas dan
mortalitas yang timbul sebagai akibat dapat diturunkan.
Semua pasien dengan anemia gravis mendapat tranfusi darah untuk menaikan
kadar hemoglobinnya 10 gr % atau lebih, tanpa membedakan penyebabnya
sebelum dilakukan tindakan lain untuk menanggulangi penyebabnya.
1. Persiapan alat :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Jam yang memiliki jarum detik
4. Peralatan infus
5. Persediaan darah yang cocok
6. Oksigen dengan regulator
7. Hemoglobinometer
2. Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal yang akan dilakukan.
2. Pasien dan keluarga menandatangani formulir izin/persetujuan
tindakan.

UNIT TERKAIT

3. Pelaksanaan :
1. Periksa tanda-tanda vital pasien
2. Pasang infus jaga
3. Pasang oksigen
4. Perhatikan tanda-tanda anemi :
a. Periksa kadar hemoglobin darah.
b. Periksa mukosa konjungtiva
c. Perhatikan keluhan pusing
5. Lakukan transfusi darah dengan golongan yang cocok.
6. Cari penyebab keadaan anemia, misalnya perdarahan akut, infeksi
kronis atau gizi buruk.
7. Setelah penyebab anemia diketahui, lakukan pengobatan/ tindakan
sesuai dengan penyebeb
8. Lanjutkan tranfusi darah sampai kadar hemoglobin 10 gr % atau lebih.
9. Catat hasil pemeriksaan dan tindakan dalam status pasien
1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi
2. Dokter umum
3. Bidan ruang bersalin
4. Bidan poli antenatal
5. Perawat ruang rawat nifas
6. Petugas laboratorium
7. Petugas PMI/Bank Darah

PROSEDUR MENGATUR POSISI LITHOTOMI

No.1. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011001
Posisi lithotomi adalah posisi tertentu dimana pasien berada dalam posisi
berbaring terlentang dengan kedua kaki ditekuk
Untuk mengatur posisi pasien sehingga memudahkan dalam melakukan
tindakan medis tertentu.
Posisi lithotomi adalah posisi yang diperlukan pada saat dilakukan
pemeriksaan atau tindakan ginekologi dan tindakan-tindakan tertentu
lainnya, seperti pada pemeriksaan vagina, pemasangan IUD, tindakan
kateterisasi kandung kencing, tindakan kuretase, membersihkan daerah
vulva dan sekitarnya, penjahitan robekan jalan lahir dan lain-lain.
1. Persiapan alat :
1. Tempat tidur
2. Selimut
3. Sampiran
2. Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.
2. Untuk tindakan ginekologi tertentu, pasien dan keluarga harus
menandatangani formulir izin/persetujuan tindakan.

UNIT TERKAIT

3. Pelaksanaan :
1. Minta pasien untuk melepaskan pakaian dalam
2. Pasien dibaringkan terlentang dan minta pasien untuk
meletakkan kedua telapak kakinya pada tempat tidur sehingga
terjadi fleksi pada sendi paha dan sendi lutut
3. Bantu pasien untuk mempertahankan kedua paha dalam keadaan
terbuka.
4. Pasang selimut atau penutup diatas perut pasien sampai menutup
kedua lutut pasien
1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi
2. Dokter umum
3. Bidan
3. Perawat ruang rawat nifas
4. Perawat poli kebidanan
5. Perawat kamar operasi

PROSEDUR TINDAKAN PENJAHITAN


ROBEKAN PORTIO
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011001
Penjahitan robekan portio adalah suatu tindakan untuk menjahit robekan
yang terjadi pada mulut rahim akibat tindakan pertolongan pasangan yang
tidak tepat.
Untuk mengurangi resiko terjadinya perdarahan pasca salin sehingga juga
menurunkan mordibitas dan mortalitas ibu
Penjahitan robekan portio harus dilakukan dalam kurang waktu dari 6 jam
pasca persalinan apabila ditemukan robekan pada mulut rahim.
1. Persiapan :
a.Meja dorong berisi alat-alat steril :
1. Doek steril
2. Fenster klem/klem ovum- 5 buah
3. Cunam tampon
4. Spekulum sim/spekulum L-4
5. Perlengkapan jahit : pemegang jarum, jarum otot, jarum kulit,
benang vhromic no.0
6. Gunting benang
7. Pinset anatomis
8. Kom kecil untuk betadine
9. Sarung tangan steril/DTT
10. Spuit 5 cc
11. Obat-obatan :diazepam, sulfas atropin 0,25 mg
12. Betadine 10 % secukupnya
13. Kassa steril
14. Perlengkapan nifas
15. Kateter logamnelaton
b.Short plastik
c.Oksigen
d.Tensimeter
e.Stetoskop
f.Lampu sorot
g.Wadah berisi larutan klorin
h.Tempat pembuangan sampah medis
2. Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.
2. Pasien dan keluarga menandatangani formulir izin/persetujuan
tindakan
3. Pasang infus jaga
4. Siapkan oksigen dan regulatornya
5. Atur pasien dalam posisi lithotomi/pasang penyangga kaki.
3. Pelaksanaan:
1. Penolong memakai short plastik.
2. Penolong mencuci tangan sebelum tindakan.
3. Pasang sarung tangan steril/DTT
4. Kosongkan kandung kecing

PROSEDUR TINDAKAN PENJAHITAN


ROBEKAN PORTIO
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

Tanggal terbit

No. Revisi : -

Halaman
1/2

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011001
Penjahitan robekan portio adalah suatu tindakan untuk menjahit robekan
yang terjadi pada mulut rahim akibat tindakan pertolongan pasangan yang
tidak tepat.
Untuk mengurangi resiko terjadinya perdarahan pasca salin sehingga juga
menurunkan mordibitas dan mortalitas ibu
Penjahitan robekan portio harus dilakukan dalam kurang waktu dari 6 jam
pasca persalinan apabila ditemukan robekan pada mulut rahim.

PROSEDUR TINDAKAN PENJAHITAN


ROBEKAN PORTIO
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/2

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
5. Lakukan tindakan antiseptik dengan kassa yang dibasahi dengan
larutan betadine.
6. Pasang spekulum atas dan bawah
7. Lakukan pemeriksaan dalam sambil melakukan eksplorasi dinding
vagina
8. Pasang spekulum atas dan bawah.
9. Minta asisten untuk membantu memegang spekulum
10. Jepit portio mulai dari bagian tengah dengan klem ovum (posisi
jam 12), dan klem berikutnya dijepitkan sebelah kanan klem
pertama dengan jarak 2,5 cm. Lanjutkan eksplorasi ke seluruh
bagian portio dengan cara yang sama
11. Pada bagian yang terdapat robekan, pasang klem ovum di kirikanan robekan dengan jarak masing-masing 2 cm dari tepi luka.
12. Penjahitan dimulai dari posisi 1 cm proksimal ujung robekan
dengan jahitan angka 8, mulai dari sebelah kanan luar (distal)
menembus permukaan dalam, menyilang ke sebelah kiri dalam
(proksimal) menembus kiri luar kemudian menyebrang ke sebelah
kanan luar (proksimal)menembus kanan dalam dan menyilang ke
sebelah kiri dalam (distal) menembus kiri luar, selanjutnya dibuat
simpul kunci dengan pangkal benang disebelah kanan luar.
13. Lanjutkan penjahitan angka 8 ini ke arah distal sampai seluruh
robekan portio dijahit dan pendarahan diatasi
14. Dengan bantuan spekulum, periksa kembali bahwa perdarahan
telah teratasi. Periksa permukaan dalam portio dengan cara
membalikkan gagang klem ovum.

PROSEDUR TINDAKAN PENJAHITAN


ROBEKAN PORTIO
No. Dokumen
RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

UNIT TERKAIT

Tanggal terbit

No. Revisi : -

Halaman
1/2

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011001
Penjahitan robekan portio adalah suatu tindakan untuk menjahit robekan
yang terjadi pada mulut rahim akibat tindakan pertolongan pasangan yang
tidak tepat.
Untuk mengurangi resiko terjadinya perdarahan pasca salin sehingga juga
menurunkan mordibitas dan mortalitas ibu
Penjahitan robekan portio harus dilakukan dalam kurang waktu dari 6 jam
pasca persalinan apabila ditemukan robekan pada mulut rahim.
15. Lakukan penjahitan apabila ditemuka robekan vagina
16. Beritahu pasien bahwa tindakan telah selesai dan rapihkan pasien
kembali.
17. Rendam alat-alat bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
18. Bersihkan portio dan lumen vagina dengan kassa yang dibasahi
larutan antiseptik
19. Lepaskan jepitan klem ovum pada portio dan cabut spekulum
20. Buang bahan habis pakai dan sisa darah ke dalam tempat sampah
medis
21. Cuci sarung tangan sebelum dilepaskan dalam larutan klorin 0,5%
dan lepaskan dalam keadaan terbalik. Biarkan sarung tangan
terendam dalam larutan tersebut selama 10 menit
22. Penolong mencuci tangan setelah selesai tindakan
23. Periksa ulang tanda-tanda vital pasien
24. Catat laporan dan hasil tindakan dan instruksi selanjutnya dalam
status pasien.
1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi
2. Bidan ruang bersalin

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN DENGAN


KEHAMILAN POST TERM
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Kehamilan post trem adalah kehamilan yang melebihi 42 minggu di
hitung sejak hari pertama haid terakhir.
Untuk memberikan perawatan yang optimal pada pasien dengan
kehamilan lewat waktu sehingga meningkatnya angka kematian ibu dan

KEBIJAKAN
PROSEDUR

bayi dapat dicegah


Induksi persalinan dilakukan pada usia kehamilan 42 minggu atau lebih,
dihitung dari hari pertama haid terakhir
1. Pasien datang untuk memeriksakan kehamilannya di poli klinik
antenatal
2. Lakukan anamnesis lengkap meliputi paritas, HPHT, riwayat
penyakit yang pernah diderita, riwayat obstetri, serta keluhan pada
kehamilan sekarang.
3. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan status
generalis dan status obstetri. Dari anamnesis diketahui usia
kehamilan lebih dari 40 minggu.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang USG untuk mengetahui umur
kehamilan, taksiran berat janin serta keadaan plasenta dan volume
cairan amnion.
5. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarganya mengenai hasil
pemeriksaan serta kemungkinan resiko yang dapat terjadi.
6. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks
7. Pada usia kehamilan sampai 41 minggu, lakukan pelepasan kantong
amnion (stripping of the membrane)
8. Sampaikan jadwal kunjungan berikutnya,
9. Mengingat resiko yang mungkin terjadi pada janin anjurkan psien
untuk mematuhi jadwal kunjungan dan melahirkan dirumah sakit.
10. Bila setelah usia kehamilan 42 minggu belum timbul tanda-tanda
persalinan dengan amniotomi dan oksitosin drip.
11. Bila HPHT tidak jelas, lakukan induksi persalinan bila dari
pemeriksaan USG didapatkan berat janin cukup, plasenta grade II
atau oligohidramnion
12. Sampaikan pada pasien dan keluarganya tentang kemungkinan
dilakukan seksio sesarea bila selama pemantauan persalinan di
dapatkan indikasi seksio

PROSEDUR PERAWATAN PASIEN DENGAN


KEHAMILAN POST TERM
No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
13. Minta pasien dan keluarga menandatangani formulir izin/persetujuan
tindakan.
14. Lakukan amniotomi dan pasang infus untuk memberian oksitosin
drip. Bila perlu diberikan oksigen
15. Observasi kemajuan persalinan dan keadaan janin intrapartum. Awasi

UNIT TERKAIT

kemungkinan terjadinya gawat janin


16. Bila selama observasi terjadi gawat janin, lakukan seksio sesarea.
17. Bila augmentasi oksitosin drip 2 labu, belum lengkap lakukan seksio
sesarea atas indikasi oksitosin drip gagal.
18. Bila kemajuan persalinan baik dan pembukaan lengkap, pimpin
pasien untuk persalinan spontan atau partus buatan pervaginaan
19. Waspadai kemungkinan terjadinya perdarahan pasca salin
20. Catat hasil tindakan dalam status pasien
1. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi
2. Dokter spesialis anak
4. Bidan poli antenatal
5. Bidan ruang bersalin
6. Perawat ruang bayi
7. Perawat ruang rawat nifas

PROSEDUR PASIEN ISOLASI


No. Dokumen

No. Revisi : -

Halaman
1/1

RUMAH SAKIT
BERSALIN ASIH
Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

Ditetapkan oleh :
Direktur RSB Asih

dr. Ririn Febrina


13122011.001
Ruang isolasi adalah ruangan yang digunakan untuk merawat pasien
terpisah dari pasien lain atas indikasi tertentu.
1. Untuk memberikan perawatan pada pasien yang memelukan
perawatan khusus terpisah
2. Untuk mencegah penularan infeksi dari satu pasien ke pasien lain
Pasien dengan penyakit menular atau memerlukan tindakan khusus yang

PROSEDUR

UNIT TERKAIT

harus dirawat dalam ruang isolasi


1. Rawat pasien dalam ruang terpisah
2. Siapkan baju khusus dan masker untuk perawat
3. Setiap sebelum atau setelah memeriksa/melakukan tindakan, perawat
harus mencuci tangan
4. Pengunjung/penunggu pasien dibatasi dan harus menggunakan baju
yang telah disediakan.
5. Pisahkan alat-alat medis/non medis yang digunakan pasien isolasi
dari pasien lain.
1. Ruang bayi
2. Ruang rawat nifas

Anda mungkin juga menyukai