Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat

emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari


hari ke hari dalam kondisi biasanya, kepribadian relatif stabil dan
dapat diramalkan. Gangguan kepribadian adalah suatu varian
dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang ditemukan pada
sebagian besar orang (Kaplan, 1994). Gangguan kepribadian
merupakan keadaan klinik yang menunjukkan bahwa gejalagejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala
nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan
intelegensia tinggi ataupun rendah (Maslim, 2001).
Klasifikasi gangguan kepribadian dikelompokan kedalam
tiga kelompok dalam. Diagnostic and Statistikcal Manual of
Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV). Kelompok A terdiri dari
gangguan

paranoid,

skizoid,dan

skizotipal,

orang

dengan

gangguan ini seringkali tampak aneh dan eksentrik. Kelompok B


terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik,
dan narsistik, orang dengan gangguan ini sering tampak
dramatik, emosional, dan tidak menentu. Kelompok C terdiri dari
gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesifkompulsif

dan

satu

kategori

yang

dinamakan

gangguan

kepribadian yang tidak ditentukan (contohnya adalah gangguan


kepribadian pasif-agresif dan gangguan kepribadian depresif,
orang

dengan

ketakutan).

gangguan

Gangguan

ini

sering

kepribadian

tampak
bisa

cemas

atau

disebabkan

oleh

beberapa faktor, yaitu faktor genetika, faktor tempramental,


faktor biologis, dan faktor spikoanalitik (Kaplan, 1994).
1

1.2.

TUJUAN PENULISAN

Untuk memperoleh gambaran yang nyata


kepribadian dan perilaku masa dewasa.

tentang

apa

itu gangguan

BAB II
ISI
GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA DEWASA
Pengklasifikasian gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa yang
digunakan pada makalah ini mengikuti pengklasifikasian dari PPDGJ III (F60 F69).
Bagian ini mencakup berbagai keadaan dan pola perilaku yang klinis
bermakna yang cenderung menetap dan merupakan ekspresi dari gaya hidup
yang khas dari individu serta cara berhubungan dengan diri sendiri dan orang
lain. Beberapa dari keadaan dan pola perilaku ini timbul secara dini dalam masa
pertumbuhan atau perkembangan individu, sebagai hasil dari baik faktor
konstitusional maupun pengalaman sosial, sementara lainnya didapat pada masa
kehidupan selanjutnya.
F60 F62 Gangguan Kepribadian Khas, Campuran, dan Gangguan
Kepribadian Lainnya, serta Perubahan Kepribadian yang Berlangsung
Lama
Tipe keadaan ini terdiri dari pola perilaku yang tertanam dalam dan
berlangsung lama, muncul sebagai respons yang kaku terhadap rentangan situasi
pribadi dan sosial yang luas. Hal ini menggambarkan deviasi ekstrim maupun
deviasi bermakna dari cara individu pada umumnya dalam suatu budaya tertentu
memandang, memikirkan, merasakan, dan khususnya berhubungan dengan
orang lain. Pola perilaku demikian cenderung stabil dan meliputi bermacammacam

perilaku

dan

fungsi

psikologis.

Kebanyakan,

tetapi

tidak

selalu,

berhubungan dengan berbagai derajat penderitaan pribadi dan masalah dalam


fungsi sosial dan penampilan.

Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian dalam waktu


dan

cara

terjadinya:

gangguan

kepribadian

adalah

suatu

proses

perkembangan yang timbul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut
pada masa dewasa. Gangguan kepribadian bukan keadaan sekunder dari
gangguan jiwa lain atau penyakit otak, meskipun dapat mendahului dan timbul
bersamaan dengan gangguan lain. Sebaliknya, perubahan kepribadian adalah
suatu proses yang didapat, biasanya pada usia dewasa, setelah stress berat atau
berkepanjangan, deprivasi lingkungan yang ekstrem, gangguan jiwa yang parah
atau penyakit/cedera otak.
Setiap

keadaan

dalam

kelompok

ini

dapat

diklasifikasikan

menurut

manifestasi perilaku yang predominan. Namun demikian, klasifikasi seperti ini


umumnya terbatas pada deskripsi dari serangkaian tipe dan subtipe yang tidak
saling menyisihkan dan bahkan dapat bertumpang tindih pada beberapa ciri
khasnya.
Karena itu gangguan kepribadian dibagi lagi menurut kelompok dari sifat
yang menyerupai manifestasi perilaku yang paling sering atau yang paling
menonjol. Jadi subtipe yang digambarkan mudah dikenal sebagai bentuk yang
utama dari deviasi kepribadian. Dalam membuat diagnosis gangguan kepribadian,
klinisi harus mempertimbangkan semua aspek fungsi pribadi, meskipun untuk
kemudahan dan efisiensi formulasi diagnostic, akan merujuk hanya pada dimensi
atau sifat yang mencapai ambang keparahan penyakit.
Penilaian harus didasarkan pada sebanyak mungkin sumber informasi.
Meskipun

kadang-kadang

memungkinkan

untuk

mengevaluasi

keadaan

kepribadian pasien dalam satu wawancara saja, namun sering memerlukan lebih
dari sekali wawancara untuk mengumpulkan data dari informan.
Siklotomia dan gangguan skizotipal sebelumnya diklasifikasikan bersama
dalam gangguan kepribadian, tetapi sekarang diklasifikasikan di tempat lain
(siklotimia

F30-F39

dan

gangguan

skizotipal

F20-F29),

karena

keduanya

mempunyai persamaan dalam banyak aspek dengan gangguan lain di blok


tersebut (misalnya fenomena, riwayat keluarga).
Subdivisi dari perubahan kepribadian didasarkan pada penyebab atau
kejadian yang mendahuluinya, yaitu malapetaka, tekanan atau regangan yang
berkepanjangan, dan penyakit jiwa (menyingkirkan skizofrenia residual, yang
digolongkan pada F20.5).
Penting untuk memisahkan keadaan kepribadian dari gangguan yang
termasuk dalam kategori lain dalam buku ini. Kalau keadaan kepribadian
mendahului atau mengikuti suatu gangguan psikiatrik yang terbatas waktunya
atau kronis, keduanya harus dimasukkan dalam diagnosis. Penggunaan diagnosis
multiaksial bersama dengan klasifikasi inti dari gangguan jiwa dan faktor
psikososial akan mempermudah perekaman berbagai keadaan dan gangguan
demikian.
Keanekaragaman

budaya

dan

daerah

dalam

manifestasi

keadaan

kepribadain adalah penting, tetapi pengetahuan khusus dalam bidang ini masih
jarang. Keadaan kepribadian yang muncul sering kali dikenal pada bagian dunia
tertentu, tetapi tidak serasi dengan satu pun subtipe yang khas di bawah ini,
dapat digolongkan sebagai gangguan kepribadian lainnya dan diidentifikasi
melalui kode lima karakter yang disediakan dlaam penyesuaian klasifikasi ini
untuk suatu negara atau daerah tertentu. Variasi local dalam manifestasi
gangguan kepribadian dapat juga dicerminkan dalam kata-kata dari pedoman
diagnostic yang disediakan untuk keadaan ini.

2.1. F60 GANGGUAN KEPRIBADIAN KHAS


Gangguan kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi
karakterologis dan kecenderungan perilaku dari individu, biasanya meliputi
beberapa bidang dari kepribadian dan hampir selalu berhubungan dengan
kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan kepribadian cenderung muncul pada

akhir masa kanak atau masa remaja dan berlanjut pada usia dewasa. Karenanya
diagnosis gangguan kepribadian tidak cocok apabila diberikan pada usia di bawah
16 atau 17 tahun. Pedoman diagnostik umum untuk semua gangguan kepribadian
diberikan berikut ini; juga disediakan deskripsi pelengkap untuk tiap subtipe.
Pedoman Diagnostik
Keadaan yang tidak disebabkan langsung oleh kerusakan atau penyakit otak
berat, atau gangguan jiwa lain, tetapi memenuhi kriteria berikut:
(a) Sikap dan perilaku yang amat tak serasi yang meliputi biasanya beberapa
bidang fungsi, misalnya: afek, kesadaran, pengendalian impuls, cara
memandang dan berpikir, serta gaya berhubungan dengan orang lain;
(b)Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang dan tidak
terbatas pada episode penyakit jiwa;
(c) Pola perilaku abnormalnya pervasive dan jelas maladaptif terhadao
berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas;
(d) Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan
berlanjut sampai usia dewasa;
(e) Gangguannya menjurus kepada penderitaan pribadi yang berarti, tetapi hal
ini mungkin hanya menjadi nyata kemudian dalam perjalanan penyakitnya;
(f) Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berhubungan secara bermakna
dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial.
Untuk budaya yang berbeda, mungkin penting untuk mengembangkan
seperangkat kriteria khas yang berhubungan dengan norma sosial, peraturan, dan
kewajiban. Untuk mendiagnosis kebanyakan dari subtipe di bawah ini, bukti nyata
biasanya dibutuhkan tentang adanya paling sedikit tiga dari ciri atau perilaku
yang diberikan dalam deskripsi klinis.

2.1.1. F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid


Gangguan kepribadian ditandai oleh:

(a) Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan;


(b)Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk
memaafkan suatu penghinaan atau luka hati atau masalah kecil;
(c) Kecurigaan dan kecenderungan pervasif untuk menyalah artikan tindakan
orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan
atau penghinaan;
(d)Mempertahankan dengan gigih bila perlu dengan kekuatan fisik tentang hak
pribadinya yang sebenarnya tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya;
(e) Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual dari
pasangannya;
(f) Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang
dinyatakan dalam sikap menyangkut diri yang menetap;
(g)Dirundung oleh rasa persekongkolan dari suatu peristiwa terhadap baik diri
pasien maupun dunia pada umumnya tanpa bukti.
Termasuk: paranoid ekspansif, (gangguan) kepribadian paranoid yang sensitive
dan suka mengeluh/membantah dan fanatik.
Tak termasuk: gangguan waham (F22.-) skizofrenia (F20.-)

2.1.2. F60.1 Gangguan Kepribadian Skizoid


Gangguan kepribadian yang memenuhi deskripsi berikut:
(a) Hanya sedikit saja, bila ada, aktivitas yang memberikan kebahagiaan;
(b)Emosi dingin, afek dasar;
(c) Kurang mampu untuk menyatakan kehangatan, kelembutan,

atau

kemarahan terhadap orang lain;


(d)Ketidakpedulian yang nyata terhadap pujian atau kecaman;
(e) Kurang tertarik untuk menjalin pengalaman seksual dengan orang lain
(dengan memperhitungkan umurnya);
(f) Hampir selalu memilih aktivitas yang menyendiri;
(g)Dirundung oleh fantasi dan introspeksi yang berlebihan;
(h)Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau
ada hanya satu) dan keinginan untuk mempunyai hubungan seperti itu;
(i) Sangat tidak sensitive terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku

Tak termasuk: sindrom Asperger (F84.5), Gangguan waham (F22.0), Gangguan


schizoid masa kanak (F84.5), Skizofrenia (F20.-), Gangguan skizotipal (F21)

2.1.3. F60.2 Gangguan Kepribadian Dissosial


Gangguan kepribadian ini biasanya timbul karena perbedaan yang besar
antara perilaku dan norma sosial yang berlaku, dan ditandai oleh:
(a) Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain;
(b)Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan menetap dan tidak peduli
terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial;
(c) Tidak mampu untuk mempertahankan hubungan agar berlangsung lama,
meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya;
(d)Mudah menjadi frustrasi dan bertindak agresif, termasuk tindak kekerasan;
(e) Tidak mampu untuk menerima kesalahan dan belajar dari pengalaman,
terutama dari hukuman;
(f) Sangat cenderung untuk menyalahkan orang lain, atau menawarkan
rasionalisasi yang dapat diterima, untuk perilaku yang telah membawa
pasien dalam konflik sosial.
Mungkin disertai iritabilitas yang menetap. Gangguan tingkah laku pada masa
kanak dan remaja, meskipun tidak selalu ada, dapat mendukung diagnosis.
Termasuk: (gangguan) kepribadian amoral, antisosial, asocial, psikopatik, dan
sosiopatik.
Tidak termasuk: gangguan tingkah laku (F91.-), gangguan kepribadian
emosional tak stabil (F60.3).

2.1.4. F60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil


Suatu
mencolok

gangguan
untuk

konsekuensi,

kepribadian

bertindak

bersamaan

dimana

secara
dengan

terdapat

impulsif

tanpa

ketidakstabilan

kecenderungan

yang

mempertimbangkan
afek.

Kemampuan

merencanakan sesuatu mungkin minimal dan ledakan kemarahan yang hebat


sering kali dapat menjurus kepada kekerasan atau ledakan perilaku; hal ini
mudah ditimbulkan jika kegiatan impulsif dikritik atau dihalangi oleh orang lain.
Dia varian dari gangguan kepribadian ini telah ditentukan dan keduanya
mempunyai persamaan motif umum berupa impulsivitas dan kekurangan
pengendalian diri.

2.1.5. F60.30 Tipe Impulsif


Ciri

khas

yang

predominan

adalah

ketidakstabilan

emosional

dan

kekurangan pengendalian impuls (dorongan hati). Ledakan kekerasan atau


perilaku mengancam lazim terjadi, khususnya sebagai tanggapan terhadap kritik
orang lain.
Termasuk: (gangguan) kepribadian eksplosif dan agresif
Tak Termasuk: gangguan kepribadian dissosial (F60.2)

2.1.6. F60.31 Tipe Ambang


Terdapat beberapa ciri khas ketidakstabilan emosional: lagi pula, gambaran
diri pasien, tujuan, dan preferensi internalnya (termasuk seksual) sering kali tidak
jelas

atau

terganggu.

Biasanya

terdapat

perasaan

kosong

yang

kronis.

Kecenderungan terlibat dalam pergaulan yang erat dan tidak stabil dapat
menyebabkan krisis emosional yang berulang dan mungkin disertai dengan usaha
yang berlebihan untuk menghindarkan dirinya ditinggalkan dan serangkaian
ancaman bunuh diri atau tindakan pembahayaan diri (meskipun hal ini dapat
terjadi tanpa pencetus yang nyata).

10

Termasuk: (gangguan) kepribadian ambang

2.1.7. F60.4 Gangguan Kepribadian Histrionis


Gangguan kepribadian yang ditandai oleh:
(a) Ekspresi emosi yang didramatisasikan sendiri, teatrikalitas dan dibesarbesarkan;
(b)Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan;
(c) Afek datar dan labil;
(d)Terus-menerus mencari kepuasan (excitement) , apresiasi oleh orang lain,
dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian;
(e) Kegairahan yang tidak pantas dalam penampilan atau perilaku;
(f) Terlalu mementingkan daya tarik fisik
Gambaran penyerta mungkin mencakup egosentrisitas, pemuasan diri, terusmenerus mengharapkan apresuasi, perasaan mudah tersinggung dan perilaku
manipulative yang menetap untuk mencapai kepentingan pribadi.
Termasuk: (gangguan) kepribadian histeris dan psikoindantil

2.1.8. F60.5 Gangguan Kepribadian Anankastik


Gangguan kepribadian yang ditandai oleh:
(a) Perasaan ragu dan hati-hati yang berlebihan;
(b)Keterpakuan pada rincian, peraturan, daftar, perintah, organisasi atau
jadwal;
(c) Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian tugas;
(d)Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan kecenderungan yang tidak
semestinya untuk menciptakan kesenangan dan hubungan interpersonal;
(e) Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial;
(f) Kaku dan keras kepala;
(g)Pemaksaan secara tidak masuk akal agar orang lain melakukan sesuatu
menurut

caranya,

atau

keengganan

yang

tak

mengizinkan orang lain untuk melakukan sesuatu;

masuk

akal

untuk

11

(h)Mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang bersifat memaksa atau


yang tidak disukai.
Termasuk: (gangguan) kepribadian yang obsesif dan kompulsif, gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif
Tak termasuk: gangguan obsesif-kompulsif (F42.-)

2.1.9. F60.6 Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar)


Gangguan kepribadian yang ditandai oleh:
(a) Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif;
(b)Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah daripada orang
lain;
(c) Kekhawatiran yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi
sosial;
(d)Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai;
(e) Pembatasan gaya hidup karena alasan keamanan fisik;
(f) Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak
Gambaran penyerta mungkin mencakup hipersensistivitas terhadap penolakan
dan kritik.

2.1.10. F60.7 Gangguan Kepribadian Dependen


Gangguan kepribadian yang ditandai oleh:
(a) Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar
keputusan penting bagi dirinya;
(b)Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah daripada orang lain pada siapa
ia bergantung, dan kerelaan yang tidak semestinya terhadap keinginan
mereka;

12

(c) Keengganan untuk mengajukan tuntutan yang layak kepada orang pada
siapa ia bergantung;
(d)Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan
yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri;
(e) Terpaku pada ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat
dengannya dan ditinggalkan agar mengurus diri sendiri;
(f) Keterbatasan kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
mendapat nasihat yang berlebihan dan diyakinkan oleh orang lain.
Gambaran penyerta dapat mencakup perasaan tidak berdaya, tidak kompeten
dan kehilangan stamina.
Termasuk: (gangguan) kepribadian astenik, inadekuat, pasif, dan menyalahkan
diri sendiri.

2.1.11. F60.8 Gangguan Kepribadian Khas Lainnya


Gangguan kepribadian yang tidak cocok dengan rubric khusus F60.0 F60.7
Termasuk: (gangguan) kepribadian eksentrik, tipe haltlose, imatur, narsistik,
pasif-agresif, dan psikoneurotik.

2.1.12. F60.9 Gangguan Kepribadian YTT


Termasuk: neurosis watak YTT, kepribadian patologis YTT

2.2. F61 GANGGUAN KEPRIBADIAN CAMPURAN LAINNYA


Kategori ini dimaksudkan untuk gangguan kepribadian dan abnormalitas
yang sering kali menyulitkan tetapi tidak menunjukkan pola spesifik dari gejala
yang menjadi ciri khas dari gangguan dalam F60.-. Sebagai akibat sering kali lebih

13

sukar didiagnosis daripada gangguan di dalam kategori itu. Dua tipe dikhususkan
di sini dengan karakter keempat; setiap tipe lain sebaiknya diberi kode F60.8.
2.2.1. F61.0 Gangguan Kepribadian Campuran
Dengan gambaran beberapa gangguan pada F60.; tetapi tanpa suatu
kumpulan gejala yang predominan yang memungkinkan suatu diagnosis yang
lebih khas.

2.2.2. F61.1 Perubahan Kepribadian yang Bermasalah


Tidak dapat diklasifikasikan pada F60.- atau F61.- dan dianggap sebagai
sekunder terhadap suatu diagnosis utama berupa suatu gangguan afektif atau
anxietas yang ada secara bersamaan.
Tak Termasuk: aksentuasi ciri kepribadian (Z73.1)

2.3. F62 PERUBAHAN KEPRIBADIAN YANG BERLANGSUNG LAMA YANG


TIDAK DIAKIBATKAN OLEH KERUSAKAN ATAU PENYAKIT OTAK
Kelompok ini meliputi gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
yang berkembang mengikuti stres yang sangat berkepanjangan atau katastrofik,
atau mengikuti penyakit jiwa yang berat, pada pasien yang tanpa gangguan
kepribadian sebelumnya. Diagnosis ini harus dibuat hanya apabila ada bukti yang
pasti dan perubahan yang berlangsung lama pada pola seseorang dalam hal
menerima, berhubungan dengan atau berpikir tentang lingkungan dan dirinya
sendiri. Perubahan kepribadian harus bermakna dan disertai dengan perilaku yang

14

tidak fleksibel dan maladaptif yang tidak ada sebelum kejadian yang patogenik.
Perubahan tidak boleh merupakan manifestasi dari gangguan jiwa lainnya, atau
sebagai gejala residual dari suatu gangguan jiwa sebelumnya. Perubahan
kepribadian yang berlangsung lama seperti ini paling sering menyusul suatu
pengalaman traumatik yang dahsyat, tetapi mungkin juga berkembang kemudian
mengikuti suatu gangguan jiwa yang berat, berulang dan berkepanjangan.
Kemungkinan sukar untuk membedakan antara perubahan kepribadian yang
didapat dengan eksaserbasi atau tampilnya suatu gangguan kepribadian yang
sudah ada akibat stress, ketegangan atau pengalaman psikotik. Perubahan
kepribadian yang berlangsung lama, harus didiagnosis hanya apabila perubahan
merupakan penampakan dari suatu keadaan yang permanen dan berlainan, yang
secara etiologis dapat ditelusuri kembali pada adanya pengalaman yang nyata
dan sangat ekstrem. Diagnosis tidak boleh dibuat apabila gangguan kepribadian
itu sekunder karena kerusakan atau penyakit otak.
Tak Termasuk: gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak (F07.-)

2.3.1. F62.0 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama setelah


Mengalami Katastrofa
Perubahan

kepribadian

yang

berlangsung

lama

dapat

menyertai

suatu

pengalaman stres katastrofik. Stres harus sedemikian ekstrem sehingga tidak


perlu lagi untuk mempertimbangkan kerentanan pasien agar dapat menjelaskan
efeknya yang berat pada kepribadian. Contoh mencakup pengalaman kamp
konsentrasi, penyiksaan, bencana, menghadapi ancaman maut yang berlangsung
lama (misalnya penyanderaan, pemahaman dalam waktu yang lama dengan
kemungkinan

ancaman

dibunuh).

Gangguan

stres

pasca-trauma

dapat

mendahului jenis perubahan kepribadian ini, yang dapat dilihat sebagai sekuel
yang ireversibel dan kronis dari suatu gangguan stres. Namun demikian, pada
keadaan lain, perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang memenuhi

15

uraian di bawah ini dapat berkembang tanpa suatu fase sementara berupa
gangguan

stres

pasca-trauma

yang

manifest

(nyata).

Tetapi

perubahan

kepribadian yang berlangsung lama yang mengikuti suatu pengalaman ancaman


maut jangka pendek seperti kecelakaan kendaraan, tidak boleh dimasukkan
dalam kategori ini, sebab riset yang terakhir menunjukkan bahwa perkembangan
demikian tergantung pada kerentanan psikologis yang sebelumnya sudah ada.
Pedoman Diagnostik
Perubahan kepribadian harus berlangsung lama dan muncul sebagai gambaran
yang tidak fleksibel dan maladaptif yang menjurus kepada kegagalan dalam
fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan. Biasanya perubahan kepribadian harus
dipastikan berdasarkan keterangan yang dapat diandalkan. Untuk menegakkan
diagnosis, adalah esensial untuk memastikan gambaran yang tidak tampak
sebelumnya, seperti :
(a) Sikap bermusuhan dan tidak percaya menghadapi dunia;
(b)Penarikan diri dari masyarakat;
(c) Perasaan kosong dan putus asa;
(d)Perasaan terpojok yang kronis seperti terancam terus-menerus;
(e) Keterasingan
Perubahan kepribadian ini harus sudah ada selama minimal 2 tahun, dan harus
tidak disebabkan oleh gangguan kepribadian yang sebelumnya sudah ada atau
karena suatu gangguan jiwa selain gangguan stres pasca-trauma. Adanya
kerusakan atau penyakit otak yang dapat menyebabkan gambaran klinis yang
serupa harus disingkirkan.
Termasuk: Perubahan kepribadian setelah suatu pengalaman di kamp konsentrasi,
bencana, berada dalam sekapan yang berkepanjangan yang disertai ancaman
kemungkinan

dibunuh,

berada

dalam

keadaan

ancaman

berkepanjangan seperti menjadi korban terorisme atau penyiksaan.


Tak Termasuk: gangguan stres pasca-trauma (F43.1)

maut

secara

16

2.3.2. F62.1

Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama Akibat

Penyakit Psikiatrik
Perubahan kepribadian yang disebabkan oleh pengalaman traumatik akibat
menderita penyakit jiwa yang berat. Perubahan tidak dapat dijelaskan oleh
gangguan kepribadian yang sudah ada sebelumnya dan harus dibedakan dari
skizofrenia residual dan keadaan sembuh tak sempurna lain karena suatu
gangguan jiwa sebelumnya.

Perubahan Diagnostik
Perubahan Kepribadian harus berlangsung lama dan tampil sebagai pola
yang tidak fleksibel dan maladaptif dalam fungsi dan pengalamannya, yang
mengarah kepada problem yang berkepanjangan dalam fungsi interpersonal,
sosial, atau pekerjaan dan penderitaan subjektif. Tidak boleh ada tanda bahwa
sebelumnya sudah ada gangguan kepribadian yang akan menjelaskan terjadinya
perubahan kepribadian itu, dan diagnosis tidak boleh berdasarkan suatu gejala
residual

gangguan

jiwa

sebelumnya.

Perubahan

kepribadian

berkembang

mengikuti penyembuhan klinis suatu gangguan jiwa yang harus telah dialami
sebagai sangat menekan secara emosional, dan menghancurkan citra-diri pasien.
Sikap atau reaksi orang lain terhadap pasien sesudah penyakit itu adalah penting
dalam menentukan dan memperkuat persepsi pasien terhadap derajat stres. Tipe
perubahan

kepribadian

ini

tidak

dapat

dimengerti

sepenuhnya

tanpa

mempertimbangkan pengalaman emosional yang subjektif dan kepribadian


sebelumnya, penyesuaian dirinya dan kerentanan khasnya.
Tanda diagnostik untuk jenis perubahan kepribadian ini harus mencakup
gambaran klinis sebagai berikut:
(a) Sikap ketergantungan pada dan sikap menurut dari orang lain yang
berlebihan;

17

(b)Tuduhan bahwa dirinya berubah atau cacat oleh karena penyakit terdahulu,
menjurus kepada ketidakmampuan membentuk dan mempertahankan
hubungan pribadi yang dekat dan terpercaya serta isolasi sosial;
(c) Pasif, minat berkurang dan menurunnya keterlibatan dalam aktivitas
rekreasi;
(d)Selalu mengeluh sakit, yang tidak mungkin disertai dengan keluhan
hipokondrik dan perilaku sakit;
(e) Disforia atau suasana perasaan yang labil, yang tidak disebabkan oleh
adanya gangguan jiwa saat ini atau gangguan jiwa sebelumnya dengan
gejala afektif residual;
(f) Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan dibandingkan
dengan keadaan sebelum sakit.
Manifestasi tersebut di atas sudah ada selama kurun waktu 2 tahun atau
lebih. Perubahan bukan terjadi karena kerusakan atau penyakit otak yang berat.
Adanya diagnosis skizofrenia sebelumnya tidak menyingkirkan kemungkinan
diagnosis ini.

2.3.3. F62.8 Perubahan Kepribadian yang Berlangung Lama Lainnya


Termasuk:

perubahan

kepribadian

yang

berlangsung

lama

sesudah

pengalaman yang tidak disebutkan dalam F62.0 dan F62.1, seperti sindrom
kepribadian nyeri kronis dan perubahan kepribadian yang berlangsung lama
sesudah peristiwa kematian.

2.3.4. F62.9 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama YTT

2.3.5. F63 GANGGUAN KEBIASAAN DAN IMPULS


Gangguan kebiasaan dan impuls ditandai olehaksi berulang yang tidak
mempunyai motivasi yang rasional dan jelas, umumnya merugikan diri sendiri

18

dan orang lain. Penderitanya melaporkan bahwa perilakunya disertai impuls yang
tidak dapat dikendalikan. Penyebab kelainan ini tidak diketahui.

2.3.6. F63.0 Judi Patalogis


Penderita

gangguan

ini

mungkin

mempertaruhkan

pekerjaannya,

mempunyai banyak hutang, melakukan pelanggaran hukum, semuanya dalam


rangka memperoleh uang. Pasien dengann gangguan ini memperlihatkan
dorongan yang kuat untuk berjudi, sukar dikendalikan dengan preokupasi ide dan
khayalan tentang kegiatan perjudian itu.Preokupasi dan dorongan ini sering kali
meningkat pada saat menghadapi stress.
Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah berjudi secara berulang
dan menetap. Berlanjut dan sering meningkat meskipun ada konsekuensi sosial
yang merugikan yang penderita dapatkan, seperti kemiskinan, kegagalan rumah
tangga, kekacauan kehidupan pribadi.
Diagnosis banding. Judi patologis ini dibedakan dari:
-

Judi dan taruhan. Dimana judi yang sering untuk kesenangan atau sebagai
upaya untuk mendapatkan uang, orang dalam katagori ini dapat menahan

diri apabila kalah banyak atau ada efek merugikan lain


Judi berlebihan oleh pasien manik
Judi oleh kepribadian sosiopatik. Terdapat gangguan perilaku sosial yang
menetap, yang tampak dalam kegiatan yang agresif atau memperlihatkan
sangat kurangnya kepedulian akan kesejahteraan orang lain.

2.3.7. F63.1 Bakar Patologis (piromania)


Gangguan ini ditandai oleh tindakan yang berulang kali atau usaha
membakar harta benda atau barang lain tanpa tujuan yang jelas. Adanya

19

keasyikan yang menetap pada benda yang berhubungan dengan api dan
kebakaran. Mungkin juga ada minat yang luar biasa terhadap mobil pemadam
kebakaran dan alat pemadam api lainnya, serta memanggil petugas pemadam
kebakaran.

Pedoman diagnostik:
-

Berulang-ulang melakukan pembakaran tanpa motif yang jelas


Sangat tertarik menonton peristiwa kebakaran
Perasaan tegang sebelum kejadian dan snagat puas segera setelah berhasil
dilaksanakan

Diagnostik Banding:
-

Sengaja melakukan pembakaran tanpa manifestasi gangguan psikiatrik (jadi

ada motif yang jelas)


Pembakaran oleh anak muda dengan gangguan tingkah laku dimana
terbukti ada gangguan perilaku lain seperti mencuri, menyerang, atau

menipu
Pembakaran oleh orang dewasa dengan gangguan kepribadian sosiopatik.
Dimana terbukti terdapat gangguan menetap lain dalam perlaku sosialnya

seperti agresi, atau ketidak pedulian terhadap orang lain disekitarnya.


Pembakaran pada skizofrenia, dimana kebakaran secara khas ditimbulkan

oleh ide-ide waham atau perintah dari suara halusinasi


Pembakaran pada gangguan psikiatrik organic. Kebakaran terjadi karena
kecelakaan akibat kebingungan, kurangnya daya ingat, atau hilangnya
kewaspadaan akan akibat dari perbuatannya, atau kombinasi dari faktorfaktor ini.
Dimensia atau keadaan organic akut mungkin juga menjurus pada

pembakaran karena kurang hati-hati, mabuk akut, alkoholisme kronis, atau


intoksikasi obat lain.

20

2.3.8. F63.2 Curi Patologis (kleptomania)


Gangguan

ini

ditandai

dengan

kegagalan

menahan

dorongan

yang

berulang-ulang untuk mencuri sesuatu yang tidak dibutuhkan atau tidak


menghasilkan uang. Barang itu kemudian dibuang, diberikan kepada orang lain
atau dikumpulkan.
Pedoman diagnostik:
Terdapat peningkatan ketegangan sebelum melakukan aksi, merasa puas
pada saat melakukan aksi dan segera sesudahnya. Meskipun upaya untuk
menyembunyikan dilakukan, tetapi tidak setiap kesempatan yang ada digunakan.
Pencurian ini biasanya merupakan aksi soliter dan tidak dibantu oleh kaki tangan.
Individu mungkin tampak gelisah, murung, dan bersalah diantara episode
pencurian terjadi, namun hal itu tidak menghentikannya mengulangi pencurian.
Diagnosis Banding. Ciri patlogis harus dibedakan dari:
-

Pencurian berulang di toko tanpa manifestasi suatu gangguan psikiatrik,


dimana aksinya direncanakan dengan lebih hati-hati dan terdapat motif

keuntungan pribadi yang jelas.


Gangguan mental organic, dengan berulang kali gagal untuk membayar
barang belanjaan yang disebabkan ingatan yang buruk dan adanya

deteriorasi intelektual lain


Gangguan depresif dengan pencurian, berupa individu yang depresif
melakukan pencurian dan mungkin akan tetap mengulanginya selama
gangguan depresif in imasih ada.

2.3.9. F63.3 Trikotilomania

21

Gangguan ditandai oleh kerontokan rambut kepala akibat berulangkali


gagal menahan diri terhadap impuls untuk mencabut rambut. Pencabutan rambut
ini biasanya didahului oleh ketegangan yang memuncak dan diikuti rasa lega atau
puas.

2.3.10. F63.8 Gangguan kebiasaan dan impuls lainnya


Katagori ini digunakan untuk jenis lain dari perilaku maladaptive yang tetap
berulang, yang bukan sekunder terhadap sindrom psikiatrik yang dikenal, dan
dimana tampak kegagalan berulang untuk menahan dorongan umpuls untuk
melakukan perilaku tersebut.
Terdapat periode prodromal berupa ketegangan dengan perasaan lega pada saat
terjadinya aksi tersebut.

2.4. F64 GANGGUAN IDENTITAS JENIS KELAMIN


2.4.1. F64.0 Transseksualisme
Suatu hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok
lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan tidak enak atau tidak sesuai dengan
anatomi seksualnya dan menginginkan untuk memperoleh terapi hormonal dan
pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin
yang diinginkan.
Pedoman diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis ini, identitas transeksual harus sudah
menetap selama minimal 2 tahun, dan harus bukan merupakan gejala dari
gangguan jiwa lain seperti skizofrenia, atau disertai oleh suatu kelainan interseks,
genetik, atau kromosom seks.

22

2.4.2. F64.1 Transvetisme Peran Ganda


Mengenakan jenis pakaian dari lawan jenis sebagai bagian dari eksistensi
dirinya untuk menikmati sejenak pengalaman sebagai anggota lawan jenisnya,
tetapi tanpa hasrat untuk mengubah jenis kelamin secara lebih permanen atau
untuk diikuti dengan tindakan bedah. Tidak ada kepuasan seksual yang menyertai
pemakaian pakaian lawan jenis tersebut, yang membedakan gangguan ini dari
transvestisme fetishistik (F65.1).
Termasuk: gangguan identitas jenis kelamin masa remaja dan dewasa, tipe
nontransseksual
Tak termasuk: transvestisme fetishistik (F65.1)

2.4.3. F64.2 Gangguan Identitas Jenis Kelamin Masa Kanak


Gangguan yang biasanya tampak pertama kali pada masa dini kanak (dan
selalu sebelum pubertas), ditandai oleh stress yang dalam dan permanen tentang
jenis kelaminnya, bersamaan dengan hasrat untuk menjadi (atau keteguhan
bahwa dirinya adalah) lawan jenisnya. Terdapat kecenderungan yang menetap
terhadap pakaian atau aktivitas lawan jenisnya dan/atau penolakan terhadap jenis
kelaminnya sendiri. Gangguan seperti ini relatif jarang dan jangan dikacaukan
dengan gangguan yang lebih sering berupa kejanggalan dengan perilaku peran
seksual yang stereotipik. Diagnosis gangguan identitas jenis kelamin masa kanak
membutuhkan adanya gangguan yang mencolok dari perasaan yang normal
sebagai laki-laki atau perempuan; hanya ada perilaku tomboi pada anak
perempuan atau perilaku seperti anak perempuan pada anak laki-laki saja tidak
cukup. Diagnosis tidak dapat dibuat apabila anak telah mencapai pubertas.

23

Karena gangguan identitas jenis kelamin masa kanak mempunyai banyak


gambaran yang biasanya terdapat pada gangguan identitas lainnya dalam bagian
ini, maka ia diklasifikasikan dalam F64.- daripada dalam F90-F98.

Pedoman Diagnostik
Gambaran diagnostic esensial adalah keinginan anak yang pervasive dan
menetap untuk menjadi (atau keteguhan bahwa dirinya adalah) jenis kelamin
lawan jenisnya, disertai penolakan terhadap perilaku, atribut dan/atau pakaian
yang sesuai untuk jenis kelaminnya. Yang khas adalah bahwa manifestasi
pertama timbul selama usia prasekolah; untuk menegakkan diagnosis, gangguan
harus sudah tampak sebelum pubertas. Untuk semua jenis kelamin, mungkin ada
penolakan terhadap struktur anatomi jenis seksualnya sendiri, tetapi hal ini tidak
lazim, mungkin jarang terjadi. Yang karakteristik adalah anak dengan gangguan
identitas jenis kelamin, menyangkal bahwa dirinya terganggu, meskipun mereka
mungkin tertekan oleh konflik dengan keinginan orangtua atau kawan-sebayanya
dan oleh ejekan dan/atau penolakan yang mungkin mereka alami.
Anak laki-laki lebih banyak mengalami gangguan ini daripada anak
perempuan. Yang khas, mulai usia prasekolah dan seterusnya anak laki-laki akan
cenderung bermain dengan permainan dan aktivitas anak perempuan, dan
mungkin lebih memilih untuk berpakaian perempuan atau wanita. Namun
pergantian pakaian tersebut tidak menimbulkan kenikmatan seksual (seperti pada
transvestisme

fetishistik

pada

orang

dewasa

(F65.1)).

Mereka

mungkin

berkeinginan kuat untuk berpartisipasi dalam permainan dan rekreasi anak


perempuan, boneka perempuan sering menjadi favorit dan sering kali mereka
lebih memilih anak perempuan sebagai teman bermain. Pengasingan sosial
cenderung timbul pada awal usia sekolah dan puncaknya pada pertengahan usia
anak-anak, dengan mengalami ejekan-ejekan dari anak laki-laki lain. Sebagian
besar perilaku feminine bisa berkurang pada usia remaja, tetapi studi lanjutan
menunjukkan bahwa antara 1/2 2/3 dari anak laki-laki dengan gangguan

24

identitas jenis kelamin masa kanak menunjukkan orientasi homoseksual selama


dan sesudah masa remaja. Namun demikian, sedikit sekali menunjukkan
transseksualisme pada usia dewasa (meski kebanyakan orang dewasa dengan
transsesualisme

melaporkan

bahwa

mereka

mempunyai

riwayat

masalah

identitas jenis kelamin pada masa kanak).


Pada sampel klinik, gangguan identitas jenis kelamin pada anak perempuan
lebih jarang daripada anak laki-laki, tetapi tak diketahui apakah rasio seksual ini
juga berlaku dalam populasi umum, Pada anak perempuan seperti laki-laki,
biasanya ada manifestasi dini berupa kecenderungan perilaku yang stereotipis
berkaitan dengan lawan jenisnya. Secara khas, anak perempuan dengan
gangguan ini mempunyai teman main laki-laki dan menunjukkan kesukaan yang
mencolok pada olahraga dan permainan yang keras dan kasar; mereka tidak
tertarik pada boneka, atau peran wanita dalam bermain bapak-ibu atau rumahrumahan. Anak perempuan dengan gangguan identitas jenis kelamin cenderung
untuk tidak mengalami pengasingan sosial seperti yang dialami anak laki-laki,
meskipun mereka dapat menderita karena ejekan pada masa lanjut kanak atau
remaja. Kebanyakan berhenti berlaku dan berpakaian seperti anak laki-laki ketika
mencapai usia remaja, tetapi beberapa tetap mempertahankan identifikasi
sebagai laki-laki dan lebih lanjut menunjukkan orientasi homoseksual.
Terkadang, gangguan identitas jenis kelamin mungkin disertai dengan
penyangkalan yang menetap dari struktur anatomi seksualnya. Pada anak
perempuan hal ini mungkin akan dimanifestasikan dengan penegasan secara
berulang-ulang bahwa mereka memiliki atau akan tumbuh penisnya dan menolak
untuk kencing dalam posisi jongkok, atau menyatakan tidak ingin tumbuh buah
dadanya atau tidak ingin menstruasi. Pada anak laki-laki, mereka akan
menegaskan berulang-ulang bahwa mereka secara fisik akan tumbuh sebagai
seorang wanita, bahwa penis dan testes adalah menjijikkan dan nanti akan hilang
dan/atau mungkin lebih baik kalau tidak mempunyai penis atau testes.
Tak termasuk: orientasi seksual egodistonik (F66.1), Gangguan menstruasi
seksual (F66.0)

25

2.4.4. F64.8 Gangguan Identitas Jenis Kelamin Lainnya

2.4.5. F64.9 Gangguan Identits Jenis Kelamin YTT


Termasuk: gangguan peran jenis kelamin YTT

2.5. F65 GANGGUAN PREFERENSI SEKSUAL


Termasuk: Parafilia
Tak termasuk: problem yang berhubungan dengan orientasi seksual (F66)

2.5.1. F65.0 Festishisme


Pengandaian pada benda mati sebagai suatu stimulus yang dapat
membangkitkan gairah seksual dan memberikan kepuasan seksual. Banyak objek
fetish merupakan ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaian atau sepatu.
Beberapa contoh lain yang lazim ditandai oleh beberapa bentuk atau wujud
tertentu seperti karet, plastik, atau kulit. Objek fetish bervariasi pentingnya bagi
individu: dalam kasus tertentu mereka hanya bermanfaat secara sederhana untuk
meningkatkan kepuasan seksual yang dapat dicapai dengan cara biasa (misalnya
dengan partnernya memakai pakaian tertentu).
Pedoman diagnostik
Fetishisme harus didiagnosis apabila fetish merupakan sumber yang paling
penting dari stimulasi seksual atau esensial untuk respon seksual yang
memuaskan.

26

Fantasi fetishistik adalah lazim, tetapi tidak menjadi suatu gangguan kecuali
apabila menjurus pada suatu ritual yang begitu memaksa dan tidak semestinya
sampai mengganggu hubungan seksual dan menyebabkan penderitaan pada
individu.
Fetishisme terbatas hanya khusus pada pria.
2.5.2. F65.1 Transvestisme Festishistik
Mengenakan pakaian dari lawan jenis dengan tujuan untuk mencapai
kepuasan seksual.
Pedoman diagnostik
Gangguan ini dibedakan dari Fetishisme Simpleks dimana pakaian sebagai
barang Fetishistik bukan hanya sekedar dikenakan tetapi dikenakan juga untuk
menciptakan penampilan seseorang dari lawan jenis. Biasanya lebih dari satu
barang yang dikenakan dan sering kali suatu perlengkapan menyeluruh, termasuk
rambut palsu dan tata rias wajah. Transvestisme Fetishistik dibedakan dari
transvestime

transseksual

oleh

adanya

hubungan

yang

jelas

dalam

membangkitkan gairah seksual dan keinginan/hasrat yang kuat untuk melepaskan


baju tersebut apabila orgasme sudah terjadi dan gairah seksual menurun. Adanya
riwayat transvestisme fetishistik biasanya dilaporkan sebagai fase awal oleh para
penderita transseksualisme dan mungkin merupakan suatu stadium dalam
perkembangan transseksualisme pada kasus demikian.
Termasuk: fetishisme transvestik

2.5.3. F65.2 Ekshibisionisme


Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat
kelamin kepada orang asing (biasanya lawan jenis) atau kepada orang banyak di
tempat umum tanpa ajakan atau niat untuk berhubungan lebih akrab. Biasanya,
tetapi tidak selalu, terdapat kepuasan seksual pada saat memamerkan dan aksi

27

ini lazim diikuti dengan masturbasi. Kecenderungan ini mungkin tampak hanya
pada saat stress/krisis emosional diselingi kurun waktu yang lama tanpa
timbulnya perilaku overt.
Pedoman diagnostik
Ekshibisionisme hampir sama sekali terbatas pada laki-laki heteroseksual
yang memamerkan kepada wanita, remaja atau dewasa, biasanya menghadap
mereka dalam jarak yang aman di tempat umum. Pada beberapa penderita
ekshibisionisme

merupakan

satu-satunya

penyaluran

seksual,

tetapi

pada

penderita lainnya kebiasaan ini dilakukan secara simultan dengan kehidupan seks
yang aktif dalam hubungan jangka panjang, meskipun dorongan tersebut
mungkin menjadi lebih menekan pada saat adanya konflik dalam hubungan
tersebut. Kebanyakan ekshibisionisme mendapatkan kesulitan mengendalikan
dorongan tersebut dan bersifat ego-alien. Kalau penonton yang melihat tampak
kaget, takut, atau terkesan, maka penikmatan ekshibisionime akan makin
meningkat.

2.5.4. F65.3 Voyeurisme


Suatu kecenderungan yang berulang atau menetap untuk melihat orang
yang berhubungan seksual atau berperilaku intim seperti menanggalkan pakaian.
Hal ini biasanya menjurus pada penguasaan seksual dan masturbasi dan
dilaksanakan tanpa orang yang diintipnya menyadarinya.

2.5.5. F65.4 Pedofilia


Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya prapubertas atau awal
masa pubertas. Beberapa pedofilis tertarik hanya pada anak perempuan, yang
lainnya hanya pada anak laki-laki, yang lain lagi menyukai keduanya.

28

Pedofilia jarang ditemukan pada perempuan. Hubungan antara orang


dewasa dengan remaja yang sudah matur secara sosial tidak dapat diterima oleh
masyarakat, terutama jika kedua pihak yang berkelamin sejenis, tetapi tidak
harus disertai dengan pedofilia. Adanya suatu kejadian tersendiri, terutama
apabila pelakunya seorang remaja, tidak menetapkan adanya kecenderungan
yang menetap atau predominan yang dibutuhkan untuk diagnosis. Termasuk
dalam pedofilia, bagaimana pun juga, adalah laki-laki yang mempunyai preferensi
partner seks dewasa, tetapi karena mereka secara kronis mengalami frustasi
untuk berhubungan secara memadai, maka kebiasaan mereka beralih kepada
anak-anak sebagai pengganti. Pria yang merusak secara seksual anak-anak
prapubertas mereka sendiri, biasanya juga mendekati anak lain, tetapi dalam tiap
kasus perilaku mereka merupakan indikasi pedofilia.

2.5.6. F65.5 Sadomasokisme


Suatu preferensi terhadap aktivitas seksual yang meliputi pengikatan atau
menimbulkan rasa sakit atau penghinaan. Jikalau individu lebih suka untuk
menjadi resipien dari perangsangan demikian, maka disebut masokisme, jika
sebagai pelaku disebut sadisme. Sering kali individu memperoleh kepuasan
seksual dari kedua aktivitas, baik sadisme maupun masokisme.
Stimulasi sadomasokisme berderajat ringan biasanya digunakan untuk
meningkatkan aktivitas seksual yang sebetulnya normal. Kategori ini hanya
digunakan apabila aktivitas sadomasokistik merupakan sumber rangsangan yang
terpenting untuk pemuasan seksual.
Sadisme seksual kadang-kadang sukar dibedakan dari kekejaman pada
hubungan seksual atau kemarahan yang tidak berhubungan dengan erotisisme.
Oleh karena kekerasan diperlukan untuk membangkitkan birahi, maka diagnosis
dapat ditentukan dengan jelas.
Termasuk: masokisme, sadisme

29

2.5.7. F65.6 Gangguan Preferensi Seksual Multipel


Kadang-kadang lebih dari satu gangguan preferensi seksual terjadi pada
seseorang dan tidak satu pun lebih diutamakan daripada yang lainnya. Kombinasi
yang paling sering adalah fetishisme, transvestisme, dan sadomasokisme.

2.5.8. F65.8 Gangguan Preferensi Seksual Lainnya


Suatu varietas dari pola lain pada preferensi dan aktivitas seksual mungkin
terjadi, yang masing-masing relatif tidak lazim. Ini mencakup kegiatan seperti
melakukan panggilan telepon cabul. Meggosok menempel pada orang untuk
stimulasi seksual di tempat umum yang ramai (frotteurisme), aktivitas seksual
dengan binatang, menggunakan cekikan atau anoksia untuk mengintensifkan
kepuasan seksual dan kesukaan terhadap partner dengan cacat badan tertentu
seperti tungkai yang diamputasi.
Perbuatan erotik terlalu bermacam-macam dan banyak di antaranya terlalu
jarang atau idiosinkratik untuk diberikan istilah khusus untuk setiap kelainan.
Menelan urine, melaburkan feses, atau menusuk kulup atau putting susu mungkin
merupakan sebagian dari perilaku yang termasuk sadomasokisme. Masturbasi
dengan berbagai cara adalah lazim, tetapi praktek yang lebih ekstremseperti
memasukkan benda ke rektrum atau uretra penis atau strangulasi diri parsialis,
apabila

menggantikan

hubungan

seksual

yang

lazim,

termasuk

abnormalitas. Nekrofilia juga harus dimasukkan dalam kategori ini.


Termasuk: frotteurisme, nekrofilia

2.5.8. F65.9 Gangguan Preferensi Seksual YTT

dalam

30

Termasuk: deviasi seksual YTT

2.6. F66 GANGGUAN PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PERKEMBANGAN DAN ORIENTASI SEKSUAL
Catatan

: Orientasi seksual sendiri jangan dianggap sebagai suatu gangguan.

Kode lima karakter berikut mungkin bisa digunakan untuk menunjukkan variasi
perkembangan atau orientasi seksual yang mungkin menjadi problem bagi
individu.
F66.x0 Heteroseksualitas
F66.x1 Homoseksualitas
F66.x2

Biseksualitas

Hanya digunakan apabila terbukti jelas adanya ketertarikan secara seksual


kepada kedua jenis kelamin.
F66.x8 Lainnya, termasuk prapubertas

2.6.1. F66.0

Gangguan Maturitas Seksual

Individu menderita karena ketidakpastian tentang identitas jenis kelaminnya


atau orientasi seksualnya, yang menimbulkan kecemasan atau depresi. Paling
sering terjadi pada remaja yang tidak tahu pasti apakah mereka homoseksual,
heteroseksual, atau biseksual dalam orientasi, atau pada individu yang sesudah
suatu periode orientasi seksual yang tampak stabil, sering kali setelah hubungan
yang

berlangsung

lama,

perubahan orientasi seksual.

ternyata

menemukan

bahwa

dirinya

mengalami

31

2.6.2. F66.1

Orientasi Seksual Egodistonik

Identitas jenis kelamin atau preferensi seksual tidak diragukan, tetapi


individu mengharapkan yang lain, disebabkan oleh gangguan psikologis dan
perilaku dan mungkin mencari pengobatan untuk mengubahnya.

2.6.3. F66.2

Gangguan hubungan seksual

Abnormalitas identitas jenis kelamin atau preferensi seksual merupakan


penyebab kesulitan dalam membentuk atau memelihara hubungan dengan
partner seksual.

2.6.4. F66.8

Gangguan Perkembangan Psikoseksual Lainnya

2.6.5. F66.9 Gangguan Perkembangan Psikoseksual YTT

2.7.

F67 GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA DEWASA


Menurut PPDGJ III ( Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa di

Indonesia III ). Pada Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III (Rusdi,2000:102-105)


Terdapat Yang di sebut dengan diagnosa Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa
dewasa antara lain adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Kepribadian Paranoid
dengan ciri-ciri :

Kepekaan berlebihan terjadap kegagalan dan penolakan

32

Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam

Kecurigaan

dan

kecenderungan

mendistorsikan

pengalaman

dengan

menyalah artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai
suatu sikap permusuhan dan penghinaan

Perasaan

bermusuhan

dan

ngotot

tentang

hak

pribadi

tanpa

memperhatikan situasi yang ada (actual situation)

Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification) tentang kesetiaan


seksual dari pasangannya

Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang


bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (selfreferential attitude)

Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak


substatantuf dari suatu peristiwa baik yang menyangkut diri pasien sendiri
maupun dunia pada umumnya.

Untuk mendiagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.


2. Gangguan Kepribadian Skizoid
ditandai dengan deskripsi berikut :

Sedikitnya (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan

Emosi dingin, efek mendatar, atau tak peduli (detachment)

Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau


kemarahan terhadap orang lain

Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman

Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain


(perhitungkan usia penderita)

Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri

Preokupasi dengan fantasi dan intropeksi yang berlebihan

Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau
ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti
itu

33

Sangat sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku

Untuk mendiagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.


3. Gangguan Kepribadian Dissosiala
deskripsi berikut :

Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain

Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus-menerus


(persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban
sosial

Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama,


meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya

Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk
melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan

Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman,
khususnya dari hukuman

Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi


yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat

Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.


4. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil

Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif


tanpa mempertimbangkan konsekuensinya

Dua varian yang khas adalah berkaitan denga impulsivitas dan kekurangan
pengendalian diri.

5. Gangguan Kepribadian Histrionik


deskripsi sebagai berikut :

Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self dramatization) seperti bersandiwara


(theariticality) yang dibesar-besarkan (exaggerated)

34

Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan

Keadaan afektif yang dangkal dan labil

Terus-menerus mencari kegairahan (excitement). Penghargaan (appreation)


dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian

Penampilan atau perilaku merangsang (seductive) yang tidak memadai

Terlalu peduli dengan daya tarik fisik

Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.


6. Gangguan Kepribadian Anankastik
ditandai dengan ciri-ciri :

Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan;

Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (detail), peraturan, daftar, urutan,


organisasi, atau jadwal;

Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas;

Ketelitian yang berlebihan, terlalu berhati-hati, dan keterikatan yang tidak


semestinya

pada

produktifitas,

sampai

mengabaikan

kepuasan

dan

hubungan interpersonal;

Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial;

Kaku dan keras kepala;

Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya
mengerjakan

sesuatu

atau

keengganan

yang

tak

beralasan

untuk

mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu;

Mencampur-adukan pikiran dan dorongan yang memaksa dan yang enggan.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.


7. Gangguan Kepribadian Cemas ( Menghindar )
dengan ciri ciri :

Perasaan tegang dan taku yang menetap dan pervasif

35

Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang
lain

Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi


social

Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan
disukai

Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik

Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak


interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

8. Gangguan Kepribadian Dependen

Mendorong dan membiarkan orang lain untuk mengambil sebahagian besar


keputusan penting untuk dirinya

Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia
bergantung dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan
mereka

Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang


dimana tempat ia bergantung

Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan
yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan mengurus diri sendiri

Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat


dengan nya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri

Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa


mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.

Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

36

2.8.

F68 GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA DEWASA


LAINNYA

2.8.1 F68.0 Elaborasi Gejala Fisik Karena Alasan Psikologis


Gejala fisik yang sesuai dan semula disebabkan oleh gangguan fisik,
penyakit atau disabilitas menjadi berlebihan atau berkepanjangan disebabkan
oleh keadaan psikologis dari pasien. Suatu sindrom perilaku menarik perhatian
(histrionik) berkembang, yang juga mengandung keluhan tambahan (dan
biasanya non-spesifik) yang tidak berasal dari fisik. Pasien umumnya tertekan
oleh sakit atau disabilitas tersebut dan sering kali diwarnai oleh kekhawatiran,
yang mungkin dapat dibenarkan, perihal kemungkinan disabilitas atau sakit yang
progresif

atau

berkepanjangan.

Ketidakpuasan

terhadap

hasil

terapi

atau

pemeriksaan atau kekecewaan terhadap perhatian pribadi yang diperoleh di


bangsal dan di klinik mungkin merupakan suatu faktor motivasi. Beberapa kasus
tampaknya jelas dimotivasi oleh kemungkinan untuk memperoleh kompensasi
finansial, akibat kecelakaan atau trauma, tetapi sindrom tersebut tidak perlu
cepat menghilang walaupun sesudah peradilan yang sukses.

Neurosis Pascatrauma (Neurosis Kecelakaan / Neurosis Kompensasi)


Jenis psikoneurosis ini terlihat pada pasien yang telah mengalami trauma,
yang secara mendadak mengancam jiwanya. Trauma fisik bisa terjadi atau
bisa juga tidak. Kebanyakan kasus timbul setelah kecelakaan dan klaim
untuk kompensasi sering mengkomplikasi diagnosis dan terapi sampai
tingkat ini, sehingga neurosis kecelakaan atau neurosis kompensasi menjadi
nama lain dari keadaan ini.
Gejala bisa terdiri dari semua gejala neurotic yang telah disebutkan, tetapi
yang lebih sering ditemukan iritabilitas, tegangan, konsentrasi buruk dan
mimpi buruk, sering bentuk berulang. Bisa timbul manifestasi motorik,
terutama

tic.

Neurosis

kompensasi

kecelakaan industri dan lalulintas jalan raya.

tersering

ditemukan

setelah

37

2.8.2. F68.1 Kesengajaan atau Berpura-pura Membuat Gejala atau


Disabilitas, baik Fisik maupun Psikologis (Gangguan Buatan)
Dengan tidak adanya gangguan fisik atau jiwa, penyakit atau cacat yang
pasti, individu berpura-pura mempunyai gejala sakit secara berulang-ulang dan
konsisten. Untuk gejala fisik bahkan mungkin dapat meluas membuat sendiri
irisan atau luka untuk menciptakan pendarahan, atau menyuntik diri dengan
bahan beracun. Peniruan sakit dan keteguhan adanya pendarahan mungkin
begitu

meyakinkan

dan

menetap

sehingga

menyebabkan

diulanginya

pemeriksaan dan operasi di beberapa klinik dan rumah sakit, meskipun hasilnya
berulang kali negatif.
Motivasi untuk perilaku ini hampir selalu kabur dan dianggap internal dan
kondisi tersebut terbaik diinterpretasikan sebagai suatu gangguan perilaku sakit
atau peran sakit. Individu dengan pola perilaku ini biasanya menunjukkan
sejumlah tanda dari abnormalitas yang berat dari kepribadian dan hubungan.
Malingering didefinisikan sebagai kesenjangan atau berpura-pura membuat
gejala atau disabilitas, baik fisik maupun psikologis yang disebabkan oleh stress
eksternal atau insentif, harus diberi kode Z76.5 dari ICD-10, dan bukan
berdasarkan salah satu kode dalam buku ini. Motif eksternal yang paling lazim
untuk melingering meliputi penghindaran diri dari tuntutan hukuman criminal,
untuk memperoleh obat terlarang, menghindari wajib militer atau tugas militer
yang berbahaya, dan upaya untuk memperoleh keuntungan karena sakit atau
untuk mendapat perbaikan taraf hidup seperti perumahan. Malingering secara
komparatif lazim dalam lingkungan hukum dan di lingkungan militer, dan tidak
lazim dalam kehidupan sipil biasa.

Sindrom Munchhausen (hospital addiction syndrome, hospital hopper


syndrome)

38

Sindrom Munchausen adalah gangguan kejiwaan yang menyebabkan


seorang individu mencederai atau menyakiti dirinya sendiri atau untuk
membuat gejala penyakit fisik atau mental, agar ia menerima perawatan
medis atau rumah sakit . Dalam variasi dari gangguan, Munchausen by
proxy

MSBP

),

seorang

individu,

biasanya

seorang

ibu,

sengaja

menyebabkan atau membuat sakit anak-anaknya atau orang lain di bawah


asuhannya.
Dikategorikan sebagai gangguan tiruan (gangguan di mana gejalagejala fisik atau psikologis berada di bawah kontrol sukarela), sindrom
Munchausen sepertinya termotivasi oleh kebutuhan untuk mengasumsikan
peran seorang pasien . Tidak seperti berpura-pura sakit (Malingering),
karena sepertinya tidak akan ada keuntungan sekunder yang jelas
( misalnya , uang) pada sindrom Munchausen.
Munchausen

termotivasi

oleh

keinginan

untuk

diperhatikan,

kebutuhan untuk perhatian, ketergantungan, ambivalensi terhadap dokter,


atau kebutuhan untuk menderita. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
individu untuk Munchausen meliputi penyakit serius di masa kecil atau
gangguan kepribadian yang ada .
Beberapa keluhan umum termasuk demam, ruam, abses, perdarahan,
dan muntah . Biasanya pada Munchausen by proxy terdapat juga gejala
apnea ( henti napas ), demam, muntah, dan diare. Dalam kedua
Munchausen dan MSBP sindrom , yang diduga penyakit tidak menanggapi
biasa saja pengobatan. Pasien atau orang tua dapat mendorong untuk
prosedur diagnostik invasif dan menampilkan kedalaman yang luar biasa
pengetahuan tentang prosedur medis.

39

2.8.3. F68.8 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa Lainnya


YDT
Kategori ini seharusnya digunakan untuk memberi kode setiap gangguan
khas dari kepribadian dan perilaku dewasa yang tidak dapat diklasifikasikan
dalam semua kategori terdahulu.
Termasuk : gangguan watak YTT, gangguan hubungan YTT
2.9.

F69 GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA DEWASA YTT


Kode ini harus digunakan hanya sebagai jalan terakhir, kalau adanya suatu

gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa dapat diterima, tetapi informasi
untuk menegakkan diagnosis dan mengalokasikan dalam kategori khusus tidak
tersedia.

40

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang
diluar rentang ditemukan pada sebagian besar orang (Kaplan, 1994). Gangguan
kepribadian merupakan keadaan klinik yang menunjukkan bahwa gejala-gejala
gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir
sama pada orang-orang dengan intelegensia tinggi ataupun rendah (Maslim,
2001).
Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman
Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe
implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas lainnya yang tidak
tergolongkan.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di mana cara
berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi.
Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang
kaku sulit menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap impulsif, lekas
marah, banyak permintaan, ketakutan, permusuhan, manipulatif, atau bahkan
bertindak kasar.

DAFTAR PUSTAKA

41

Departemen

Kesehatan

RI.

1993.

Pedoman

Penggolongan

dan

Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) Cetakan Pertama. Jakarta:


Departemen Kesehatan.
Maslim rudi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III: Jakarta
Sunaryo. Psikologis untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai