Anda di halaman 1dari 6

ASKEP TRAUMA URETRA

Pengertian
Trauma uretra adalah trauma yang terjadi sepanjang uretra dan biasanya berhubungan dengan
intervensi pembedahan.(Dr.Nursalam,M.nurs,FransiscaB.B.Spd., S.kep.Ners,2006)
straddle injur adalah trauma yang terjadi bila pasien jatuh atau terkena trauma benda keras di
daerah selangkangan(perinium).Trauma dapat mengenenai uretra pars membranasea, uretra
bulbosa, uretra pars dulum atau penis. (Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, 1982)
Etiologi
trauma uretra terjadi akibat cedera yan gberasal dari luar dan cedera iatrtogenik akibat

1.

intrumentasi pada uretra.


trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis,menyebabkan ruptur uretra pars

2.

membranasea,sedangkan trauma tumpul pada selangkangan atau straddle injury dapat


menyebabkan ruptur utetra para bulbosa.
pemasangan kateter pada uretra yan gkurang hati-hati dapat menimbulkan robekan uretra

3.

karena salah jalan (false route)


intervensi operasi trans uretra dapat menimbulkan uretra iotrogen.

4.

( Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.Ners,2006)


Patofisiologi
Trauma uretral pada pria
lokasi : penis, bulbar, membranosa

a.

b kausa dan mekanisme : ureta bulbar , kuasa


terjatuh mengangkang (missal pada stang sepeda, kecelakaan lau lintas ,penutup lubang

a.

selokan ,dsb).
Pukulan langsung ( penganiayaan sepak bola rugby)

b.

Uretra mebranosa _ posterior


Kuasa
-

kecelakaan lalu lindas

jatuh dari ketinggian

rudapaksa menggilas
mekanisme
regangan uretra akibat pergeseran posisi struktur fiksasinya ,ligamenta puboprostatik dan
perlekatan kospus karvenosum ke rami isio pubik.
Klasifikasi :
straddle injury ini sering ditemukan ; dibedakan menjadi tiga macam :

ringan (grade 1 )

sedang (grade II)

berat (gradeIII)
- ringan
a. pada tingkat ini yang rusak adalah dinding uretra
b. fasia buck masih utuh.
- sedang
Pada tingkat ini terjadi :
a.

ruptura dinding uretra

fasia buck tetap utuh

b.
- Berat

Pada tingkat ini terjadi :


a.

ruptura uretra

b.

facia buck robek.

(Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, 1982)


Tanda dan gejala :
-

ringan

gejala kliniknya adalah perdarahan per uretra yang bukan suatu hematuria tetapi darah langsung
keluar dari uretra .
-

sedang

gejala kliniknya adalah adanya hematom yang besar tapi tidak progresif karena hematom tetap
dalam bulbus karvenosus.
-

berat

gejala kliniknya darah akan mengalir keluar dan terus menjular kebawah kulit (subkutis) oleh
karena itu terbentuk hematom progresif , mula-mula didaerah perinium , terus ke skrotum ,daerah
ingunal,suprapubik sampai di penis .
bila dari anamnesis diketahui ada trauma dan pada peadaan klinik ditemukan hematom progresif
demikian ini jeals straddle injury berat tidak perlu foto rontgen lagi bila tidak segera diobati
penderita dapat meninggal akibat perdarahan atau urosepsis.
(Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, 1982)
Penatalaksanan
-

ringan
selalu konservativ ,lakukan sistostomi dan antibiotika untuk profilaksi ada bahaya striktura
dikemudian hari .

sedang
a.

bila hematom kecil dilakukan terapi konservatif, yaitu kateter dover selama 1-2 minggu dan

antibiotika untuk profilaksis


b.

bila hematom besar , dilakukan prosedur yang sama dengan yan gberat , karena kadang-

kadang dalam hematom terjadi infeksi sekunder sehingga terbentuksuatu lubang dan kateter
terlihat dari luar .sebelum terjadi kerusakan demikian lebih baik dilakukan operasi.
-

berat
dilakukan operasi peneotomi (dari kuit samapi daerah yang robek atau hematom) dan :
a.

semua bekuan darah dikeluarkan

b.

kateter dipasang di uretra ,akan tampak ujung kateter menonjol kedaerah operasi dan

kateter akan dibelokkan masuk uretra bagian proksimal .


c.

hemostatis sebaik-baiknya.

d.

Dinding uretra dijahit interrupted dengan catgut dan non traumatic neddle

e.

Tinggalkan drain di daerah operasi

Karena ada bahaya striktura dikemudian hari setiap kali denganbogule.


(Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, 1982)
Terapi dan penatalaksanaan

Kemungkin trauma uretra dapat diminimalkan dengan menggunakan kateter yang ukurannya tepat.
Kateter terlebih dahulu dilumasi secara adekuat sehingga dapat dimasukan kedalam uretra dengan
mudah dan lancar.penyisipan kateter ini dilakukan sejauh mungkin kedalam kandung kemih untuk
mencegah trauma jaringan uretra pada saat balon retensi pada kateter dikembangkan.manipulasi
kateter paling sering menjadi penyebab kerusakan mukosa kandung kemih pada pasien yang
mendapat kateterisasi.Dengan demikian infeksi akan terjadi tanpa terelakan ketika urin mengenai
mukosa yang rusak itu.Kateter harus difiksasi dengan tepat untuk mencegahgerakan kateteryang
menyebabkan regangan atau tarikan pada uretra atau yang membuat kateter terlepas tanpa
sngaha.perhatianharus diberikan untuk memastikan agar setiap pasien yang berada dalam kondisi
kebingungan tidak melepaskan kateter tanpa disadari pada saat balon retensi masih mengembang
karena kejadian ini akan menyebabkan perdarahan dan trauma yang cukup luas pada uretra.
Pada pasien laki-laki ,selang drainase (bukab kateter) diplester disebelah lateral pada pasien untuk
mencegah penekanan uretra pada sambungan penoskrotal yang akhirnya dapat menyebabkan
pembentukan fistula uretrokutaneus.
Pada pasien wanita, selang drainase yang dihubungkan dengan kateter diplester pada paha pasien
untuk mencegah tekanan dan tarikan pada kandung kemih.
(Bruner and suddarth, 2002)
Komplikasi
1. Syok, perdarahan ,dan peritonitis.
2. Infeksi saluran kemih.
3. Striktur uretra.
( Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.Ners,2006)
Gambaran klinis
Tertdapat perdarahan per-uretram yaitu darah yang keluar dari meatus uretra eksternum setelah
mengalami terauma (harus di bedakan dengan hematuri,yaitu urine bercampur darah )
Pada trauma uretre yang berat,pasien tidak dapat miksi sehingga terjadi retensi urine.
( Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.Ners,2006)
Prosedur diagnostic.
Diagnosis ditegakan melalui foto oretrografi dengan memasukan kontras melalui uretra,sehingga
dapat diketahui adanya ruftur uretra dan lokasinya.
Pemeiksaan radiologi pelvis menggambarkan beberapa bagian luasnya fraktur panggul.
Pemeriksaan rectal untuk mengetahui hematoma pada kandung kemih yang tinggi.
Urethrography tidakan untuk pencegahan aseptic
Infus urography untuk mengevaluasi status renal dan level dari bladder
( alken carl-eric,sokeland jurgen,M.Eengel, 1982)
Asuhan keperawatan
1. pengkajian
pengkajian yang dilaksanakan pada pasien dengan trauma uretra meliputi :
a. identitas pasien :
b. riwayat kesehatan umum meliputi berbagai ganguan penyakit yang lalu ,berhubungan dengan
atau yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang.
- riwayat kesehatan keluarga
- riwayat kesehatan pasien

c.

riwayat

kesehatan

sekarang

meliputi

keluhan/gangguan

yang

berhubungan

dengan

gangguan/penyakit yang dirasakan saat ini


1. bagaimana frekkuensi miksi , apakah terdapat ;
1. poliuri
2. oliguri
3. miksi ke luar sedikit-sedikit tetapi sering
4. urgensi
5. nocturi
6. tempo berhentinya arus urine selama miksi
7. pasien mengalami keraguan/kesukaran sewaktu memulai miksi.
8. urine keluar secara menetes
9 inkontinentia urine.
d. adakah kelainan waktu miksi seperti
1. disuri
2. ada rasa panas
3. hematuri
4. piuri
5 lithuri
e. adakah ras sakit terdapat pada daerah setempat atay secara umum
f. apakah penyakit timbul setelah adanya penyakit yang lain
g. apakah terdapat, mual, muntah
h. apakah terdapat oedema
i. bagaimana keadaan urinen(volume,warna,bau,berat, jenis,jumlah urine,dalam 24 jam )
j. rasa nyeri ( lokasi ,identitas , saat timbulya nyeri).
k. riwayat kecelakaan ( patah tulang panggul staddle injury)
- data fisik
Inpeksi
Secara umum dan secara khusus pada daerah genital.
Palpasi :
Pada daerah abdomen , buli-buli ,lipat paha.
Auskultasi : daerah abdomen
Perkusi : daerah abdomen ginjal
Keadaan umum pasien :
o tingkat kesdaran
o tinggi badan /berat badan
o TTV meliputi tensi , nadi, suhu, pernafasan .
- data psikologis
Keluhan dan reaksi pasien terhadap penyakit
Tingkat adaptasi pasien terhadap penyakit
Persepsi pasien terhadap penyakit
Penanggulangan masalah .
Diagnosa keperawatan 1
Nyeri akut berhubungan dengan trauma uretra
Intervensi 1
-

kaji nyeri,perhatikan lokasi,karakteristik ,intensitas (skala 0-10)

auskultasi bising usus perhatikan pasase flase

perhatikan aliran darah dan karakteristik urin

dorong pasien menyatakan masalah ,mendengar dengan aktif pada masalah ini dan berikan
dukungan dengan menerima , tinggal dengan pasien dan memberikan informasi yang tepat .

berikan tindakan kenyamanna , contoh pijatan punggung .

dorong penggunaan teknik relaksasi contoh pedoman imajinasi dan visualisasi aktivitas
terapeutik.selidiki dan laporkan kekuatan otot abdomen melindungi daerah mana yang sakit dan
nyeri lepas .

kolaborasi

berikan obat sesuai indikasi contoh narkotik analgesik ,ADP>

berikan rendam duduk bila diindikasikan

berikan/awasi efek unit TENS

pertahankan patensi selang NG.


Evaluasi 1
Rasa nyaman pasien meningkat, ditandai dengan :

1. rasa nyeri berkurang


2. pasien tenang
3. ekspresi wajah cerah
4. pasien dapat menyebutkan penyebab dan cara mengatasi nyeri
diagnosa keperawatan 2 :
perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan bedah diversi ,trauma jaringan ,edema pasca
operasi .
kemungkina dibuktikan oleh :
-

kehilangan kontinen

perubahan jumlah ,karaekter urine , retensi urine.


Hasil yang diharapkan :
Pasien akan menunjukan aliran urine terus menerus dengan haluaran urine adekuat untuk situasi
individu.
Intervensi 2 :

Kaji adanya kateter uretral beri label kanan dan kiri dan observasi aliran urine pada tiap
saluran

Catat keluaran urine : selidiki penurunan /penghentian aliran urine tiba-tiba.

Posisi selang dan drainase kantung ,sehingga memungkinkan tidak terhambatnya aliran urine, awasi
/ lindungi letak selang .

Tunjukkan teknik kateterisasi sendiri dan irigasi wadah dengan tepat.

Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akurat.

Awasi tanda vital , kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian kapiler, dan mukosa mulut, timbang
tiap hari.

Kolaborasi

berikan cairan IV sesuai indikasi

awasi elektrolit ,GDA, kalsium.

Siapkan untuk tes diagnostik prosedur sesuai indikasi.


Evaluasi 2 :
1.

pola eliminasi urine kebali normal

2.

keluhan BAK tidak ada lagi.

Diagnosa keperawatan 3 :
Potensial terjadinyainfeksi sekunder sehubungan dengan keluarnya cairan yang keluar terus
menerus dari kemaluan
Intervensi keperawatan 3 :
-

kaji tanda-tanda radang

monitor suhu tubuh

beri penjelasan tentang kebersihan diri genital

bekerjalah dengan prip aseptik yang benar

laksanakan program pengobatan.


Evaluasi 3 :
1.

tidak terjadi infeksi sekunder

2.

tidak ditemukan tanda-tanda radang.

Daftar pustaka :
1.

Bruner and suddarth, keperawatan medikal bedah vol. 2, jakarta, EGC, 2002.

2.

Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.,Ners , Sistem perkemihan , jakarta,

salemba medika, 2006,


3.

Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, Kapita selekta kedokteran edisi II,

Media aesculapsus fak.kedokteran UI,jakarta, 1982


4.

Doenges E.Marilyn, Rencana asuhan keperawatan , Jakarta ,EGC, 2000.

5.

carl-erich alken,jurgen aokeland,rainer

M.E.Engel ,Urology guide for diagnosis and

therapy, 1982.
6.

Asuhan keperwatan pasien dengan ganguan /penyakit sistem urogenital, DEPKES RI pusat

tenaga kesehatan , jakarta, 1995.


7.

Badenoch,David.urologi,1987,Bina rupa aksara :jakarta.

Anda mungkin juga menyukai