Definisi
Osteomielitis adalah suatu proses infeksi dan inflamasi pada tulang baik karena
infeksi piogenik atau non-piogenik misalnya mikobakterium yang akan menyebabkan
destruksi tulang.
Epidemiologi
Osteomielitis sering ditemukan pada usia decade I-II, tetapi dapat pula ditemukan
pada anak-anak. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang
tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, fibula radius, humerus dan ulna.
Penyebab osteomyelitis pada anak-anak adalah kuman Staphylococcus aures (8990%), Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii dan E.coli (12%).
Etiologi dan prevalensi
Infeksi dalam system musculoskeletal dapat berkembang melalui beberapa cara.
Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi langsung, melalui penyebaran
hematogen dari situs infeksi didekatnya ataupun dari struktur lain yang jauh atau selama
pembedahan di mana jaringan tubuh terpapar dengan lingkungan sekitarnya.
Osteomielitis hematogen adalah penyakit masa anak-anak yang biasanya timbul
antara usia 5 dan 15 tahun. Ujung metafisis tulang panjang merupakan tempat predileksi
untuk osteomyelitis hematogen. Diperkirakan bahwa end-artery dari pembuluh darah yang
menutrisinya bermuara pada vena-vena sinusoidal yang berukuran jauh lebih besar
sehingga menyebabkan terjadinya aliran darah yang lambat dan bertubulensi pada tempat
ini. Kondisi ini mempredisposisikan bakteri untuk bermigrasi melalui celah pada endotel dan
melekat pada matriks tulang. Selain itu rendahnya tekanan oksigen pada daerah ini juga
akan menurunkan aktivitas fagositik dari sel darah putih. Dengan maturasi, ada osifikasi
total lempeng fiseal dan ciri aliran darah yang lambat tidak ada lagi sehingga osteomyelitis
hematogen pada orang dewasa merupakan suatu kejadian yang jarang terjadi.
Infeksi hematogen ini akan menyebabkan terjadinya thrombosis pembuluh darah
lokal yang pada akhirnya menciptakan suatu area nekrosis avascular yang kemudian
berkembang menjadi abses. Akumulasi pus dan peningkatan tekanan lokal akan
menyebarkan pus hingga ke korteks melalui system Havers dank anal Volkmann hingga
terkumpul di bawah periosteum dan menimbulkan rasa nyeri lokalisata di atas daerah
infeksi. Abses subperiosteal kemudian akan menstimulasi pembentukan involukrum
periosteal (fasa kronis). Apabila pus keluar dari korteks pus tersebut akan dapat menembus
soft tissue disekitarnya hingga ke permukaan kulit, membentuk suatu sinus drainase.
Faktor-faktor sistemik yang dapat mempengaruhi perjalanan klinis osteomyelitis
termasuk diabetes mellitus, immunosuppresan, penyakit imunodefisiensi, malnutrisi,
gangguan fungsi hati dan ginjal, hipoksia kronik dan usia tua. Sedangkan factor lokal adalah
penyakit vaskular perifer, penyakit stasis vena,limfedenoma kronik, artritis dan penggunaan
rokok.
Prosthetic-joint
infection:
coagulasenegative,
staphylococci,
S.aureus,
streptococcus,
gram-negative
Post-traumatic
infection: S.aureus,
gram-negative
aerobic bacilli,
Vertebral
osteomyelitis:
S.aureus, , gramnegative aerobic
bacilli,
streptococcus,
Mycobacterium
tuberculosis
Diabetic foot
infection:
S.aureus,
streptococcus,
Enterococcus spp,
coagulasenegative,
staphylococci, ,
gram-negative
aerobic bacilli,
1) Hematogenous osteomyelitis
Merupakan infeksi disebabkan bakteri yang beredar melalui darah. Osteomielitis hematogen
ini dibagi lagi berdasarkan durasi perjalanan penyakit kepada akut, subakut dan kronik.
(b)
Etiologi
Faktor predisposisi osteomyelitis akut adalah:
penderita menjadi pincang. Terdapat nyeri pada daerah sekitar sendi selama
beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan. Suhu tubuh biasanya normal.
Pemeriksaan radiologi
Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter1-2cm terutama
pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang-kadang pada daerah diafisis
tulang panjang.
c) Osteomielitis kronis
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomyelitis akut
yang tidak terdiagnosis atau diobati dengan baik. Dapat juga terjadi setelah fraktur
terbuka atau pasca operasi pada tulang. Bakteri penyebab osteomielitis kronis
terutama oleh Stafilokokus aureus (75%) atau E.coli, Proteus atau Pseudomonas.
Pada osteomyelitis kronik , infeksi sekunder sering terjadi dan kultur sinus biasanya
tidak berkorelasi secara langsung dengan biopsy tulang. Beragam jenis bakteri dapat
tumbuh dari kultur yang diambil dari sinus-sinus dan dari biopsy terbuka pada
jaringan lunak sekitar dan tulang.
Gambaran klinis
Penderita sering mengeluh ada cairan keluar dari luka/sinus setelah operasi
yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai demam dan nyeri local
yang hilang timbul di daerah anggota gerak tertentu. Pada pemeriksaan fisis
ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriksbekas operasi dengan nyeri tekan.
Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit.
Patologi dan pathogenesis
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat
terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang. Sekuestrum
ini merupakan benda asing bagi tulang dan bersifat mencegah terjadinya penutupan
kloaka (pada tulang) dan sinus (pada kulit). Sekuestrum diselimuti oleh involucrum
yang tidak dapat keluar/dibersihkan dari medulla tulang kecuali dengan tindakan
operasi. Proses selanjutnya terjadi destruksi dan sclerosis tulang yang terlihat pada
foto rontgen.
Klasifikasi
Cierny-Mader mengembangkan system klasifikasi untuk osteomyelitis kronik
berdasar dari kriteria anatomis dan fisiologis untuk menentukan derajat infeksi.
Kriteria fisiologis dibagi menjadi 3 kelas berdasar 3 tipe host. Host kelas A memiliki
respon pada infeksi dan operasi. Host kelas B memiliki kemampuan imunitas yang
terbatas dan penyembuhan luka yang kurang baik. Ketika hasil penatalaksanaan
berpotensi lebih buruk dibandingkan keadaan sebelum penanganan, maka pasien
digolongkan menjadi kelas C.
Kriteria anatomis mencakup 4 tipe. Tipe I, lesi meduler dengan ciri gangguan
pada endosteal. Pada tipe II, osteomyelitis superfisial terbatas pada permukaan luar
dari tulang dan infeksi terjadi akibat defek pembungkus tulang. Tipe III merupakan
suatu infeksi terlokalisir dengan lesi stabil, berbatas tegas dengan sekuestrasi
kortikal tebal dan kavitasi. Tipe IV merupakan lesi osteomielitik difus yang
menyebabkan instabilitas mekanik.
Tabel 1 : Cierny-Mader Osteomielitis Staging System
Classifica
tion
1
2
3
4
A
B
Description
Anatomical Stage
Medullary osteomyelitis
Superficial osteomyelitis
Localized osteomyelitis
Diffuse osteomyelitis
Physiological Host Status
Normal host
Systemic compromise
Local compromise
Systemic and compromise
Treatment
worse
than
disease
the
Diagnosis
Diagnosis osteomyelitis dibuat berdasarkan pada penemuan klinis,
laboratorium dan radiologi. Gold standar adalah dengan melakukan biopsy pada
tulang yang terinfeksi untuk analisa histologis dan mikrobakteriologis.
Pemeriksaan fisik sebaiknya berfokus pada integritas dari kulit dan jaringan
lunak, menentukan daerah yang mengalami nyeri, stabilitas abses tulang, dan
evaluasi status neurovaskuler tungkai.
Pemeriksaan laboratorium biasanya kurang spesifik dan tidak memberi
petunjuk mengenai derajat infeksi. Kebanyakannya didapatkan peningkatan laju
endap darah (LED), leukositosis serta peningkatan titer antibody anti-stafilokokus,
manakala WBC hanya meningkat pada 35% pasien. Pemeriksaan kultur dan uji
sensitivitas diperlukan untuk menentukan organisma penyebabnya.
Pada pemeriksaan radiologi polos, dapat ditemukan adanya tanda-tanda
porosis dan sclerosis tulang,penebalan periosteum dan mungkin adanya sekuestrum.
CT scan memberikan gabaran yang sempurna dari tulang kortikal dan penilaian yang
cukup baik untuk menilai jaringan lunak dan terutama berguna dalam
mengidentifikasi sekuestra. Akan tetapi, MRI lebih berguna berbanding CT scan
dalam hal penilaian jaringan lunak. Ini karena, MRI memperlihatkan daerah edema
tulang dengan baik.
Pengobatan
Osteomielityis kronik pada umumnya tidak dapat dieradikasi tanpa operasi.
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda dengan pemberian
antibiotic yang adekuat. Operasi pada osteomyelitis kronik termasuk sekuestrektomi
dan reseksi tulang dan jaringan lunak yang terinfeksi. Tujuan dari operasi adalah
menyingkirkan infeksi dengan membentuk lingkungan tulang yang viable dan
bervaskuler.Debridement radikal dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini.
Debridement yang kurang adekuat dapat menjadi alasan tingginya angka rekurensi
pada osteomyelitis kronik. Tujuan operasi antara lain bertindak sebagai dekompresi
pada tulang dan memudahkan antibiotic mencapai sasaran dan mencegah
penyebaran osteomyelitis yang lebih lanjut.
Debridement adekuat seringkali meninggalkan ruang kosong besar yang
harus ditangani untuk mencegah rekurensi dan kerusakan tulang bermakna yang
dapat mengakibatkan instabilitas tulang. Rekonstruksi yang tepat baik untuk defek
jaringan lunak maupun tulang perlu dilakukan. Rekonstruksi sebaiknya dilakukan
setelah perencanaan yang baik dan identifikasi sekuestra dan abses intraossues
dengan radiografi polos, sinografi, CT scan dan MRI. Untuk menutup defek tulang,
terdapat 5 kelompok prosedur seperti bone grafting, antibiotic polymethylmethacrylate, sekuestrektomi dan kuretase, transfer jaringan lunak dan tehnik
Ilizarov. Prosedur-prosedur ini sebaiknya dilakukan dengan konsultasi ahli infeksi dan
untuk fase rekonstruksi, diperlukan konsultasi ahli bedah plastic mengenai skin graf,
flap muskuler dan myocutaneus.
Osteomyelitis kronik tidak dapat diobati dengan pemberian antibiotik sematamata namun sebenarnya pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya dan untuk mengontrol eksaserbasi
akut. Pada umumnya pemberian antibiotic intravena selama 6 minggu dilakukan
setelah debridement osteomyelitis kronik.
Komplikasi
- Kontraktur sendi
- Bakteremia
- Fraktur patologis
- Perubahan menjadi ganas pada jaringan epidermis
- Kerusakan epifisis sehingga terjadi gangguan pertumbuhan
- Abses tulang
Diagnosa banding
Biasanya, gambaran radiografi osteomyelitis sangat karakterisitk dan
diagnosis mudah dibuat sesuai dengan klinis, dan pemeriksaan radiologis tamnahan.
Namun demikian, osteomyelitis dapat juga meniru kondisi lainnya seperti tumor
tulang.
a) Ostersarkoma
Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan
prognosis yang buruk. Kebanyakkan penderita berumur antara 10-25 tahun.
Paling sering ditemukan sekitar lutut, yaitu lebih dari 50%. Tulang-tulang yang
sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal, humerus proksimal dan
pelvis. Pada tulang panjang, tumor biasanya mengenai bagian metafisis. Garis
epifiseal merupakan barrier dan tumor jarang menembusnya. Gambaran
radiologi tampak destruksi tulang yang berawal pada medulla dan terlihat
sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada staium
dini terlihat reaksi periosteal seperti garis-garis tegak (sun-ray appearance).
Dengan membesarnya tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan
dirusak oleh tumor yang meluas ke luar tulang berbentuk segitiga (setitiga
Codmann). Pada stadium dini, gambaran tumor ini sukar dibedakan dengan
osteomyelitis.
b) Sarkoma Ewing
Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang
kebanyakkan diafisis. Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan
tulang iga. 75% dari penderita di bawah umur 20 tahun, paling sering antara
5-15 tahun. Gambaran radiologi tampak lesi destruksi yang bersifat infliltrat,
yang berawal di medulla pada foto terlihat sebagai daerah radiolusen. Tumor
cepat merusak korteks dan tampak reaksi periosteal, sebagai garis berlapislapis menyerupai kulit bawang (onion peel appearance). Tumor membesar
dengan cepat, biasanya dalam beberapa minggu, tampak destruksi tulang
yang luas dan pembengkakan jaringan lunak yang besar karena infiltrasi
tumor ke jaringan sekitar tulang.
Mekanisme osteomielitis
Extension
into joint
cavity
Dead bone
(sequestrum)
and abscess
Sinus tract
Extension
into
subperiost
II
New
bone
formatio
II