Izharul Islam
BERPURA-PURA
MUSLIM & MEMBELA
ISLAM
ala
SNOUCK HURGRONJE
Disusun oleh:
Bambang Maryanto Sj
Sekretaris ARIMATEA Solo
PENDAHULUAN
Perlu kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui hubungan antara
orientalisme, gerakan misionaris (untuk memuridkan semua bangsa) dan
kolonialisme. Kolonialisme atau imperialisme identik dengan penjajahan.
Sedangkan orientalisme adalah istilah yang berasal dari kata ‘orient’ bahasa
Perancis yang secara harfiah artinya ‘timur’. Lebih lanjut secara geografis berarti
‘dunia belahan timur’ dan secara etnologis berarti ‘bangsa-bangsa timur’. Orang
orang Orientalis kebanyakan adalah berlatar belakang agama Kristen. Sehingga
identik orientalis adalah orang Kristen, meskipun tidak semuanya. Orientalisme
adalah faham atau aliran yang berkeinginan menyelidiki hal-hal yang berkaitan
dengan bangsa-bangsa di Timur dan lingkungannya1.Dalam tulisan ini penulis
mencoba untuk mencari titik temu antara kolonialisme dan orientalisme yang latar
belakangnya adalah orang-orang kristen dalam hubungannya dengan Snouck
Hurgronye yang melakukan Izharul Islam.
Dalam pengertian sempit, orientalisme adalah kegiatan penyelidikan dari
para pakar di Barat mengenai agama-agama di Timur, khususnya tentang Islam.
Kegiatan tersebut telah berlangsung berabad-abad secara periodik, tetapi baru
terlihat intensitasnya yang luar biasa sejak abad 19 Masehi Penyelidikan tersebut
bermula secara terpisah mengenai masing-masing agama. Max Muller(1823-1900)
dipandang sebagai bapak pelopor dalam bidang ini. Ia telah menterjemahkan
kitab-kitab agama di Timur ke dalam bahasa Inggris, yang berjudul ‘The Sacred
Books of The East’ (Kitab-kitab Suci dari Timur). Berkat cara Muller ini, dia sering
disebut sebagai pembangun disiplin ilmu baru perbandingan agama (comparative
religions )2.
1
Achmad Zuhdi DH, pandangan Orientalis Barat tentang Islam,hal 10
2
Ibid,12
Karya ilmiah Snouck terbagi dalam dua jenis, yaitu karya dalam bentuk buku dan
dalam bentuk makalah-makalah kecil. Di antara hasil karya besarnya ialah, tulisannya
tentang kota Makah, terdiri atas dua bagian, bagian pertama terbit di kota Den Hag
pada tahun 1888 dan bagian kedua juga terbit di kota yang sama pada tahun 1889.
Kemudian karyanya yang berjudul De Atjehers, dalam dua bagian, terbit di Batavia
(sekarang Jakarta) dan Leiden (cet I, 1893) dan (cet II. 1894); Daerah Gayo dan
Penduduknya (Batavia,1903). Bagian kedua dari buku Makah, dan bagian pertama
dan kedua dari buku De Atjehers, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Karya-karyanya dalam bentuk makalah adalah “Munculnya Islam',
Bagian kedua laporan ini adalah usulan strategis soal militer. Snouck
mengusulkan dilakukannya operasi militer di desa-desa di Aceh untuk
melumpuhkan perlawanan rakyat yang menjadi sumber kekuatan ulama. Bila ini
berhasil, terbuka peluang untuk membangun kerjasama dengan pemimpin lokal.
Lebih aneh lagi, Snouck menikah dengan putri seorang kepala daerah
Ciamis, Jawa Barat pada tahun 1890. Dari pernikahan ini ia memperoleh
empat anak: Salamah, Umar, Aminah, dan Ibrahim.
Akhir abad 19 ia menikah lagi dengan Siti Saidah, putri Khalifah Apo,
seorang ulama besar di Bandung. Anak dari pernikahan ini bernama Raden
Yusuf. Luar biasa memang, orang disekelilingnya, baik mertua, istri, anak-
anaknya dan orang-orang disekeliling yang lainnya, PASTI semua orang-orang
yang ada dekat denganya menyatakan dengan penilaian mereka sehari-hari,
mustahil Snouck hanya berpura-pura masuk islam. Jika saat ini ada pihak yang
menyatakan lain, maka sudah pasti akan jadi musuh bersama orang islam
lainnya.
Dari laporan ini, Snouck hidup di tengah masyarakat Aceh selama tiga
puluh tiga bulan dan ia pura-pura masuk Islam. Dalam rentang waktu itu, ia
menyaksikan budaya dan watak masyarakat Aceh sekaligus memantau
peristiwa yang terjadi. Semua aktivitasnya tak lebih dari pekerjaan spionase
dengan mengamati dan mencatat.
Kasus populer di zaman ini beredarnya Qur'an Van Der Plas di Jawa Timur
dan Kalimantan Selatan (daerah Hulu Sungai). Harian Kalimantan Berjuang
(23 Maret 1950) memberitakan keterangan Kyai Widjaja yang melaporkan
beredarnya Qur'an palsu yang dibagikan oleh Van Der Plas. Van Der Plas adalah
kuasa pemerintah Belanda yang ditempatkan di "daerah pendudukan". Qur'an
palsu itu diberikan kepada para ulama, dan ternyata setelah diteliti isinya
mengandung dongeng Israiliyat. Sudah barang tentu hal ini menghebohkan.
Diduga Van Der Plas sengaja melakukan ini untuk mengacaukan pemahaman
umat terhadap agamanya.
Pola Van Der Plas memang terlalu kotor, dibanding dengan pola yang
dijalankan Snouck Hurgronje. Yang belakangan ini menjalankan misi
spionasenya dengan berkedok penelitian ilmiah.
Pendirian Snouck yang paling asli tentang Islam terdapat dalam Verslag
Aceh. Di situ Snouck mencibiri orang Aceh dan Islam. Celaan terhadap Aeeh
dan Islam mewarnai laporannya itu sehingga memotivasi pemerintah Belanda
untuk meneruskan perang menaklukkan Aceh.
Pada tahun 1906, Snouck Hurgronje kembali ke negeri Belanda setelah
bertugas di Indonesia selama 17 tahun. Perpisahan dengan keluarga, menurut
sumber terdekat penulis, berlangsung secara mengharukan, tentunya
dengan tetap memiliki paradigma, papahku adalah sosok yang telah
membela islam.
Keempat anaknya itu terperangah belaka. Hanya air mata yang meleleh di
pipi disaksikan area-area yang membisu. Snouck membujang di Belanda selama
empat tahun. Pada tahun 1900 ia kawin lagi dengan seorang gadis Belanda
beragama Roma Katolik, Maria Otter. Tahun 1922 ia dikaruniai seorang
puteriyang diberi nama Christien. Christien rupanya menjadi puteri tunggal dari
isteri Belanda satu-satunya itu. Menurut sumber-sumber penulis di negeri
Belanda, ternyata Christien tidak pernah dididik secara Islam. Ia tumbuh dan
berkembang sebagai gadis Katolik, sampai kelak ia bertemu jodoh dengan
Spion Intelektual
Di negeri Beianda sekali pun, ajaran mikul duwur mendem jero ternyata
diamalkan oleh sebagian ilmuwan Belanda, baik angkatan tuanya seperti
F. Schroder dan L.l Graaf maupun yang lebih muda seperti W.G.J. Ramelink.
Karena itu ketika Van Koningsveld (VK) untuk pertama kalinya pada tanggal
VK sebagai sarjana ahli bahasa Arab dan keislaman yang lahir pada
tahun 1943, berasal dari almamater yang sama dengan Snouck Hurgronje
(SH) yakni Universiteit Kerajaan Leiden. Seperti diketahui, Snouck
Hurgronje (SH) -1857-1936- selama 17 tahun, 1869-1906, menjadi
penasehat Islam pemerintahan Hindia Belanda. Selama itu SH bertindak selaku
arsitek "politik Islam" Hicdia Belanda. Staatblad-staatblad yang dikeluarkan
pemerintah jajahan "Perkara boemipoetera jang bersangkoetan dengan agama
Islam" di sepanjang dasawarsa (akhir) abad ke 19 dan abad ke-20 sebelum
masa Jepang, berasal dari pemikiran SH yang intinya menjadikan Islam
sebagai agama "ibadat" saja (Islam itu cukup di masjid saja)
Maka bagi yang mau belajar, salah satu tanda kebenaran seseorang
adalah jejak-jejak tulisannnya dan coba bertanya yang mendalam tentang
buku-buku yang ditulisnya, ada satu keadaan dimana yang bersangkutan
akan menjawab dengan tidak memuaskan atau dengan jawaban yang
melenceng dari isi pertanyaan atau enggan memasusi situasi tanya jawab
dengan berbagai alasan.
Berikut ini petikan pendapat Van Koningsveld (VK) yang dikutip Kompas,
16 Januari 1983:
Semua kegiatan Snouck selama di Arab Saudi ini dicatat dalam buku
harian yang teliti dan sampai kini masih tersimpan di arsip perpustakaan
Universitas Leiden. Dari buhu harian itu, menurut VK banyak ulama di
Jeddah yang menganjurkan SH beralih agama menjadi Muslim. Apalagi
Snouck memang sudah banyak pengetahuannya tentang Islam. Dan ini
memang dilakukan oleh SH, setelah ia tinggal di rumuh Aboebakar ds
Jeddah pada 4 Januan 1885. Peralihan agama ini pasti, karena enam
bulan sesudah itu ada sepucuk surat berbahasa Arab dari seorang
penduduk Mekkah yang ditujukan kepada SH dengan nama Abdoel Gaffar.
Salah satu surat itu, menurut penuturan VK berbunyi:
Jilid kedua berisi uraian tentang pelbagai segi kehidupan dan keluarga di
Mekkah. Terutama tentang peri kehidupan dan pandangan kaum `eks Djawa'
yaitu masyarakat Indonesia yang bermukim di Mekkah. Bahkan Snouck
menguraikan kehidupan seks dalam keluarga di situ dan pelbagai segi pribadi
hehidupan masyarakat seperti pendidikan agama, khitanan, upacara
perkawinan, penguburan. dan sebagainya. Banyak kalangan ilmuwan yang
mengagumi Snouck yang telah menjalankan metode pengamatan dan
penelitian `modern' yakni dengan metode partisipasi.
Salah satu pembantu yang utama adalah yang terdahulu Sayyid Osman
ibn Jahja ibn Aqil al-Alawi. Dia ulama keturunun Arab Hadramaut, dan
pembantu penasihat pemerintah masalah Islam, yang terdahulu Mr. L.W.C.
Van Den Bergh. Selain itu, Snouck juga dibantu kenalan lama di Mekhah, Haji
Hasan Moestafa, yang dijadikannya penasihat utama untuk wilayah Jawa
Barat.
Lebih istimewa lagi, Sheikh Maulana Abdoel Ghaffar itu pada bulan
Januari 1890 menikah dengan seorang puteri kepala penghulu Ciamis. Dari
perkawinan ini lahir empat anak, dua perempuan dan dua laki-laki. Yaitu
Salmah, Emah, Oemar, Aminah, dan Ibrahim.
Dan dekat dengan akhir abad he-19, Abdoel Ghaffar Snouck Hurgronje
menikah lagi dengan Siti Sadiyah, putri ulama paling terkemuka di Bandung
ketika itu yaitu Kalipah Apo. Perkawinan ini melahirkan seorang putra tunggal
yaitu R. Joesoef.
VK juga menemukan surat lain Snouck, yang menyatakan bahwa dia juga
seorang agnostik (selalu meragukan keberadaan Tuhan, tidak perduli dengan
agama). Ini ternyata dari surat Snouck kepada Teolog Protestan terkenal pada
zamannya, Herman Bravinck, rekan sekuliahnya di Universitas Leiden.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3.Rasyid, Daud, Sunah di bawah Ancaman dari Snouck Horgonye hingga Harus
Nasution , Syamil Cipta Media, Bandung, 2006