Bab V
Bab V
Usia (Tahun)
1-10
11-20
21-30
31-40
41-50
51-60
34
61-70
Total
Tabel 5.2
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Jumlah
Tabel 5.3
Jumlah (orang)
16
44
60 orang
Tabel 5.4
1
60 Orang
Frekuensi
47
1
2
7
1
2
60
Fraktur Mandibula
Simpisis
Corpus
Angulus
Parasimpisis
Condyl
Arcus Alveolar
Ramus
Mentalis
Total
Frekuensi
27
11
4
13
4
9
1
1
70
34
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data rekam medik
dari bulan Juli 2013 Juli 2014. Data hasil penelitian ditampilkan pada Tabel 5.5,
Tabel 5.6, Tabel 5.7, Tabel 5.48, Tabel 5.9.
A. Insidensi Fraktur Mandibula yang di rawat di RSUD Ulin Banjarmasin
berdasarkan Lokasi Fraktur
Tabel 5.5
Fraktur Mandibula
Simpisis
Corpus
Angulus
Parasimpisis
Condyl
Arcus Alveolar
Ramus
Mentalis
Total
Frekuensi
27
11
4
13
4
9
1
1
70
Persentase
38,1 %
15,8 %
5,8 %
18,8 %
5,8 %
12,9 %
1,4 %
1,4 %
100 %
Dari tabel diatas diketahui bahwa kasus fraktur mandibula yang paling
banyak terjadi di RSUD Ulin Banjarmasin adalah Fraktur Simpisis sebanyak 27
kasus dengan presentase 38,1 %, Fraktur parasimpisis sebanyak 13 kasus dengan
presentase18,8 %, Fraktur Corpus Mandibula Simpisis sebanyak 11 kasus dengan
presentase 15, %, Fraktur Arcus Alveolar Simpisis sebanyak 9 kasus dengan
presentase 12,9 %, Fraktur Condyl dan Fraktur Angulus Simpisis masing
masing sebanyak 4 kasus dengan presentase 5,8 %, Fraktur Ramus dan Fraktur
Mentalis dan fraktur Simpisis masing masing sebanyak
kasus dengan
presentase 1,4 %.
Insidensi terbanyak dari fraktur mandibula yang dirawat di RSUD Ulin
Banjarmasin terjadi pada fraktur bagian simpisis sebesar 57,69%. Ini Gabungan
34
yang sempurna dari kecelakaan langsungdan tidak langsung dapat menimbulkan
terjadinya fraktur multipel. Pada umumnya fraktur ini terjadi karena trauma tepat
mengenai titik tengah dagu yang mengakibatkan fraktur pada simpisis dan kedua
kondilus (1).
Fraktur
Mandibula
Simpisis
Corpus
Angulus
Parasimpisis
Condyl
Arcus Alveolar
Ramus
Mentalis
Laki-laki
22
7
2
9
3
7
1
1
Total
52
Jenis Kelamin
Persen
Perempuan
31 %
5
10 %
4
2,9 %
2
13 %
4
4,4 %
1
10 %
2
1,4 %
0
1,4 %
0
74,1 %
18
Persentase
7,1%
5,8%
2,9%
5,8%
1,4%
2,9%
0%
0%
25,9 %
34
Dari 60 pasien fraktur mandibula yang dirawat di RSUD Ulin
Banjarmasin, maka diperoleh insidensi fraktur mandibula berdasarkan jenis
kelamin menunjukkan bahwa laki-laki lebih tinggi frekuensinya dibandingkan
dengan perempuan (tabel 5.2). Dari data tersebut didapat rasio yang menunjukkan
bahwa fraktur mandibula pada laki-laki dan perempuan berbeda yaitu 4:1. Hasil
yang diperoleh sama dengan hasil penelitian retrospektif SO. Ajike dan kawankawan yang menyatakan bahwa laki-laki lebih tinggi frekuensinya dibandingkan
dengan perempuan dengan rasio lebih kecil sedikit dari penelitian ini yakni
3,7:1.5 Hasil penelitian ini diperkuat dari data penelitian Jose Luiz Rodrigues
LELES dan kawan-kawan (Risk factors for maxillofacial injuries in a Brazillian
emergency hospital sample) juga melaporkan bahwa laki-laki mempunyai
prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan dalam insidensi fraktur
mandibula, dengan rasio 3:1. Tingginya frekuensi yang terjadi pada laki-laki
dikarenakan di kota Banjarmasin sendiri, kebanyakaan pengguna sepeda motor
dijalan raya didominasi oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Serta
peran pria yang lebih aktif didalam kegiatan masyarakat dibandingkan dengan
perempuan yang kegiatannya terbatas (18).
1-10
11-20
21-30
Usia
31-40
41-50
51-60
61-70
34
Simpisis
Corpus
Angulus
11
1,4
Parasimpisis 1 1,4
Condyl
Alveolar
Ramus
2,
8
26
Mentalis
Total
15,
7
4,3
2,8
8,6
7,1
5,7
5,7
4,3
5,7
2,8
1,4
1,4
1,4
5,7
2,8
1,4
1,4
2,8
4,3
1,4
1,4
1,4
1,4
17
24,3
12
17,1
11,4
5,
7
1,
4
2,8
2,8
0
0
37,
1
34
rentang usia 21-30 tahun lebih banyak mengambil kegiatan ataupun aktifitas
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk mengendarai sepeda motor dengan
sembarangan.Dalam penelitian ini, insidensi terendah dari fraktur mandibula
terjadi pada rentang usia 61-70 tahun yakni sebesar 1,4%. Ini dikarenakan rentang
usia tersebut sudah termasuk kedalam masa dewasa lanjut (usia lanjut). Masa
dewasa lanjut atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada
masa ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun. Oleh karena
kemampuan fisik dan psikologis yang menurun, maka sangat jarang sekali orangorang pada rentang usia 61-70 tahun ini mengalami fraktur mandibula (22).
D. Insidensi Fraktur Mandibula yang di rawat di RSUD Ulin Banjarmasin
berdasarkan Etiologi
Tabel 5.8 Insidensi Fraktur Mandibula yang dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin dari
bulan Juli 2013 - Juli 2014 berdasarkan etiologi kasus.
Etiologi Fraktur Mandibula
Kecelakaan Sepeda motor
Kecelakaan Mobil
Perkelahian
Terjatuh
Benturan Benda Keras
Ditabrak Sepeda Motor
Total
Frekuensi
47
1
2
7
1
2
60
Persentase
78,4 %
1,7 %
3,3 %
11,6 %
1,7 %
3,3 %
100 %
34
fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor
yang dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin dari bulan Juli 2013 - Juli 2014
diperoleh 60 orang pasien.
Banyaknya pasien fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada
pengendara sepeda motor ini disebabkan oleh penggunaan helm yang tidak
memenuhi standar, jalur transportasi atau infrastruktur yang tidak memadai,
pengaruh alkohol sewaktu mengemudi, memperoleh surat izin mengemudi tanpa
tes yang ketat dan etika berlalu lintas yang tidak baik dari pengendara sepeda
motor (23). Selain itu kecepatan mengemudi juga merupakan penyebab lain dari
kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Dari penelitian Sarkar dan
kawan-kawan menyatakan bahwa pengendara sepeda motor yang tidak memakai
helm memiliki risiko 5 sampai 9 kali lebih besar untuk terjadinya fraktur
mandibula dibandingkan dengan pengendara sepeda motor yang memakai helm.
Dalam sebuah penelitian juga dikatakan bahwa pengaruh alkohol atau etanol (etil
alkohol) pada saat mengendarai sepeda motor dapat menyebabkan cedera ataupun
fraktur pada bagian kepala dan wajah, hal ini dikarenakan pengaruh alkohol pada
fungsi neuronal dan terutama pada fungsi-fungsi yang berhubungan dengan
neurologis serta neuropsikologis. Penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan oleh Borkeisten dan kawan-kawan yang melakukan estimasi BAC
(Blood Alcohol Consentration) secara acak pada pengendara di bagian Michigan.
Dari penelitian case control tersebut menunjukkan bahwa risiko kecelakaan
semakin meningkat cepat ketika BAC melebihi 100 mg/dl (23).
34
Selanjutnya kendala utama yang dihadapi dalam peningkatan keselamatan
jalan adalah rendahnya disiplin masyarakat dalam berlalu lintas, kurangnya
kedisiplinan ini menjadi salah satu faktor yang mendukung terjadinya kecelakaan.
Banyaknya peristiwa kecelakaan yang diawali dengan pelanggaran lalu lintas,
terutama pelanggaran rambu dan lampu lalu lintas. Menurut data dari kepolisian
faktor pelanggaran yang dilakukan oleh pengemudi yang kurang tertib berlalu
lintas ini mencapai lebih dari 80% dari penyebab kecelakaan lalu lintas pada
pengendara sepeda motor (24).
Tatalaksana Fraktur
Mandibula
Orif Elektif
Orif Selektif
Arch Bar
Orif Platting
Menolak Dirawat
Total
Frekuensi
Persentase
40
7
3
5
13
69
58,1 %
11,6 %
4,3 %
7,2 %
18,8 %
100 %
Berdasarkan hasil pada Tabel 5.9, dari 60 pasien yang mengalami kasus
fraktur mandibula tatalaksana yang paling banyak digunakan adalah orif elektif
sebanyak 40 kasus (58,1 %), orif selektif sebanyak 7 kasus (11,6 %), orif platting
sebanyak 5 kasus (7,2 %), Arch Bar 3 kasus (4,3 %) dan menolak dirawat 13
kasus (18,8 %).
34
Dalam penelitian ini, perawatan yang diberikan pada 60 pasien fraktur
mandibula yang dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin adalah ORIF ( Open
Reduction and Internal Fixation ). Dengan kata lain perawatan yang diberikan
pada pasien fraktur mandibula ini menggunakan reduksi terbuka yakni dengan
pendekatan pembedahan, fragmen tulang dikembalikan pada hubungan anatomi
semula. Selanjutnya menggunakan alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat,
sekrup, dan plat untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
terjadinya proses penyembuhan luka pada tulang yang mengalami fraktur. Pada
penelitian ini, alat fiksasi internal yang digunakan dalam perawatan fraktur
mandibula yang dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin adalah mini plate. Pada
reduksi terbuka yang menggunakan mini plate sebagai alat fiksasi internalnya
mempunyai keuntungan berupa pengembalian fungsi pengunyahan lebih cepat,
pasien lebih nyaman karena tidak dibutuhkan fiksasi intermaksilar, menghasilkan
fiksasi yang kuat, memperpendek durasi penyembuhan tulang, menghindari
trauma dental dan periodontal sehubungan dengan penggunaan arch bar (25).
Dalam penelitian ini penggunaan ORIF lebih banyak dilakukan pada
perawatan fraktur karena fraktur yang terjadi tidak dapat direduksi kecuali dengan
jalan operasi serta fraktur yang tidak stabil secara bawaan dan cenderung
mengalami pergeseran kembali setelah direduksi. Penggunaan ORIF ini dipilih
karena perawatan ORIF ini mempunyai keuntungan yakni reduksi lebih akurat,
stabilitas reduksi yang tinggi, berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal
yang membuat pasien kurang nyaman, rawat inap lebih singkat serta
penyembuhan yang cepat (26).
34
Hasil penelitian juga menunjukan pasien yang menolak perawatan
sebanyak 18,8 %, hal ini dikarenakan pasien sangat cemas dan ketakutan atau
tidak siap dioperasi sehingga mereka menolak atau menunda dan meminta pulang
paksa, selain itu kendala biaya juga menjadi salah satu alasan pasien menolak
perawatan (27).
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa sampel pada kasus fraktur mandibula
yang dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin dari bulan Juli 2013 Juli 2014
berjumlah 60 orang. Insidensi fraktur lebih banyak terjadi pada laki laki
sebanyak 52 kasus dengan persentase sebesar 74,1 % dan pada perempuan
sebanyak 19 kasus dengan persentase sebesar 25,9 % dengan perbandingan rasio
sebesar 3:1. Berdasarkan usia, fraktur mandibula paling banyak terjadi pada usia
produktif yakni 11-30 tahun yakni sebesar 61,4%. Fraktur mandibula yang paling
banyak terjadi adalah pada lokasi Fraktur Simpisis sebanyak 27 kasus dengan
persentase 38,1 %. Etiologi terbesar pada sampel adalah karena kecelakaan sepeda
motor sebanyak 47 orang dengan persentase 78,4 %. Hal tersebut dikarenakan
masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam melindungi diri mereka dari
terjadinya fraktur pada bagian tulang wajah, seperti etika berlalu lintas yang tidak
baik dan penggunaan helm yang tidak memenuhi standar nasional, serta
kurangnya perhatian pemerintah untuk memperbaiki jalur transportasi yang
seharusnya dapat berfungsi dengan baik.
Perawatan yang dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin dari bulan Juli 2013
Juli 2014 terhadap pasien fraktur mandibula adalah Open Reduction (ORIF
Elektif) sebanyak 58,1 %. Hasil penelitian juga menunjukan pasien yang menolak
perawatan sebanyak 18,8 % ini di karenakan pasien sangat cemas dan ketakutan
34
atau tidak siap dioperasi sehingga mereka menolak atau menunda dan meminta
pulang paksa, selain itu kendala biaya juga menjadi salah satu alasan pasien
menolak perawatan.
5.2
Saran
Walaupun teknologi bedah memberikan hasil yang baik, pencegahan
trauma ataupun fraktur merupakan langkah yang bijak. Pengendara sepeda motor
adalah yang berisiko tinggi terhadap terjadinya fraktur mandibular, hendaknya
lebih memperhatikan keselamatan jiwa mereka, terutama dibagian kepala. Oleh
sebab itulah penggunaan alat pengaman berupa helm yang memenuhi standar
sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya fraktur mandibula. Selain itu
kecepatan mengemudi, etika berlalu lintas yang baik serta tidak mengkonsumsi
minuman yang berakohol pada saat mengendarai sepeda motor sangat diharapkan
kepada masing -masing individu.
Pemerintah juga harus memperhatikan dan memperketat peraturan ataupun
undang undang lalulintas bagi pengendara sepeda motor, seperti memperketat
pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi). Ini bertujuan agar pengendara sepeda
motor yang nantinya beraktifitas di jalan raya benar-benar sudah diseleksi pada
saat ujian pembuatan SIM, baik secara teori maupun praktik. Sehingga para
pengendara sepeda motor yang sudah memiliki SIM tersebut dapat mengetahui
dan memahami tentang peraturan lalulintas yang ada. Pemerintah juga harus
mempertimbangkan pembagian jalur lalulintas bagi pengguna roda dua dan roda
empat. Dengan kata lain, jalur lalulintas bagi pengendara mobil dan pengendara
34
sepeda motor harus dipisah, sehingga angka kecelakaan lalulintas dijalan raya
dapat dikurangi.
Pada data rekam medik yang diambil dari pihak rumah sakit sendiri
seharusnya melakukan pencatatan rekam medic pasien dengan lengkap dan jelas,
agar dokter yang akan ataupun sedang merawat pasien fraktur mandibula tersebut
lebih jelas dalam melihat riwayat penyakit pasien atau kondisi pasien sebelumnya
yang ditulis didalam rekam medis pasien yang bersangkutan. Sehingga dokter
dapat menentukan perawatan yang lebih memungkinkan dan menguntungkan bagi
pasien fraktur mandibula tersebut.
Dengan
keterlibatan
berbagai
pihak,
baik
itu
pihak
kesehatan,