Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

Gangguan sistem pernapasan


Infeksi pernapasan atas

OLEH: KELOMPOK IV

I MADE NGURAH ADI


MARCE MARGARETA T.
RATNA SARI PUTRI
DIRMAN ABDULLAH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (PSIK)


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2015
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Pernapasan Infeksi Pernapasan Atas dapat diselesaiakan
tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan mengingat kemampuan kami yang terbatas.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari Dosen Pengampu
mata kuliah sangat kami harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Makassar, Mei 2015


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan istilah yang digunakan untuk
menguraikan peradangan yang terjadi pada hidung, paranasal sinus, hulu kerongkongan,
pangkal tenggorokan, batang tenggorokan, dan saluran pernapasan. Diagnosis umum yang
termasuk didalamnya adalah rhinosinusitis virus (flu biasa), sinusitis akut, dan pharyngitis
akut. Sistem saluran pernapasan atas lain, yang lebih serius termasuk epigglotis dan
penyakit batuk yang disertai dengan sesak napas. Sebab utama ISPA adalah Virus dan
kemudian diikuti oleh bakteri. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang akan sembuh
dengan sendirinya, tanpa pemberian obat-obat terapeutik, namun pemberian antibiotik
dapat mempercepat proses penyembuhan.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman (virus / bakteri) yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh
virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama
apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak
hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan
infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit
dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui definisi Infeksi Saluran Pernapasan Atas
2. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Infeksi Saluran Pernapasan Atas beserta penyebab,
manifestasi dan penatalaksaannya.
3. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan Infeksi Saluran Pernapasan Atas

BAB II
3

KONSEP MEDIK DAN KEPERAWATAN

A. Konsep Medik
1. Defenisi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA adalah suatu kelompok penyakityang
menyerang saluran pernapasan bagian. Infeksi jalan napas atas merupakan kondisi
umum yang mengenai kebanyakan orang pada waktu tertentu. Beberapa dari kondisi
tersebut adalah akut, dengan gejala yang berlangsung lama atau terjadi secara berulang.
(Smeltzer & Bare, 2001)
2. Jenis-jenis Infeksi Saluran Nafas Atas
a. Common cold ( Flu )
Istilah common cold atau selesma biasanya digunakan untuk menunjukkan gejalagejala infeksi saluran pernapasan atas ditandai oleh kongesti nasal, sakit tenggorokan,
dan batuk. Selesma sangat menular karena pasien mengandung virus selama sekitar 2
hari sebelum timbul gejala dan selama bagian pertama fase gejala.
Manifestasi klinis : kongesti nasal sakit tenggorokan, bersin bersin, malaise, demam,
menggigil, dan sering sakit kepala serta sakit otot. Dengan berkembangnya selesma,
biasa timbul batuk.
Etiologi : di kelompokkan ke dalam 5 kelompok utama yaitu Vikonavirus,
Koronavirus, Miksovirus, Paravirus, Adenovirus.
Penatalaksanaan medis : tidak ada pengobatan spesifik terhadap selesma.
Penatalaksanaan selesma terdiri atas terapi simptomatik. Beberapa tindakan dapat
mencakup pemberian cairan yang adekuat, istirahat, pencegahan menggigil,
dekongestan nasal aqueous, Vitamin C, ekspektoran sesuai kebutuhan. Kumur air
garam hangat, aspirin atau asetaminofen.
Intervensi Keperawatan : pendidikan pasien melalui penyuluhan pasien bagaimana
caranya untuk memutus rantai infeksi. Misalnya mencuci tangan, menggunakan
kertas tissue sekali pakai dan membuangnya dengan baik, menutup mulut ketika
batuk, menghindari kerumunan orang banyakuntuk mencegah penyebaran infeksi
melalui udara.
b. Sinusitis
Sinusitis mencakup proporsi yang tinggi dalam infeksi saluran pernafasan atas.
Sinusitis dibagi menjadi 2 bagian
1) Sinusitis Akut
4

Gejala sinusitis akut mencakup tekanan, nyeri di atas area sinus, dan sekresi nasal
yang purulen. Sinusitis akut sering terjadi sebagai akibat infeksi traktus
respiratorius atas, terutama infeksi virus atau eksaserbasi rhinitis alergika.
Kongesti nasal yang disebabkan oleh inflamsi, edema, dan transudasi cairan,
menyebabkan obstruksi rongga sinus. Kondisi ini memberikan media yang sangat
baik untuk pertumbuhan bakteri. Sinus akut disebabkan oleh organism bakteri
seperti streptococuspnemoniaaea, haemofhilus influenza, dan stafilococus aureus.
Penatalaksanaan medis : antibiotic yaitu Amoxillin dan Ampicilin. Bagi pasien
yang alergi terhadap

penicillin adalah trimetroprim atau sulfametoksazol.

Dekongestan oral atau topical.


2) Sinusitis kronis
Manifestasi klinis : batuk, sakit kepala kronis pada daerah periorbital dan nyeri
wajah yang menonjol saat bangun tidur pada pagi hari dan keletihan
Penatalaksanaan medis : sama dengan penatalaksanaan sinus akut. Pembedahan
untuk memperbaiki deformitas structural yang menyumbat ostiasinus.
c. Rhinitis
Rhinitis adalah suatu inflamasi membrane mukosa hidung dan mungkin
dikelompokkan baik sebagai rhinitis alergi atau non alergi. Rhinitis non alergi paling
sering disebabkan oleh infeksi saluran napas atas, termasuk rhinitis viral, rhinitis
nasal, dan bacterial. Juga terjadi sebagai akibat masuknya benda asing kedalam
hidung ; deformitas struktursl, neoplasma, dan masa ; penggunaan kronik
dekongestan nasal ; penggunaan kontrasepsi oral, kokain, dan antihipertensi.
Manifestasi klinis : kongesti nasal, rabasnasal, gatal pada nasal, dan bersin bersin,
sakit kepala, terutama jika terdapat sinusitis.
Penatalaksanaan medis : jika gejala menunjukkan rhinitis alergi dilakukan
identifikasi kemungkinan allergen. Terapi obat obatan termasuk antihistamin,
dekongestan, kortokosteroid topical, dan natrium tromolin.
d. Faringitis akut
Faringitis akut adalah inflamasi febristenggorok yang disebkan oleh organism virus
hampir 70%. Streptokokus grup A adalah organism bakteri paling umum yang
berkenaan dengan faringitis akut.
Manifestasi klinis : membrane mukosa sangat merah dan tonsil berwarna kemerahan;
polikel limpoid membengkak dan di penuhi dengan eksudat; dan pembesaran serta

nyeri tekan nodus limfeservikal. Demam, malaise, dan sakit tenggorokan juga bisa
timbul. Serak, batuk, bukan hal yang tidak umum.
Penatalaksanaan medis : untuk streptokokus grup A penisilin merupakan obat pilihan
untuk pasien yang alergi pinsilin dan resisten terhadap eritromisin digunakan
sefalosporin antibiotic diberikan selama sedikitnya 10 hari. Diet cairan lunak
diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada napsu makan pasien dan
tingkat rasa tidak nyaman yang terjadi bersama proses menelan. Pada kondisi yang
parahcairan diberikan secara intravena.
e. Faringitis kronis
Umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan
berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita batuk kronis, dan penggunaan
alcohol dan pembakar.
Ada 3 jenis faringitis :
a. Hipertropik, ditandai oleh penebalan umum dan kongesti membrane mukosa
faring
b. Atropik, merupakan tahap lanjut dari jenis pertama (membrane tipis, keputihan,
licin, berkerut.
c. Granular kronik, pembengkakan folikel limfe pada dinding faring
Manifestasi klinis : sensasi iritasi dan sesak pada tenggorokan yang teru menerus ;
lendir, yang terkumpul dalam tenggorokan dan dapat dikeluarkan dengan
membatukkan dan sulit menelan.
Penatalaksanaan medis ; kongesti nasal dihilangkan dengan spreinasal atau obat
obat yang mengandung epinefrin sulfat (aprin) atau fenileprin hidroklorida. Jika
terdapat riwayat alergi, salah satu medikasi dekongestan antihistamin, seperti
Drixoral atau dimentapp diminum setiap 4-6 jam, malaise dikontrol dengan
aspirin atau asetominofen.
Penatalaksanaan keperawatan : pasien di instruksikan untuk menghindari kontak
dengan orang lain dan menghindari penggunaan alcohol, tembakau, asap rokok,
dan pemajanan terhadap dingin. Polutan lingkungan harus dihindari dengan
menggunakan masker dan pasien diberi dorongan memperbanyak minum.
Berkumur dengan larutan normal salin serta pelega tenggorokan.
f. Tonsillitis dan adenoiditis

Tonsil terdiri atas jaringan limfatik dan terletak pada kedua sisi orofaring, keduanya
sering menjadi tempat terjangkitnya infeksi akut. Streptokokus grup A adalah
organisme yang berkaitan dengan tonsillitis dan adenoiditis.
Manifestasi klinis : gejala tonsillitis termasuk sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan
kesulitan menelan. Pembesaran adenoid menyebabkan pernapasan mulut, sakit
telinga, telinga mengeluarkan cairan, kepala sering panas, bronchitis, napas bau,
kerusakan suara, dan pernapasan bising.
g. Abses peritonsilar
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole. Biasanya, abses
ini terjadi bebrapa hari setelah infeksi tonsilar akut dan disebabkan oleh streptokokus
grup A.
Manifestasi klinis : kesulitan menelan kecuali cairan, pengerasan suara, ngiler dan
nyeri setempat.
Penatalaksanaan medis : antibiotic dalam mengontrol infeksi pada abses pertonsilar.
Dan pengangkatan tonsil pada absesperitonsilar akut.
h. Laryngitis
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap dan polutan lainnya, atau sebagai
bagian dari infeksi saluran napas atas. Penyebab inflamasi ini hampir selalu virus.
Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu
mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada imunitas.
Manifestasi klinis : laringitis akut termasuk suara serak atau tidak mengeluarkan
suara sama sekali dan batuk berat. Laringitis kronis di tandaii oleh suara serak yang
persisten.
Penatalaksanaan medis : laringitis akut termasuk mengistirahatkan suara,
menghindari merokok, istirahat ditempat tidur, dan menghirup uap dingin serta terapi
antibiotic. Untuk laringitis kronis pengobatannya termasuk mengistirahatkan
suara,menghilangkan setiap infeksi traktus respiratorius primer yang mungikn ada,
dan membatasi merokok. Penggunaan kortikosteroid topical, seperti inhalasi
beklometason dipropionate dapat juga digunakan.
3. Patofisiologi
Infeksi saluran napas atas dapat terjadi karena transmisi organisme melalui penyegar
udara, droplet, dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi virus. Hal ini
7

dapat terjadi pada kondisi yang penuh sesak. Pada faringitis disebabkan penularan terjadi
melalui droplet, kuman mengilfitrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan
limfoid superficial bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi infeksi saluran pernapasan atas
melalui virus, hidung akan mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi
bakterial, sehingga dapat menyebabkan pathogen-pathogen bakterial masuk ke dalam
rongga-rongga sinus. Selain itu sinusitis dapat terjadi karena alergi musiman, gangguan
mekanisme pengaliran sinus, berenang, intubasi hidung yang lama, dan perluasan infeksi
gigi ke dalam rongga sinus.

B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Hal hal yang perlu dikaji adalah :
a. Identifikasi klien
Dalam pengkajian ini meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit
Meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan batuk pilek serta
panas, kesehatan sekarang, kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan

keluarga,

riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.


c. Pemeriksaan fisik
Pada tahap ini pengkajian meliputi : keadaan umum (penampilan, kesadaran, tinggi
badan, BB dan TTV), kepala, hidung leher, mulut, kulit dan abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, capek atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur pada
malam hari, karena badan demam.
e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair
Tanda : kadang kadang terjadi peningkatan bising usus.
f. Makanan atau cairan
8

Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB .


Tanda : kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa pucat.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d akumulasi sekret
2. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inspeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia
4. Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil

D. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif bd akumulasi sekret
Tujuan : Jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis
Intervensi
1. Kaji

frekuensi

atau

Rasionalisasi
kedalaman

1. Takypnea, pernafasan dangkal, dan

pernafasan dan gerakan dada

gerakan dada tidak simetris sering


terjadi

karena

ketidaknyamanan

gerakan dinding dada dan atau


cairan paru
2. Auskultasi

area

paru,

catat

area

2. Penurunan aliran udara terjadi pada

penurunan atau tidak ada aliran udara

area

dan

Bunyi nafas bronchial dapat juga

bunyi

nafas

adventisius,

mis.

Crackles, mengi.

konsolidasi

terjadi
Crackles,

pada

dengan

area

ronchi

cairan.

konsolidasi.
dan

mengi

terdengar pada inspirasi dan atau


ekspirasi

pada

respon

teradap

pengupulan cairan , secret kental dan


spasme jalan nafas atau obstruksi.
3. Bantu pasien latian nafas dalam.

3.

Nafas dalam memudakan ekspansi


9

maksimum paru-paru atau jalan


nafas lebih kecil.
4. Tunjukan atau bantu pasien mempelajari

4. Batuk

adalah
jalan

mekanisme

melakukan batuk, misalnya menekan

pembersiaan

nafas

alami,

dada dan batuk efektif sementara posisi

membantu

duduk tinggi.

mempertaankan jalan nafas paten.

silia

untuk

Penenkanan

menurunkan

ketidaknyamanan dada dan posisi


duduk memungkinan upaya nafas
lebih dalam dan lebih kuat.
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml

5. Cairan (khususnya yang hangat)

perhari (kecuali ada kontra indikasi).

memobilisasi

Tawarkan air hangat daripada dingin .

secret

6. Kolaborasi

bantu

mengawasi

efek

dan

6. Memudahkan

mengluarkan

pengenceran

pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain,

pembuangan

mis. Spirometer insentif, IPPB, tiupan

menurunkan spasme bronkus dengan

botol,

mobilisasi secret.

perkusi,

postural

drainage.

secret.

dan

Alat

untuk

Lakukan tindakan diantara waktu makan


dan batasi cairan bila mungkin.
7. Berikan obat sesuai indikasi mukolitik,
ekspektoran, bronchodilator, analgesic

7. Analgesic
memperbaiki

diberikan
batuk

untuk
dengan

menurunkan ketidaknyamanan tetapi


harus digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan upaya
batuk atau menekan pernafasan
2. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 37, 50
Intervensi

Rasionalisasi
10

1. Observasi tanda tanda vital

1. Pemantauan tanda vital yang teratur


dapat menentukan perkembangan
perawatan selanjutnya.

2. Anjurkan pada klien/keluarga umtuk

2. Degan menberikan kompres maka

melakukan kompres dingin ( air biasa)

aakan terjadi proses konduksi /

pada kepala / axial.

perpindahan panas dengan bahan


perantara .

3. Anjurkan klien untuk menggunakan

3. Proses

hilangnya

panas

akan

pakaian yang tipis dan yang dapat

terhalangi untuk pakaian yang tebal

menyerap keringat seperti terbuat dari

dan tidak akan menyerap keringat.

katun.
4. Atur sirkulasi udara.

4. Penyedian udara bersih.

5. Anjurkan klien untuk minum banyak

5. Kebutuhan cairan meningkat karena

2000 2500 ml/hr.


6. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
selama fase febris penyakit.
7. Kolaborasi dengan dokter : pemberian
therapy / obat :
8. Antimicrobial

penguapan tubuh meningkat.


6. Tirah

baring

untuk

mengurangi

metabolism dan panas.


7. Untuk

mengontrol

infeksi

pernapasan
Menurunkan panas

9. antipiretika

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia


Tujuan : klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.

Klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan

Tidak menunujukan tanda malnutrisi.

Intervensi

Rasionalisasi
11

1. Kaji kebiasaan diet, input-output dan


timbang BB setiap hari

1. Berguna untuk menentukan kebutuhan


kalori menyusun tujuan berat badan,
dan evaluasi keadekuatan rencana
nutrisi.

2. Berikan makan pporsi kecil tapi sering


dan dalam keadaan hangat
3. Beriakan oral sering, buang secret
berikan wadah husus untuk sekali
pakai

dan

tisu

lingkungan

dan

ciptakan

beersih

dan

menyenamgkan.

2. Untuk

menjamin

nutrisi

adekuat/

meningkatkan kalori total


3. Nafsu makan dapt dirangsang pada
situasi

rilek,

bersih

dan

menyenangkan.

4. Untuk mengurangi kebutuhahan

4. Tingkatkan tirai baring.

metabolic
5. Metode makan dan kebutuhan

5. Kolaborasi

kalori didasarkan pada situasi atau

Konsul ahli gizi untuk memberikan

kebutuhan individu untuk

diet sesuai kebutuhan klien

memberikan nutrisi maksimal.


6.

3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
Intervensi
1. Teliti

keluhan

nyeri

Rasionalisasi
,catat

1. Identifikasi karakteristik nyeri &

intensitasnya (dengan skala 0 10),

factor yang berhubungan merupakan

factor memperburuk atau meredakan

suatu hal yang amat penting untuk

lokasimya,

memilih intervensi yang cocok &

lamanya,

dan

karakteristiknya.

untuk mengevaluasi ke efektifan dari


terapi yang diberikan.

2. Anjurkan klien untuk menghindari


allergen / iritan terhadap debu, bahan

2. Mengurangi bertambah beratnya


penyakit.
12

kimia, asap,rokok.
3. Dan mengistirahatkan/meminimalkan
berbicara

bila

suara

serak.

3. Peningkatan sirkulasi pada daerah


tenggorokan serta mengurangi nyeri
tenggorokan.

4. Anjurkan untuk melakukan kumur air


garam hangat

4. Kortikosteroid digunakan untuk


mencegah reaksi alergi / menghambat
pengeluaran histamine dalam
inflamadi pernapasan.

5. Kolaborasi
Berikan

5. Analgesic untuk mengurangi rasa


obat

Steroid

analgesic

oral,

sesuai

indikasi

iv,

inhalasi

&

nyeri

13

BAB. III
KESIMPULAN
Infeksi Saluran Pernapasan Atas merupakan adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang
saluran pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh virus dan bakteri, seperti flu, rhinitis,
faringitis, abses tonsilar dan laringitis. Infeksi ini dapat terjadi karena transmisi organisme
melalui penyegar udara, droplet, dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi virus
atau bakteri. Secara umum gejala akan terjadi kurang dari 7 hari, namun sampai 25% dari
seluruh pasien akan mengalami gejala hingga 14 hari dan sebagian besar penyakit akan sembuh
dengan sendirinya. Penatalaksanaannya secara umum disarankan untuk istirahat dan
meningkatkan cairan tubuh. Adapun tindakan keperawatan yang diberikan adalah pendidikan
kesehatan untuk menghindari penyebab dan pemenuhan kebutuhan istirahat.

DAFTAR PUSTAKA
14

Corwin, E. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Doenges, M. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan (Vol. 3). Jakarta: EGC.
Nurarif, A., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Disgnosa
Medis & NANDA, NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta: Media Action Publishing.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.

15

Anda mungkin juga menyukai