Anda di halaman 1dari 29

Meida Astriani 1

Intra Uterine Growth Restriction

BAB I
PENDAHULUAN
Zaman dahulu, bayi dengan berat lahir rendah kecil masa kehamilannya
(KMK) disebut menderita retardasi pertumbuhan intrauteri (IUGR). Untuk
menghindari kesalahpahaman dimana orangtua menganggap istilah retardasi
sebagai fungsi mental yang abnormal, atau gangguan perkembangan mental. Sehingga
istilah tersebut diganti menjadi pertumbuhan janin terhambat. Dalam 5 tahun terakhir,
istilah Retardation pada Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) telah berubah
menjadi Restriction oleh karena Retardasi lebih ditekankan untuk mental.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) kini merupakan suatu entitas penyakit
yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat dampak yang di
timbulkan jangka pendek berupa resiko kematian 6-10 kali lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bayi normal. Dalam jangka panjang terdapat dampak berupa
hipertensi, arteriosclerosis, stroke, diabetes, obesitas, resistensi urin, kanker, dan
sebagainya. Hal tersebut terkenal dengan barker hipotesis yaitu penyakit pada orang
dewasa telah terprogram sejak dalam uterus
Pertumbuhan

Janin

Terhambat

atau

(IUGR)

merupakan

gangguan

pertumbuhan janin dan bayi baru lahir yang meliputi beberapa parameter (lingkar
kepala, berat badan, panjang badan). Banyak istilah yang digunakan untuk
menunjukkan pertumbuhan janin terhambat (PJT) seperti pseudomature, small for
date, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronic fetal distress, IUGR dan small
for gestational age (SGA).
Batasan yang diajukan oleh Lubchenco (1963) adalah setiap bayi yang berat
badan lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari presentil ke-10 untuk masa
kehamilan pada Denver Intrauterine Growth Curves adalah bayi SGA. Ini dapat
terjadi pada bayi yang prematur, matur, ataupun postmatur.
Di negara berkembang, angka kejadian PJT berkisar antara 2%-8% pada bayi
dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan angka
kejadian untuk SGA adalah 7% dan 10%-15% adalah janin dengan PJT.
Tidak semua bayi dengan berat lahir kurang dari persentil ke-10 terhambat
pertumbuhannya secara patologis, beberapa diantaranya kecil hanya karena faktor
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction

konstitusional. Bahkan, Manning dan Hohler (1991) serta Gardosi, dkk (1992)
menyimpulkan bahwa 25-60% bayi yang secara konvensional didiagnosis sebagai
KMK sebenarnya tumbuh secara baik jika determinan berat lahir seperti kelompok
etnis ibu, paritas, berat badan dan tinggi badan ikut dipertimbangkan.
Kini WHO menganjurkan agar kita memperhatikan masalah ini karena akan
memberikan beban ganda. Di Jakarta dalam suatu survey di temukan bahwa pada
golongan ekonomi rendah, prevalensi PJT lebih tinggi (14%) jika dibandingkan
dengan golongan ekonomi menengah atas (5%)

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 3
Intra Uterine Growth Restriction

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat
adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran
standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan Janin Terhambat adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan
bayi baru lahir yang meliputi semua parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang
badan), yang beratnya dibawah 10 persentil untuk usia gestasionalnya. Bayi-bayi
antara persentil 10 dan 90 diklasifikasikan sebagai kelompok dengan berat sesuai usia
gestasional.
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah
suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang
mengakibatkan berat badan lahir dibawah standar berat dari usia kehamilannya.
Menurut Gordon (2005), pertumbuhan janin terhambat (Intrauterine growth
restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari
standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering
diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age).
Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya
janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan
yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau
dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu). Bila berada di bawah presentil ke7 maka disebut small for gestational age (SGA), di mana bayi mempunyai berat
badan kecil yang tidak menimbulkan kematian perinatal.

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction

Gambar 1. Bayi dengan PJT (kiri) dan bayi dengan pertumbuhan normal sesuai
usia gestasi sumber : www.mountsinai.on.

Gambar 2. Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan


Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-10
2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Sedangkan pada KMK ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-7
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 5
Intra Uterine Growth Restriction
2. Tidak adanya proses patologis.
Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:
1.

Proportionate Fetal Growth Restriction: oleh Campbell dan Thoms (1997)


dikenal juga dengan istilah pertumbuhan janin terhambat simetris, yaitu Janin
yang menderita distress yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,
panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.

2.

Disproportionate Fetal Growth Restriction: oleh Campbell dan Thoms (1997)


dikenal juga dengan istilah pertumbuhan janin terhambat asimetris. Dimana
terjadi akibat distress subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala
normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak waste
dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput
dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan

lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badanpun mengalami perubahan,


misalnya Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah
sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan bayi
prematur dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai
dengan masa gestasinya.
2.2. PERTUMBUHAN NORMAL INTRAUTERIN
Pada masa kehamilan janin mengalami pertumbuhan tiga tahap di dalam
kandungan, yaitu:
1. Hiperplasia, yaitu: Pada 4-20 minggu kehamilan terjadi mitosis yang sangat
cepat dan peningkatan jumlah DNA.
2. Hiperplasia dan hipertrofi, yaitu: Pada 20-28 minggu aktifitas mitosis
menurun, tetapi peningkatan ukuran sel bertambah.

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction
3. Hipertrofi, yaitu: Pada 28-40 minggu pertumbuhan sel menjadi maksimal
terutama pada minggu ke 33, penambahan jumlah lemak, otot dan jaringan
ikat tubuh.

2.3. KLASIFIKASI
Antara PJT dan KMK banyak terjadi salah pengertian karena definisi
keduanya hampir mirip. Tetapi pada KMK tidak terjadi gangguan pertumbuhan, bayi
hanya mempunyai ukuran tubuh yang kecil. Sedangkan pada PJT terjadi suatu proses
patologis sehingga berat badan janin tersebut kecil untuk masa kehamilannya.
Berdasarkan gejala klinis dan USG janin kecil dibedakan atas:
1. Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk masa
kehamilannya. Mempunyai ponderal index dan jaringan lemak yang normal.
Ponderal index adalah suatu perbandingan terhadap indeks massa tubuh tapi
memberikan perbandingan yang lebih baik antara individu dengan berbagai
tinggi.
Ponderal index = BB(gram) x 100
PB(cm)
2. Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis, inilah yang
disebut true fetal growth restriction. Berdasarkan ukuran kepala, perut, dan
panjang lengan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana total
jumlah sel kurang, ini biasanya disebabkan oleh gangguan kromosom
atau infeksi kongenital misalnya TORCH. Proses patologis berada di
organ dalam sampai kepala.
2. Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana
jumlah total sel normal tetapi ukurannya lebih kecil. Biasanya
gangguan ini disebabkan oleh faktor maternal atau faktor plasenta.

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 7
Intra Uterine Growth Restriction

Simetris
Etiologi: faktor genetik dan infeksi
frekuensi : 20%
Mulai dari awal kehamilan
Organ terganggu mikrosefalus

Asimetris
Insufisiensi plasenta kronik
80%
Trimester ketiga
Berat>panjang
Timus>hati>jantung> otak

Rasio otak : liver 6:1


Semua bagian tubuh kecil
Kepala lebih besar dari perut
Ponderal index normal
Meningkat
Perbandingan kepala, perut dan panjang Meningkat
tangan normal
Jumlah sel-lebih kecil

Normal

Ukuran sel normal


Kecil
Bayi dengan komplikasi prognosisnya Biasanya

tanpa

komplikasi

baik

buruk
prognosisnya
Evaluasi USG : BPD pertumbuhan Pertumbuhan datar
lambat
AC, lingkar perut kecil
HC-AC sama dengan SMK fetus, no

Kecil
Lebih besar dari 1 setelah 37 minggu

biasanya dengan relative brain sparing


brain sparing.
Tabel 1. Perbandingan PJT Simetris dan Asimetris
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction

http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "mhtml:file://E:\\IUGR What is IUGR.mht!
http://www.fetal.com/IUGR/Images/iugr-def-graphic.gif" \* MERGEFORMATINET

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 9
Intra Uterine Growth Restriction
Gambar 3. Perbandingan Ukuran antara bayi PJT kanan dengan bayi normal (kiri)8
Sumber : www.fetal.com
Ada pula tipe campuran dimana terjadi pada kehamilan 20-28 minggu, yaitu
gangguan potensi tumbuh kombinasi hyperplasia dan hipertrofi sel, misalnya pada
malnutrisi ibu, kecanduan obat atau keracunan.
2.4. ETIOLOGI
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau abnormalitas
yang mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau menyebabkan ukuran sel
menurun. Hal tersebut mungkin terjadi ketika janin tidak cukup mendapat nutrisi dan
oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan,
atau karena infeksi. Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya
kecil), kebanyakan PJT disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Maternal

Tekanan darah tinggi


Pada trimester kedua terdapat kelanjutan migrasi interstitial dan
endotelium trophoblas masuk jauh ke dalam arterioli miometrium sehingga
aliran menjadi lancar menuju retroplasenter sirkulasi dengan tetap. Aliran
darah yang terjamin sangat penting artinya untuk tumbuh kembang janin
dengan baik dalam uterus.
Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli yang didestruksi oleh sel
trophoblas sekitar 100-150 pada daerah seluas plasenta sehingga cukup
untuk menjamin aliran darah tanpa gangguan pada lumen dan arteri
spiralis terbuka.
Gangguan terhadap jalannya destruksi sel trophoblas ke dalam arteri
spiralis

dan

arteriolinya

dapat

menimbulkan

keadaan

iskemia

retroplasenter.
Dengan demikian dapat terjadi bentuk hipertensi dalam kehamilan
apabila gangguan iskemianya besar dan gangguan tumbuh kembang janin
terjadi apabila iskemia tidak terlalu besar, tetapi aliran darah dengan
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

1
0

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction
nutrisinya merupakan masalah pokok. Berikut kelainan yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan sirkulasi fetomaternal.

Penyakit ginjal kronik,

Diabetes Melitus

Penyakit jantung dan pernapasan

Malnutrisi dan anemia

Infeksi

Pecandu alcohol, Perokok


Kebiasaan merokok terlebih dalam masa kehamilan akan melahirkan
bayi yang lebih kecil sebesar 200 sampai 300 gram pada waktu lahir.
Kekurangan berat badan lahir ini disebabkan oleh dua faktor yaitu :
Wanita perokok, cenderung makan sedikit karena itu ibu akan
kekurangan substrat di dalam darahnya yang bisa dipergunakan oleh janin.
Merokok menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga terjadi
pengurangan jumlah pengaliran darah kedalam uterus dan yang sampai ke
dalam ruang intervillus.

2. Uterus dan Plasenta

Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta

Plasenta abruption, plasenta previa, infark plasenta (kematian sel pada


plasenta), korioangioma.

Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus

Twin-to-twin transfusion syndrome

3. Janin

Janin kembar

Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT.


Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering
menyebabkan PJT).
Infeksi intrauterine adalah penyebab lain dari hambatan pertumbuhan
intrauterine.banyak tipe seperti pada infeksi oleh TORCH (toxoplasmosis,
rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex) yang bisa menyebabkan

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 1
Intra Uterine Growth Restriction 1
hambatan pertumbuhan intrauterin sampai 30% dari kejadian. Infeksi
AIDS pada ibu hamil menurut laporan bisa mengurangi berat badan lahir
bayi sampai 500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir sebelum
terkena infeksi itu.
Diperkirakan infeksi intrauterin meninggikan kecepatan metabolisme
pada janin tanpa kompensasi peningkatan transportasi substrat oleh
plasenta sehingga pertumbuhan janin menjadi subnormal atau dismatur.

Kelainan kongenital

Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan


kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi
18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban
berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT) .

Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin). Berbagai


macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok,
narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT. (1,2,4,5,6)

Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan


asimetris dibedakan menjadi:
1. Simetris: Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin
yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang
berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ
(terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents
<Coxsackie

virus,

Listeria),

Rubella,

Cytomegalovirus,

Herpes

simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil,


dan wanita hamil yang merokok. Faktor-faktor lainnya:
a. Nutrisi buruk pada ibu
Pertambahan berat maternal yang jelek, IMT rendah, penurunan
berat badan lahir anak, mengakibatkan 9x lipat kemungkinan terjadi
hambatan pertumbuhan telah diteliti oleh bansil dan rekan pada 2008.
b. Infeksi janin
Virus, bakteri, protozoa dan spirochete terlibat pada pertumbuhan janin
terhambat, infeksi yang terkenal rubella insuffisiensi vaskuler dan
cytomegalovirus sitolisis langsung + penghilangan sel fungsional.
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

1
2

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction
-

Hepatitis A lahir kurang bulan, gangguan pertumbuhan janin


Listeriosis, tuberculosis, dan sifilis hambatan pertumbuhan janin,
Sifilis plasenta bertambah besar (edema) dan peradangan

perivaskuler.
Toxoplasmosis infeksi protozoa gangguan pertumbuhan janin, dan
malaria kongenital juga mengakibatkan hal yang sama.
c. Malformasi kongenital
Sebuah penelitian >13000 bayi dengan anomaly structural berat, 22%
diantaranya mengalami hambatan pertumbuhan berat, semakin parah
malformasi semakin rentan janin mengalami KMK.
d. Kelainan kromosom
Aneuploidy kromosomal, seperti trisomy autosomal plasenta dengan
penurunan jumlah arteri yang berotot kecil di batang vili tersier.

Trisomy 21 hambatan pertumbuhan ringan, pemendekan ukuran

femur, hypoplasia phalanx media


Trisomy 18 dan 13 lebih pendek dari Aneuploidy kromosomal,
seperti trisomy autosomal plasenta dengan penurunan jumlah arteri

yang berotot kecil di batang vili tersier.


Trisomy 18 dan 13 lebih pendek.
e. Sindrom Dwarf
Perempuan bertubuh kecil akan memiliki bayi yang juga kecil. Jika
perempuan memulai kehamilan dengan berat badan kurang dari 100
pon, resiko untuk melahirkan bayi KMK meningkat 2x lipat. Dan hal
tersebut diturunkan lewat garis keturunan maternal.

2. Asimetris: Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian


lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa
organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian
tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha
umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal
juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak
efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk
diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam
kehamilan(8). Faktor-faktor lainnya:
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 1
Intra Uterine Growth Restriction 3
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri
3. Kombinasi Simetris dan Asimetris (Intermediate):
a. Obat-obat teratogenik: Narkotika, tembakau, alkohol, beberapa
preparat antikonvulsan, antineoplastik, imunosupresan antirejeksi,
pertumbuhan terhambat mungkin berhubungan dengan ekspresi
enzim fenotipik yang memperlambat metabolisme kafein.
b. Malnutrisi berat
2.5. PATOFISIOLOGI
Pada kelainan sirkulasi uteroplasenta akibat dari perkembangan plasenta
yang abnormal, pasokan oksigen, masukan nutrisi dan pengeluaran hasil
metabolic menjadi abnormal. Janin menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi pada
trimester akhir sehingga timbul PJT yang asimetrik yaitu lingkar perut jauh lebih
kecil dari pada lingkar kepala. Pada keadaan yang parah mungkin akan terjadi
kerusakan tingkat seluler berupa kelainan nucleus dan mitokondria.
Pada keadaan hipoksia, produksi radikal bebas di plasenta menjadi
sangat banyak dan antioksidan relative kurang ( misalnya : preeklamsia ) akan
menjadi lebih parah. Soothil dan kawan-kawan (1987) telah melakukan
pemeriksaan gas darah pada PJT yang parah dan menemukan asidosis dan
hiperkapnia, hipoglikemi dan eritroblastosis. Kematian pada jenis asimetris lebih
parah jika dibandingkan dengan simetris.
Penyebab PJT simetrik adalah factor janin atau lingkungan uterus yang
kronik (diabetes, hipertensi ). Factor janin ialah kelainan genetic (aneuploidy),
umumnya trisomy 21, 13, dan 18. Secara keseluruhan PJT ternyata hanya sekitar
20 % saja yang asimetrik pada penelitian terhadap 8722 di Amerika.

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

1
4

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction

2.6. MANIFESTASI KLINIS


Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan
berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu dibanding pada bayi
normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya
pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan
oksigenasi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan,
atau karena infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk masa kehamilan
bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua orangtua kecil), kebanyakan kasus PJT
atau Kecil Masa Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktor-faktor lain. Beberapa
diantaranya sbb:
PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat dini
sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu. Sementara, PJT
yang muncul terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem lain.
Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjadi terbatas. Ketika
aliran darah ke plasenta tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil
oksigen, ini dapat berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan janin
berisiko tinggi mengalami kematian. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan
mengalami keadaan berikut :

Penurunan level oksigenasi

Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi adaptasi


bayi segera setelah lahir)

Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam


kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas

Hipoglikemi (kadar gula rendah)

Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin

Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)

2.7. DIAGNOSIS
diagnosis PJT dapat diketahui
1. Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal, kardiopulmonal dan
pada kehamilan ganda.
2. Tinggi Fundus Uteri
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 1
Intra Uterine Growth Restriction 5
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada kehamilan
kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di letakkan dari simpisis
pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada pengukuran di dapat panjang
fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa
kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa janin tersebut mengalami hambatan
pertumbuhan.
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion, janin
letak lintang.
3. USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau cephalometry angka
kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang
tidak normal maka dapat kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar
perut kita dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak,
khususnya pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara ukuran
lingkar kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi adanya asimetris PJT.
Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan amnion, oligohidramnion
biasanya sangat spesifik pada asimetris PJT dan biasanya ini menunjukkan adanya
penurunan aliran darah ke ginjal.(6)
Setiap ibu hamil memiliki patokan kenaikan berat badan. Misalnya, bagi ibu
yang memiliki berta badan normal, kenaikannya sampai usia kehamilan 9 bulan
adalah antara 12,5 kg-18 kg, sedangkan bagi yang tergolong kurus, kenaikan
sebaiknya antara 16 kg-20 kg. Sementara, jika Anda termasuk gemuk, maka
pertambahannya antara 6 kg11,5 kg. Bagi ibu hamil yang tergolong obesitas, maka
kenaikan bobotnya sebaiknya kurang dari 6 kg. Untuk memantau berat badan,
terdapat parameter yang disebut dengan indeks massa tubuh (IMT). Patokannya, bila :
IMT 20 24 = normal IMT 25 29 = kegemukan (overweight) IMT lebih dari 30 =
obesitas IMT kurang dari 18 = terlalu keras
Jadi, jika IMT Anda 20-24, maka kenaikan bobot tubuh selama kehamilan
antara 12,5 kg-18 kg, dan seterusnya. Umumnya, kenaikan pada trimester awal sekitar
1 kg/bulan. Sedangkan, pada trimester akhir pertambahan bobot bisa sekitar 2
kg/bulan(9).
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

1
6

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction

4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi enddiastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya
PJT.
5. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan gula darah, bila ada indikasi diabetes mellitus
2. Screening penyakit infeksi, waspada infeksi TORCH, Syphilis
3. Pengukuran kadar enzim transaminase, waspada Hepatitis B dan C
6. Pengukuran Cairan Amnion
Terdapat hubungan antara oligohidramnion dengan pertumbuhan janin
terhambat, juga semakin kecil kantong cairan amnion semakin besar angka kematian
perinatal. Karena semakin sedikit cairan amnion berarti kurangnya jumlah produksi
urin janin akibat hipoksia dan penurunan aliran darah ginjal.1
Terdapat hubungan antara oligohidramnion dengan pertumbuhan janin
terhambat, juga semakin kecil kantong cairan amnion semakin besar angka kematian
perinatal. Karena semakin sedikit cairan amnion berarti kurangnya jumlah produksi
urin janin akibat hipoksia dan penurunan aliran darah ginjal.1
2.8. PENATALAKSANAAN
Berbagai komplikasi bisa terjadi pada fetus atau neonatus yang
menderita hambatan pertumbuhan intrauterin maka kehamilan/persalinan berisiko
menghendaki dilakukannya beberapa prinsip dasar berikut:
1. Deteksi dini (skrining)
Deteksi dini kasus-kasus berisiko tinggi akan hambatan pertumbuhan
intrauterin perlu dikerjakan karena akan memberi cukup waktu untuk
merencanakan dan melakukan suatu intervensi yang diperlukan atau membuat
rencana kerja sebelum terjadi kerusakan pada janin. Perlu perhatian yang
serius pada pasien hamil risiko tinggi seperti hipertensi, ibu perokok atau
peminat alkohol atau narkoba, keadaan gizi jelek karena malnutrisi, ibu
dengan penambahan berat badan yang minimal dalam kehamilan, pernah
melahirkan bayi dengan hambatan pertumbuhan intrauterine atau kelainan
1

kongenital, diabetes, anemia.

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 1
Intra Uterine Growth Restriction 7

2. Menghilangkan faktor penyebab


Gizi wanita hamil lebih bergantung kepada jumlah kalori yang masuk
dari pada komponen kalori itu sendiri. Wanita hamil perlu mengkonsumsi
300

kalori lebih banyak dari pada yang dikonsumsinya sebelum hamil

dengan kandungan protein 1,5 gram/kg per hari. Dengan demikian


penambahan berat badan dalam kehamilan pada keadaan normal bila dicapai
12 sampai 16 kg. Kurang gizi, merokok, alkohol, dan penyalahgunaan obatobatan dan sebagainya perlu diatasi terutama dalam masa hamil.1
3. Meningkatkan aliran darah ke uterus
Pada keadaan sistem vaskular berdilatasi maksimal jumlah darah yang
mengalir kedalam uterus berbanding langsung dengan tekanan

darah

maternal. Semua pekerjaan fisik yang berat akan mengurangi jumlah darah
yang mengalir ke dalam uterus sehingga memberatkan keadaan janin yang
telah menderita hambatan pertumbuhan intrauterin. Oleh karena itu semua
pekerjaan fisik dilarang pada kehamilan dengan hambatan pertumbuhan
intrauterin.

4. Melakukan fetal surveillance antepartum


Sebelum melaksanakan program fetal surveilllance yang intensif perlu
diperhatikan bahwa janin tidak dalam keadaan cacat kongenital misalnya
trisomi yang sering bersama dengan hambatan pertumbuhan intaruterin
simetris yang berat. Jika diduga ada keadaan yang demikian lebih dahulu
perlu dilakukan pemeriksaan kariotip janin untuk konfirmasi. Cairan ketuban
(diperoleh melalui amniosintesis) atau darah tali pusat (diperoleh melalui
kordosintesis) dapat dipakai untuk pemeriksaan kariotip janin. Program
surveillance antepartum sudah boleh dimulai pada usia kehamilan 24 minggu
bila diagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin telah ditegakkan. Beberapa
uji penilaian yang perlu dikerjakan sampai kehamilan diterminasi adalah uji
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

1
8

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction
tanpa beban untuk memonitor reaktivitas jantung janin (2x seminggu),
pengurangan volume cairan ketuban dan hambatan pertumbuhan kepala
dengan memantau pertumbuhan DBF dengan ultrasonografi setiap minggu.
Disamping itu bila perlu dilakukan penilaian kesehatan janin melalui
pemeriksaan-pemeriksaan profil biofisik, Doppler velocymetri aliran darah
arteri umbilikalis, dan pemeriksaan gas darah janin.1
5. Uji tanpa beban
Telah disepakati bahwa hasil uji tanpa beban yang menghasilkan akselerasi 15
beat per menit atau lebih yang berlangsung paling tidak selama 15 detik
sebanyak 2 kali atau lebih dalam tempo 20 menit pengamatan dianggap
normal atau disebut rekaman yang reaktif. Jika pada uji tanpa beban yang
dilakukan setiap minggu tidak terdapat rekaman yang reaktif, maka langkah
berikut adalah melakukan uji beban kontraksi. 1
6. Uji beban kontraksi
Uji beban kontraksi dibuat untuk mendeteksi kekurangan suplai oksigen
uteroplasenta yang sampai ke fetus selama uterus berkontraksi. Menurut
Poseiro dkk bila kontraksi uterus menyebabkan kenaikan tekanan intrauterin
melebihi 30 mmHg, tekanan di dalam miometrium akan melebihi tekanan
di

dalam

arteri

dan

darah

yang mengandung oksigen tidak lagi bisa

masuk ke dalam ruang intervillus. Untuk menimbulkan kontraksi uterus yang


cukup kuat sehingga terjadi efek tersebut diatas dan memenuhi syarat untuk
uji beban kontraksi (Contraction Stress Test atau CST) dapat diperoleh dengan
beberapa cara seperti :
a. Merangsang puting susu ibu (disebut Nipple Stimulation Test atau NST)
b. Memberi infus larutan encer oksitosin (disebut Oxytocin Challenge
Test atau OCT)
c. Dalam masa partus dimana telah ada his spontan. Pada OCT pasien diberi
infus larutan encer oksitosin (10 unit oksitosin dalam 1000 ml cairan
penghantar seperti larutan Ringer Laktat).
Dengan demikian setiap 2 tetes larutan mengandung 1 ml oksitosin.
Dimulai dengan kecepatan 1 sampai 2 mU (2 sampai 4 tetes) per menit
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 1
Intra Uterine Growth Restriction 9
yang secara bertahap tiap 15 menit dinaikkan sampai terdapat tiga his
dalam 10 menit. Bila pada rekaman terdapat
deselerasi lambat yang persisten berarti janin dalam keadaan hipoksia
akibat dari insufisiensi fungsi plasenta. Uji beban kontraksi memakan
waktu yang lama dan mempunyai pengaruh yang memberatkan hipoksia
pada janin. Kedua hal ini tidak terdapat pada uji tanpa beban.

7. Terminasi kehamilan lebih awal


Bila semua hasil pemeriksaan fetal surveillance normal terminasi
kehamilan yang optimal dilakukan pada usia kehamilan 38 minggu. Jika
serviks matang dilakukan induksi partus. Sebaliknya bila hasil fetal
surveillance menjadi abnormal dalam masa pemantauan sebelum
mencapai usia kehamilan 38 minggu, kematangan paru janin perlu
dipastikan dengan pemeriksaan rasio lesitin/sfingomielin air ketuban. Bila
ternyata paru-paru janin telah matang (rasio L/S= 2 atau lebih) terminasi
kehamilan dilakukan bila terdapat:

a. Uji beban kontraksi positif


b. Oligohidramion
c. BPD tidak bertambah lagi yang berarti otak janin berisiko tinggi
mengalami disfungsi.
8. Monitoring Antepartum
Setelah

ditetapkan

tidak

ada

kelainan

janin,

perlu

dipertimbangkan bila janin akan dilahirkan. Bagi situasi di Indonesia, saat


yang tepat ialah bergantung pada arus darah arteri umbilical dan usia
gestasi. Arteri umbilikalis dan usia gestasi. Arteri umbilikalis yang tidak
memiliki arus diastolic (absent diastolic flow) bahkan adanya arus terbalik
(reverse flow) akan mempunyai prognosis buruk berupa kematian janin
dalam < 1 minggu. Usia optimal untuk melahirkan bayi ialah 33-34
minggu dengan pertimbangan sudah dilakukan pematangan paru.
Pemeriksaan kardiotokograi akan membantu diagnosis adanya hipoksia
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

2
0

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction
janin lanjut berupa deselerasi lambat denyut jantung. Skor fungsi dinamik
janin plasenta yaitu upaya mengukur peran PJT pada profil biofasik akan
membantu menentukan saatnya terminasi kehamilan. 2,6
Penggunaan stimulasi akustik penting untuk meningkatkan
sensitivitas, mengingat terdapat positif palsu pada janin yang tidur.
Dengan stimulasi, janin terpaksa dibangunkan sehingga terhindar dari
gambaran non reaktif. Skor maksimum ialah 10 dimana dianggap janin
masih baik. Dengan demikian, bila hasil penilaian ditemukan < 6, maka
dapat dicurigai adanya asidosis (sensitivitas 80%, spesifisitas 89%),
sehingga sebaiknya dipilih melahirkan dengan seksio sesarea. Sebaliknya
bila ditemukan nilai yang 6 maka perlu dipertimbangkan melahirkan
bayi dengan induksi. Akibat oligohidramnion, mungkin terjadi kompresi
tali pusat atau sudah terjadi insufisiensi plasenta (deselerasi lambat)
sehingga dapat membahayakan janin mengalami asidosis. Dalam hal itu
sebaiknya dipertimbangkan seksio sesarea. Pemeriksaan gas darah tali
pusat sangat dianjurkan untuk membantu manajemen pascakelahiran. 2,6
Pengobatan dengan kalsium bloker, betamimetik, dan hormone
ternyata tidak mempunyai dasar dan bukti yang bermakna. 2,6
Jika pertumbuhan janin menjadi datar (plateau) dan ICA
menurun, atau tonus bayi atau gerakan janin menghilang, maka lakukan
surveilans lebih intensif 2-3 kali per minggu, atau rawat inap dan buat
rencana persalinan. Pemeriksaan Doppler abnormal (ED flow absent atau
reserved) merupakan tanda untuk melakukan intervensi segera, mungkin
terminasi kehamilan.3
Jika kehamilan <34 minggu, berikan kortikosteroid untuk ibu.
Jika kehamilan cukup ( >37 minggu ), monitor ketat ibu dan janin, dan
diskusikan untuk di terminasi kehamilan. Tempat persalinan pada kasus
IUGR harus mempunyai fasilitas yang memadai, termasuk Sp.OG, Sp.A
dan perinatologis, Sp.An, dan akses untuk melakukan SC. 3,5
Di daerah terpencil, petugas kesehatan harus menentukan apakah
pasien harus dilakukan terminasi kehamilan atau dirujuk. 3
Aspirin dosis rendah direkomendasikan pada wanita dengan
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 2
Intra Uterine Growth Restriction 1
insufisiensi plasenta sebelumnya, termasuk IUGR dan preeklamsi. Harus
dimulai saat usia kehamilan 12-16 minggu, dilanjutkan sampai 36
minggu.3,5
Aspirin dosis rendah direkomendasikan pada wanita dengan 2
atau lebih factor risiko termasuk hipertensi gestasional, obesitas, usia > 40
tahun, riwayat ART (assisted repro tech), pregestasional DM, kehamilan
multiple, riwayat solusio plasenta, riwayat infark plasenta. Dimulai antara
usia 12-16 minggu, dilanjutkan sampai 36 minggu. 3,5
Pemeriksaan tambahan
Pasien dengan IUGR, skrining maternal untuk mencari etiologic
infeksi dapat dipertimbangkan. Saat ditegakkan diagnosis IUGR lakukan
surveilans. Lakukan USG serial setiap 2 minggu dan lakukan doppler a.
umbilikalis. Bias lakukan juga pemeriksaan doppler MCA ( middle
cerebral artery ), v. umbilikalis.
9. Monitoring intrapartum
Dalam persalinan perlu dilakukan pemantauan terus menerus sebab fetus
dengan hambatan pertumbuhan intrauterin mudah menjadi hipoksia dalam
masa ini. Oligohidramnion bisa menyebabkan tali pusat terjepit sehingga
rekaman jantung janin menunjukkan deselerasi variabel. Keadaan ini
diatasi dengan memberi infus kedalam rongga amnion (amnioinfusion).
Pemantauan dilakukan dengan kardiotokografi kalau bisa dengan rekaman
internal pada mana elektroda dipasang pada kulit kepala janin setelah
ketuban pecah/dipecahkan dan kalau perlu diperiksa pH janin dengan
pengambilan sampel darah pada kulit kepala. Bila pH darah janin <
7,2

segera lakukan resusitasi intrauterin kemudian disusul terminasi

kehamilan dengan bedah. Resusitasi intrauterin dilakukan dengan cara ibu


diberi infus (hidrasi maternal) merebahkan dirinya kesamping kiri, bokong
ditinggikan sehingga bagian terdepan lebih

tinggi,

berikan

oksigen

kecepatan 6 I/menit, dan his dihilangkan dengan memberi tokolitik


1

misalnya terbutalin 0,25 mg subkutan.

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

2
2

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction
Tatalaksana hipoglikemia ibu
Menurut PERKENI (2006) pedoman tatalaksana hipoglikemi
-

Target gula darah puasa yaitu 120 mg/dl


Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) 1 flash (25 cc) dex

40% (10gr Dex) dapat meningkatkan kadar glukosa 25-30 mg/dl


Hipoglikemia ringan :
1. Berikan 150-200 ml the manis / jus buah atau 6-10 butir
permen / 2-3 sendok the sirup atau madu
2. Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menit ulangi
pemberiannya (tak dianjurkan pemberian makanan

tinggi kalori coklat, kue, donat, ice cream, cake)


Hipoglikemia berat :
1. Tergantung tingkat kesadaran Pasien
2. Bila Pasien tak sadar jangan berikan makanan atau
minuman aspirasi
Pilihan terapi hipoglikemi

Glukosa oral
Glukosa intravena
Glucagon 1 mg (SC/IM)
Thiamine 100 mg (IV/IM) pada Pasien alcoholic (Wernicke

encephalopathy)
Monitoring

Penatalaksanaan pada Neonatus


Penanganan bayi harus dilakukan seoptimal mungkin, harus dikelola
sejak dilahirkan. Persiapan resusitasi neonatus harus dilakukan dengan
baik. Evaluasi segera setelah lahir, meliputi: penghitungan nilai APGAR,
pemeriksaan keadaan umum bayi, pemeriksaan fisik untuk melihat adanya
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 2
Intra Uterine Growth Restriction 3
cacat bawaan, pemeriksaan plasenta, pemeriksaan kadar glukosa,
pemeriksaan hematokrit tali pusat, pengawasan lanjut.9,10
Masalah

yang

mungkin

timbul

pada

bayi

adalah

perubahan

morfologi/fisiologi akibat gangguan pertumbuhan intrauterin, makrosomia,


cacat bawaan; gangguan metabolik seperti hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomagnesemia,

hiperbilirubinemia;

gangguan

hematologik

seperti

polisitemia atau hiperviskositas darah; serta gangguan pernafasan dan


kelainan jantung bawaan. 9,10
1. Hipoglikemia
Dikatakan hipoglikemia bila kadar gula darah <40 mg/dl (<2,6 mmol/L)
baik pada bayi aterm atau preterm.9
Bila hipoglikemia asimptomatik, pemberian makanan sedini mungkin,
bila dua kali pemberian makan dini ( interval 2 jam) tidak berhasil maka
diberikan IVFD dekstrose 10%.10
Bila hipoglikemia simptomatik, berikan dekstrose 10% dengan dosis
inisial 2 cc/kgBB diboluskan selama 5 menit (8-10 mg/kgBB/menit)
dilanjutkan IVFD dekstrose 10% (jumlah cairan sesuai umur dan berat
badan). Monitor kadar gula darah setiap 2 jam dalam 6 jam pertama,
selanjutnya setiap 4 jam. Bila 2 kali pemeriksaan kadar gula darah stabil
tidak perlu dimonitor lagi. Bila kadar gula darah normal tidak tercapai
dalam 4 jam (masih <40 mg/dl), maka diberi dekstrose 12,5% melalui
jalur intravena perifer, bahkan bisa ditingkatkan untuk pemberian
dekstrose 15% melalui jalur intravena sentral. Bila dalam 4 jam belum
tercapai kadar gula darah normal, maka ditambahkan hidrokortison 5
mg/kgBB dalam cairan infus setiap 12 jam atau prednison 2 mg/kgBB
dibagi 3 dosis9,10
2. Hipokalsemia
Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan kalsium
glukonat 10% sebanyak 1 ml/kgBB intravena, kadar kalsium dipantau
setiap 12 jam dan selama pemantauan diperhatikan adanya bradikardia,
aritmia jantung dan ekstravasasi cairan dari alat infus karena dapat
menyebabkan nekrosis kulit. 9,10
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

2
4

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction
3. Hipomagnesemia
Dapat dikoreksi dengan larutan magnesium sulfat 50% sebanyak 1,2
ml/kgBB/hari intramuskuler dalam dibagi dalam 2-3 dosis. 9
4. Pengobatan terhadap Kelainan Hematologis
Pada keadaan hiperbilirubinemia, dilakukan pemantauan terhadap kadar
bilirubun serum dengan seksama sejak bayi mulai kuning, bila perlu
diberikan terapi sinar atau transfusi tukar. Pada polisitemia, apabila kadar
hematokrit darah vena 60-70% tanpa gejala, diberikan tambahan minum
sebanyak 20-40 ml/kgBB/hari. Kadar hematokrit diperiksa setiap 6-12
jam, sampai nilainya dibawah 65%. Bila kadar Hematokrit >70% dan
timbul gejala, harus dilakukan transfusi tukar parsial dengan plasma beku
segar. 9,10

2.9. KOMPLIKASI
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan
bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini disebabkan karena
terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika
ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan
pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan
mengambil tindakan dengan memaksa bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski
belum pada waktunya.
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:

Asfiksia

Hipoglikemi

Aspirasi mekonium

DIC

Hipotermi

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 2
Intra Uterine Growth Restriction 5

Perdarahan pada paru

Polisitemia

Hiperviskositas sindrom

Gangguan gastrointestinal

b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat
dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir
di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi
prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital
dan kelainan kromosom.
2. Ibu

Preeklampsi

Penyakit jantung

Malnutrisi

2.10. DIAGNOSIS BANDING

Janin kecil pada ibu yang ukuran tubuhnya kecil pula. Wanita yang
tubuhnya kecil secara khas akan memiliki bayi yang berukuran kecil pula.
Jika wanita itu memulai kehamilannya dengan berat badan kurang dari 100
pound (<50 kg). Resiko melahirkan bayi yang kecil menurut usia
gestasionalnya akan meningkat paling tidak dengan sebanyak dua kali lipat
(Eastman dan Jackson,1986; Simpson dkk.,1975). Pada wanita yang kecil
dengan ukuran panggul yang kecil, kelahiran bayi yang kecil dengan berat
lahir yang secara genetik dibawah berat lahir rata-rata untuk masyarakat
umum, tidak selalu merupakan kejadian yang tidak dikehendaki.

2.12. MORBIDITAS DAN MORTALITAS

Pada kasus PJT bayi lahir dengan asphyxia, meconium aspiration,


hipoglikemi, hipotermi, polisitemi yang semua hal ini menyebabkan
kelainan neurologi baik pada bayi cukup bulan atau kurang bulan.

Resiko kematian pada kehamilan kurang bulan akibat PJT lebih tinggi
daripada kehamilan cukup bulan. Kematian terutama diakibatkan oleh

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

2
6

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction
infeksi virus, kelainan kromosom, penyakit ibu, insufisiensi plasenta, atau
akibat faktor lingkungan dan sosial ekonomi.

2.13. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor
seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi
yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari
dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan
menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan
tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga
baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana
dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap
ibu hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah
seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan Setiap
akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter kandungan.
4. Olah raga teratur
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi
keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba
6. Periksakan kehamilan secara rutin
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi
ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui
sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu
sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36,
pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan
pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin
besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi,
Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 2
Intra Uterine Growth Restriction 7
pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan.
2.14. PROGNOSIS
Kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau
jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanakkanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi
sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling
sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan
kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT.

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

2
8

Meida Astriani
Intra Uterine Growth Restriction

BAB III
KESIMPULAN
PJT

adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir yang

meliputi semua parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang badan), yang beratnya
dibawah 10 persentil untuk usia gestasinya. Banyak istilah yang dipergunakan untuk
menunjukkan pertumbuhan janin terhambat (PJT) seperti pseudomature, small for
date, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronic fetal distress, IUGR dan small
for gestational age (SGA).
PJT diklasifikasikan menjadi PJT simetris, asimetris, dan kombinasi keduanya.
Etiologinya dapat berasal dari ibu, uteroplasenta, maupun dari janin itu sendiri. Bayibayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit keriput.
Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi normal yang
tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan
jaringan atau sel.
Diagnosis PJT dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, riwayat penyakit ibu
(factor resiko), pemeriksaan fisik (TFU yang tidak sesuai dengan usia kehamilan), dan
pemeriksaan penunjang (Dopler, NST, USG).
PJT dapat menyebabkan komplikasi baik pada janin maupun pada ibu, mulai
dari yang ringan hingga yang paling berat, nahkan dapat menyebabkan kematian
janin.
Dengan penatalaksanaan yang baik, mulai dari pemeriksaan antenatal sampai
setelah bayi dilahirkan, dapat mengurangi resiko kematian ibu dan janin. Beberapa
penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga
rutin dapat dikontrol. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan
bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan
risiko munculnya PJT.

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Meida Astriani 2
Intra Uterine Growth Restriction 9
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunninghan FG, Gant NF, Leveno KJ, et al, Obstetri Williams Vol 1/Edisi 21.
EGC. Jakarta. 2005.
2. Chatelain F, 2010. Children Born With IUGR. Diunduh tanggal 27 Juli 2015 dari
situs www.sav.sk/journals/endo/full/er0100f.pdf.
3. Wikjosastro H, Ilmu Kandungan Edisi ke 2 Cetakan ke 4. YBB-SP. Jakarta. 2005.
4. JamesWD, 2009. IUGR.diakses tanggal 27 juli 2015 dari situs
www.freedownloadbooks.net/-IUGR-pdf.
5. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008 : 696 701.

Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak RS. Sentra Medika Cisalak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juni 29
Agustus

Anda mungkin juga menyukai