Anda di halaman 1dari 12

OSTEOMIELITIS

Definisi
Osteomielitis adalah suatu proses infeksi dan inflamasi pada tulang baik karena
infeksi piogenik atau non-piogenik misalnya mikobakterium yang akan menyebabkan
destruksi tulang.
Epidemiologi
Osteomielitis sering ditemukan pada usia decade I-II, tetapi dapat pula ditemukan
pada anak-anak. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang
tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, fibula radius, humerus dan ulna.
Penyebab osteomyelitis pada anak-anak adalah kuman Staphylococcus aures (8990%), Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii dan E.coli (12%).
Etiologi dan prevalensi
Infeksi dalam system musculoskeletal dapat berkembang melalui beberapa cara.
Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi langsung, melalui penyebaran
hematogen dari situs infeksi didekatnya ataupun dari struktur lain yang jauh atau selama
pembedahan di mana jaringan tubuh terpapar dengan lingkungan sekitarnya.
Osteomielitis hematogen adalah penyakit masa anak-anak yang biasanya timbul
antara usia 5 dan 15 tahun. Ujung metafisis tulang panjang merupakan tempat predileksi
untuk osteomyelitis hematogen. Diperkirakan bahwa end-artery dari pembuluh darah yang
menutrisinya bermuara pada vena-vena sinusoidal yang berukuran jauh lebih besar
sehingga menyebabkan terjadinya aliran darah yang lambat dan bertubulensi pada tempat
ini. Kondisi ini mempredisposisikan bakteri untuk bermigrasi melalui celah pada endotel dan
melekat pada matriks tulang. Selain itu rendahnya tekanan oksigen pada daerah ini juga
akan menurunkan aktivitas fagositik dari sel darah putih. Dengan maturasi, ada osifikasi
total lempeng fiseal dan ciri aliran darah yang lambat tidak ada lagi sehingga osteomyelitis
hematogen pada orang dewasa merupakan suatu kejadian yang jarang terjadi.
Infeksi hematogen ini akan menyebabkan terjadinya thrombosis pembuluh darah
lokal yang pada akhirnya menciptakan suatu area nekrosis avascular yang kemudian
berkembang menjadi abses. Akumulasi pus dan peningkatan tekanan lokal akan
menyebarkan pus hingga ke korteks melalui system Havers dank anal Volkmann hingga
terkumpul di bawah periosteum dan menimbulkan rasa nyeri lokalisata di atas daerah
infeksi. Abses subperiosteal kemudian akan menstimulasi pembentukan involukrum
periosteal (fasa kronis). Apabila pus keluar dari korteks pus tersebut akan dapat menembus
soft tissue disekitarnya hingga ke permukaan kulit, membentuk suatu sinus drainase.
Faktor-faktor sistemik yang dapat mempengaruhi perjalanan klinis osteomyelitis
termasuk diabetes mellitus, immunosuppresan, penyakit imunodefisiensi, malnutrisi,
gangguan fungsi hati dan ginjal, hipoksia kronik dan usia tua. Sedangkan factor lokal adalah
penyakit vaskular perifer, penyakit stasis vena,limfedenoma kronik, artritis dan penggunaan
rokok.

Prosthetic-joint
infection:
coagulasenegative,
staphylococci,
S.aureus,
streptococcus,
gram-negative

Post-traumatic
infection: S.aureus,
gram-negative
aerobic bacilli,

Vertebral
osteomyelitis:
S.aureus, , gramnegative aerobic
bacilli,
streptococcus,
Mycobacterium
tuberculosis

Diabetic foot
infection:
S.aureus,
streptococcus,
Enterococcus spp,
coagulasenegative,
staphylococci, ,
gram-negative
aerobic bacilli,

Gambar 1 : Mikroorganisma penyebab osteomielitis


Klasifikasi osteomyelitis
Beberapa system klasifikasi telah digunakan untuk mendeskripsikan osteomyelitis
seperti mengklasifikasikan berdasarkan durasi dari timbulnya gejala (akut, subakut dan
kronik) dan pathogenesis (trauma, hematogenous, focus infeksi, pasca-operasi).
Osteomielitis akut didefinisikan dengan adanya onset penyakit dalam 7-14 hari.
Infeksi akut umumnya berhubungan dengan proses hematogen pada anak. Namun pada
dewasa juga dapat berkembang infeksi hematogen akut khususnya setelah pemasangan
prothesa dan sebagainya.
Durasi dari osteomyelitis subakut adalah antara 14 hari sampai 3 bulan. Sedangkan
osteomyelitis kronik merupakan infeksi tulang yang perjalanan klinisnya terjadi lebih dari 3
bulan. Kondisi ini berhubungan dengan adanya nekrosis tulang pada episentral yang
disebut sekuester yang dibungkus involukrum.
Sistem klasifikasi lainnya dikembangkan oleh Waldvogel yang mengkategorisasikan
infeksi musculoskeletal berdasarkan durasi (akut atau kronik), sumber infeksi (hematogen
seperti bacteremia) dan ada tidaknya penyakit vascular. Penyebaran infeksi hematogen dan
kontinyu dapat bersifat akut meskipun penyebaran kontinyu berhubungan dengan adanya
trauma atau infeksi local jaringan lunak yang sudah ada sebelumnya.
Cierny-Mader mengembangkan suatu system staging untuk osteomyelitis yang
diklasifikasikan berdasarkan penyebaran anatomis dari infeksi dan status fisiologis dari

penderitanya. Stadium 1 medullar, stadium 2 korteks superfisial, stadium 3 medullar


dan kortikal yang terlokalisasi dan stadium 4 - medullar dan kortikal difus.

1) Hematogenous osteomyelitis
Merupakan infeksi disebabkan bakteri yang beredar melalui darah. Osteomielitis hematogen
ini dibagi lagi berdasarkan durasi perjalanan penyakit kepada akut, subakut dan kronik.

a) Osteomyelitis hematogen akut


Definisi
Merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang disebabkan oleh
bakteri piogen dimana mikroorganisma berasal dari focus ditempat lain dan beredar
melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak-anak dan sangat
jarang pada orang dewasa. Diagnosis yang dini sangat penting oleh karena prognosis
tergantung dri pengobatan yang tepat dan segera.

Gambar 2 : Epiphyseal and


metaphyseal blood supply
(a) in new born infants, some metaphyseal
arteriols from the nutrient artery penetrate
the physis and may carry infection directly
from metaphysis to epiphysis
(b) in older children the physis act as barrier
and the developing epiphysis receives a
(a)

(b)

Etiologi
Faktor predisposisi osteomyelitis akut adalah:

Umur; terutama mengenai bayi dan anak-anak


Jenis kelamin; lebih sering pada laki-laki daripada wanita dengan
perbandingan 4:1
Trauma; hematoma akibat trauma pada daerah metafisis merupakan salah
satu factor predisposisi
Lokasi; sering terjadi pada daerah metafisis karena daerah ini merupakan
daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang
Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya focus infeksi
sebelumya (seperti bisul)
S.aureus sebanyak (90%) dan jarang oleh S.hemoliticus

H.influenza (5%) pada anak umur di bawah 4 tahun

Patologi dan pathogenesis


Penyebaran osteomyelitis dapat terjadi melalui 2 cara:
1) Penyebaran umum
-melalui sirkulasi darah berupa bacteremia dan septicemia
- melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifocal pada daerahdaerah lain
2) Penyebaran lokal
- subperiosteal abscess akibat penerobosan abscess melalui periost
- selulitis akibat subperiosteal abscess menembus sampai di bawah kulit
- penyebaran ke dalam sendi hingga terjadi artritis septik
- penyebaran ke medulla tulang sekitarnya sehingga system sirkulasi dalam
tulang terganggu.
Hal ini menyebabkan kematian tulang local dengan terbentuknya tulang
mati yang disebut
sekuestrum.
Teori terjadinya infeksi pada daerah metafisis yaitu:
-Teori vaskuler : pembuluh darah pada daerah metafisis berkelok-kelok dan
membentuk sinus sehingga menyebabkan aliran darah menjadi lebih lambat
dan ini memudahkan bakteri berkembang biak.

Gambar 3 : Anatomi dan vaskularisasi

-Teori fagositosis : daerah metafisis merupakan daerah pembentukan system


retikuloendotelial.
Bila terjadi infeksi , bakteri akan difagosit oleh sel-sel
fagosit matur di tempat ini. Meskipun demikian di daerah ini terdapat juga selsel fagosit imatur yang tidak dapat memfagosit bakteri sehingga beberapa
bakteri tidak difagosit dan berkembang biak di daerah ini.
-Teori trauma : bila trauma artifisial terjadi, maka akan terjadi hematoma
pada daerah lempeng epifisis. Apabila ada bakteri maka akan terjadi infeksi di
daerah hematoma tersebut.
Patologi terjadinya osteomyelitis hematogen akut tergantung pada umur,
daya tahan penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui
aliran darah dari fokus tempat lain dalam tubuh pada fase bacteremia dapat
menimbulkan septicemia. Embolus infeksi kemudian masuk ke dalam juksta epifisis
pada daerah metafisis tulang panjang. Proses selanjutnya terjadi hiperemi dan
edema di daerah metafisis disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus
menyebabkan jaringan tulang tidak dapat berekspansi akan menyebabkan tekanan
dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan tulang akan menyebabkan
terganggunya sirkulasi dan timbul thrombosis pada pembuluh darah tulang yang
akhirnya menyebabkan nekrosis tulang.
Gambaran klinis
Gambaran klinisnya tergantung dari stadium pathogenesis dari penyakit.
Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat. Pada
keadaan ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bacterial pada kulit dan saluran
nafas bagian atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang constant pada tempat infeksi ,
nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan. Gejala
umum timbul akibat bacteremia dan septicemia berupa panas tinggi , malaise serta
nafsu makan yang berkurang.

Pada pemeriksaan fisis ditemukan adanya nyeri tekan dan gangguan


pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi.
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologis yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak.
Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah 10 hari (2 minggu) berupa refraksi
tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang baru di
bawah periosteum yang terangkat.
Komplikasi

Septicemia : Akibat daripada bacteremia


Infeksi yang bersifat metastatic : Ini karena infeksi dapat bermanifestasi ke
tulang/sendi lainnya, otak dan paru-paru, dapat bersifat multifocal dan biasa terjadi
pada penderita dengan gizi jelek.
Artritis supuratif : Dapat terjadi pada bayi karena lempeng epifisis bayi yang
harusnya bertindak sebagai barrier belum berfungsi dengan baik. Komplikasi
terutama terjadi di daerah metafisis yang bersifat intra-kapsular.
Gangguan pertumbuhan : Dapat menyebabkan kerusakan lempeng epifisis yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan sehingga tulang yang terkena akan menjadi
lebih pendek.
Osteomyelitis kronik : Terjadi apabila diagnosis dan terapi tepat tidak dilakukan.
Pengobatan

Istirehat dan pemberian analgesic untuk menghilangkan nyeri


Istirahat lokal dengan bidai atau traksi
Pemberian antibiotic secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu Stafilokokus
aureus sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotic diberikan selama 3-6 minggu
dengan melihat keadaan umum dan laju endap darah penderita. Antibiotic tetap
diberikan hingga 2 minggu setelah laju endap darah normal.

b) Osteomielitis hematogen subakut


Definisi
Gejala osteomyelitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena organisma
penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten. Penyakit ini biasa
disebabkan oleh Stafilokokus aureus dan umunya berlokasi di bagian distal femur dan
proksimal tibia.
Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan
mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi yang
terdiri atas sel-sel inflamasi akut dan kronik dan biasanya terdapat penebalan
trabekula.
Gambaran klinis
Biasanya ditemukan pada anak-anak dan remaja. Gambaran klinis yang dapat
ditemukan adalah atrofi otot, nyeri local, sedikit pembengkakan dan dapat pula

penderita menjadi pincang. Terdapat nyeri pada daerah sekitar sendi selama
beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan. Suhu tubuh biasanya normal.
Pemeriksaan radiologi
Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter1-2cm terutama
pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang-kadang pada daerah diafisis
tulang panjang.
c) Osteomielitis kronis
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomyelitis akut
yang tidak terdiagnosis atau diobati dengan baik. Dapat juga terjadi setelah fraktur
terbuka atau pasca operasi pada tulang. Bakteri penyebab osteomielitis kronis
terutama oleh Stafilokokus aureus (75%) atau E.coli, Proteus atau Pseudomonas.
Pada osteomyelitis kronik , infeksi sekunder sering terjadi dan kultur sinus biasanya
tidak berkorelasi secara langsung dengan biopsy tulang. Beragam jenis bakteri dapat
tumbuh dari kultur yang diambil dari sinus-sinus dan dari biopsy terbuka pada
jaringan lunak sekitar dan tulang.
Gambaran klinis
Penderita sering mengeluh ada cairan keluar dari luka/sinus setelah operasi
yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai demam dan nyeri local
yang hilang timbul di daerah anggota gerak tertentu. Pada pemeriksaan fisis
ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriksbekas operasi dengan nyeri tekan.
Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit.
Patologi dan pathogenesis
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat
terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang. Sekuestrum
ini merupakan benda asing bagi tulang dan bersifat mencegah terjadinya penutupan
kloaka (pada tulang) dan sinus (pada kulit). Sekuestrum diselimuti oleh involucrum
yang tidak dapat keluar/dibersihkan dari medulla tulang kecuali dengan tindakan
operasi. Proses selanjutnya terjadi destruksi dan sclerosis tulang yang terlihat pada
foto rontgen.
Klasifikasi
Cierny-Mader mengembangkan system klasifikasi untuk osteomyelitis kronik
berdasar dari kriteria anatomis dan fisiologis untuk menentukan derajat infeksi.
Kriteria fisiologis dibagi menjadi 3 kelas berdasar 3 tipe host. Host kelas A memiliki
respon pada infeksi dan operasi. Host kelas B memiliki kemampuan imunitas yang
terbatas dan penyembuhan luka yang kurang baik. Ketika hasil penatalaksanaan
berpotensi lebih buruk dibandingkan keadaan sebelum penanganan, maka pasien
digolongkan menjadi kelas C.
Kriteria anatomis mencakup 4 tipe. Tipe I, lesi meduler dengan ciri gangguan
pada endosteal. Pada tipe II, osteomyelitis superfisial terbatas pada permukaan luar
dari tulang dan infeksi terjadi akibat defek pembungkus tulang. Tipe III merupakan
suatu infeksi terlokalisir dengan lesi stabil, berbatas tegas dengan sekuestrasi
kortikal tebal dan kavitasi. Tipe IV merupakan lesi osteomielitik difus yang
menyebabkan instabilitas mekanik.
Tabel 1 : Cierny-Mader Osteomielitis Staging System

Classifica
tion
1
2
3
4
A
B

Description
Anatomical Stage
Medullary osteomyelitis
Superficial osteomyelitis
Localized osteomyelitis
Diffuse osteomyelitis
Physiological Host Status
Normal host
Systemic compromise
Local compromise
Systemic and compromise
Treatment
worse
than
disease

the

Gambar 4 : Klasifikasi Cierny-Mader untuk kronik

Diagnosis
Diagnosis osteomyelitis dibuat berdasarkan pada penemuan klinis,
laboratorium dan radiologi. Gold standar adalah dengan melakukan biopsy pada
tulang yang terinfeksi untuk analisa histologis dan mikrobakteriologis.
Pemeriksaan fisik sebaiknya berfokus pada integritas dari kulit dan jaringan
lunak, menentukan daerah yang mengalami nyeri, stabilitas abses tulang, dan
evaluasi status neurovaskuler tungkai.
Pemeriksaan laboratorium biasanya kurang spesifik dan tidak memberi
petunjuk mengenai derajat infeksi. Kebanyakannya didapatkan peningkatan laju
endap darah (LED), leukositosis serta peningkatan titer antibody anti-stafilokokus,

manakala WBC hanya meningkat pada 35% pasien. Pemeriksaan kultur dan uji
sensitivitas diperlukan untuk menentukan organisma penyebabnya.
Pada pemeriksaan radiologi polos, dapat ditemukan adanya tanda-tanda
porosis dan sclerosis tulang,penebalan periosteum dan mungkin adanya sekuestrum.
CT scan memberikan gabaran yang sempurna dari tulang kortikal dan penilaian yang
cukup baik untuk menilai jaringan lunak dan terutama berguna dalam
mengidentifikasi sekuestra. Akan tetapi, MRI lebih berguna berbanding CT scan
dalam hal penilaian jaringan lunak. Ini karena, MRI memperlihatkan daerah edema
tulang dengan baik.
Pengobatan
Osteomielityis kronik pada umumnya tidak dapat dieradikasi tanpa operasi.
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda dengan pemberian
antibiotic yang adekuat. Operasi pada osteomyelitis kronik termasuk sekuestrektomi
dan reseksi tulang dan jaringan lunak yang terinfeksi. Tujuan dari operasi adalah
menyingkirkan infeksi dengan membentuk lingkungan tulang yang viable dan
bervaskuler.Debridement radikal dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini.
Debridement yang kurang adekuat dapat menjadi alasan tingginya angka rekurensi
pada osteomyelitis kronik. Tujuan operasi antara lain bertindak sebagai dekompresi
pada tulang dan memudahkan antibiotic mencapai sasaran dan mencegah
penyebaran osteomyelitis yang lebih lanjut.
Debridement adekuat seringkali meninggalkan ruang kosong besar yang
harus ditangani untuk mencegah rekurensi dan kerusakan tulang bermakna yang
dapat mengakibatkan instabilitas tulang. Rekonstruksi yang tepat baik untuk defek
jaringan lunak maupun tulang perlu dilakukan. Rekonstruksi sebaiknya dilakukan
setelah perencanaan yang baik dan identifikasi sekuestra dan abses intraossues
dengan radiografi polos, sinografi, CT scan dan MRI. Untuk menutup defek tulang,
terdapat 5 kelompok prosedur seperti bone grafting, antibiotic polymethylmethacrylate, sekuestrektomi dan kuretase, transfer jaringan lunak dan tehnik
Ilizarov. Prosedur-prosedur ini sebaiknya dilakukan dengan konsultasi ahli infeksi dan
untuk fase rekonstruksi, diperlukan konsultasi ahli bedah plastic mengenai skin graf,
flap muskuler dan myocutaneus.
Osteomyelitis kronik tidak dapat diobati dengan pemberian antibiotik sematamata namun sebenarnya pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya dan untuk mengontrol eksaserbasi
akut. Pada umumnya pemberian antibiotic intravena selama 6 minggu dilakukan
setelah debridement osteomyelitis kronik.
Komplikasi
- Kontraktur sendi
- Bakteremia
- Fraktur patologis
- Perubahan menjadi ganas pada jaringan epidermis
- Kerusakan epifisis sehingga terjadi gangguan pertumbuhan
- Abses tulang

Diagnosa banding
Biasanya, gambaran radiografi osteomyelitis sangat karakterisitk dan
diagnosis mudah dibuat sesuai dengan klinis, dan pemeriksaan radiologis tamnahan.
Namun demikian, osteomyelitis dapat juga meniru kondisi lainnya seperti tumor
tulang.
a) Ostersarkoma
Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan
prognosis yang buruk. Kebanyakkan penderita berumur antara 10-25 tahun.
Paling sering ditemukan sekitar lutut, yaitu lebih dari 50%. Tulang-tulang yang
sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal, humerus proksimal dan
pelvis. Pada tulang panjang, tumor biasanya mengenai bagian metafisis. Garis
epifiseal merupakan barrier dan tumor jarang menembusnya. Gambaran
radiologi tampak destruksi tulang yang berawal pada medulla dan terlihat
sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada staium
dini terlihat reaksi periosteal seperti garis-garis tegak (sun-ray appearance).
Dengan membesarnya tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan
dirusak oleh tumor yang meluas ke luar tulang berbentuk segitiga (setitiga
Codmann). Pada stadium dini, gambaran tumor ini sukar dibedakan dengan
osteomyelitis.
b) Sarkoma Ewing
Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang
kebanyakkan diafisis. Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan
tulang iga. 75% dari penderita di bawah umur 20 tahun, paling sering antara
5-15 tahun. Gambaran radiologi tampak lesi destruksi yang bersifat infliltrat,
yang berawal di medulla pada foto terlihat sebagai daerah radiolusen. Tumor
cepat merusak korteks dan tampak reaksi periosteal, sebagai garis berlapislapis menyerupai kulit bawang (onion peel appearance). Tumor membesar
dengan cepat, biasanya dalam beberapa minggu, tampak destruksi tulang
yang luas dan pembengkakan jaringan lunak yang besar karena infiltrasi
tumor ke jaringan sekitar tulang.

Mekanisme osteomielitis

Extension
into joint
cavity

Dead bone
(sequestrum)
and abscess

Sinus tract

Extension
into
subperiost

II

New
bone
formatio

II

Gambar 5: Mekanisme terjadinya kronik osteomyelitis


I : Daripada sekuestrum (avascular area), terjadi progresi infeksi dari intramedullary menuju
ke intrakapsular sehingga bisa menyebabkan septic arthritis, dan infeksi yang menuju ke
subperiosteal akan menyebabkan elevasi periosteal
II : Terjadi pembentukan tulang baru akibat dari elevasi periosteal massif
III : Terjadi ekstensi dari sekuestrum and tulang yang nekrotik menembusi tulang kortikal
yang pada akhirnya membentuk fistula menembusi kulit (sinus)
2) Direct or contiguous inoculation osteomyelitis
Disebabkan kontak langsung antara jaringan tulang dengan bakteri, biasa terjadi
karena trauma terbuka dan tindakan pembedahan. Manifestasinya terlokalisasi daripada
osteomyelitis hematogenous.
Gejala sistemik mungkin dapat meringan akan tetapi satu atau lebih focus infeksi
pada tulang memiliki material purulenta, jaringan granulasi yang telah terinfeksi atau
sekuestrum. Tanda penting adanya osteomyelitis kronik adalah adanya tulang yang mati
akibat infeksi di dalam pembungkus jaringan lunak. Fokus infeksi di dalam tulang dikelilingi
oleh tulang yang relatif avaskuler dan sklerotik yang dibungkus oleh periosteum yang
menebal. Pembungkus avaskuler jaringan parut ini dapat menyebabkan pemberian
antibiotic menjadi tidak efektif. Eksaserbasi akut intermitten dapat terjadi dalam beberapa
tahun dan seringkali membaik setelah istirahat dan pemberian antibiotic.
3) Osteomyelitis secondary to vascular insufficiency
Vaskular insufisiensi dalam hal ini merujuk kepada penyakit kaki diabetic. Seperti
yang diestimasi terdapat lebih dari 15% pasien dengan penyakit diabetes akan mengalami
masalah kaki dalam fase kehidupan mereka dan kadang membutuhkan amputasi kaki.
Pasien datang dengan penyakit diabetes mellitus dan mempunyai inflamasi jaringan lunak
atau memiliki ulkus pada kulit bagian kaki harus disuspek ke arah kronik osteomielitits.
Secara umunya, pasien tidak ada gejala seperti demam atau tanda-tanda inflamasi. Pada

pemeriksaan fisis harus dilakukan penilaian terhadap tanda-tanda neuropathy pada


ekstremitas yang terlibat.

Anda mungkin juga menyukai