Anda di halaman 1dari 3

Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan B yang

bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya dan Japanese
Encephalitis (JE). Ketiga penyakit tersebut sama-sama ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk
tetapi mempunyai beberapa perbedaan antara lain jenis/spesies nyamuk penularnya, pola
penyebaran, gejala penyakit, tata laksana pengobatan maupun upaya pencegahannya. Penyakit
DBD mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, dan setelah itu
jumlah kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD.
Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan KLB tetapi juga menimbulkan dampak buruk
sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan
dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk. Pada tiga
tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata kasus dilaporkan sebanyak 150.822 kasus dengan
rata-rata kematian 1.321 kematian. Situasi kasus DBD tahun 2011 sampai dengan Juni 2011
dilaporkan sebanyak 16.612 orang dengan kematian sebanyak 142 orang (CFR=0,85%). Dari
jumlah kasus tersebut, proporsi penderita DBD pada perempuan sebesar 50,33% dan laki-laki
sebesar 49,67% . Disisi lain angka kematian akibat DBD pada perempuan lebih tinggi dibanding
laki-laki (Kemenkes RI, 2011)
Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah dan tantangan yang
muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan perubahan lingkungan strategis,
baik secara nasional maupun global. Penerapan desentralisasi di bidang kesehatan dan
pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) merupakan contoh masalah dan
tantangan yang perlu menjadi perhatian seluruh stakeholder bidang kesehatan, khususnya para
pengelola program, dalam menyusun kebijakan dan strategi agar pelaksanaannya menjadi lebih
efisien dan efektif. Program pencegahan dan pengendalian penyakit menular telah mengalami
peningkatan capaian walaupun penyakit infeksi menular masih tetap menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang menonjol terutama TB, Malaria, HIV-AIDS, DBD dan Diare. Angka kesakitan
DBD masih tinggi, yaitu sebesar 65,57 per 100.000 penduduk pada tahun 2010, sedangkan angka
kematian dapat ditekan di bawah 1 persen, yaitu 0,87 persen (Kemenkes RI, 2011)
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan
endemis di hampir seluruh Kota/Kabupaten di Indonesia. Sejak ditemukan pertama kali pada
tahun 1968 hingga saat ini jumlah kasus DBD dilaporkan meningkat dan penyebarannya semakin

meluas mencapai seluruh provinsi di Indonesia (33 provinsi). Penyakit ini seringkali
menimbulkan KLB di beberapa daerah endemis tinggi DBD. Sejak tahun 2005, nampak adanya
kecenderungan penurunan CFR DBD. Sedikit peningkatan nampak pada tahun 2009.
Kecenderungan penurunan tersebut tidak nampak pada IR DBD per 100.000 penduduk. IR DBD
sejak 2006 hingga 2010 cenderung fluktuatif. Pada tahun

2010 jumlah kasus DBD yang

dilaporkan sebanyak 155.777 penderita (IR: 65,57/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian
sebanyak 1.358 (CFR0,87 %) (Kemenkes RI, 2011)
KLB Dengue pertama kali terjadi tahun 1653 di Frech West Indies (Kepulauan Karibia),
meskipun penyakitnya sendiri sudah telah dilaporkan di Cina pada permulaan tahun 992 SM. Di
Australia serangan penyakit DBD pertama kali dilaporkan pada tahun 1897, serta di Italia dan
Taiwan pada tahun 1931. KLB di Filipina terjadi pada tahun 1953-1954, sejak saat itu serangan
penyakit DBD disertai tingkat kematian yang tinggi melanda beberapa negara di wilayah Asia
Tenggara termasuk India, Indonesia, Kepulauan Maladewa, Myanmar, Srilangka, Thailand,
Singapura, Kamboja, Malaysia, New Caledonia, Filipina, Tahiti dan Vietnam. Selama dua puluh
tahun kemudian, terjadi peningkatan kasus dan wilayah penyebaran DBD yang luar biasa
hebatnya, dan saat ini KLB muncul setiap tahunnya di beberapa negara di Asia Tenggara
(Kemenkes RI, 2011)
Berbagai serotipe virus Dengue endemis di beberapa negara tropis. Di Asia, virus Dengue
endemis di China Selatan, Hainan, Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, Myanmar, India,
Pakistan, Sri Langka, Indonesia, Filipina, Malaysia dan Singapura. Negara dengan endemisitas
rendah di Papua New Guinea, Bangladesh, Nepal, Taiwan dan sebagian besar negara Pasifik.
Virus Dengue sejak tahun 1981 ditemukan di Quesland, Australia Utara. Serotipe Dengue 1,2,3,
dan 4 endemis di Afrika. Di pantai Timur Afrika terdapat mulai dari Mozambik sampai ke
Etiopia dan di kepulauan lepas pantai seperti Seychelles dan Komoro. Saudi Arabia pernah
melaporkan kasus yang diduga DBD. Di Amerika, ke-4 serotipe virus dengue menyebar di
Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan hingga Texas (1977-1997). Tahun 1990 terjadi
KLB di Meksiko, Karibia, Amerika Tengah, Kolombia, Bolivia, Ekuador, Peru, Venezuela,
Guyana, Suriname, Brazil, Paraguai dan Argentina (Kemenkes RI, 2011)
Penyakit Dengue pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya. Pada tahun
2010 penyakit dengue telah tersebar di 33 provinsi, 440 Kab./Kota. Sejak ditemukan pertama

kali kasus DBD meningkat terus bahkan sejak tahun 2004 kasus meningkat sangat tajam.
Kenaikan kasus DBD berbanding terbalik dengan angka kematian (CFR) akibat DBD, dimana
pada awal ditemukan di Surabaya dan Jakarta CFR sekitar 40% kemudian terus menurun dan
pada tahun 2010 telah mencapai 0,87%. Kasus DBD terbanyak dilaporkan di daerah-daerah
dengan tingkat kepadatan yang tinggi, seperti provinsi-provinsi di Pulau Jawa, Bali dan
Sumatera. Insidens Rate (IR) tahun 2010 telah mencapai 65,62/100.000 penduduk dengan Case
Fatality rate 0,87 %
Provinsi Kalimantan Barat merupakan daerah endemik untuk penyakit DBD, hal ini disebabkan
karena letak geografis Kalimantan Barat yang sebagian besar merupakan dataran rendah dan
merupakan daerah rawa. Di samping itu, budaya masyarakat perkotaan di Kalimantan Barat
cenderung menyimpan persediaan air pada tempat-tempat penampungan air di sekitar rumahnya.
Hal ini akan menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti yang paling disukai. Di Provinsi
Kalimantan Barat dalam tiga tahun terakhir berturut-turut dari tahun 2007 terjadi kenaikan
kasus DBD adalah sebagai berikut : Pada tahun 2007 terjadi 808 kasus DBD dengan angka
kesakitan 20,24 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan kasus menjadi 960
kasus dengan angka kesakitan sebesar 22,59 per 100.000 penduduk, pada tahun 2009 terjadi
peningkatan kasus yang sangat tinggi menjadi 9.710 kasus dengan angka kesakitan 225 per
100.000 penduduk. Untuk tahun 2010, mengalami penurunan kasus yang cukup tajam dari tahun
sebelumnya menjadi 677 kasus dengan angka kesakitan 15 per 100.000 penduduk, dengan
penderita meninggal sebanyak 13 orang (CFR 1,9%)Pada tahun 2011, berdasarkan rekapitulasi
data profil kesehatan kabupaten/kota, jumlah kasus DBD meningkat dari tahun sbelumnya yaitu
sebesar 784 kasus dengan angka kesakitan 17,5 per 100.000 penduduk, dengan penderita
meninggal sebanyak 10 orang (CFR 1,3%. Pada tahun 2012, sebanyak 263 kasus dan telah
meinggal 4 orang. Sebanyak 4.925 kasus demam berdarah dengue (DBD), ditemukan di
provinsi Kalimantan Barat sepanjang tahun 2014. Dari jumlah kasus yang ada, sebanyak 69
orang meninggal dunia (Pofil Kesehatan Prov. Kalbar, 2011)

Anda mungkin juga menyukai