Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentang alam atau bentuk roman
muka bumi yang terjadi karena adanya kekuatan- kekuatan yang bekerja dari luar
dan dalam bumi. Uraian bentang alam dalam suatu daerah biasanya berupa asal usul
bentang alam, faktor yang mempengaruhi perkembangannnya, pengaruh iklim
terhadap perkembangan tersebut, proses eksogen yan bekerja dan tingkat
perkembangannya.
Dalam mempelajari geomorfologi baik diperlukan dasar pengetahuan yang baik
dalam bidang klimatologi, geografi, geologi serta sebagian ilmu fisika dan kimia
yang mana berkaitan erat dengan proses dan pembentukan muka bumi. Secara garis
besar proses pembentukan muka bumi menganut azas berkelanjutan dalam bentuk
daur geomorfik (geomorphic cycles), yang meliputi pembentukan daratan oleh
tenaga dari dalam bumi (endogen), proses penghancuran/pelapukan karena pengaruh
luar atau tenaga eksogen, proses pengendapan dari hasil pengahncuran muka bumi
(agradasi), dan kembali terangkat karena tenaga endogen, demikian seterusnya
merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam sekala waktu sangat lama.
Foto udara merupakan foto permukaan bumi (termasuk obyek yang berada
dipermukaannya), yang diperoleh dari pesawat udara, termasuk disini pesawat
terbang, balon dan satelit. Geologi citra penginderaan jauh (remote sensing geology)
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari geologi dengan menggunakan citra
(image) hasil dari penginderaan jarak jauh (Remote sensing). Termasuk dalam
pengertian ini adalah mempelajari geologi dengan menggunakan foto udara.
Keuntungan menggunakan citra penginderaan jauh dalam bidang pekerjaan geologi
antara lain menghemat biaya, penggunaan waktu secara lebih efisien, foto udara
memberikan pandangan tiga dimensi secara langsung dari permukaan bumi sehingga
memberikan kenampakan yang lebih baik mengenai kondisi geologi, yaitu mengenai
struktur geologi, penyebarab batuan, geomorfologi serta tata guna lahan dari suatu
daerah penelitian

1.2 Maksud Dan Tujuan


Laporan resmi praktikum geomorfogi ini tujuannya agar
para praktikan lebih memahami dan mengetahui geomorfologi
dan jenis-jenis Bentang alam lainya yang berhubungan sengan
ilmu geomorfologi baik di lapangan maupun kuliah.
Tujuan untuk membuat laporan resmi praktikum gemorfologi ini wajib
bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah geomofologi khususnya
praktikum, dan sebagai persyaratan untuk mengikuti responsi juga untuk
mengukur atau mengetahui kemampuan praktikan selama

mahasiswa

mengikuti kuliah geomorfologi dan praktikum geomorfologi, baik di lapangan


maupun di lab.

I.3. Metode penulisan


Metode yang digunakan pembuatan laporan ini adalah metode sekunder,
yaitu metode berdasarkan data dari buku, internet dan hasil data fieldtrip.
Di dalam metode penulisan Laporan resmi praktikum geomorfologi adalah
dengan format ketik dengan waktu kesempatan untuk revisi yang telah
ditentukan oleh asisten laboratorium. Minimal dalam perevisian adalah satu
kali.

I.4. Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan
1.
2.

Kertas kalkir
Kertas HVS

3.
4.
5.
6.
7.

Peta
Spidol OHP
Alat tulis
Penggaris lengkap 1 set
Clipboard

BAB II
DASAR TEORI
II.1 Pengetian Geomorfologi
Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga kata , yaitu Geo
= Bumi , Morphe = Bentuk , Dan logos = Ilmu , sehingga kata geomorfologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang memperlajari bentuk permukaan bumi,
Definisi, Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
permukaan bumi serta proses-proses yang berlangsung terhadap permukaan bumi
sejak bumi terbentuk sampai sekarang

II.1.1 Agen-Agen Geologi


1) Tenaga air
Batuan dapat hancur oleh tetesan air secara terus menerus. Air juga dapat
mengangkut hancuran
batuan melalui alirannya. Beberapa bentuk aliran yang timbul akibat erosi
air, yaitu sebagai berikut.
a) Erosi percikan (splash erusion).
b) Kumpulan aliran dari erosi percikan,yaitu erosi parit (gully erosion).
c) Lebih besar dari gully erosion dan merupakan kumpulannya, yaitu erosi
lembah (valley erosion).
d) Aliran paling besar akibat erosi, yaitu erosi ngarai (canyon erosion).
2) Tenaga angin
Hembusan angin dapat menyebabkan erosi pada batuan. Proses
pengikisan batuan oleh angin dinamakan deflasi. Bentuk erosi dari angin

berupa lubang-lubang hasil tiupan angin (blow holes). Bentuk sisa dari erosi
angin di antaranya berupa batu jamur (pedestal rocks) dan bentuk hasil
endapannya berupa bukit-bukit pasir (sand dunes) dan endapan lebih halus
dari pasir (loess)

3) Tenaga gletser
Es yang meluncur di lereng pegunungan dapat mengakibatkan
terjadinya erosi. Es meluncur menuruni pegunungan karena es mengalami
pencairan. Peluncuran es diikuti oleh tanah dan batuan di lereng pegunungan.
Erosi yang disebabkan oleh luncuran es itulah yang dinamakan erosi gletser.
Bentuk erosi gletser berupa ledok berundak (cirques) dan palung glasial.
Bentuk sisa dari erosi ini adalah puncak bukit yang mirip tanduk (matterhorn
peaks) dan jerengjereng yang kasar dan tajam (aretes). Sedangkan hasil
endapan erosi gletser berupa morena, drumlin, dan esker.

II.1.2 Faktor Pembentuk Bentang alam


1. Tenaga Eksogen
adalah tenaga yang berasal dari luar bumi. Tenaga eksogen bersifat
merusak dan mengikis kulit bumi, terutama pada bagian-bagian yang tinggi, tetapi
sebaliknya tenaga eksogen mengisi bagian-bagian yang rendah.

Faktor yang berperan sebagai tenaga eksogen adalah air, angin, organisme, sinar
matahari, dan es. Tenaga eksogen bisa menyebabkan terjadinya pelapukan

(weathering), erosi, denudasi, tanah longsor, dan tanah menjalar (soil creep).
dalam peristiwa pembentukan gunung (orogenesis), selalu diikuti adanya
pengikisan permukaan bumi yang disebut glyptogenesis. Dengan adanya
pengikisan ini mengakibatkan terjadinya sedimentasi yang disebut litogenesis.
jadi, ketiga peristiwa tersebut selalu terjadi berturut-turut dan berulang-ulang,
hingga susuan kulit bumi (litosfer) selalu berubah-ubah. peristiwa orogenesis,
glyptogenesis, dan litogenesis disebut siklus geologi.
2. Tenaga endogen
adalah tenaga pengubah muka Bumi yang berasal dari dalam Bumi. Tenaga
endogen merupakan kekuatan yang mendorong terjadinya pergerakan kerak Bumi.
Pergerakan ini disebut diastropisme. Dan Vulkanisme
Proses endogen ini menjadi 2, yaitu :
a. Diastropisme
merupakan proses endogen yang menyebabkan perubahan bentuk dan
kedudukan bagian kerak bumi dan mantel, bagian atas. Diastropisme ini
terdiri dari epirogenesa yaitu pengangkatan atau penurunan bagian bumi
yang luas secara perlahan-lahan, dan orogenesa yaitu proses pengangkatan
dan penurunan bagian muka bumi secara labih cepat dan meliputi bagian
kerak yang lebih sempit. Proses orogenesa ini meliputi pengkekaran,
pengsesaran dan perlipatan batuan pada kerak bumi.
b. vulkanisme
merupakan proses endogen yang disebabkan keluarnya magma dari
dalam bumi.
II.2 Pola Aliran
II.2.1. Pengertian
Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa

aliran sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana


cabang dan anak sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih
besar dan membentuk suatu pola tertentu. Pola itu tergantungan dari
pada kondisi tofografi, geologi, iklim, vegetasi yang terdapat di dalam
DAS bersangkutan

II.2.2. Macam-macam Pola Aliran


1.Pola Radial Sentripugal
Pola pengaliran beberapa sungai di mana daerah
hulu sungai-sungai itu saling berdekatan seakan terpusat
pada satu titik tetapi muaranya menyebar, masingmasing ke segala arah. Pola pengaliran radial terdapat di
daerah gunungapi atau topografi bentuk kubah seperti
pegunungan dome yang berstadia muda, hulu sungaisungai berada di bagian puncak, tetapi muaranya
masing-masing menyebar ke arah yang lain, ke segala
arah.
Gambar 1.
Pola aliran
Radial
Sentipugal

( http://geografi-geografi.blogspot.com )
2.Pola Radial Sentripetal
Kebalikan dari pola radial yang menyebar dari satu

pusat, pola sentripetal ini justru memusat dari banyak


arah. Pola ini terdapat pada satu cekungan (basin), dan
biasanya bermuara pada satu danau. Di daerah beriklim
kering dimana air danau tidak mempunyai saluran
pelepasan ke laut karena penguapan sangat tinggi,
biasanya memiliki kadar garam yang tinggi sehingga
terasa asin.
Gambar 2.
Pola aliran
Radial
Sentripetal

( http://geografi-geografi.blogspot.com )

3.Pola trellis
Memperlihatkan letak anak-anak sungai yang paralel
menurut strike atau topografi yang paralel. Anak-anak
sungai bermuara pada sungai induk secara tegak lurus.
Pola pengaliran trellis mencirikan daerah pegunungan
lipatan (folded mountains). Induk sungai mengalir sejajar
dengan strike, mengalir di atas struktur synclinal,
sedangkan anak-anak sungainya mengalir sesuai deep
dari sayap-sayap synclinal dan anticlinal-nya. Jadi, anakanak sungai juga bermuara tegak lurus terhadap induk
sungainya.
Gambar 3.

Pola aliran Trellis


( http//pola-pengaliran-sungai.html )
4.Pola Paralel
Adalah pola pengaliran yang sejajar. Pola pengaliran
semacam ini menunjukkan lereng yang curam. Beberapa
wilayah di pantai barat Sumatera memperlihatkan pola
pengaliran parallel
Gambar 4. Pola
aliran
Parallel
( http://polapengaliransungai.html )
2.Pola Denritik
Yaitu pola

sungai

dimana

anak-anak

sungainya

(tributaries) cenderung sejajar dengan induk sungainya.


Anak-anak

sungainya

bermuara

pada

induk

sungai

dengan sudut lancip. Model pola denritis seperti pohon


dengan tatanan dahan dan ranting sebagai cabangcabang dan anak-anak sungainya. Pola ini biasanya
terdapat pada daerah berstruktur plain, atau pada
daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan
penyebaran yang luas.

Gambar 5.
Pola aliran
Denritik

( http://geografi-geografi.blogspot.com )
3.Pola Rectangular
adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku
atau hampir 90
Gambar 6.
Pola aliran

Rectangular
( http://pola-pengaliran-sungai.html )
4.Pola Annular
Pola pengaliran cenderung melingkar seperti gelang;
tetapi bukan meander. Terdapat pada daerah berstruktur
dome (kubah) yang topografinya telah berada pada
stadium dewasa. Daerah dome yang semula (pada
stadium remaja) tertutup oleh lapisan-lapisan batuan
endapan yang berselang-seling antara lapisan batuan
keras dengan lapisan batuan lembut.
Gambar 7.
Pola aliran
Anular
( http:/
/pola-pengaliransungai.html )
5.Pola
Pinnate
Adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai
membentuk \sudut lancip dengan sungai induk. Sungai
ini biasanya terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.

Gambar 8.
Pola
aliran
Pinate
( http
://polapengaliransungai.html )
6.Pola radial
Adalah pola aliran yang memancar menjauhi pusat,
jenis ini biasanya terdapat di daerah gunung api atau
pegengungan kubah.
Gambar 9. Pola
aliran Radial
( http://geogr
afi-

geografi.blogspot.com)

7. Pola Contorted
Adalah pola pliran yang terbentuk dari aliran cabangcabang sungai yang relatif tegak lurus terhadap sungai
induk subsekuen yang melengkung. dibedakan dari
recurved trellis dengan ciri daerahnya yang tidak teratur.
Gambar 10. Pola
aliran Concorted
( http://polapengaliran-sungai.html )

8.Pola multi

basinal
Adalah pola aliran yang ditandai dengan adanya
cekungan yang kering atau terisi air yang saling terpisah

dan

aliran

yang

berbeda-beda.

jenis

ini

biasanya

terdapat di daerah endapan antara bukit bedrock yang


tererosi dan didaerah yang aktif gerakan tanah dan
vulkanik.
Gambar 11.
Pola aliran
Multi
Basinal
( http:// polapengaliransungai.html )
9.Kelurusan sungai-sungai besar adalah sebagai kelurusan
sesar. menunjukan graben dan horst secara bergantian.
Gambar 12.
Pola aliran
Fault Trellis
(
http://pola
pengaliran-sungai.html )
10.

Kontrol strukturnya adalah kekar.ditandai oleh aliran

sungai yang pendek-pendek lurus dan sejajar.


Gambar 13.
Pola aliran
Joint Trellis
( http:/
/polapengaliransungai.html )
11.

Kelokannya tajam dari sungai kemungkinan karena

sesar. kelurusan ana sungai diakibatkan kekar. terdapat


pada litologi berbutir kasar dengan keduduan horizontal,
biasanya angulate dan rectangular terdapat bersama
dalam satu daerah.

Gambar 14. Pola


aliran
Angulate

(Annonim)
12.

Pola ini berhubungan dengan kawah, kaldera, dolena

besaratau

uvalla.

beberapa

pola

sentripetal

yang

bergabung menjadi multicentripetal


Gambar 15. Pola
aliran
Sentripetal
(Annonim)
II.3 Bentang Alam Struktural
II.3.1 Pengertian
Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukkannya
dikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan. Struktur geologi
yang paling banyak berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah
struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada.
Kenampakan yang dapat digunakan dalam penafsiran bentang alam

struktural Pola pengaliran. Variasinya biasanya dikontrol oleh variasi struktur


geologi dan litologi pada daerah tersebut. Kelurusan-kelurusan (lineament) dari
punggungan (ridge), puncak bukit, lembah, lereng dan lain-lain. Bentuk
bentuk bukit, lembah dan lain lain. Perubahan aliran sungai, misalnya secara
tiba-tiba, kemungkinan dikontrol oleh struktur kekar, sesar atau lipatan.
II.3.2 Faktor Pengontrol Bentang Alam Struktural
Bentang alam ini di kontrol oleh struktur geologi,dan struktur geologi ini
di bedalan menjadi 2 macanm yaitu :
a.

Struktur primer,yaitu struktur yang terbentuk

bersamaan dengan batuan.


Contoh : masif, perlapisan,

perlapisan

silang-siur,

laminasi ,gelembur gelombang,berfosil.


b.
Strutur sekunder
Yaitu struktur yang terbentuk setelah pembentukan batuan.
Contoh : kekar,sesar,dan lipatan.

Faktor - faktor pembentuk bentang alam struktural biasanya oleh adanya


proses endogen yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas.
Bentuk relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung
kemudian. Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah :
1. pelapukan (dekomposisi dan disintegrasi),
2. erosi (air, angin atau glasial)
3. gerakan massa (longsoran, rayapan atau slump).

Proses endogen adalah pembentukan bentang alam yang disebabkan oleh


tenaga dari dalam bumi. Proses Endogen meliputi diatropisme atau tektonisme
dan Vulkanisme. Diatropisme atau tektonisme (pembentukan pegunungan dan
perbukitan, lembah - lembah, lipatan - lipatan, dan retakan) yaitu proses
deformasi besar - besaran di Bumi. Proses ini dibedakan dapat di bedakan
sebagai berikut :
1.Epirogenesa
adalah gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal
maupun

vertikal

akibat

pengangkatan

dan

penurunan

permukaan bumi yang terjadi sangat lambat serta meliputi


wilayah yang sangat luas. Gerakan epirogenesa dibagi menjadi
2 sebagai berikut :
a.Epirogenesa positif, yaitu gerak turunnya permukaan
bumi sehingga laut seolah - olah mengalami kenaikan.
b.Epirogenesa negatif, yaitu gerak turunnya permukaan
bumi sehingga laut seolah - olah mengalami penurunan.
2. Orogenesa
adalah gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal
maupun

vertikal

akibat

pengangkatan

dan

penurunan

permukaan bumi yang terjadi sangat cepat serta meliputi


wilayah yang sempit. Misalnya, pembentukan deretan sirkum
pasifik. Berdasarkan bentuknya, proses tektonisme dibedakan
menjadi sebagai berikut :
a. Lipatan, terjadi akibat tenaga endogen yang mendatar
dan bersifat liat (elastis) sehingga permukaan bumi
mengalami pengerutan. Bagian yang terlipat ke atas

dinamakan punggung lipatan (antiklinal), sedangkan


yang melipat ke bawah dinamakan lembah lipatan
(sinklinal). Jenis - jenis lipatan sebagai berikut :
1) Lipatan tegak (symmetrical folds), terjadi karena
pengaruh

tenaga horizontal sama atau tenaga

radial sama dengan


tenaga tangensial.
2) Lipatan miring (asymmetrical folds), terjadi karena
arah tenaga horizontal tidak sama.
3) Lipatan menutup (recumbent folds), terjadi karena
tenaga tangensial saja yang bekerja.
4) Lipatan rebah (overturned folds), terjadi karena
arah tenaga horizontal dari satu arah.
5) Lipatan sungkup (overthurst), terjadi

karena

adanya pergerakan pada sepanjang kerak bumi.


b.

Patahan, terjadi akibat tenaga endogen yang relatif

c.

cepat, beik secara vertikal maupun horizontal.


Sesar, yaitu patahan yang diakibatkan oleh gerak
horizontal yang tidak frontal dan hanya sebagian saja
yang bergeser. Sesar ini dibagi menjadi 2, yaitu dekstral
dan sinistral. Dekstral, yaitu jika kita berdiri di depan
potongan sesar di depan kita bergeser ke kanan.
Sinistral, yaitu jika kita berdiri di depan potongan besar

d.

sesar di depan kita bergeser ke kiri.


Blok mountain, yaitu kumpulan pegunungan yang terdiri
atas beberapa patahan. Blok mountain terjadi akibat
tenaga endogen yang berbentuk retakan - retakan di
suatu daerah, ada yang naik dan ada yang turun dan ada

pula yang berbentuk miring sehingga terbentuk komplek


pegunungan patahan yang terdiri atas balok - balok
lithosfera.
II.3.3 Macam-Macam Bentuk Lahan
Tabel 1. Klasifikasi bentuk lahan struktural menurut van zuidam,
198(http://taufik.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Bahan-4-KlasifikasiBentuklahan.pdf)

Simbol
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
S21
II.3 Bentang Alam Struktural

Bentuk lahan
Blok sesar
Gawir sesar
Gawir garis sesar
Pegunungan antiklinal
Perbukitan antiklinal
Pegunungan sinklinal
Perbukitan sinklinal
Pegunungan monoklinal
Pegunungan dome (kubah)
Pegunungan dome (kubah)
Perbukitan dome
Dataran tinggi (plateau)
Cuesta
Hogback
Bentuk seterika (flat iron)
Lembah antiklinal
Lembah sinklinal
Lembah subsekuen
Sembul (horst)
Tanah terban (graben)
Perbukitan lipatan kompleks

II.3.1 Pengertian
Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukkannya

dikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan. Struktur geologi


yang paling banyak berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah
struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada.
Kenampakan yang dapat digunakan dalam penafsiran bentang alam
struktural Pola pengaliran. Variasinya biasanya dikontrol oleh variasi struktur
geologi dan litologi pada daerah tersebut. Kelurusan-kelurusan (lineament) dari
punggungan (ridge), puncak bukit, lembah, lereng dan lain-lain. Bentuk
bentuk bukit, lembah dan lain lain. Perubahan aliran sungai, misalnya secara
tiba-tiba, kemungkinan dikontrol oleh struktur kekar, sesar atau lipatan.
II.3.2 Faktor Pengontrol Bentang Alam Struktural
Bentang alam ini di kontrol oleh struktur geologi,dan struktur geologi ini
di bedalan menjadi 2 macanm yaitu :
c.

Struktur primer,yaitu struktur yang terbentuk

bersamaan dengan batuan.


Contoh : masif, perlapisan,

perlapisan

silang-siur,

laminasi ,gelembur gelombang,berfosil.


d.
Strutur sekunder
Yaitu struktur yang terbentuk setelah pembentukan batuan.
Contoh : kekar,sesar,dan lipatan.

Faktor - faktor pembentuk bentang alam struktural biasanya oleh adanya


proses endogen yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas.
Bentuk relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung

kemudian. Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah :


4. pelapukan (dekomposisi dan disintegrasi),
5. erosi (air, angin atau glasial)
6. gerakan massa (longsoran, rayapan atau slump).
Proses endogen adalah pembentukan bentang alam yang disebabkan oleh
tenaga dari dalam bumi. Proses Endogen meliputi diatropisme atau tektonisme
dan Vulkanisme. Diatropisme atau tektonisme (pembentukan pegunungan dan
perbukitan, lembah - lembah, lipatan - lipatan, dan retakan) yaitu proses
deformasi besar - besaran di Bumi. Proses ini dibedakan dapat di bedakan
sebagai berikut :
3.Epirogenesa
adalah gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal
maupun

vertikal

akibat

pengangkatan

dan

penurunan

permukaan bumi yang terjadi sangat lambat serta meliputi


wilayah yang sangat luas. Gerakan epirogenesa dibagi menjadi
2 sebagai berikut :
c. Epirogenesa positif, yaitu gerak turunnya permukaan
bumi sehingga laut seolah - olah mengalami kenaikan.
d.Epirogenesa negatif, yaitu gerak turunnya permukaan
bumi sehingga laut seolah - olah mengalami penurunan.
4. Orogenesa
adalah gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal
maupun

vertikal

akibat

pengangkatan

dan

penurunan

permukaan bumi yang terjadi sangat cepat serta meliputi


wilayah yang sempit. Misalnya, pembentukan deretan sirkum

pasifik. Berdasarkan bentuknya, proses tektonisme dibedakan


menjadi sebagai berikut :
e. Lipatan, terjadi akibat tenaga endogen yang mendatar
dan bersifat liat (elastis) sehingga permukaan bumi
mengalami pengerutan. Bagian yang terlipat ke atas
dinamakan punggung lipatan (antiklinal), sedangkan
yang melipat ke bawah dinamakan lembah lipatan
(sinklinal). Jenis - jenis lipatan sebagai berikut :
6) Lipatan tegak (symmetrical folds), terjadi karena
pengaruh

tenaga horizontal sama atau tenaga

radial sama dengan


tenaga tangensial.
7) Lipatan miring (asymmetrical folds), terjadi karena
arah tenaga horizontal tidak sama.
8) Lipatan menutup (recumbent folds), terjadi karena
tenaga tangensial saja yang bekerja.
9) Lipatan rebah (overturned folds), terjadi karena
arah tenaga horizontal dari satu arah.
10)
Lipatan sungkup (overthurst), terjadi karena
adanya pergerakan pada sepanjang kerak bumi.
f.

Patahan, terjadi akibat tenaga endogen yang relatif

g.

cepat, beik secara vertikal maupun horizontal.


Sesar, yaitu patahan yang diakibatkan oleh gerak
horizontal yang tidak frontal dan hanya sebagian saja
yang bergeser. Sesar ini dibagi menjadi 2, yaitu dekstral
dan sinistral. Dekstral, yaitu jika kita berdiri di depan
potongan sesar di depan kita bergeser ke kanan.
Sinistral, yaitu jika kita berdiri di depan potongan besar

h.

sesar di depan kita bergeser ke kiri.


Blok mountain, yaitu kumpulan pegunungan yang terdiri
atas beberapa patahan. Blok mountain terjadi akibat
tenaga endogen yang berbentuk retakan - retakan di
suatu daerah, ada yang naik dan ada yang turun dan ada
pula yang berbentuk miring sehingga terbentuk komplek
pegunungan patahan yang terdiri atas balok - balok
lithosfera.

II.3.3 Macam-Macam Bentuk Lahan

Tabel 2. Klasifikasi bentuk lahan struktural menurut van zuidam,


198(http://taufik.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Bahan-4-KlasifikasiBentuklahan.pdf)

Simbol

Bentuk lahan

S1

Blok sesar

S2

Gawir sesar

S3

Gawir garis sesar

S4

Pegunungan antiklinal

S5

Perbukitan antiklinal

S6

Pegunungan sinklinal

S7

Perbukitan sinklinal

S8

Pegunungan monoklinal

S9

Pegunungan dome (kubah)

S10

Pegunungan dome (kubah)

S11

Perbukitan dome

S12

Dataran tinggi (plateau)

S13

Cuesta

S14

Hogback

S15

Bentuk seterika (flat iron)

S16

Lembah antiklinal

S17

Lembah sinklinal

S18

Lembah subsekuen

S19

Sembul (horst)

S20

Tanah terban (graben)

S21

Perbukitan lipatan kompleks

II.5 Bentang Alam Vulkanik


II.5.1 Pengertian
Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang proses pembentukannya

dikontrol oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi.
Bentang alam vulkanik selalu dihubungkan dengan gerak-gerak tektonik.
Gunung api sangat berkaitan dengan bentang alam vulkanik, gunung api sendiri
mempunyai pengertian yaitu morfologi bentang alam hasil dari paroses vulkanisme
atau tempat keluarnya magma, bahan rombakan batuan padat dan gas dari dalam
bumi kepermukaan bumi
Struktur vulkanik yang besar biasanya ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan
effusif, yang dalam hal ini terbentuk volkanostrato. Vulkanisme adalah semua
fenomena yang berkaitan dengan proses gerakan magma dari dalam bumi menuju ke
permukaan bumi yang menghasilkan bentuklahan yang cenderung positif.

Gambar 16.
Pergerakan
(sumber

lempeng

:Http://Geologi.Tripod.Com/BentangAlam vulkanik)

II.5.2 Faktor Pengontrol Bentang Alam Vulkanik


1. Proses Vulkanisme

Dalam kaitannya dengan bentang alam, gunungapi mempunyai beberapa


pengertian yaitu :
a.Merupakan bentuk timbulan di permukaan bumi yang dibangun
oleh timbunan material/rempah gunungapi.
b.Merupakan tempat munculnya material vulkanik lepas sebagai
hasil aktivitas magma di dalam bumi (vulkanisme).
2. Berdasarkan proses terjadinya ada tiga macam

vulkanisme,yaitu :
a.Vulkanisme Letusan, dikontrol oleh magma yang bersifat asam
yang kaya akan gas, bersifat kental dan ledakan kuat.
Vulkanisme ini biasanya menghasilkan material piroklastik dan
membentuk gunungapi yang tinggi dan terjal.
b. Vulkanisme Lelehan, dikontrol oleh magma yang bersifat basa,
sedikit mengandung gas, magma encer dan ledakan lemah.
Vulkanisme ini biasanya menghasilkan gunungapi yang rendah
dan berbentuk perisai, misalnya Dieng, Hawai.
c. Vulkanisme Campuran, dipengaruhi oleh magma intermediet
yang agak kental. Vulkanisme ini menghasilkan gunungapi
strato, misalnya Gunung Merapi dan Merbabu.
3. Macam macam gunug api berdasarkan tipe letusan

a. Letusan gunung berapi tipe hawai


Letusan ini terjadi karena semua lava yang keluar langsung berbentuk
cairan. Sehingga penyebarannya, berpencar ke segala arah. Bentuknya
yang keluar dari dalam perut bumi pun seperti perisai atau tameng.
Sebagai contoh adalah gunung Maona loa, Maona kea dan Kilauea di

hawai.
b. Letusan Gunung Berapi Tipe Stromboli
Letusan ini sifatnya adalah spesifik. Letusan-letusan yang keluar terjadi
secara interval atau tenggang waktu yang hampir sama. Letusan tipe ini
dapat memuntahkan material, bom, lapili, dan abu setiap 12 menit sekali
c. Letusan Gunung Berapi Tipe Vulkan
Letusan ini dapat mengeluarkan material berbentuk padat. Letusan
ini keluar dari dalam perut bumi berdasarkan atas kekuatan erupsi dan
kedalaman dapur magmanya. Contoh dari gunung ini adalah Gunung
Vesuvius dan Gunung Etna di Italia. Selain itu, ada juga Gunung
Semeru di Jawa Timur.
d. Letusan Gunung Berapi Tipe Merapi
Tipe letusan seperti ini sangat berbahaya sekali karena lava yang keluar
sangatlah kental, sehingga dapat menyumbat mulut kawah. Oleh karena
itu, tekanan gas yang terdapat di dalam perut bumi semakin bertambah
kuat dan dapat memecahkan sumbatan lava. Sumbatan tersebut kemudian
terdorong ke atas, yang berakhir pada terlemparnya lava ke mana-mana.
Lava ini menuruni lereng gunung, selain itu keluar pulalah awan panas
yang lebih sering dikenal sebagai wedhus gembel atau awan panas.
e. Letusan Gunung Berapi Tipe Perrey atau Plinian
Letusan tipe ini juga sangat ditakuti masyarakat karena semburannya
yang dapat mencapai ketinggian 80km dan sangat merusak lingkungan.
f. Letusan Gunung Berapi Tipe Pelee

Letusan tipe ini biasanya terjadi karena terdapat penyumbatan kawah


di puncak gunung berapi dan bentuknya seperti jarum. Karena
sumbatannya kecil, maka tekanan dari dalam perut bumi semakin besar,
sehingga jika penyumbatan tersebut tidak dapat dibendung lagi, maka
gunung tersebut dapat meletus.

Gambar 17. Letusan gunung api


(sumber : Http://Geologi.Tripod.Com/BentangAlam vulkanik)

II.5.3 Macam-Macam Bentuk lahan Bentang Alam Vulkanik


1. Kawah
Kawah merupakan cekungan pada puncak atau bagian lereng gunungapi yang
merupakan tempat keluarnya magma ke permukaan. Neck akan menghubungkan
kawah dengan dapur magma yang terdapat di dalam bumi. Bentuk cekung pada
kawah menyebabkan air hujan dapat tertampung dalam kawah sehingga akan
terbentuk danau kawah.

2. Kaldera
Kaldera merupakan kawah yang besar. Kaldera terbentuk dari kawah yang
runtuh akibat erupsi gas yang kuat. Pada saat erupsi gas, material di dalam
kawah tersebut tersembur keluar sehingga bagian dalam kawah menjadi
kosong. Kekosongan material dalam kawah ini mengakibatkan dinding kawah
menjadi labil. Akibat goncangan dan gaya berat maka dinding kawah akan
runtuh sehingga terbentuk kaldera.
3. Kerucut gunungapi
Kerucut Gunungapi merupakan bagian tubuh gunungapi paling atas yang
langsung mendapat material dari kawah saat terjadi erupsi. Gerakan material
pada kerucut gunungapi adalah gerakan gravitatif, yaitu gerakan yang
dipengaruhi oleh tenaga gravitasi bumi. Kerucut gunungapi memiliki lereng
yang sangat curam dan terdapat lembah-lembah dalam. Material endapannya
merupakan campuran bahan erupsi yang masih sangat kasar hingga kasar,
Kerucut gunungapi didominasi oleh aktifitas pengangkutan dan longsor lahan.

4. Lereng gunungapi
Lereng gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang terdapat di bawah
kerucut gunungapi, dengan proses dominan berupa pengangkutan material
secara gravitatif dan oleh tenaga air. Lereng terbentuk dari hasil endapan
material erupsi yang berlangsung secara bertahap. Kemiringan lereng di satuan
bentuklahan ini bervariasi dari curam sampai agak curam dengan aktifitas
longsor lahan dan pengangkutan oleh air. Ciri lain yang umum adalah telah

digunakannya untuk lahan pertanian, permukiman, peternakan, perkebunan dan


pariwisata. Biasanya lereng gunungapi ini memiliki bentuk yang belum teratur
dengan lembah-lembah yang dalam.
5. Kaki gunungapi
Kaki gunungapi dicirikan oleh lereng yang agak curam sampai agak landai.
Kaki gunungapi didominasi oleh pengendapan materi gunungapi misalnya
yang melalui lembah-lembah sungai. Materi yang diendapkan antara lain
lumpur, endapan lava dan materi piroklastik. Proses pengangkutan mulai
berkurang yang disebabkan oleh kemiringan lereng yang mulai berkurang.
Proses gravitatif yang terjadi juga mulai lemah.
6. Dataran kaki gunungapi
Dataran kaki gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang lebih datar dan
terbentuk dari pengendapan material oleh proses fluvial. Proses sedimentasi
pada lembah sungai mulai aktif karena adanya penurunan kemiringan lereng
yang memungkinkan terjadinya pengendapan yang cukup besar. Kemiringan
lerengnya bervariasi dari agak landai sampai landai. Pemanfaatan lahan untuk
pertanian mulai berkembang. Material permukaan didominasi oleh kerikil
hingga pasir kasar. Proses erosi pada unit ini mulai lebih kecil dari
pengendapannya. Secara umum proses erosi yang tampak adalah dari erosi
lembar sampai erosi alur.
7. Dataran fluvio gunungapi
Dataran fluvio gunungapi merupakan satuan bentuklahan dengan topografi
datar dan terbentuk oleh pengendapan dari proses fluvial. Proses pengendapan

yang terjadi lebih intensif serta material utamanya berupa pasir sedang hingga
halus pada bagian atasnya. Di sini pemanfaatan lahan untuk pertanian dan
permukiman lebih berkembang.
8. Medan lava dan medan lahar.
Medan lava terbentuk oleh adnya aliran lava melalu lembah-lembah dan
hasil erupsi gunungapi. Karakeristik satuan bentuklahan ini berupa daerah yang
bergelombang tak teratur. Medan lava akan terbentuk bila terjadi curahan lava
pada volume yang sangat besar yang umumnya berupa lava basalt. Medan lava
ini diyakini berhubungan erat dengan adanya erupsi melalui rekahan, baik yang
muncul di sekitar kawah maupun kerucut gunungapi.

Tabel 3. Klasifikasi bentuk lahan vulkanik menurut van zuidam, 1983


(http://taufik.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Bahan-4-Klasifikasi-Bentuklahan.pdf)

Simbol

Bentuk lahan

V1

Kepundan

V2

Kerucut gunungapi

V3

Lereng gunungapi atas

V4

Lereng gunungapi tengah

V5

Lereng gunungapi bawah

V6

Kaki gunungapi

V7

Dataran kaki gunungapi

V8

Dataran fluvial gunungapi

V9

Padang lava

V10

Padang lahar

V11

Lelehan lava

V12

Aliran lahar

V13

Dataran antar gunungapi

V14

Dataran tinggi lava (lava plateau)

V15

Planezes

V16

Padang abu, tuff atau lapili

V17

Solfatar

V18

Fumarol

V19

Bukit gunungapi terdenudasi

V20

Leher gunungapi

V21

Sumbat gunungapi

V22

Kerucut parasiter

V23

Boka

V24

Dike

V25

Baranko

II.6 Bentang Alam Karst


II.6.1 Pengertian
Batuan karbonat merupakan batuan yang penyusun utamanya mineral
karbonat. Secara umum, batuan karbonat dikenal sebagai batugamping, walaupun
sebenarnya terdapat jenis yang lain yaitu dolostone. Batuan karbonat dapat
terbentuk di berbagai lingkungan pengendapan.Umumnya batuan ini terbentuk
pada lingkungan laut, terutama laut dangkal. Hal tersebut dikarenakan batuan
karbonat dibentuk oleh zat organik yang umumnya subur di daerah yang masih
mendapat sinar matahari, kaya akan nutrisi, dan lain - lain.
Batuan karbonat, khususnya batugamping, memiliki sifat mudah larut dalam
air. Hal ini dapat dijumpai terutama pada batugamping yang berkadar CO2 tinggi.
Pelarutan tersebut akan menghasilkan bentukan-bentukan yang khas yang tidak
dapat dijumpai pada batuan jenis lain. Gejala pelarutan ini merupakan awal proses
karstifikasi. Morfologi yang dihasilkan oleh batuan karbonat yang mengalami
karstifikasi dikenal dengan sebutan bentang alam kars.
Karst adalah istilah dalam bahasa Jerman yang diambil dari istilah Slovenian
kuno yang berarti topografi hasil pelarutan (solution topography). topografi karst
yaitu : Suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa batuan

yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran yang tidak teratur,
aliran sungainya secara tiba-tiba masuk kedalam tanah dan meninggalkan lembah
kering untuk kemudian keluar ditempat lain sebagai mata air yang besar.

II.6.2 Faktor Pengontrol

Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan bentuk lahan dari bentang


alam Karst adalah :
1. Faktor fisik
Faktor fisik yang mempengaruhi pembentukan topografi
karst meliputi :
a. Ketebalan batugamping
batuan mudah larut yang baik untuk perkembangan
topografi karst harus tebal. Batugamping tersebut dapat
masif atau terdiri dari beberapa lapisan yang membentuk
satu

unit

batuan

yang

tebal,

sehingga

mampu

menampilkan topografi karst sebelum batuan tersebut


habis

terlarutkan

dan

tererosi.

batugamping

yang

berlapis meskipun membentuk satu unit yang tebal,


tidak sebaik batugamping yang massif dan tebal dalam
pembentukan topografi karst ini. Hal ini dikarenakan
material sukar larut dan lempung yang terkonsentrasi
pada bidang perlapisan akan mengurangi kebebasan
sirkulasi air untuk menmbus seluruh lapisan. Sebaliknya

pada batugamping yang masif, sirkulasi air akan berjalan


lancar

sehingga

mempermudah

terjadinya

proses

karstifikasi
b. Porositas dan permeabilitas
Kedua hal ini berpengaruh terhadap sirkulasi air dalam
batuan. porositas primer ditentukan oleh tekstur batuan
dan berkurang oleh proses sementasi, rekristaslisasi dan
penggantian

mineral

(misal

dolomitisasi)

sehingga

porositas primer tidak begitu berpengaruh terhadap


proses karstifikasi. Sebaliknya dengan porositas sekunder
yang biasanya terbentuk oleh adanya retakan atau
pelarutan dalam batuan. Porositas baik primer maupun
sekunder biasanya mempengaruhi permeabilitas yaitu
kemampuan
Disamping

batuan
itu

batuan

permeabilitas

untuk
juga

melalukan

dipengaruhi

air.
oleh

adanya kekar yang saling berhubungan dalam batuan.


Semakin besar permeabilitas suatu batuan maka sirkulasi
air

akan

berjalan

semakin

lancar

sehingga

proses

karstifikasi akan semakin intensif.


c. Intesitas struktur terhadap batuan
Intersitas struktur terutama kekar sangat berpengaruh
terhadap proses karstifikasi. Disamping kekar dapat
mempertinggi

permeabilitas

batuan,

zona

kekar

merupakan zona yang lemah yang mudah mengalami


pelarutan dan erosi sehingga dengan adanya kekar

dalam batuan proses pelarutan dan erosi berjalan


intensif. kekar biasanya terbentuk dengan pola tertentu
dan berpasangan (kekar gerus), tiap pasang membentuk
sudut

antara

70

sampai

90

dan

mereka

saling

berhubungan. Hal inilah yang menyebabkan kekar dapat


mempertinggi
sebagai

zona

porositas
lemah

dan permeabilitas
yang

sekaligus

menyebabakan

proses

pelarutan dan erosi berjalan lebih intensif. Apabila


intensitas

pengkekaran

sangat

tinggi

maka

batuan

menjadi mudah hancur atau tidak memiliki kekauatan


yang cukup. Disamping itu permeabilitas mejadi sangat
tingi sehingga waktu sentuh batuan dan air sangat cepat.
Hal ini menghambat proses kartifikasi, adanya kontrol
struktur dalam pembentukan topografi karst ini diberikan
2.

contoh pada pembentukan gua.


Faktor kimiawi

Faktor kimiawi yang berpengaruh dalam proses karstifikasi adalah sebagai


berikut :
a. Kondisi kimia batuan
Kondisi kimia batuan

yang

dimaksud

adalah

komposisi dan sifat kimia (kelarutannya). Secara


umum

berdasarkan

komposisinya

batugamping

dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,


tetapi

sesuai

dengan

namanya,

batugamping

sedikitnya mengandung 50% mineral karbonat ynag


umumnya berupa kalsit (CaCO3). Dua jenis mineral
karbonat yang umum ada pada batugamping adalah
kalsit dan dolomite. bila batuan mengandung mineral
dolomite lebih dari 50% maka batuannya disebut
dolomite dan bila batuannya mengandung mineral
kalsit lebih dari 50% maka batuannya disebut
batugamping. Batugamping inilah yang mempunyai
kecenderungan untuk membentuk topografi karst.
Untuk

membentuk

sedikitnya

60%

topografi

kalsit

dalam

karst

diperlukan

batuan.

Untuk

perkembangan topografi karst yang baik diperlukan


kurang lebih 90% kalsit dalam batuan tersebut,
tetapi bila kandungan mineral kalsit lebih dari 95%
disebut batugamping murni.
b. Kondisi kimia media pelarut
Media pelarut dalam proses karstifikasi adalah air
alam (natural water). kalsit sangat sulit larut dalam
air murni, akan tetapi ia akan larut dalam air yang
mengandung asam. Dialam, air hujan akan mengikat
karbondioksida (CO2) dari udara dan dari tanah
disekitarnya membentuk air /larutan yang bersifat
asam yaitu asam karbonat (H2CO3). Larutan inilah
yang

akan

melarutkan

batugamping.

Dengan

demikian bahwa sifat kimiawi media pelarut sangat


dipengaruhi oleh banyaknya karbondioksida yang
3.

diikatnya.
Faktor biologis
Aktifitas biologis dapat mempengaruhi pembentukan topografi kars,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktifitas tumbuhtumbuhan dan mikrobiologis dapat menghasilkan humus yang akan
menutupi batuan dasar. Humus ini menyebabkan batuan dasar tersebut
menadi anaerobik, sehingga air permukaan yang masuk sampai
kebatuan dasar tekanan parsial CO2nya bertambah besar sampai 10 kali
lipat dibanding dengan saat dia berada dipermukaan. Karena tekanan
parsial CO2 naik, maka kemampuan air untuk melarutkan batuan
menjadi lebih tinggi. Dengan demikian berarti dengan terbentuknya
humus oleh aktifitas biologis, maka proses karstifikasi berjalan lebih
internsif. Disamping meningkatkan tekanan parsial CO2 dalam larutan,
pada saat pembentukan humus juga terjadi proses dekomposisi material
organic yang menghasilkan karbondioksida (CO2).

4.

Faktor iklim dan lingkungan


Iklim dan lingkungan merupakan dua hal yang sering kali sulit untuk
dipisahkan. Lingkungan dalam arti sempit adalah kondisi disekitar
tempat lahan pembentukan topografi kars dan lingkungan dalam arti
luas meliputi seluruh aspek biotik dan abiotik yang ada didaerah yang
dimaksud. Kondisi lingkungan yang mendukung pembentukan topografi
kars adalah adanya lembah besar yang mengelilingi tempat yang tinggi,

yang terdiri dari batuan mudah larut (batugamping) yang terkekarkan


dengan intensif. Kondisi ini menyebabkan air tanah pada tempat yang
tinggi dapat turun , menembus batugamping tersebut dan melarutkannya
dengan bebas.

II.6.3 Macam-Macam Bentuk Lahan Karst


Bentuk morfologi yang menyusun suatu bentang alam karst dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu:
1.Bentuk Konstruksional
Bentuk-bentuk konstriksional adalah topografi yang dibentuk oleh proses
pelarutan batugamping atau pengendapan mineral karbonat yang dibawa oleh air.
Berdasarkan ukurannya dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu :
a.

Bentang alam karst minor adalah bentang alam yang tidak


dapat diamati pada peta topografi atau foto udara. Bentukbentuk topografi kars minor adalah :
1) Lapies, merupakan bentuk tidak rata pada permukaan
batugamping akibat adanya proses pelarutan, penggerusan
atau karena proses lain.
2) Karst Split, merupakan celah pelarutan yang terbentuk
dipermukaan.

Karst

split

sebenarnya

merupakan

perkembangan dari karst - runnel (solution runnel).


3) Parit karst, yaitu alur pada permukaan yang memanjang
membentuk parit, yang juga sering dianggap karst split yang
memanjang sehingga membentuk parit.
4) Palung karst, adalah alur pada permukaan batuan yang besar

dan lebar, terbentuk karena proses pelarutan, kedalaman


lebih dari 50 cm. biasanya pada permukaan batuan yang
datar atau miring rendah dan dikontrol oleh struktur yang
memanjang.
5) Speleotherms, adalah hiasan pada gua yang merupakan
endapan CaCO3 yang mengalami presipitasi pada air tanah
yang membawanya masuk ke dalam gua yang membentuk
stalaktit dan stalakmit.
6) Fitokarst, adalah permukaan yang berlekuk-lekuk dengan
lubang-lubang yang saling berhubungan, terbentuk karena
adanya pengaruh aktivitas biologis yaitu algae yang tumbuh
di dalam batugamping. Algae menutup di permukaan dan
masuk sedalam 0,1 0,2 mm dan menghasilkan larutan asam
sehingga melarutkan batugamping.
b. Bentang alam mayor adalah yang dapat diamati dari peta
topografi atau foto udara. Bentuk-bentuk topografi kars mayor
adalah :
1) Surupan (doline), yaitu depresi tertutup hasil pelarutan
dengan diameter mulai dari beberapa meter sampai beberapa
kilometer,

kedalaman

bisa

sampai

ratusan

meter

dan

mempunyai bentuk bundar atau lonjong.


2) Uvala, adalah gabungan dari beberapa doline.
3) Polje, adalah depresisi tertutup yang besar dengan lantai
datar dan dinding curam, bentuknya tidak teratur dan
biasanya

memanjang

searah

jurus

perlapisan,

pembentukannya dikontrol oleh litologi dan struktur, dan

mengalami pelebaran saat terisi oleh air.


4) Jendela karst, adalah lubang pada

atap

gua

yang

menghubungkan dengan udara luar, terbentuk karena atap


gua runtuh.
5) Lembah karst, adalah lembah atau alur yang besar, terbentuk
oleh

aliran

permukaan

yang

mengerosi

batuan

yang

dilaluinya. Ada 4 macam lembah karst, yaitu :


a) Allogenic valley, lembah karst dengan hulu pada batuan
kedap air yang kemudian masuk ke dalam daerah karst
b) Blind valley, lembah karst yang alirannya tiba-tiba hilang
karena masuk ke dalam batuan
c) Pocket valley, yaitu lembah yang berasosiasi dengan mata
air yang besar dan keluar dari batuan kedap air (bukan
batugamping) yang berada di bawah lapisan batugamping
d) Dry valley, lembah yang mirip dengan lembah fluviatil
tetapi bukan sebagai penyaluran air permukaan karena air
yang masuk langsung meresap ke batuan dasarnya karena
banyak rekahan.
6) Gua, adalah ruang bawah tanah yang dapat dicapai dari
permukaan dan cukup besar bila dilalui oleh manusia
7) Terowongan dan jembatan alam, adalah lorong di bawah
permukaan yang terbentuk oleh pelarutan dan penggerusan
air tanah
2. Bentuk sisa pelarutan
Sisa pelarutan adalah morfologi yang terbentuk karena pelarutan dan erosi
sudah berjalan sangat lanjut sehingga meninggalkan sisa erosi yang khas pada
daerah karst. Macam-macam morfologi sisa antara lain :
a. Kerucut kars, yaitu bukit kars yang berbentuk kerucut, berlereng

terjal dan dikelilingi oleh depresi yang biasanya disebut sebagai


bintang. Kerucut kars sering disebut sebagai kegelkars dalam
bahasa Jerman. Pada kenyataannya kerucut kars sering kali lebih
mirip setengah bola dibanding dengan bentuk kerucut
b. Menara Kars, adalah bukit sisa pelarutan dan erosi berbentuk
menara dengan lereng yang terjal, tegak atau menggantung,
terpisah satu dengan yang lain dan dikelilingi oleh dataran
alluvial. Menara kars dan kerucut kars dibedakan dalam hal
keterjalan lereng dan adanya rawa atau dataran aluvial yang
mengelilinginya.
c. Mogote, adalah bukit terjal yang merupakan sisa pelarutan dan
erosi, umumnya dikelilingi oleh dataran alluvial yang hampir rata
(flat). Bentuknya kadang-kadang tidak simetri antara sisi yang
mengarah kearah datangnya angin dengan sisi sebaliknya.
Mogote dan menara kars dibedakan dari bentuk dan keterjalan
lereng sisi-sisinya.

Simbol
Bentuk lahan
K1
Dataran tinggi karst
K2
Lereng dan perbukitan karstik terkikis
K3
Kubah karst
Tabel
4.
K4
Bukit sisa batugamping terisolasi
K5
Dataran aluvial karts
K6
Uval, dolin
K7
Poltje
K8
Lembah kering
K9
Ngarai karst
Klasifikasi bentuk lahan karst menurut van zuidam, 1983
(http://taufik.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Bahan-4-Klasifikasi-Bentuklahan.pdf)

II.7 Bentang Alam Denudasional


II.7.1 Pengertian
Denudasi adalah kumpulan proses yang mana jika dilanjutkan cukup jauh,
akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar
seragam. Dengan kata lain proses denudasi merupakan proses yang cenderung

mengubah bentuk permukaan bumi yang disebut dengan proses penelanjangan.


Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan pelepasan
material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh berbagai
proses erosi dan gerakan tanah.Dalam hal ini, proses yang utama adalah
degradasi, pelapukan, dan pelepasan material, pelapukan material permukaan
bumi yang disebabkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan tanah. Kebalikan
dari degradasi adalah agradasi, yaitu berbagai proses eksogenik yang
menyebabkab

bertambahnya

elevasi

permukaan

bumi

karena

proses

pengendapan material hasil proses degradasi.


Proses yang mendorong terjadinya degradasi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Pelapukan, produk dari regolith dan saprolite ( bahan rombakan
dan tanah)
2. Transport, yaitu proses perpindahan bahan rombakan terlarut
dan tidak terlarut karena erosi dan gerakan tanah.
II.7.2 Faktor Pengontrol
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pembentukan bentang alam
denudasional adalah :
1.

Pelapukan

Pelapukan merupakan proses perubahan keadaan fisik dan kimia suatu batuan
pada atau dekat dengan permukaan bumi (tidak termasuk erosi dan pengangkutan
hasil perubahan itu). Ketika batuan tersingkap, mereka akan menjadi subjek dari
semua hasil proses pemisahan atau dekomposisi batuan insitu Pemisahan batuan
umumnya disebabkan karena pengaruh kimia, fisika, organisme, ataupun
kombinasi dari ketiganya. Ketiga proses ini saling terintegrasi satu sama lain

sehingga mempercepat proses pelapukan batuan.

Tipe proses pelapukan pada kenyataan dan tingkat aktivitasnya dipengauhi oleh :
a.
b.
c.
d.
e.

2.

Sort atau pemilahan


Iklim
Topografi atau morfologi
Proses geomorfologi
Vegetasi dan tata guna lahan
Erosi air permukaan

Erosi adalah suatu kelompok proses terlepasnya material permukaan bumi hasil
pelapukan yang dipengaruhi tenaga air, angin, dan es. Ini juga termasuk
perpindahan partikel dengan pemisahan karena pengaruh turunnya hujan dan
terbawa sepanjang aliran sebagaiman suatu arus melalui darat. Ketika arus
menjadi seragam secara relatif dan tipis (sempit), partikel dipindahkan dari
permukaan tanpa adanya konsentrasi erosi.
Erosi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a.

Erosi

normal,

penghancuran
sehingga

dan

terjadi

secara

pengangkutan

memungkinkan

alamiah
tanahnya

kesetimbangan

dengan

laju

sangat

lambat

antara

proses

penghancuran dan pengangkutan dengan proses pembentukan


tanah.
b. Erosi dipercepat, terjadi akibat pengaruh manusia sehingga
laju erosi jauh lebih besar daripada pembentukan tanah. Erosi
dipercepat

dapat

menimbulkan

berbagai

masalah

yang

merugikan diantaranya Merosotnya peroduktivitas tanah pada


lahan yang tererosi.

Menurut bentuknya, erosi dibedakan dalam :


a.

Erosi percik (Splash erosion) adalah proses terkelupasnya

patikel-partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan


bebas atau sebagai air lolos. Arah dan jarak terkelupasnya
partikel-partikel

tanah

ditentukan

oleh

kemiringan

lereng,

kecepatan dan arah angin, keadaan kekasaran permukaan tanah,


dan penutupan tanah.
b. Erosi lembar (Sheet erosion) adalah erosi yang terjadi ketika
lapisan tipis permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh
kombinasi air hujan dan air larian (runoff).
c. Erosi alur (Rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti
dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air
larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Alur-alur
yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan
pengolahan tanah.
d. Erosi parit (Gully erosion) proses terjadinya sama dengan
erosi alur, tetapi saluran yang terbentuk sudah sedemikian
dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan
tanah biasa.
e. Erosi tebing sungai (Streambank erosion) adalah pengikisan
tanah pada tebing-tebing sungai dan pengerusan dasar sungai
oleh aliran air sungai. Erosi tebing akan lebih hebat jika vegetasi
penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengolahan tanah
terlalu dekat tebing.
f.
Erosi internal (Internal

or

subsurface

erosion)

adalah

terangkutnya butir-butir primer kebawah ke dalam celah-celah

atau pori-pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air dan


udara.

Erosi

infiltrasi

internal

tanah

menyebabkan

dengan

cepat

menurunnya

sehingga

aliran

kapasitas
permukaan

meningkat yang menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi


alur.
g. Tanah longsor (Landslide) adalah suatu bentuk erosi yang
pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu
saat dalam volume yang besar.
Faktorfaktor yang mempengaruhi erosi antara lain :
a.

Iklim

di

daerah

tropika

basah,

faktor

iklim

yang

mempengaruhi erosi adalah hujan, terutama besarnya curah


hujan, intensitas dan distribusi hujan, kecepatan jatuh butir
hujan, besar butiran hujan. Besarnya curah hujan adalah volume
air yang jatuh pada suatu areal (dinyatakan dalam m3/luas).
Intensitas hujan adalah besarnya yang jatuh pada suatu waktu
tertentu (dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam).
b. Relief : dua unsur yang berpengaruh adalah kemiringan
lereng

dan

panjang

lereng.

Kemiringan

lereng

akan

memperbesar jumlah aliran permukaan sehingga memperbesar


kekuatan angkut air. Panjang lereng dihitung dari titik pangkal
aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam
saluran (sungai) atau dimana kemiringan berkurang sedemikian
rupa sehingga kecepatan aliran air sangat berkurang. Air yang
mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng.

Dengan demikian berarti makin banyak air yang mengalir dan


semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng daripada di
bagian atas.
c. Vegetasi : vegetasi akan berpengaruh terhadap aliran
permukaan dan erosi. Aspek pengaruh tersebut adalah :
1) Intersepsi hujan oleh tajuk, sehingga mengurangi jumlah
hujan di permukaan tanah.
2) Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan
perusak air.
3) Pengaruh akar dan kegiatan biologi terhadap ketahanan
struktur tanah dan infiltrasi.
4)
Pengaruh terhadap porositas tanah menjadi lebih besar.
5) Peristiwa transpirasi yang dapat mengurangi kandungan air
tanah sehingga yang datang kemudian dapat masuk ke dalam
tanah lagi.
d. Tanah : sifat tanah yang berpengaruh terhadap laju erosi
adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman tanah, dan
sifat sifat lapisan bawah. Tekstur dan struktur tanah tidak
berdiri sendiri tetapi saling berhubungan.
e. Manusia : dapat membawa berpengaruh positif dan negatif.
Yang negatif apabila menjadikan erosi lebih besar, contohnya
penggundulan hutan, sistem huma, dan sebagainya. Tindakan
yang positif misalnya penghutanan, pembuatan bangunan
bangunan pencegah erosi, tindakan konservasi tanah, dan
sebagainya.
3. Gerakan tanah
Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batuan pada arah tegak, datar,
atau miring dari kedudukannya semula, yang terjadi bila ada gangguan

kesetimbangan pada saat itu.


Ada empat jenis utama gerakan massa :
a. Falls (runtuhan) dibagi menjadi 3 macam runtuhan, yaitu :
1) Runtuhan batuan
Suatu massa batuan yang jatuh ke bawah karena terlepas dari
batuan induknya.
2) Runtuhan tanah
Seperti pada runtuhan batuan, hanya saja yang jatuh ke bawah
berupa massa tanah. Gerakannya sangat cepat.
3) Runtuhan bahan rombakan
Seperti pada runtuhan batuan, hanya saja yang jatuh ke bawah
berupa massa bahan tombakan. Gerakannya sangat cepat.
b. Slides (longsoran) dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1) Nendatan (slump)
Gerakan yang terputus putus atau tersendat sendat dari
massa tanah atau batuan ke arah bawah dalam jarak yang relatif
pendek,
2) Blok slide
Gerakan turun ke bawah dari massa tanah atau batuan yang
berupa blok dengan kecepatan lambat sampai agak cepat. Blok
yang turun dapat disebabkan atau dibatasi oleh kekar, sesar.
3) Longsoran batuan
Gerakan massa batuan ke arah bawah yang biasanya melalui
bidang perlapisan, rekahan rekahan, bidang sesar. Dalam hal
ini kemiringan lereng searah dengan kemiringan perlapisan
batuan. Lapisan batuan yang dapat bertindak sebagai bidang
longsor adalah batuan yang berukuran sangat halus (lempung,
tuf - halus, napal, dan sebagainya). Kecepatan gerakan amat
lambat sampai cepat.
4) Longsoran bahan rombakan

Gerakan massa tanah atau hasil pelapukan batuan melalui


bidang

longsor

yang

relatif

turun

secara

meluncur

atau

menggelinding. Bidang longsor merupakan bidang batas antara


tanah dengan batuan induknya.
c. Flows (aliran) dibagi menjadi 6 macam, yaitu :
1) Aliran tanah
Gerakan dari massa tanah secara mengalir dengan kecepatan
lambat sampai cepat. Material (massa) tanah yang sangat plastis
biasanya dengan kecepatan lambat - cepat dan lumpur dengan
kecepatan sangat cepat sehingga ada yang disebut aliran tanah
lambat dan aliran tanah cepat. Disini faktor kandungan air
sangat penting.
2) Aliran fragmen batuan
Gerakan secara mengalir dari massa batuan yang berupa
fragmen fragmen dengan kecepatan ekstrim cepat dan kering.
Macam aliran fragmen batuan, misalnya rockfall avalenche.
Massa yang bergerak sangat luas baik berupa runtuhan batuan
atau longsoran batuan dengan kecepatan ekstrim cepat.
3) Sand run
Gerakan dari massa pasir secara mengalir dengan kecepatan
cepat sampai sangat cepat dalam keadaan kering.
4) Loess flow (dry)
Aliran loess kering, massa yang mengalir berupa loes yang
sangat

kering.

Biasanya

disebabkan

oleh

gempa

bumi.

Kecepatan aliran ekstrim cepat.


5) Debris avalanche
Gerakan bahan rombakan dalam keadaan agak basah dengan
kecepatan

sangat

cepat

sampai

ekstrim

cepat.

Kalau

keadaannya basah disebut debris flow (aliran bahan rombakan).

6) Sand flow dan Silt flow


Seperti pada sand run, hanya di sini dalam keadaan basah. Jika
material yang mengalir berupa pasir disebut aliran pasir,
sedangkan kalau berupa lumpur disebut aliran batu lumpur.
Kecepatan aliran cepat sampai sangat cepat.
d. Kompleks : merupakan gabungan dari berbagai macam
gerakan tanah, biasanya satu macam gerakan tanah lalu diikuti
oleh macam gerakan tanah yang lain. Gerakan tanah yang lain
ini yang di maksud adalah sebagai berikut:
1) Creep
Aliran massa tanah (batuan) yang ekstrim lambat, tidak dapat
dilihat, hanya akibatnya akan tampak seperti tiang listrik, pohon
bengkok. Contoh : rock creep, soil creep, talus creep.
2) Amblesan
Gerakan ke arah bawah yang relatif tegak lurus,

yang

menyangkut material permukaan tanah atau batuan tanpa


gerakan ke arah mendatardan tidak ada sisi yang bebas. Dapat
disebabkan karena terlampau berat beban dan daya dukung
tanah kecil. Juga bisa karena pemompaan air tanah jauh
melampaui batas, sehingga pori pori yang tadinya terisi oleh air
tanah akan mampat.
Dengan demikian penyebab terjadinya gerakan tanah adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
1)
2)

Kemiringan tanah
Jenis batuan atau tanah
Struktur geologi
Curah hujan
Penggunaan tanah dan pembebanan massa
Getaran
Gempa bumi
Lalu lintas

3)

Aktifitas manusia yang menggunakan alat berat

II.7.3 Macam-Maca Bentuk Lahan Denudisional

Adapun macam - macam bentuk lahan yang di hasilkan dari bentang alam
denudasional adalah :
1.Pegunungan denudasional
Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng
sangat curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan
tertinggi (relief) > 500 m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal
berbentuk V karena proses yng dominan adalah proses pendalaman lembah
(valley deepening).
2.Perbukitan denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar
antara 15 > 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis
sedang hingga kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup
daik alami maupun tata guna lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala,
hamper 72,54 persen pulau tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19
ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan denudasional
terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga
terbentuk lereng-lereng yang sangat curam.
3.Dataran nyaris (Peneplain)
Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus
menerus,

maka

permukaan

lahan

pada

daerah

tersebut

menurun

ketinggiannya dan membentuk permukaan yang hamper datar yang disebut

dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan


yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun tersebut
masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut
permukaan planasi.
4.Perbukitan sisa terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan atau perbukitan mundur akibat
proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan
meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah
terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan
banyak singkapan batuan (outcrop). Kenampakan ini dapat terjadi pada
pegunungan atau perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan
atau perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya
relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.
5.Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)
Mempunyai topografi berbentuk kerucut atau kipas dengan lereng curam (350).
Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok,
tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran
kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang
kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
6.Lereng Kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu pegunungan
atau perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki
terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin).

Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok).
Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di
atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.
7.Lahan Rusak (Bad land)
Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga
sangat curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembahlembah yang dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan
membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak
singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).
Tabel 5. Klasifikasi bentuk lahan denudasional menurut van zuidam , 1983
(http://taufik.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Bahan-4-KlasifikasiBentuklahan.pdf)
Simbo
l
D1

II.8 Bentang
Eolian
II.8.1

Bentuk lahan
Perbukitan terkikis

D2

Pegunungan terkikis

D3

Bukit sisa

D4

Bukit terisolasi

D5

Dataran nyaris

D6

Dataran nyaris yang terangkat

D7

Lereng kaki

D8
D9

Pedimen (permukaan
transportasi)
Piedmont

D10

Gawir (lereng terjal)

D11

Kipas rombakan lereng

D12

Daerah dengan gerak masa

D13

batuan kuat

D14

Lahan rusak

Alam

Pengertian
Bentang alam aeolian merupakan bentang alam yang dibentuk karena adanya
aktivitas angin. Bentang alam ini banyak dijumpai pada daerah gurun pasir.
Terjadinya gurun pasir sendiri lebuh diakibatkan karena adanya pengaruh iklim
dan merupakan bukan hasil khusus dari agen geologi tertentu. Akan tetapi
didalam gurun pasir ini banyak berhubungan dengan pengaruh pengerjaan
angin.
Gurun pasir diartikan sebagai suatu daerah yang curah hujan kuraqng dari
26 cm/tahun .gurun pasir tropic terletak pada daerah antara 350 LU sampai 350
LS dan disepanjang daerah yang tropik terus menerus, yaitu pada daerah
mempunyai tekanan udara tunggi dengan udara sangat panas dan kering.

II.8.2 Faktor Pengontrol


Faktor - faktor pembentukan bentang alam oleh angin bukan sebagai agen
geomorfik yang sangat penting (topografi yang dibentuk oleh angin tidak banyak
dijumpai), namun tetap tidak dapat diabaikan. Faktor - faktor pembentukan bentang
alam yang disebabkan oleh angin meliputi :
1.

Erosi oleh angin

Erosi oleh angin dibedakan menjadi dua macam, yaitu Deflasi adalah proses
lepasnya tanah dan partikel-partikel kecil dari batuan yang diangkut dan dibawa oleh
angin. Sedangkan abrasi merupakan proses penggerusan batuan dan permukaan lain
oleh partikel-partikel yang terbawa oleh aliran angin.
2.

Transportasi oleh angin

Cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama dengan transportasi oleh air

yaitu secara melayang (suspension) dan menggeser di permukaan (traction). Secara


umum partikel halus (debu) dibawa secara melayang dan yang berukuran pasir
dibawa secara menggeser di permukaan (traction). Pengangkutan secara traction ini
meliputi meloncat (saltation) dan menggelinding (rolling).
3.

Pengendapan oleh angin

Jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun hujan,
maka material-material (pasir dan debu) tersebut akan diendapkan.

II.8.3 Macam-Macam Bentuk Lahan


1. Macam - macam bentuk lahan akibat dari erosi oleh angin dibedakan
menjadi dua macam, yaitu
a. Bentuk lahan hasil proses erosi deflasi yang dapat dibedakan menjadi
tiga bentuk lahan, yaitu :
1) Cekungan deflasi (deflation basin), merupakan suatu cekungan yang
diakibatkan oleh angin pada daerah yang lunak dan tidak
terkonsolidasi atau material-material yang tersemen jelek. Cekungan
terbentuk akibat material yang ada dipindahkan oleh angin ke tempat
lain. Contoh cekungan ini terdapat di Gurun Gobi, yang terbentuk
karena batuan telah diurai oleh adanya pelapukan. Cekungan ini
mempunyai ukuran antara 300 meter sampai lebih dari 45 kilometer
panjangnya, dan dari 15 meter sampai 150 meter dalamnya.

2) Lag gravel, deflasi terhadap debu dan pasir yang ditinggalkan


merupakan material yang kasar (granule, pebble, dan fragmenfragmen yang besar), disebut lagstone. Akumulasi seperti itu dalam
waktu yang lama bisa menjadi banyak dan menjadi lag-gravel atau
bahkan sebagai desert pavement, dimana sisa-sisa fragmennya
berhubungan satu sama lain saling berdekatan.
3) Desert varnish, beberapa lagstone yang tipis, mengkilat, berwarna
hitam atau coklat dan permukaannya tertutup oleh oksida besi,
dikenal sebagai desert varnish.
b. Bentuk lahan hasil proses erosi abrasi yang dapat dibedakan menjadi
beberapa bentuk lahan, yaitu :
1) Bevelad stone, beberapa sisa batuan yang dihasilkan oleh abrasi
angin yang mengandung pasir akan membentuk einkanter atau
dreikanter yang dalam Bahasa Inggris disebut single edge atau three
edge. Einkanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang
mempunyai kedudukan tetap dengan arah angin yang tetap (konstan).
Dreikanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang posisinya
overturned akibat perusakan pada bagian bawah dengan arah angin
yang tetap atau dapat juga disebabkan oleh arah angin yang bergantiganti terhadap pebble yang mempunyai kedudukan tetap sehingga
membentuk bidang permukaan yang banyak.

2) Polish terbentuk pada batuan yang mempunyai ukuran butir halus


digosok oleh angin yang mengandung pasir (sand blast) atau yang
mengandung silt (silt blast), yang mempunyai kekuatan lemah,
sehingga hasilnya akan lebih mengkilat, misalnya pada kuarsit, akibat
erosi secara abrasi akan lebih mengkilat.
3) Grooves, angin yang mengandung pasir dapat juga menggosok dan
menyapu permukaan batuan membentuk suatu alur yang dikenal
sebagai grooves. Pada daerah kering, alur yang demikian itu sangat
jelas. Alur-alur tersebut memperlihatkan kenampakan yang sejajar
dengan sisi sangat jelas.
4) Sculpturing (Penghiasan), banyak perbedaan bentuk topografi
diakibatkan oleh kombinasi pelapukan dan abrasi angin. Termasuk
disini adalah batujamur (mushroom rock), yaitu batu yang tererosi
oleh angin yang mengandung pasir, sehingga bentuknya menyerupai
jamur (mushroom)
2. Bentuk lahan akibat dari pengendapan angin adalah :
Dune adalah suatu timbunan yang dapat bergerak atau berpindah, bentuknya tidak
dipengaruhi oleh bentuk permukaan ataupun rintangan.
Tipe-tipe dune menurut Hace (1941), dalam http://aryadhani.blogspot.com
digolongkan menjadi 3, yaitu :

a. Tranversal dune, merupakan punggungan-punggungan pasir yang berbentuk


memanjang tegak lurus dengan arah angin yang dominan. Bentuk ini tidak
dipengarahi oleh faktor tumbuh-tumbuhan.
b. Parabollic dune, merupakan dune yang berbentuk sekop atau sendok atau
berbentuk parabola. Bentuk ini karena dipengaruhi oleh adanya tumbuhtumbuhan.
c. Longitudinal dune, merupakan punggungan-punggungan pasir yang terbentuk
memanjang sejajar dengan arah angin yang dominan. Material pasir diangkut
secara cepat oleh angin yang relatif tetap.
Menurut Emmons (1960), dalam http://aryadhani.blogspot.com bentukbentuk dune dapat bermacam-macam, tergantung pada banyaknya pertambahan
pasir, pengendapan di tanah, tumbuh-tumbuhan yang menghalangi dan juga arah
angin yang tetap. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka tipe-tipe dune digolongkan
menjadi :
a. Lee dune (sand drift), adalah dune yang berkembang memanjang, merupakan
punggungan pasir yang sempit berada di belakang batuan batuan atau tumbuhtumbuhan. Dune ini mempunyai kedudukan tetap, tetapi dengan adanya
penambahan jumlah pasir yang banyak maka dapat juga menjadi jenis dune yang
bergerak dari ujung sand driff.
b. Longitudinal dune, mempunyai arah memanjang searah dengan arah angin yang
efektif dan dominan. Terbentuknya karena angin tertahan oleh rumput atau pohonpohon kecil. Kadang-kadang berbentuk seperti lereng dari suatu lembah.

c. Barchan, terbentuk pada daerah yang terbuka, tak dibatasi oleh topografi atau
tumbuh-tumbuhan dimana arah angin selalu tetap dan penambahan pasir terbatas
dan berada di atas batuan dasar yang padat. Barchan ini berbentuk koma, dengan
lereng yang landai pada bagian luar, serta mempunyai puncak dan sayap.
d. Seif, adalah longitudinal dune yang berbentuk barchan dengan salah satu
lengannya jauh lebih panjang akibat kecepatan angin yang lebih kuat pada lengan
yang panjang. Misalnya di Arabian Sword, seif berassosiasi dengan barchan dan
berkebalikan antara barchan menjadi seif. Perubahan yang lain misalnya dari seif
menjadi lee dune.
e. Tranversal dune, terbentuk pada daerah dengan penambahan pasir yang banyak
dan kering, angin bertiup secara tetap, misalnya pada sepanjang pantai. Pasir yang
banyak itu akan menjadi suatu timbunan pasir yang berupa punggungan atau
deretan punggungan yang melintang terhadap arah angin.
f. Conplek dune, terbentuk pada daerah dengan angin berubah-ubah, pasir dan
vegetasinya agak banyak. Barchan, seif dan tranversal dumne yang berada
setempat-setempat akan berkembang sehingga menjadi penuh dan akan terjadi
saling overlap sehingga akan kehilangan bentuk-bentuk aslinya dan akan
mempunyai lereng yang bermacam-macam. Keadaan ini disebut sebagai complex
dune.

Simbol

Tabel

Bentuk lahan

A1

Gumuk pasir memanjang longitudinal

A2

Gumuk pasir barkan (sabit)

A3

Gumuk pasir parabola

6.

Klasifikasi bentuk lahan aeolian menurut van zuidam, 1983


(http://taufik.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Bahan-4-Klasifikasi-Bentuklahan.pdf)

II.9 Bentang Alam Glasial


II.9.1 Pengertian

Bentang alam glasial adalah bentang alam yang berhubungan dengan proses
glasial, dimana proses glasial itu tenaga yang berpengaruhnya adalah Gletser .
Gletser adalah massa es dan tubuh es yang terbentuk karena rekristalisasi
dari salju dan lelehan air yang secara keseluruhan atau sebagian teletak dalam
suatu lahan dan memberikan kenampakan tersendiri, yaitu suatu bentukan
gerakan. Beberapa hal yang penting dalam gletser diantaranya adalah Keadaan
daerah, Proses, dan endapan yang terbentuk di tepi perbatasan gletser
(moraine)

II.9.2 Faktor Pengotrol


Morfologi yang bisa di jumpai pada bentang alam karena proses glasial
diantaranya bisa kita bedakan dari prosesnya, apakah merusak atau membangun
dalam artian merusak itu yaitu bentang alam karena proses erosi, sedangkan
bentang alam yang membangun yaitu hasil dari proses erosi yaitu berupa
bentang alam proses pengendapan. Contoh proses erosi yang berasosiasi
dengan Alpine Glaciation adalah Glacier valley berbentuk U karena proses
glacial berbentuk V karena erosi sungai. Lembah terbentuk karena sungai
mengalami pelurusan oleh aliran air akibat hantaman massa es yang tidak
fleksibel.
Snowfall terbentuk dari bubuk salju yang warnanya terang, dengan
udara yang terjebak diantara keenam sisinya (snowflakes). Snowflake akan
mengendap pada suatu tempat dan mengalami kompaksi karena berat jenisnya
dan udara keluar. Sisi-sisi snowflakes yang jumlahnya enam akan hancur dan

berkonsolidasi menjadi salju yang berbentuk granular (granular snow) lalu


mengalami sementasi membentuk es geltser (glacier ice). Transisi dari bentuk
salju menjadi gletser dinamakn firn.
II.9.3 Bentuk Lahan
Macam - macam bentuk lahan dari hasil bentang alam glasial dapat di bagi
menjadi dua menurut proses yang terjadi yaitu :
1. Bentang alam karena proses erosi
a. Hanging valley, ketika gletser tidak terlihat lagi, anak
sungai yang tersisa menyisakan hanging valley yang tinggi
diatas lembah utama. Meskipun proses glasial membentuk
lembah menjadi lurus dan memperhalus dinding lembah, es
meyebabkan

permukaan

batuan

dibawahnya

terpotong

menjadi beberapa bagian, tergantung resistensinya terhadap


erosi glasial.
b. Truncated spurs, merupakan bagian bawah tepi lembah
yang terpotong triangular faced karena erosi glasial. Makin
tebal gletser makin besar erosi pada bagian bawah lantai
lembah. Makin besar erosi maka mengakibatkan pendalaman
lembah dan anak sungainya sedikit.
c. Cirques, merupakan sisi bagian dalam yang dilingkari
glacier valley, berisi gletser dari glacier valley yang tumpah
ke bawah. Terbenruk karena proses glasial, pelapukan dan
erosi dinding lembah.
d. Rock basin lake, air meresap pada celah batuan,
membeku dan memecah batuan sehingga lapisan batuan

kehilangan bagiannya, digantikan es dan ketika melelh


kembali terbentuk rock basinlake.
e. Bergschrund, merupakan batuan yang telah pecah,
berguling-guling dan jatuh ke valley glacier lalu jatuh ke
crevasse.
f. Aretes, merupakan sisi dinding lembah yang mengalami
pemotongan dan pendalaman sehingga bagian tepinya
menjadi tajam, karena proses frost wedging.
g. Horn, merupakan puncak yang tajam karena cirques
yang terpotong atau ada bagian yang hilang karena erosi ke
arah hulu pada beberapa sisinya.
h. Crevasses, merupakan celah yang lebar (terbuka). Bila
2.

celah tertutup (sempit) disebut closed crevasses.


Bentang alam karena proses pengendapan gletser
a. Moraines, merupakan till yang terbawa jauh glacier dan
tertinggal

atau

mengendap

setelah

glacier

menyusut.

Material-material lepas yang jatuh dari lereng yang terjal


sepanjang valley glacierter akumulasi pada sepanjang sisi es.
b. Till, merupakan batuan yang hancur dari dinding lembah
yang terendapkan mengisi valley glacier, berasal dari ice
sheet membawa fragmen batuan yang terkikis (fragmennya
lancip) karena bertabrakan dan saling bergesek dengan
batuan lain. Berukuran clay-boulder, unsorted.
c. Drumlin, merupakan ground moraines yang terbentuk
kembali seperti alur-alur sungai lembah till, bentuknya
seperti sendok terbalik. Porosnya sejajar dengan arah
gerakan es. Dihasilkan oleh ice sheet yang tertransport jauh

dan terbentuk kembali menjadi endapan till setelah melalui


lereng yang dangkal.
d. Erratic, merupakan es yang berukuran boulder yang
kemudian

tertransport oleh es yang berasal dari lapisan

batuan yang jauh letaknya.


Tabel 7. Klasifikasi bentuk lahan glasial menurut van zuidam, 1983
(http://taufik.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Bahan-4-Klasifikasi-Bentuklahan.pdf)

Simbol

Bentuk lahan

G1

Cirque

G2

Lembah bergantung glasial

G3

Pegunungan tertutup salju, gletser, es abadi

G4

Padang berangkal, puing batuan

G5

Dataran endapan material glasial

BAB 3
PEMETAAN GEOMORFOLOGI

Anda mungkin juga menyukai