1. DEFINISI
Kata bronkoskopi berasal dari bahasa Yunani; broncho yang berarti batang
tenggorokan dan scopos yang berarti melihat atau menonton. Jadi, bronkoskopi
adalah pemeriksaan visual jalan nafas atau saluran pernafasan paru yang disebut
bronkus. Lebih khusus lagi, bronkoskopi merupakan prosedur medis, yang
dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi di bidangnya dengan
memeriksa bronkus atau percabangan paru-paru untuk tujuan diagnostik dan
terapeutik (pengobatan). Untuk prosedur ini dokter menggunakan bronkoskop,
sejenis endoskop, yang merupakan instrumen untuk pemeriksaan organ dalam
tubuh. Tergantung pada alasan medis atau indikasi klinis untuk bronkoskopi,
dokter dapat menggunakan bronkoskopi kaku (rigid) atau Fiber Optic
Bronchoscopy (FOB).
2. SEJARAH BRONKOSKOPI
Seorang Otolaryngologist berkebangsaan Jerman, Gustav Killian, melakukan
bronkoskopi yang pertama pada tahun 1897, dengan menggunakan endoskopi
kaku untuk mengeluarkan tulang babi dari bronkus utama kanan (mainsterm
bronkus). Killian berhasil mengeluarkan benda asing tersebut dan mencegah
dilakukannya tracheostomy. Sampai pada akhir abad ke-19 metode ini diterima
secara medis sebagai alat untuk mengeluarkan benda asing. Teknik-teknik ini
terus dikembangkan Killian sehingga indikasi bronkoskopi makin meluas.
Sebagai hasil dari inovasi dan pengembangan bronkoskopi di seluruh dunia,
Killian secara umum dikenal sebagai Bapak Bronkoskopi.
Pada akhir abad ke-19, Chevalier Jackson, seorang laryngologist di Philadelphia,
mengembangkan minat pada endoskopi, dan mulai mengembangkan tabung
endoskopi. Pada tahun 1904, Jackson merubah bronkoskopi kaku, dengan
menambah ocular langsung, tabung suction dan ujung distal untuk pencahayaan
atau iluminasi. Jackson terus merancang dan membuat endoskopi baru serta alatalat tambahan untuk menyempurnakan teknik-teknik baru untuk evakuasi atau
Batuk
Batuk darah
Mengi dan stridor
Gambaran foto toraks yang abnormal
Pemeriksaan Bronchoalveolar lavage (BAL)
Lymphadenopathy atau massa intrabronkial pada intra toraks
Karsinoma bronkus
5. KONTRA INDIKASI
Kontra indikasi tindakan bronkoskopi terdiri dari kontra indikasi absolut dan
relatif. Yang termasuk kontra indikasi absolut: 10
Asma berat
Hiperkarbia berat
Koagulopati yang serius
Bulla emfisema berat
Obstruksi trakea
High Positive end-expiratory pressure
ASA II
ASA III
ASA IV
: Penderita dengan penyakit yang tergantung dengan obatobatan agar dapat bertahan.
ASA V
Broncoscopy suite
Ruangan persiapan, ruangan tindakan, ruangan pemulihan,
bronkus dan segmen yang lebih kecil kanan dan kiri paru. Karina dan semua
segmen pada trakeobronkial divisualisasikan pada layar video bronkoskopi.
Karina dinilai ketajamannya. Subsegmen paru dinilai posisi, tekstur, warna,
ukuran dan patency. Mukosa bronkial juga diperiksa apakah ada infiltrasi,
peradangan dan sekresi.
Setelah tindakan bronkoskopi selesai dilakukan, penderita dipantau tanda-tanda
vital seperi tekanan darah, denyut nadi, serta penderita tidak boleh mengkonsumsi
apapun sampai dua jam setelah tindakan bronkoskopi selesai dilakukan. Batuk
dengan sedikit darah, sakit tenggorokan dan ketidaknyamanan karena alergi
terhadap obat yang diberikan selama prosedur biasa dijumpai setelah tindakan
bronkoskopi. Hal ini akan hilang setelah dua jam prosedur bronkoskopi selesai
dilakukan.
10. KRITERIA PENAMPAKAN GAMBARAN BRONKOSKOPI
Pada saat melakukan bronkoskopi, ada beberapa keadaan yang dapat dijumpai,
seperti:
1.Normal
Dimana pada saat dilakukan bronkoskopi tidak dijumpai kelainan pada
mukosa ataupun cabang-cabang bronkus.
2.Inflamasi
Gambaran inflamasi dapat menyeluruh (misalnya bronkitis kronis)
ataupun lokal (akibat benda asing). Inflamasi dapat terjadi secara akut
(misalnya radang paru yang berhubungan dengan segmental) maupun
kronis (misalnya tuberkulosis).
Ascociated changes
Terutama terlihat pada penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK),
dimana dijumpai submukosa atrofi, hipertrofi pada dinding membran
bronkiol.
peradangan
pada
endobronkial,
distorsi
pada
lumen
utama.
Keterlibatan dari dinding bronkial dengan distorsi lokal atau ulserasi
Karakteristik Bronkoskopi
Karsinoma
Karsinoid
Berwarna merah cherry, bulat, mudah
berdarah
Kondromata
4.Miscellaneous
Perdarahan bronkial
Sarcoidosis
Tampak dua gambaran utama,yaitu :
1. Pembesaran kelenjar getah bening, karina dan subkarina melebar
dan distorsi trakeobronkial.
2. Perubahan bentuk mukosa trakeobronkial, hiperemis dan sekresi
yang meningkat.
Perubahan radiasi
Perubahan mengikuti pola umum: segera, reaksi peradangan akut,
selanjutnya penyusutan atau hilangnya tumor dengan berkurangnya
peradangan, mukosa pucat dan kontraktif jaringan parut setelah
beberapa bulan dan terjadi fibrosis pada daerah yang terkena.
Trauma trakea
Dijumpai fraktur pada dinding trakea atau bronkus.
Fistula Bronkopleura
Merupakan sekunder dari empiema, abses paru, pecahnya kista paru,
pneumotoraks, trauma atau pasca operasi. Pada gambaran bronkoskopi
tampak gelembung udara, waktu sekresi tampak gerakan pernafasan.
Amiloidosis
Jarang terjadi, dinding bronkial berwarna kuning/abu-abu yang
menyerupai gambaran carsinomatous infiltratif.
4.Biopsi endobronkial
Biopsi dapat dilakukan dengan menggunakan forcep, dimana ujung dari
bronkoskop dekat dengan bidang visual lesi. Sampel yang didapat
dilakukan pemeriksaan histologi.
5.Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
TBNA merupakan tindakan invasif minimal yang bertujuan untuk
menegakkan diagnosis dan stage bronchogenik carcinoma dengan cara
mengambil sampel kelenjar limfe mediastinum dengan menggunakan
jarum
atau
forcep.
Ini
merupakan
tindakan
biopsi
menembus
lymph.Untuk