OLEH: KELOMPOK IV
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Pernapasan Infeksi Pernapasan Atas dapat diselesaiakan
tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan mengingat kemampuan kami yang terbatas.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari Dosen Pengampu
mata kuliah sangat kami harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan istilah yang digunakan untuk
menguraikan peradangan yang terjadi pada hidung, paranasal sinus, hulu kerongkongan,
pangkal tenggorokan, batang tenggorokan, dan saluran pernapasan. Diagnosis umum yang
termasuk didalamnya adalah rhinosinusitis virus (flu biasa), sinusitis akut, dan pharyngitis
akut. Sistem saluran pernapasan atas lain, yang lebih serius termasuk epigglotis dan
penyakit batuk yang disertai dengan sesak napas. Sebab utama ISPA adalah Virus dan
kemudian diikuti oleh bakteri. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang akan sembuh
dengan sendirinya, tanpa pemberian obat-obat terapeutik, namun pemberian antibiotik
dapat mempercepat proses penyembuhan.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman (virus / bakteri) yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh
virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama
apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak
hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan
infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit
dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui definisi Infeksi Saluran Pernapasan Atas
2. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Infeksi Saluran Pernapasan Atas beserta penyebab,
manifestasi dan penatalaksaannya.
3. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan Infeksi Saluran Pernapasan Atas
BAB II
3
A. Konsep Medik
1. Defenisi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA adalah suatu kelompok penyakityang
menyerang saluran pernapasan bagian. Infeksi jalan napas atas merupakan kondisi
umum yang mengenai kebanyakan orang pada waktu tertentu. Beberapa dari kondisi
tersebut adalah akut, dengan gejala yang berlangsung lama atau terjadi secara berulang.
(Smeltzer & Bare, 2001)
2. Jenis-jenis Infeksi Saluran Nafas Atas
a. Common cold ( Flu )
Istilah common cold atau selesma biasanya digunakan untuk menunjukkan gejalagejala infeksi saluran pernapasan atas ditandai oleh kongesti nasal, sakit tenggorokan,
dan batuk. Selesma sangat menular karena pasien mengandung virus selama sekitar 2
hari sebelum timbul gejala dan selama bagian pertama fase gejala.
Manifestasi klinis : kongesti nasal sakit tenggorokan, bersin bersin, malaise, demam,
menggigil, dan sering sakit kepala serta sakit otot. Dengan berkembangnya selesma,
biasa timbul batuk.
Etiologi : di kelompokkan ke dalam 5 kelompok utama yaitu Vikonavirus,
Koronavirus, Miksovirus, Paravirus, Adenovirus.
Penatalaksanaan medis : tidak ada pengobatan spesifik terhadap selesma.
Penatalaksanaan selesma terdiri atas terapi simptomatik. Beberapa tindakan dapat
mencakup pemberian cairan yang adekuat, istirahat, pencegahan menggigil,
dekongestan nasal aqueous, Vitamin C, ekspektoran sesuai kebutuhan. Kumur air
garam hangat, aspirin atau asetaminofen.
Intervensi Keperawatan : pendidikan pasien melalui penyuluhan pasien bagaimana
caranya untuk memutus rantai infeksi. Misalnya mencuci tangan, menggunakan
kertas tissue sekali pakai dan membuangnya dengan baik, menutup mulut ketika
batuk, menghindari kerumunan orang banyakuntuk mencegah penyebaran infeksi
melalui udara.
b. Sinusitis
Sinusitis mencakup proporsi yang tinggi dalam infeksi saluran pernafasan atas.
Sinusitis dibagi menjadi 2 bagian
1) Sinusitis Akut
4
Gejala sinusitis akut mencakup tekanan, nyeri di atas area sinus, dan sekresi nasal
yang purulen. Sinusitis akut sering terjadi sebagai akibat infeksi traktus
respiratorius atas, terutama infeksi virus atau eksaserbasi rhinitis alergika.
Kongesti nasal yang disebabkan oleh inflamsi, edema, dan transudasi cairan,
menyebabkan obstruksi rongga sinus. Kondisi ini memberikan media yang sangat
baik untuk pertumbuhan bakteri. Sinus akut disebabkan oleh organism bakteri
seperti streptococuspnemoniaaea, haemofhilus influenza, dan stafilococus aureus.
Penatalaksanaan medis : antibiotic yaitu Amoxillin dan Ampicilin. Bagi pasien
yang alergi terhadap
nyeri tekan nodus limfeservikal. Demam, malaise, dan sakit tenggorokan juga bisa
timbul. Serak, batuk, bukan hal yang tidak umum.
Penatalaksanaan medis : untuk streptokokus grup A penisilin merupakan obat pilihan
untuk pasien yang alergi pinsilin dan resisten terhadap eritromisin digunakan
sefalosporin antibiotic diberikan selama sedikitnya 10 hari. Diet cairan lunak
diberikan selama tahap akut penyakit, tergantung pada napsu makan pasien dan
tingkat rasa tidak nyaman yang terjadi bersama proses menelan. Pada kondisi yang
parahcairan diberikan secara intravena.
e. Faringitis kronis
Umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan
berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita batuk kronis, dan penggunaan
alcohol dan pembakar.
Ada 3 jenis faringitis :
a. Hipertropik, ditandai oleh penebalan umum dan kongesti membrane mukosa
faring
b. Atropik, merupakan tahap lanjut dari jenis pertama (membrane tipis, keputihan,
licin, berkerut.
c. Granular kronik, pembengkakan folikel limfe pada dinding faring
Manifestasi klinis : sensasi iritasi dan sesak pada tenggorokan yang teru menerus ;
lendir, yang terkumpul dalam tenggorokan dan dapat dikeluarkan dengan
membatukkan dan sulit menelan.
Penatalaksanaan medis ; kongesti nasal dihilangkan dengan spreinasal atau obat
obat yang mengandung epinefrin sulfat (aprin) atau fenileprin hidroklorida. Jika
terdapat riwayat alergi, salah satu medikasi dekongestan antihistamin, seperti
Drixoral atau dimentapp diminum setiap 4-6 jam, malaise dikontrol dengan
aspirin atau asetominofen.
Penatalaksanaan keperawatan : pasien di instruksikan untuk menghindari kontak
dengan orang lain dan menghindari penggunaan alcohol, tembakau, asap rokok,
dan pemajanan terhadap dingin. Polutan lingkungan harus dihindari dengan
menggunakan masker dan pasien diberi dorongan memperbanyak minum.
Berkumur dengan larutan normal salin serta pelega tenggorokan.
f. Tonsillitis dan adenoiditis
Tonsil terdiri atas jaringan limfatik dan terletak pada kedua sisi orofaring, keduanya
sering menjadi tempat terjangkitnya infeksi akut. Streptokokus grup A adalah
organisme yang berkaitan dengan tonsillitis dan adenoiditis.
Manifestasi klinis : gejala tonsillitis termasuk sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan
kesulitan menelan. Pembesaran adenoid menyebabkan pernapasan mulut, sakit
telinga, telinga mengeluarkan cairan, kepala sering panas, bronchitis, napas bau,
kerusakan suara, dan pernapasan bising.
g. Abses peritonsilar
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole. Biasanya, abses
ini terjadi bebrapa hari setelah infeksi tonsilar akut dan disebabkan oleh streptokokus
grup A.
Manifestasi klinis : kesulitan menelan kecuali cairan, pengerasan suara, ngiler dan
nyeri setempat.
Penatalaksanaan medis : antibiotic dalam mengontrol infeksi pada abses pertonsilar.
Dan pengangkatan tonsil pada absesperitonsilar akut.
h. Laryngitis
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap dan polutan lainnya, atau sebagai
bagian dari infeksi saluran napas atas. Penyebab inflamasi ini hampir selalu virus.
Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu
mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada imunitas.
Manifestasi klinis : laringitis akut termasuk suara serak atau tidak mengeluarkan
suara sama sekali dan batuk berat. Laringitis kronis di tandaii oleh suara serak yang
persisten.
Penatalaksanaan medis : laringitis akut termasuk mengistirahatkan suara,
menghindari merokok, istirahat ditempat tidur, dan menghirup uap dingin serta terapi
antibiotic. Untuk laringitis kronis pengobatannya termasuk mengistirahatkan
suara,menghilangkan setiap infeksi traktus respiratorius primer yang mungikn ada,
dan membatasi merokok. Penggunaan kortikosteroid topical, seperti inhalasi
beklometason dipropionate dapat juga digunakan.
3. Patofisiologi
Infeksi saluran napas atas dapat terjadi karena transmisi organisme melalui penyegar
udara, droplet, dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi virus. Hal ini
7
dapat terjadi pada kondisi yang penuh sesak. Pada faringitis disebabkan penularan terjadi
melalui droplet, kuman mengilfitrasi lapisan epitel, jika epitel terkikis maka jaringan
limfoid superficial bereaksi sehingga terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear. Pada sinusitis, saat terjadi infeksi saluran pernapasan atas
melalui virus, hidung akan mengeluarkan ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi
bakterial, sehingga dapat menyebabkan pathogen-pathogen bakterial masuk ke dalam
rongga-rongga sinus. Selain itu sinusitis dapat terjadi karena alergi musiman, gangguan
mekanisme pengaliran sinus, berenang, intubasi hidung yang lama, dan perluasan infeksi
gigi ke dalam rongga sinus.
B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Hal hal yang perlu dikaji adalah :
a. Identifikasi klien
Dalam pengkajian ini meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit
Meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan batuk pilek serta
panas, kesehatan sekarang, kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan
keluarga,
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d akumulasi sekret
2. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inspeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia
4. Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
D. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif bd akumulasi sekret
Tujuan : Jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis
Intervensi
1. Kaji
frekuensi
atau
Rasionalisasi
kedalaman
karena
ketidaknyamanan
area
paru,
catat
area
area
dan
bunyi
nafas
adventisius,
mis.
Crackles, mengi.
konsolidasi
terjadi
Crackles,
pada
dengan
area
ronchi
cairan.
konsolidasi.
dan
mengi
pada
respon
teradap
3.
4. Batuk
adalah
jalan
mekanisme
pembersiaan
nafas
alami,
membantu
duduk tinggi.
silia
untuk
Penenkanan
menurunkan
memobilisasi
secret
6. Kolaborasi
bantu
mengawasi
efek
dan
6. Memudahkan
mengluarkan
pengenceran
pembuangan
botol,
mobilisasi secret.
perkusi,
postural
drainage.
secret.
dan
Alat
untuk
7. Analgesic
memperbaiki
diberikan
batuk
untuk
dengan
Rasionalisasi
10
3. Proses
hilangnya
panas
akan
katun.
4. Atur sirkulasi udara.
baring
untuk
mengurangi
mengontrol
infeksi
pernapasan
Menurunkan panas
9. antipiretika
Intervensi
Rasionalisasi
11
dan
tisu
lingkungan
dan
ciptakan
beersih
dan
menyenamgkan.
2. Untuk
menjamin
nutrisi
adekuat/
rilek,
bersih
dan
menyenangkan.
metabolic
5. Metode makan dan kebutuhan
5. Kolaborasi
3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
Intervensi
1. Teliti
keluhan
nyeri
Rasionalisasi
,catat
lokasimya,
lamanya,
dan
karakteristiknya.
kimia, asap,rokok.
3. Dan mengistirahatkan/meminimalkan
berbicara
bila
suara
serak.
5. Kolaborasi
Berikan
Steroid
analgesic
oral,
sesuai
indikasi
iv,
inhalasi
&
nyeri
13
BAB. III
KESIMPULAN
Infeksi Saluran Pernapasan Atas merupakan adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang
saluran pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh virus dan bakteri, seperti flu, rhinitis,
faringitis, abses tonsilar dan laringitis. Infeksi ini dapat terjadi karena transmisi organisme
melalui penyegar udara, droplet, dan melalui tangan yang dapat menjadi jalan masuk bagi virus
atau bakteri. Secara umum gejala akan terjadi kurang dari 7 hari, namun sampai 25% dari
seluruh pasien akan mengalami gejala hingga 14 hari dan sebagian besar penyakit akan sembuh
dengan sendirinya. Penatalaksanaannya secara umum disarankan untuk istirahat dan
meningkatkan cairan tubuh. Adapun tindakan keperawatan yang diberikan adalah pendidikan
kesehatan untuk menghindari penyebab dan pemenuhan kebutuhan istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
14
15