PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kematian di penjara yaitu kematian yang terjadi di penjara atau fasilitas
tahanan lainnya, termasuk kematian yang terjadi selama pemindahan/ transfer
ke/ dari penjara/ fasilitas tahanan lainnya, atau difasilitas kesehatan mengikuti
pemindahan dari penjara.
Di Indonesia jumlah kematian narapidana dan tahanan di penjara
mengalami peningkatan pada tahun 2009. Total 778 orang meninggal di rumah
tahanan dan lernbaga pemasyarakatan sepanjang tahun 2009. Jumlah tersebut
terdiri atas 514 narapidana dan 264 tahanan. Jumlah tersebut meningkat dari
jumlah tahun 2008 yang berjumlah 750 orang meninggal di penjara, terdiri
dan 548 narapidana dan 202 tahanan.1
Penyebab kematian tahanan dan narapidana di penjara ini bermacammacam. Mulai dari masalah kelebihan kapasitas penjara hingga penyakit.
Terdapat 509 orang meninggal pada masa tinggal satu hingga enam bulan di
penjara, terdapat 166 orang meninggal dengan masa tinggal tujuh hingga 12
bulan dalam penjara. Sebanyak 103 orang meninggal dengan masa tinggal
lebih dari 1 tahun.1
Catatan kematian individu yang dikumpulkan oleh Death in Custody
Reporting Act of 2000 menerangkan bahwa di Amerika Serikat, antara tahun
2001-2004, penjara negara otoritas nasional melaporkan total 12.129 kematian
tahanan negara ke Deaths in Custody Reporting Program (DCRP). Sembilan
dari 10 kematian (89%) akibat kondisi medis, bunuh diri (6%), pembunuhan
(2%), alkohol (1%), obat (1%), dan cedera (1%).
Lyneham, matthew, et al. Death in Custody in Australia: National Death in Custody Program
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan kematian di penjara/ tahanan?
2. Apakah penyebab kematian di penjara/ tahanan?
3. Apakah hak dan kewajiban tahanan?
4. Bagaimana penanganan tahanan yang meninggal didalam penjara?
5. Bagaimana pencegahan kematian tahanan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah kematian didalam penjara.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi kematian di penjara
b. Mengetahui penyebab kematian tahanan penjara.
c. Mengetahui hak dan kewajiban tahanan.
d. Mengetahui penanganan tahanan yang meninggal di dalam penjara.
e. Mengetahui pencegahan kematian tahanan.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Mahasiswa.
a. Melatih kemampuan mahasiswa dalam penyusunan suatu referat.
b. Menambah pengetahuan mengenai masalah kesehatan yang ada di
dalam penjara.
2. Bagi Instansi terkait (FK UNSRI)
Menambah bahan referensi bagi dokter dan calon dokter dalam
memahami masalah kematian di penjara.
3. Bagi Pemerintahan
Sebagai dasar pertimbangan untuk meningkatkan kualitas layanan
kesehatan di dalam penjara.
4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai
masalah kesehatan yang ada di dalam penjara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
TERMINOLOGI4,5
1.
2.
3.
4.
Terhukum adalah orang yang dihukum atau orang yang dijatuhi hukuman.
5.
6.
7.
8.
B.
melakukan
penerimaan,
pendaftaran,
penempatan
C.
D.
DATA STATISTIK
Di Indonesia jumlah kematian narapidana dan tahanan di penjara
rnengalami peningkatan pada tahun 2009. Total 778 orang meninggal di
rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan sepanjang tahun 2099. Jumlah
tersebut terdiri atas 514 narapidana dan 264 tahanan. Jumlah tersebut
meningkat dari jumlah tahun 2008 yang berjumlah 750 orang meninggal di
penjara, terdiri dari 548 narapidana dan 202 tahanan.4
Penyebab kematian tahanan dan narapidana di penjara ini bermacammacam. Mulai dari masalah kelebihan kapasitas penjara hingga penyakit.
Terdapat 509 orang meninggal pada masa tinggal satu hingga enam bulan di
penjara, terdapat 166 orang meninggal dengan masa tinggal 7 (tujuh) hingga
12 (duabelas) bulan dalam penjara. Sebanyak 103 orang meninggal dengan
masa tinggal lebih dari 1 tahun.1
Death in Custody Reporting Act of 2000 menerangkan bahwa di
Amerika Serikat, antara tahun 2001-2004, penjara negara otoritas nasional
melaporkan total 12.129 kematian tahanan negara ke Deaths in Custody
Reporting Program (DICRP). Sembilan dari 10 kematian (89%) akibat kondisi
medis, bunuh diri (6%), pembunuhan (2%), alkohol (1%), obat (1%), dan
cedera (1%).
Di Australia, menurut National Death in Custody Program 2008
(NDICP) dalam periode 29 tahun dan tahun 1980-2008, 1260 kematian terjadi
di prison custody, 779 kematian terjadi dalam police custody dan custody
related operations dan 17 kematian dalam custody of
junvenile justice
agencies.4
Di Malaysia, sejak tahun 1990 sampai September 2004 terdapat 1733
kematian di penjara, 85 kematian di penjara pada tahun 2003-2007. Pada
Desember 2008 terungkap bahwa dalam enam tahun terakhir (2002-2008)
sekitar 1300 orang asing meninggal di penjara Malaysia.3
E.
yang
terlaiu
b.
forensik
ditemukan
adanya
bukti-bukti
tindakan
penyiksaan.10
3. Asfiksia traumatik
Seringkali terjadi ketika petugas gagal dalam menguasai tahanan. Terjadi
akibat sejumlah petugas secara bersamaan melawan dan menduduki
tahanan secara brutal untuk memborgol tahanan. Ketika mereka berdiri,
orang tersebut tidak bernapas lagi dan meninggal tidak lama kemudian
setelah dibawa ke rumah sakit. Kematian akibat asfiksia traumatik
disebabkan karena berat badan petugas yang menyebabkan kompresi dada
dan menghalangi gerak pernapasan.11
4. Penguncian lengan dan memegang leher
Dilakukan poiisi untuk menahan seseorang adalah kematian yang sering
terjadi saat proses penangkapan Penguncian lengan dilakukan di depan
atau bersamaan dengan kepala pelaku diselipkan di antara lengan polisi.
Bahaya yang terjadi adalah kompresi dan depan atau samping leher dan
kematian dapat terjadi baik karena reflek vagus atau karena iskemia
serebri saat terjadi kompresi karotis, atau asfiksia karena obstruksi jalan
napas.
Menurut Reay dan Eisele, terdapat dua tipe dalam memegang leher bar
arm control dan carotid sleeper. Bar arm control lebih berbahaya
dilakukan dengan cara lengan bawah ditarik melintang tepat di depan
laring untuk menutup jalan napas. The carotid sleeper menggunakan dua
sisi lengan untuk memebentuk V yaitu lengan bawah dan lengan atas
subaraknoid
dapat
terjadi
akibat
kerusakan
arteri
6) Perilaku destruktif
7) Riwayat penyalahgunaan obat-obatan
Polisi mulai menyadari perubahan pada korban yaitu bertingkah
destruktif baik terhadap diri mereka sendiri maupun lingkungan.
Kedatangan polisi mungkin memperburuk agitasi. Paranoid mereka
yang sedang panik semakin meningkat dengan upaya petugas yang
mencoba menenangkan mereka, dan mengakibatkan perilaku yang
semakin destruktif. Mekanisme perilaku yang agresif itu sendiri tidak
diketahui. Perilaku yang di presipitasi oleh psikosis akut. Pemakainan
kokain, metamfetamin, dan phensiklidin, tunggal atau kombinasi,
dapat mencetuskan ke arah SICDS. Alkohol dan obat depresan, dapat
menjadi penyebab, akan tetapi tidak menyebabkan hipereksitabilitas
yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi delirium. Faktor lainnya
yang mempengaruhi adalah penggunaan obat antipsikotik, atau
neuroleptik. Efek samping lainnya dari obat antipsikotik adalah
aritmia, kolaps vaskular, asfiksia yang dikaitkan dengan gangguan
refleks muntah dan distonia laringopharing. Sindrom neuroleptic
rnalignan pun hampir serupa dengan gejala delirium tereksitasi.
Kelelahan fisik, dehidrasi, dan penyakit organik otak juga merupakan
faktor predisposisi lainnya.
Gejalanya
yaitu
hipertermia,
tingkat
kesadaran
yang
RESIKO
KESEHATAN
SESEORANG/
TAHANAN
DIDALAM
PENJARA
1. HIV/ AIDS
a. Di kebanyakan negara di Eropa dan Asia Tengah, tingkat infeksi HIV
dikalangan orang yang di penjara lebih besar dibandingkan dengan
populasi umum.
b. Penjara merupakan tempat penularan HIV dan penyakit menular
lainnya, karena :
1) Terjadi penggunaan obat suntik tanpa adanya ketersediaan jarum
steril.
2) Risiko hepatitis B dan C akibat penggunaan bersama (air, sendok
dll) dan pisau cukur, sikat gigi, tattoo, tindik.
3) Hubungan seksual yang tidak terlindungi, prostitusi, perkosaan.
4) Akses kesehatan yang terbatas.
5) Keamanan dari peralatan medis (perawatan gigi, kedokteran,
ginekologi).
2. Tuberculosis (TB)
a. Sejak awal 1990an, epidemi TB di penjara telah dilaporkan di banyak
negara dan strain TB yang menyebar di penjara banyak yang resisten
terhadap pengobatan dan berhubungan dengan infeksi dari HIV.
b. Laju MDR TB lebih tinggi diantara para tahanan dibanding dengan
populasi umum.
c. Dengan adanya populasi penjara yang berlebih dan nutrisi yang buruk,
laju TBC di antara tahanan adalah sepuluh hingga seratus kali lebih
tinggi dibanding komunitas di luar penjara.
3. Obat-obatan
a. Proporsi IDU yang berbagi penggunaan jarum yang tinggi dengan
risiko dari penularan HIV dan penyakit menular lainnya.
b. Sebanyak 70-98% orang yang dipenjara akibat kejahatan yang
berhubungan dengan obat-obatan dan tidak mendapatkan tata laksana
akan relaps dalam jangka waktu setahun setelah keluar dari penjara.
c. Perawatan substitusi mengurangi penggunaan heroin dan lebih efektif
untuk
mempertahankan
pengguna
dalam
tahapan
pengobatan
keuntungan,
termasuk
stabilisasi
dan
pengguna,
4. Kesehatan mental
a. Dari jumlah dua juta tahanan di Eropa, setidaknya 400.000 orang
menderita gangguan mental yang signifikan dan lebih banyak lagi
yang menderita gangguan mental lainnya seperti depresi dan cemas.
wanita lebih cenderung untuk melukai diri sendiri dan mencoba bunuh
diri dibanding tahanan pria.
f. Prevalensi dari HIV dan penyakit menular lebih tinggi diantara tahanan
wanita.
g. Tahanan wanita memiliki kebutuhan khusus berkaitan dengan
kesehatan reproduksi seperti menstruasi, kehamilan, dan menopause.
Hal ini membuat kebutuhan akses yang lebih baik terhadap nutrisi dan
produk perawatan diri.
6. Co-morbidity and mental health
a. Kondisi dual dignosis seperti gangguan kepribadian, alkoholisme, dan
ketergantungan obat umum ditemukan di penjara. Pasien dengan
komorbiditas ini rentan terhadap kekerasan fisik dan seksual.
b. Persentasi keseluruhan dari tahanan yang menderita dari masalah
kesehatan mental dan ketergantungan obat diperkirakan sebesar 6065%.
c. Prevalensi komorbiditas psikiatrik adalah dua hingga tiga kali pada
penderita lebih tinggi daripada populasi umum.
7. Young offenders
a. Pelanggar
hukum
pada
usia
muda
cenderung
menjadi
8. Overcrowding
Di beberapa negara, populasi penjara secara perlahan meningkat dalam
beberapa tahun terakhir dan kapasitas penjara tidak meningkat secepat laju
pertumbuhan populasi. Overpopulasi adalah penyebab yang jelas atau
faktor yang berkontribusi terhadap banyak rnasalah kesehatan di penjara.
Kekerasan institusional yang meningkat di dalam rutan atau penjara
mungkin saja berhubungan dengan efek meningkatnya kepadatan sosial
atau meningkatnya kepadatan ruang. Kepadatan sosial mengacu kepada
bertambahnya jumlah tahanan dalam ruangan yang tersedia; kepadatan
ruang mengacu kepada ruang yang berkurang untuk jumlah tahanan yang
sama. Kepadatan yang meningkat di dalam penjara memiliki mata-rantai
baik dengan peningkatan serangan maupun dengan berkurangnya
serangan. Dijabarkan bahwa kepadatan di dalam penjara negara bagian
untuk pria sebagai persentase dari jumlah tahanan di dalam perumahan
biasa dalam setiap penjara dalam ruang kurang dari 60 square per kaki
selama lebih dari 10 jam tiap hari. Dia membandingkan dengan tingkat
pengamanan (minimum, medium, maksimum) untuk empat tingkat
kepadatan yang terlihat bahwa tingkat tertinggi dari kekerasan
antartahanan timbul di tingkat kepadatan terendah dalam semua tingkat
pengamanan, dan bahwa tingkat kekerasan yang paling tinggi dengan
pengamanan maksimum dari semua tingkat kepadatan. 13,14
G.
PERAWATAN TAHANAN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 1999, perawatan tahanan di RUTAN/ Cabang RUT AN atau LAPAS/
Cabang LAPAS atau di tempat tertentu bertujuan antara lain untuk:6
1. Memperlancar proses pemeriksaan baik pada tahap penyidikan
maupun pada tahap penuntutan dan pemeriksaan dimuka pengadilan.
2. Melindungi
kejahatan
kepentingan
yang
masyarakat
dilakukan
oleh
dari
pelaku
pengulangan
tindak
pidana
tindak
yang
bersangkutan.
3. Melindungi pelaku tindak pidana dan ancaman yang mungkin akan
dilakukan oleh keluarga korban atau kelompok tertentu yaitu terkait
dengan tindak pidana yang dilakukan. Program perawatan tahanan
akan berakhir dengan sendirinya apabila tahanan yang bersangkutan
telah mendapat keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap. Sedangkan bagi tersangka yang dijatuhi
pidana, pembinaan lebih lanjut akan diserahkan ke Lembaga
Pemasyarakatan sebagai proses akhir dan sistem pemidanaan. Dengan
adanya berbagai tempat tenentu yang digunakan sebagai tempat
penahanan dan tempat tersebut belum ditetapkan sebagai Rumah
Tahanan Negara, maka agar perawatan tahanan tidak diterlantarkan,
maka pelaksanaan wewenang, tugas dan tanggung jawab perawatan
tahanan dalam Peraturan Pemerintah ini dilaksanakan oleh pejabat
yang memerintahkan penahanan. Apabila tahanan yang bersangkutan
diserahkan ke Rumah Tahanan Negara, maka tanggung jawab
perawatannya ada pada Kepala Rumah Tahanan Negara dan tanggung
jawab yuridisnya ada pada pejabat yang memerintahkan penahanan. Isi
dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 58 tahun 1999
mengenai perawatan tahanan sebagai berikut :
RUTAN/
Cabang
RUTAN
adalah
Petugas
putusan
hakim
yang
membebaskan
atau
b. Informasi politik
1) Lacak pernyataan yang dibuat oleh pejabat pemerintah tentang
penyiksaan dan kematian dalam tahanan.
2) Simpan semua catatan tentang kasus individu, dugaan atau
komentar umum tentang tahanan pada umumnya.
c. Informasi sosial
1) Melalui pemantauan media, mampu mencari tahu tentang perasaan
masyarakat umum terkait tahanan dan kriminalitas.
2) Apakah masyarakat atau media boleh melakukan panggilan untuk
pengobatan yang lebih berat terhadap tahanan?
d. Kriminalitas
Melacak informasi tentang kriminalitas :
1. Apakah terdapat peningkatan atau penurunan?
2. Apakah tindakan kriminal utama?
3. Apakah dakwaannya? Hukumannya?
3. Identifikasi Pola
Melalui identifikasi pola akan memungkinkan untuk mendapatkan
gambaran situasi secara keseiuruhan tentang kematian tahanan yang
bersangkutan dan membantu anda di masa depan. Pola yang berkaitan
dengan kematian tahanan adalah :
a. Pola identitas yang kebanyakan kematian dalam tahanan adalah
anggota dari:
1) Partai politik tertentu
2) Bidang sosial tertentu
3) Kelompok etnis
4) Kelompok agama
5) Dugaan pidana
b. Apakah sebagian besar kasus kematian dalam tahanan didahului oleh
kesamaan terjadinya peristiwa :
1) Undang-undang baru
2) Deklarasi suatu keadaan darurat
3) Pemilihan umum
otopsi
dan
investigasi
tidak
memenuhi
standar
internasional
5) Tidak ada penangkapan, pencobaan, atau penilaian.
I.
J.
terhadap
keadaan
darurat,
sehingga
petugas
dapat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kematian di penjara yaitu kematian yang terjadi di penjara atau
fasilitas tahanan lainnya, termasuk kematian yang terjadi selama pemindahan/
transfer ke/ dari penjara/ fasilitas tahanan lainnya, atau difasilitas kesehatan
mengikuti pemindahan dari penjara.
Meski seorang tahanan di dalam pengawasan polisi, bukan berarti
seorang tahanan tidak memiliki hak apapun. Peraturan Pemerintah nomor 58
Tahun 1999 berisi tentang syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan wewenang,
tugas, dan tanggung jawab perawatan tahanan.
Kematian tahanan dapat dibedakan menjadi alami dan tidak alami,
terdapat pelanggaran terhadap hak asasi dan tidak. Beberapa penyebab antara
lain karena penyakit, bunuh diri, kecelakaan, pembunuhan, kekerasan, over
dosis obat, gantung, senjata api, dan kematian mendadak.
Penanganan terhadap kematian tahanan adalah dengan pemeriksaan
sistematik post mortem, semua pemeriksaan post mortem dilakukan oleh
patologi forensik, pemeriksaan otopsi, hindari pemakaman dini, investigasi
tempat tahanan dan lokasi kematian.
Upaya pencegahan kematian tahanan dapat dilakukan dengan akses
terhadap tahanan, peningkatan kondisi tempat tahanan, tahanan ditahan di
pusat tahanan resmi. Minta daftar semua tempat penahanan resmi, dan
mendirikan badan independen yang bertanggung jawab untuk mengunjungi
tempat tahanan secara reguler.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan (Dokter)
Dapat melakukan pemeriksaan dengan teliti untuk dapat menentukan
sebab kematian sseorang tahanan.
2. Bagi Pemerintahan
Dapat memperhatikan secara berkala baik kondisi atau fasilitas penjara
dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan tahanan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Hector, Charles. Death in custody: could be more than 3000 since 1990.
Diunduh dan www.malaysiakini.com/death-in-custody.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.