A
KENANGAN UNTUK HARAPAN
- Austin Kleon
SANG
GURU
YANG
MERDESA
Hardjoso Prodjopangarso
(Alm) Prof. Ir. Hardjoso Prodjopangarso (Hardjoso). Nama inilah yang tercatat sebagai mahasiswa
bernomor urut satu di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Pria kelahiran Sala, 9 Mei 1923 ini
merupakan sosok yang patut diteladani. Terlahir dari keluarga yang berada, tidak membuat Hardjoso
termanjakan dengan keberadaannya. Kerendahan hati dan kedisiplinan yang ia pegang teguh
mengantarkannya menjadi pribadi yang disegani oleh siapapun yang mengenalnya. Anak ke empat dari
tujuh bersaudara ini menghabiskan masa kecilnya di Surakarta. Walaupun sempat dikeluarkan ketika
menginjak bangku kelas 4 pendidikan Sekolah Dasar, namun Hardjoso kembali melanjutkan pendidikan
Sekolah Dasarnya di RK Hollandsch Inlandsche School (HIS) Purbayan, Surakarta dan menamatkan
pendidikan dasarnya pada tahun 1937. Ketika menginjak masa remaja, Hardjoso pindah ke Jakarta dan
menamatkan studinya di RK Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) dan Sekolah Menengah Teknologi
yang keduanya berlokasi di Jakarta.
tersebut.
Tak banyak pribadi yang mampu
berperilaku seperti Hardjoso. Biasanya para
inovator menciptakan karya hanya sekedar
untuk mendapatkan prestige sedangkan bagi
Hardjoso, alat yang diciptakan seharusnya
mampu digunakan oleh masyarakat awam dan
sesuai dengan kebutuhan di masing-masing
daerah. Selama pembuatan inovasiinovasinya, ia memanfaatkan bahan-bahan
yang telah tersedia oleh alam dan
menggunakan teknik-teknik tradisional dalam
pembuatan karyanya. Ia percaya teknologi
tradisional merupakan akar dari perkembangan
teknologi modern dan kemajuan ilmu saat ini.
Hal ini sepihak dan dibenarkan oleh salah satu
putri Hardjoso, Dyah Ekaningsih, yang
mengatakan bahwa ide-ide yang muncul
dibalik karya-karya brillian Hardjoso tak lepas
dari inspirasinya kepada orang-orang
terdahulu.Terlepas dari karya masterpiece
yang brillian dan sangat banyak, Hardjoso
bahkan tak punya ambisi muluk-muluk.
Kalaulah disebut ambisi, kata Hardjoso, ia ingin
ilmu dan teknologi bisa merata sampai ke
rakyat paling bawah.
Blusukan. Itulah kunci ia tak pernah
kehabisan ide untuk membuat sebuah inovasi.
Ia sering keluar masuk pedalaman untuk
penelitian dan mendapatkan ide pembuatan
karyanya karena itulah namanya masih
dikenang oleh masyarakat setempat. Tak
hanya berkarya di bidang ketekniksipilan saja,
ia juga meninggalkan sejumlah karya di bidang
pemeliharaan teknologi dan ekologi. Misalnya,
pengairan pasang surut di Kalimantan dan
Sumatera.
Menurut Estiningsih, Asisten Hardjoso,
yang telah bekerja di Laboratorium
Penyehatan milik Hardjoso sejak tahun 1983,
Hardjoso adalah sosok pimpinan yang sangat
ideal dan tidak pernah membawahi siapapun.
Hardjoso benar benar mendidik seseorang
dari yang tidak bisa melakukan apapun hingga
menjadi seseorang yang mampu dalam
berkarya. Kedisiplinannya pun patut diacungi
jempol, tercermin ketika berjanji di setiap
pertemuan, ia selalu menyempatkan
waktunya untuk hadir satu jam lebih awal dari
waktu yang telah dijanjikan. Yang sangat
berkesan bagi Etik, ketika Hardjoso ingin
menguji disertasi. Ia sering membuat
simulasi, seperti Hardjoso yang berpura pura
sebagai mahasiswa dan Etik berperan sebagai
Hardjoso yang memberi pertanyaan dari soal
yang telah dibuat oleh Hardjoso sendiri. Hal ini
dimaksudkan agar Hardjoso menguasai
diser tasi mahasiswanya. Saya bangga
menjadi salah satu pegawainya, tutur Etik.
Selain sebagai sosok pemimpin ideal bagi
banyak pegawainya, ia juga merupakan kepala
keluarga yang tegas dalam membimbing anakanaknya untuk menjadi sosok yang mandiri.
Hardjoso terkesan sebagai sosok ayah yang
plural nan pendiam, serta melepas anakanaknya untuk bebas berkreasi namun tetap
memperhatikan perkembangan anak-anaknya.
Beliau memperbolehkan serta mendukung
anak-anaknya untuk berhasil pada keahlian
masing-masing., ungkap Dyah Ekaningsih, putri
Hardjoso. Hal yang paling berkesan bagi Dyah
adalah ketika Hardjoso ingin merayakan 60