RAPERDA TENTANG
Pasar tradisional
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
1. Landasan Filosifis.
Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum. Menurut
Soedjono Dirdjosisworo yang mengutip Theory of Legislation Jeremy
Bentham menekankan bahwa hukum harus bermanfaat.1 Bagir Manan
menyatakan
agar
dalam
pembentukan
undang-undang
dapat
sistem
hukum
yang
bersifat
menindas,
ortodoks,
dan
reduksionistik.3
Pembentukan peraturan perundang-undangan, haruslah mengacu
pada landasan pembentukan peraturan perundang-undangan atau ilmu
perundang-undangan (gesetzgebungslehre), yang diantaranya landasan
yuridis. Setiap produk hukum, haruslah mempunyai dasar berlaku secara
yuridis (juridische gelding). Dasar yuridis ini sangat penting dalam
1
2
3
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Rajagrapindo Persada, Jakarta 2009, hlm.
13
Bagir Manan, Dasar-dasar Konstitusional Peraturan Perundang-undangan Nasional, Fakultas
Hukum Universitas Andalas, Padang, 1994, hlm. 13-21
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Rajawali Pers, 1984, hlm. 49
pembuatan
peraturan
perundang-undangan
khususnya
Peraturan
Daerah.
kesesuaian
bentuk/jenis
peraturan
perundang-undangan
Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun & Merancang
Peraturan Daerah; Suatu Kajian Teoritis & Praktis Disertai Manual; Konsepsi Teoritis Menuju
Artikulasi Empiris, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, Hlm. 23; Krems,
mengatakan gesetzgebungslehre mempunyai tiga sub bagian disiplin, yakni proses
perundang-undangan gesetzgebungsverfahren (slehre); metode perundang-undangan
gesetzgebungsmethode (nlehre); dan teknik perundang-undangan gesetzgebungstechnik
(lehre).
dibuatnya
Undang-Undang
No.
32
Tahun
2004
Tentang
No.
Peraturan
32
Tahun
Daerah
2004
yang
menjadi
menjabarkan
landasan
yuridis
undang-undang
tersebut.
Selanjutnya A.Mukhtie Fadjar menyatakan bahwa negara hukum
ialah negara yang susunannya di atur dengan sebaik-baiknya dalam
undang-undang,
sehingga
segala
kekuasaan
dari
alat-alat
Pasal 20 Ayat (2) UUD 1945 dan lihat pula Pasal 136 Ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Bagir Manan, Op Cit, Hlm. 14-15
A. Mukhtie Fadjar, Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing, Malang, 2005, hlm. 7
democracy,
yaitu
suatu
demokrasi
dimana
pelaksanaan
atau
demokrasi
sebagai
falsafah
bangsa
(democracy
in
8
9
10
Surachmin, 225 Asas Dan Prinsip Hukum Serta Penyelenggaraan Negara, Yayasan Gema
Yustisia Indonesia, Jakarta, hlm. 14 15.
Sri Soemantri, Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, Alumni, Bandung, 1971, hlm. 26
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid II, Sekretariat Jenderal
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 170-174 dan 240; Landasan
keberlakuan dari undang-undang harus terpancar dari konsideran yang terdiri dari : Pertama,
landasan filosofis undang-undang selalu mengandung norma-norma hukum yang diidealkan
(ideal norms) oleh suatu masyarakat kearah norma cita-cita luhur kehidupan bermasyarakat
bernegara hendak diarahkan; Kedua, landasan sosiologis bahwa setiap norma hukum yang
dituangkan dalam undang-undang haruslah mencerminkan tuntutan kebutuhan masyarakat
sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan realitas kesadaran hukum masyarakat;
Ketiga, landasan politis bahwa dalam konsideran harus pula tergambar adanya sistem
rujukan konstitusional menurut cita-cita dan norma dasar yang terkandung dalam UUD 1945
sebagai sumber kebijakan pokok atau sumber politik hukum yang melandasi pembentukan
undang-undang yang bersangkutan; Keempat, landasan yuridis dalam perumusan setiap
undang-undang landasan yuridis ini haruslah ditempatkan pada bagian konsideran
Mengingat; Kelima, landasan administratif dasar ini bersifat faktual (sesuai kebutuhan),
dalam pengertian tidak semua undang-undang mencerminkan landasan ini, dalam teknis
pembentukan undang-undang, biasanya landasan ini dimasukan dalam konsideran
Memperhatikan, landasan ini berisi pencantuman rujukan dalam hal adanya perintah
untuk mengatur secara administratif.
peningkatan,
pelayanan,
pemberdayaan
dan
peranserta
2. Aspek Yuridis.
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai hukum dasar bagi bangsa
Indonesia, mengatur dalam Bab XIV Tentang Perekonomian Nasional Dan
Kesejahteraan Sosial, Pasal 33 menyatakan :
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjut, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatkemajuan dan kesatuan euan ekonomi nasional.
11
maka
ditujukan
bertujuan
untuk
memonopoli
kesejahteraan
untuk
dirinya,
kekuatan
ekonomi
luar
dan
kekuatan
pemerintah
dari
setiap
pelaku
usaha
dan
tingginya
kedaulatan
pada gerai ada radius minimal 500 meter atau 1 Km bagi keberadaan
pasar tersebut.
Peraturan Presiden Nomor. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern,
yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor. 53
Tahun
2008,
tetapi
hanya
mengatur
penempatan
pusat-pusat
10
dilakukan
kabupaten/kota,
lanjutnya,
hanya
mengatur
soal
menunggu
diutarakannya,
perkembangan
aturan
untuk
terlebih
dulu.
operasional tidak
ada.
Seperti
yang
Penggunaan
3. Aspek Sosiologis.
Menuju Pengelolaan Pasar yang berkualitas dan berbasis kearifan
lokal dapat dilihat dari aspek pelayanan bagi pelaku pasar tradisional,
sulitnya akses modal usaha bagi pelaku usaha kecil dan mikro, mahalnya
harga kios setelah revitalisasi pasar tradisional, kumuhnya pasar-pasar
tradisional yang masih eksis, dan lain-lain.
Secara umum pemerintah begitu percaya bahwa mekanisme
penentuan harga akan berlaku sesuai dengan hukum permintaan dan
penawaran, padahal dalam kenyataannya, pengusaha besar dapat
semena-mena mempermainkan harga sembilan bahan pokok di toko
modern seperti Supermarket, Hypermarket, Mal atau Super Mall, Trade
Centre, dan Mini Market,
10
11
Daerah
Tentang
Penataan
Pasar
Tradisional
Pusat
dapat
mengimbangi
keberadaan
toko
modern.
Karena
11
12
penataan
kembali
pasca
kebakaran.
Kedepannya
untuk
12
13
13
14
fasilitas
sekunder
yang
menjamin
kebersihan
lokasi,
dan
demikian
pemerintahnya.
Apabila
sebaliknya,
diantara
keduanya
masyarakat
ada
yang
menghargai
melakukan
14
15
B. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah tentang Penataan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan
Toko Modern adalah :
1. Apakah keberadaan toko modern sudah sesuai dengan kearifan lokal
masyarakat di Kabupaten Cianjur ?
2. Bagaimanakah penataan toko modern yang makin marak sebagai
pusat perbelanjaan dapat menunjang pembangunan di Kabupaten
Cianjur ?
15
16
3. Bagaimanakah
menciptakan
penataan
dan
pengelolaan
yang
terhadap
penataan
pasar
tradisional
pusat
16
17
C. Metode Penelitian.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Kajian yuridis normatif.
Kajian yuridis normatif atau penelitian hukum normatif disebut juga
penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini hukum
dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundangundangan (Law In books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah
atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang
dianggap pantas. Oleh karena itu sebagai sumber datanya hanya
data sekunder, yang terdiri dari :
a) Bahan hukum primer, bahan-bahan hukum yang mengikat yaitu
peraturan perundang-undangan. Adapun peraturan perundang-
17
18
Nomor.
33
Tahun
2004
Tentang
Tentang Pajak
Nomor.
10
Tahun
2004
Tentang
Dan
Pembinaan
Pasar
Tradisional,
Pedoman
Penataan
Dan
Pembinaan
Pasar
dan
Pendaftaran
Usaha
Dibidang
Perdagangan.
11)
19
hukum,
di mana
hukum
ditempatkan
sebagai
19
20
20
21
pembentukan
peraturan
perundang-undangan
proses
21
22
sistem
hukum
yang
diteliti.
Sebagaimana
dan
toko
modern
diperlukan
komparasi
atau
22
23
BAB II
ASAS-ASAS YANG DIGUNAKAN DALAM
PENYUSUNAN NORMA
A.
dasar yang umum dan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan
konkrit yang terdapat di dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang
terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim, yang
merupakan hukum positif dan dapat ditemukan dengan mencari sifat-sifat
atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan konrit tersebut.
Lebih lanjut, beberapa pakar memberikan pengertian asas hukum,
seperti Paul Scholten, yang memberikan pengertian asas hukum sebagai
berikut :
Asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar, yang terdapat di dalam
dan di belakang sistem hukum, masing-masing dirumuskan dalam
aturan-aturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim,
yang berkenaan dengannya dimana ketentuan-ketentuan dan
keputusan-keputusan individual dapat dipandang sebagai
penjabarannya.
Kemudian Satjipto Rahardjo, mengartikan asas hukum sebagai
suatu hal yang dianggap oleh masyarakat hukum yang bersangkutan
sebagai basic truth atau kebenaran asasi, sebab melalui asas-asas
hukum itulah pertimbangan etis dan sosial masyarakat masuk ke dalam
hukum. Dengan demikian, asas hukum menjadi semacam sumber untuk
menghidupi tata hukumnya dengan nilai-nilai etis, moral dan sosial
masyrakatnya.
Asas-asas hukum berfungsi untuk menafsirkan aturan-aturan
hukum dan juga memberikan pedoman bagi suatu perilaku. Asas hukum
pun menjelaskan dan menjustifikasi norma-norma hukum, dimana di
dalamnya terkandung nilai-nilai ideologi tertib hukum.
23
24
B.
asas-asas hukum, dimana pilihan asas ini haruslah dilandasi oleh filosofis
dan tujuan pengembangan dan penataan pasar tradisional pusat
perbelanjaan dan toko modern, dan pada gilirannya asas-asas tersebut
terjabarkan dalam draf ketentuan-ketentuan peraturan pemerintah terkait
dengan penataan pasar tradisional pusat perbelanjaan dan toko modern.
Secara khsuus penerapan Peraturan Daerah Tentang Penataan
Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern sebagai berikut :
1. Asas Keberlanjutan.
Yaitu dengan keberlanjutan diharapkan adanya kesinambungan
antara kebijakan yang akan diambil dengan kebijakan sebelumnya
baik itu dalam aspek perencanaan, penyelenggaraan ataupun
24
25
ekonomi,
sosial,
budaya
dan
perlindungan
serta
dan
atau
kegiatan
pembangunan
yang
dilaksanakan
asas
pengelolaan
keterpaduan
lingkungan
adalah
hidup
bahwa
dilakukan
perlindungan
dengan
dan
memadukan
25
26
instansi
pemerintah
disepanjang
proses
pengambilan
keputusan.
b. Terdokumentasi secara ekplisit segala masukan dan pertimbangan
yang mengemuka di dalam proses penetapan retribusi pasar.
c. Memiliki
kejelasan
informasi
yang
mudah
dipahami,
serta
26
27
daerah
mengatur
dan
mengurus
sendiri
urusan
penyalahgunaan
posisi
dominan;
Komisi
pengawas
27
28
bertentangan
dengan
kepentingan
umum
dan
atau
28
29
BAB III
MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH DAN KETRKAITANNYA
DENGAN HUKUM POSITIF
Materi
Raperda
Penataan Pasar
Tradisi onal
Pusat
Perbelanjaan
Dan Toko
Modern
1.
Tujuan
Memenuhi kebutu
han masyarakat
Kab. Cianjur akan
pembangunan
pasar tradisional
Pusat
Perbelan
jaan dan Toko
Modern. Adanya
penyimbangan
dalam penataan
dan pengelolaan
yang benar dan
profesional,
se
hingga
tercipta
sinergitas antara
pasar tradisional
dengan
pusat
perbelanjaan dan
toko modern.
Kemendag No
53/M.DAG/PER/12/2008
Tentang Pedoman
Penataan Dan
pembinaan Pasar
Tradisional Pusat
Pembelanjaan Dan
Toko Modern
Untuk
melaksanakan
kenetuan
Pasal
14
Kepres No 112 Tahun
2007 (Pembuatan Pedo
man
Tata
Cara
Perijinan) perlu di atur
pedoman penataan dan
pembinaan pasar tradi
sional Pusat Perbelan
jaan dan Toko Modern.
29
Kepres No 112
Tahun
2007
Tentang Penataan
Dan
Pembinaan
Pasar Tradisional
Pusat Pembelan
jaan Dan Toko
Modern
Berkembangnya
usaha perdagang
an eceran dalam
skala kecil dan
menengah, usaha
perdagangan
eceran
modern
dalam skala besar,
maka pasar tradi
sional perlu diber
dayakan agar da
pat tumbuh dan ber
kembang serasi, sa
ling memerlukan,
saling memperkuat
serta saling me
nguntungkan. Dan
membina pengem
bangan
industri
dan perdagangan
barang dalam nege
ri serta kelancaran
distribusi
barang
perlu memberikan
pe doman bagi
penyelenggaraan
pasar tradisional,
pusat perbelanjaan
dan toko modern
serta norma-norma
keadilan,
saling
30
2.
Batas
a. Minimarket
Pendirian
berjarak 0,5 Km
Penataan
dari pasar tradi
pusat Per
sional dan 0,5
belanjaan
Km dari usaha
dan Toko
kecil sejenis
Modern
yang terletak
dipinggir.
b. Supermarket
dan Depstor
jarak 1,5 Km
dari pasar tradi
sional yang ter
letak di pinggir
kolektor/arteri.
c. Hypermarket
dan perkulakan
berjarak 2,5 Km
dari pasar tradi
sional yang ter
letak dipinggir
kolektor/arteri.
d. Minimarket
terletak diping
gir jalan lingku
ngan dengan
luas gerai sam
pai dengan 200
M2 berjarak
minimal 0,5 Km
dari pasar
tradisional dan
usaha kecil
sejenis.
e. Penempatan pe
dagang tradisi
onal berjarak
dalam rangka
kemitraan.
30
menguntungkan
dan tanpa tekanan
dalam
hubungan
antara pemasok ba
rang dengan toko
modern serta pe
ngembangan kemit
raan dengan usaha
kecil, sehingga ter
cipta tertib persaing
an dan keseimbang
an kepentingan pro
dusen, pemasok,
toko modern dan
konsumen.
a. Mimimarket ku
rang dari 400 M2.
b. Supermarket, 400
M2 sampai
dengan 5.000
M2.
c. Hypermart, 5.000
M2,
d. Departement
store di atas 400
M2.
e. Perkulakan di
atas 5.000 M2.
31
3.
Perijinan
Perijinan Pasar
Tradisional :
a. Pemerintah,
Pemda, BUMN,
BUMD, swasta
dan atau perora
ngan yang mela
kukan ke giatan
usaha dibidang
pengelolaan
pasar tradisio
nal wajib memi
liki ijin usaha pe
ngelolaan pasar
tradisional
(IUP2T) dari
Bupati.
b. Ijin usaha peng
elolaan pasar
tradisional sepe
rti ayat (1) Pa
sal 13 berlaku
20 tahun sejak
tanggal diterbit
kan dan dapat
diperpanjang
sesuai dengan
perundangundangan yang
berlaku.
c. Hak pemakaian
kios/los/ toko/
rumah dan toko
sebagaimana
selama 5 thn se
jak diterbitkan
dan dapat diper
panjang lagi 3
bulan sebelum
masa berlaku
nya berakhir
dan harus diher
registrasi setiap
setahun sekali.
Perijinan Pusat
Perbelanjaan Dan
Toko Modern
sebagai berikut :
a. Setiap orang,
badan usaha
dan atau kope
rasi melakukan
31
Dalam permintaan
perijinan pasar tra
disional, pusat per
belanjaan (mall,
plasa) dan mini
market, super
market, depstor
diutamakan bagi
pelaku kecil dan
usaha menengah
setempat, sehingga
ijin diterbitkan oleh
Bupati/Walikota
dan Gubernur
untuk pemerintah
provinsi DKI
Jakarta
Dengan dilengkapi
studi kelayakan
termasuk analisis
mengenai dampak
lingkungan, aspek
sosial budaya, dan
dampak bagi
pelaku perdagang
an eceran setem
pat, dan adanya
rencana kemitraan
usaha kecil.
32
kegiatan usaha
dibidang perto
koan, maal,
plaza/ pusat
perdagangan
wajib memiliki
ijin usaha pusat
perbelanjaan
(IUPP) dari
Bupati.
b. Ijin usaha pusat
perbelanjaan
sebagai mana
dimaksud ber
laku selama 5
tahun sejak
diterbitkan dan
dapat diperpan
jang kembali 3
bulan sebelum
masa berlaku
berakhir.
Tidak dilengka
pinya studi kela
yakan termasuk
analisis mengenai
dampak lingkung
an, aspek sosial
budaya, dan dam
pak bagi pelaku
perdagangan ece
ran setempat, dan
tidak adanya ren
cana kemitraan
usaha kecil.
B.
Ketentuan Umum.
Bagian ini membahas tentang kenetuan dan pengertian yang bersifat
umum dan subtansi peraturan daerah ini.
32
33
2.
Materi Pengaturan.
Materi pengaturan dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I. Ketentuan umum yang mebahas tentang ketentuan dan
pengertian yang bersifat umum dari substansi peraturan
daerah ini.
Bab II. Membahas tentang penataan pasar tradisional pusat
perbelanjaan dan toko modern.
Bab III. Membahas tentang perijinan, yang meliputi perijinan pasar
tradisional dan perijinan pusat perbelanjaan dan toko
modern.
Bab IV.Membahas tentang tata cara dan persyaratan penertiban
perijinan.
Bab V. Membahas tentang pembinaan dan pengawasan, yang
meliputi pembinaan dan pengawasan pasar tradisional dan
pembinaan dan pengawasan pusat perbelanjaan dan toko
modern.
Bab VI. Membahas tentang saksi.
Bab VII. Membahas tentang ketentuan peralihan.
Bab VIII. Membahas mengenai penutup, yang terdiri dari kesimpulan
dan saran.
33
34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Didalam naskah akademik yang ada, maka ada beberapa
kesimpulan yang berhubungan dengan materi di atas yaitu :
1. Keberadaan toko modern dapat disesuaikan dengan kearifan lokal
masyarakat di Kabupaten Cianjur, yaitu dengan semakin banyaknya
toko modern yang ada di Kabupaten Cianjur dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat serta menambah pemasukan Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Cianjur, tetapi disisi lain dapat merubah citra
keberadaan pasar tradisional yang ada karena dalam kenyataan
banyak masyarakat Cianjur yang lebih memilih berbelanja di toko
modern, karena berbagai sarana dan prasarana, kenyamanan, juga
hiburan di dalamnya, sedangkan keberdaan pasar tradisional
keberadaan penataannya kurang nyaman seperti kumuh, sumpek,
becek, bau tidak sedap.
dan
didirikannya
toko
modern
dapat
memberikan
34
35
B. Saran.
1. Dengan semakin banyaknya keberadaan toko modern yang ada di
Kabuptaen Cianjur, maka harus dibuat Peraturan Daerah yang dapat
mengatur tata kelola dan tata permodalan pasar yang sehat dan
sesuai dengan prinsip ekonomi pasar yang ada.
2. Adanya kebijakan dari para petugas dan pengelola pasar untuk lebih
memberikan kebijakan yang adil baik kepada toko modern ataupun
kepada pasar tradisional.
35
36
DAFTAR PUSATKA
A. Buku.
B. Mukhtie Fadjar, Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing, Malang,
2005
Bagir Manan, Dasar-dasar Konstitusional Peraturan Perundang-undangan
Nasional, Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, 1994
HAW. Widjaya, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia Dalam Rangka
Sosialisasi UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005
Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis
Menyusun & Merancang Peraturan Daerah; Suatu Kajian Teoritis
& Praktis Disertai Manual; Konsepsi Teoritis Menuju Artikulasi
Empiris, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid II, Sekretariat
Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006
Surachmin, Asas Dan Prinsip Hukum Serta Penyelenggaraan Negara,
Yayasan Gema Yustisia Indonesia, Jakarta
Sri Soemantri, Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, Alumni,
Bandung, 1971
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Rajawali Pers,
1984
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Rajagrapindo Persada,
Jakarta 2009
B. Peraturan Perundang-undangan.
Undang-Undang Dasar 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-undang Nomor. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah.
36
37
37