Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASKEP ULKUS PEPTIKUM


Dosen pengampu : Ns. Arista A Putri, Msi.Med

Disusun Oleh:
Efendi

( 1301016 )

Eko Wahyu Arifin

( 1301018 )

PRODI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2014/2015

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Ulkus
Peptikum.
Makalah ini kami susun sebagai tugas pemenuhan pembelajaran mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah di STIKes Karya Husada Semarang. Dalam
penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Ibu Boediarsih,
SKp sebagai pengampu mata kuliah Promosi Kesehatan , orang tua kami, dan
orang-orang yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang
begitu besar.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Kami

berharap agar makalah ini

bermanfaat bagi semua pembaca.

Semarang, 13 November 2014


Kelompok 4

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................................. 3
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi ....................................................................................................... 4
B. Etiologi ....................................................................................................... 5
C. Patofisiologi ................................................................................................ 7
D. Manifestasi Klinis .................................................................................... 10
E. Pencegahan dan Penatalaksanaan ............................................................. 11
F. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 13
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ................................................................................................ 15
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 17
BAB III Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................................. 21
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 22

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam
dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum
disebut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada
lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang
meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke
bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ulkus
(misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak
pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu
esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.
(Sylvia A. Price, 2006).
Ulkus peptikum atau tukak peptic adalah ulkus yang terjadi pada mukosa,
submukosa dan kadang-kadang sampai lapisan muskularis dari traktus
gastrointestinalis yang selalu berhubungan dengan asam lambung yang cukup
mengandung HCL. Termasuk ini ialah ulkus (tukak) yang terdapat pada bagian
bawah dari oesofagus, lambung dan duodenum bagian atas (first portion of the
duodeum). Mungkin juga dijumpai tukak di yeyenum, yaitu penderita yang
mengalami gastroyeyenostomy. (Sujono Hadi, 1999: 204).
Ulkus duodenalis, merupakan jenis ulkus peptikum yang paling banyak
ditemukan, terjadi pada duodenum (usus dua belas jari), yaitu beberapa sentimeter
pertama dari usus halus, tepat dibawah lambung.
Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang
lengkung atas lambung. Jika sebagian dari lambung telah diangkat, bisa
terjadi ulkus marginalis, pada daerah dimana lambung yang tersisa telah
disambungkan ke usus.

Ulkus peptikum adalah suatu penyakit dengan adanya lubang yang terbentuk
pada dinding mukosa lambung, pilorus, duodenum atau esofagus.
B. Etiologi
Bakteri gram negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai factor
penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi hanya pada area saluran GI yang
terpajan pada asam hidrochlorida dan pepsin. Faktor predisposisinya menurut
beberapa pendapat mengatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan adalah
factor predisposisi. Ulkus nampak terjadi pada orang yang cenderung emosional,
tetapi apakah ini factor pemberat kondisi, masih tidak pasti. Kecenderungan
keluarga yang juga tampak sebagai factor predisposisi signifikan. Hubungan
herediter selanjutnya ditemukan pada individu dengan golongan darah lebih
rentan daripada individu dengan golongan darah A, B, atau AB. Factor
predisposisi lain yang juga dihubungkan dengan ulkus peptikum mencakup
penggunaan kronis obat antiinflamasi non steroid(NSAID). Minum alkohol dan
merokok berlebihan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ulkus lambung dapat
dihubungkan dengan infeksi bakteri dengan agens seperti H. Pylori. Adanya
bakteri ini meningkat sesuai dengan usia. Ulkus karena jumlah hormon gastrin
yang berlebihan, yang diproduksi oleh tumor(gastrinomas- sindrom zolingerellison)jarang terjadi. Ulkus stress dapat terjadi pada pasien yang terpajan kondisi
penuh stress. (Bruner and Suddart, 2001)
Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah ketidakseimbangan antara
selresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan sawar mukosa
gastroduodenal dan netralisasi asam lambung oleh cairan deudenum. (Arif
Mutaqqin,2011)
Penyebab khususnya diantaranya :
1. Infeksi bakteri H. pylori
Dalam lima tahun terakhir, ditemukan paling sedikit 75% pasien
ulkus peptikim menderita infeksi kronis pada bagian akhir mukosa
lambung, dan bagian mukosa duodenum oleh bakteri H. pylori. Sekali
pasien terinfeksi, maka infeksi dapat berlangsung seumur hidup kecuali

bila kuman diberantas dengan pengobatan antibacterial. Lebih lanjut lagi,


bakteri mampu melakukan penetrasi sawar mukosa, baik dengan
kemampuan fisiknya sendiri untuk menembus sawar maupun dengan
melepaskan enzim enzim pencernaan yang mencairkan sawar.
Akibatnya, cairan asam kuat pencernaan yang disekresi oleh lambung
dapat berpenetrasi ke dalam jaringan epithelium dan mencernakan epitel,
bahkan juga jaringan jaringan di sekitarnya. Keadaai ini menuju kepada
kondisi ulkus peptikum (Sibernagl, 2007).
2. Peningkatan sekresi asam
Pada kebanyakan pasien yang menderita ulkus peptikum di bagian
awal duodenum, jumlah sekresi asam lambungnya lebih besar dari normal,
bahkan sering dua kali lipat dari normal. Walaupun setengah dari
peningkatan asam ini mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri, percobaan
pada hewan ditambah bukti adanya perangsangan berlebihan sekresi asam
lambung oleh saraf pada manusia yang menderita ulkus peptikum
mengarah kepada sekresi cairan lambung yang berlebihan (Guyton, 1996).
Predisposisi peningkatan sekresi asam diantaranya

adalah factor

psikogenik seperti pada saat mengalami depresi atau kecemasan dan


merokok.
3. Konsumsi obat-obatan
Obat obat seperti OAINS/obat anti-inflamasi nonsteroid seperti
indometasin, ibuprofen, asam salisilat mempunyai efek penghambatan
siklo-oksigenase sehingga menghambat sintesis prostaglandin dari asam
arakhidonat secara sistemik termasuk pada epitel lambung dan duodenum.
Pada sisi lain, hal ini juga menurunkan sekresi HCO 3- sehingga
memperlemah perlindungan mukosa (Sibernagl, 2007). Efek lain dari obat
ini adalah merusak mukosa local melalui difusi non-ionik ke dalam sel
mukosa. Obat ini juga berdampak terhadap agregasi trombosit sehingga
akan meningkatkan bahaya perdarahan ulkus (Kee, 1995).

4. Stres fisik
Stres fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan saraf pusat
(Lewis, 2000). Bila kondisi stress fisik ini berlanjut, maka kerusakan epitel
akan meluas dan kondisi ulkus peptikum menjadi lebh parah.
5. Refluks usus lambung
Refluks usus lambung dengan materi garam empedu dan enzim
pancreas yang berlimpah dan memenuhi permukaan mukosa dapat menjadi
predisposisi kerusakan epitel mukosa.
C. Patofisilogi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan
pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja
asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.
1. Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
a. Sefalik Fase pertama
Dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya
merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu
makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang
menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada pasien
dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui
bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung
atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama
malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari
rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung.

Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi


lambung oleh makanan.
c. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon
(dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi
asam lambung. Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran
mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu
melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi
mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu,
tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal
yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida
tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak
memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan pepsin akan
merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil
permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat.
Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier
ini adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang
dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri.
Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah,
keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel.
Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena
satu dari dua factor ini : 1. hipersekresi asam pepsin , 2. Kelemahan Barier
Mukosa Lambung Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau
yang merusak mukosa lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat
antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam
kategori ini.
Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien
datang dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan
terapi medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut :
hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal dan gastrinoma(tumor sel
istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric triangle yang

mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari
duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira dari gastrinoma adalah
ganas(maligna).
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat
ditemui. Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau
hyperplasia, dan karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia.
Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress
adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau
area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis.
Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan
organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik
dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung,
setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress
berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas
pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi
mukosa. Biasanya ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan
penurunan aliran darah mukosa lambung. Selain itu jumlah besar pepsin
dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin menciptakan suasana
ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus
cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus
cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat
terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih
dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering
terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas. (Bruner and Suddart,
2001)

D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau
beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering
tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala
ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya
manifestasi yang mendahului.
1. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk
atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini
bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat
menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain
menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks
local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang
dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan
alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri
kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan
memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan
garis tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local
pada epigastrium.
2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi
asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah
dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan
pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa
yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat
terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang
dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,
kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga
datang dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang

10

mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi


mereka menunjukkan gejala setelahnya. (Bruner and Suddart, 2001)
E. Penatalaksanaan dan Pencegahan
Sasaran penatalaksanaan ulkus peptikum adalah untuk mengatasi keasaman
lambung. Beberapa metode digunakan untuk mengontrol keasaman lambung
termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan intervensi pembedahan.
Penurunan Stres dan Istirahat. Pasien memerlukan bantuan dalam
mengidentifikasi situasi yang penuh stres atau melelahkan. Gaya hidup terburuburu dan jadwa tidak teratur dapat memperberat gejala dan mempengaruhi
keteraturan pola makan dan pemberian obat dalam lingkungan yang rileks. Selain
itu dalam upaya mengurangi stres, pasien juga mendapat keuntungan dari periode
istirahat teratur selama sehari, sedikitnya selama fase akut penyakit.
Penghentian Merokok. Penelitian telah menunjukkan bahwa merokok
menurunkan sekresi bikarbonat dari pancreas ke dalam duodenum. Akibatnya,
keasaman

duodenum

lebih

tinggi

bila

seseorang

merokok.

Penelitian

menunjukkan bahwa merokok terus menerus dapat menghabat secara bermakna


perbaikan ulkus. Oleh karena itu, pasien sangat dianjurkan untuk berhenti
merokok.
Modifikasi Diet. Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk
menghindari sekresi asam yang berlebihan dan hipermotilitas saluran GI. Hal ini
dapat diminimalkan dengan menghindari suhu ekstrem dan stimulasi berlebihan
makan ekstrak, alkohol, dan kopi. Selain itu, upaya dibuat untuk menetralisasi
asam dengan makan tiga kali sehari makanan biasa.
Obat-obatan. Saat ini, obat-obatan yang paling sering digunakan dalam
pengobatan ulkus mencakup antagonis reseptor histamin (antagonis reseptor H),
yang menurunkan sekresi asam lambung; inhibitor pompa proton, yang juga

11

menurunkan sekresi asam; agen sitoprotektif, yang melindungi sel mukosa dari
asam; antasida, antikolinergis, yang menghambat sekresi asam atau kombinasi
antibiotik dengan garam bismut untuk menekan bakteri H. pylori.
Intervensi Bedah. Pembedahan biasanya dianjurkan untuk pasien dengan ulkus
yang tidak sembuh (yang gagal sembuh setelah 12 sampai 16 minggu pengobatan
medis), hemoragi yang mengancam hidup, perforasi, atau obstruksi. Prosedur
pembedahan mencakup vagotomi, vagotomi dengan piloroplasti, atau Biilroth I
atau II.
Pencegahan :
1. Primer
Pola hidup sehat dan istirahat yang cukup, menghindari stres berlebihan
2. Sekunder
a. Penurunan stres dan istirahat
b. Berhenti merokok
c. Modifikasi diet
d. Obat-obatan antagonis reseptor histamin untuk menurunkan sekresi
asam dalam lambung; inhibitor pompa proton, agen sitoprotektif, yang
melindungi

sel

antikolinergis,

mukosa
yang

dari

asam

menghambat

atau

sekresi

NSAID,
asam,

antasida,
kombinasi

antibiotikdengan garam bismut yang menekan bakteri H. Pylori.


3. Tersier
Pasien dianjurkan untuk mematuhi program medikasi untuk menjamin
penyembuhan ulkus dengan sempurna.
F. Pemeriksaan Penunjang
Nyeri lambung yang khas merupakan petunjuk adanya ulkus. Diperlukan
beberapa pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis karena kanker lambung juga
bisa menyebabkan gejala yang sama.
1. Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan
melalui mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Pada

12

pemeriksaan

endoskopi,

bisa

diambil

contoh

jaringan

untuk

keperluan biopsy.
Keuntungan dari endoskopi:
a. Lebih dapat dipercaya untuk menemukan adanya ulkus dalam
duodenum dan dinding belakang lambung dibandingkan dengan
pemeriksaan rontgen.
b. Lebih bisa diandalkan pada penderita yang telah menjalani
pembedahan lambung.
c. Bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan karena ulkus.
2. Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga
disebut barium swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika
ulkus tidak dapat ditemukan dengan endoskopi.
3. Analisa lambung merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung
dihisap secara langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah
asam bisa diukur. Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau
berulang atau sebelum dilakukannya pembedahan.
4. Pemeriksaan darah tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung
jenis darah bisa menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus.
Pemerisaan darah lainnya bisa menemukan adanya Helicobacter pylori.
G. Komplikasi
a. Kadang-kadang suatu ulkus menembus seluruh lapisan mukosa sehingga
terjadi perforasi usus, karena isi usus tidak steril, hal ini dapat menyebabkan
infeksi rongga abdomen. Nyeri pada perforasi sangat hebat dan menyebar.
Nyeri ini tidak hilang dengan makan atau antasida.
b. Obstruksi lumen saluran GI dapat terjadi akibat episode cidera, peradangan
dan pembentukan jaringan perut yang berulang-ulang. Obstruksi paling sering
terjadi di saluran sempit antara lambung dan usus halus ada di pylorus
(Sfingter di lokasi ini).
c. Dapat terjadi perdarahan apabila ulkus menyebabkan erosi suatu arteri atau
vena di usus. Hal ini dapat menyebabkan hematemesis (muntah darah) atau

13

melena (keluarnya

darah saluran GI atas melalui tinja). Apabila

perdarahannya hebat dan mendadak, maka dapat timbul gejala-gejala syok.


Apabila perdarahannya lambat dan samar maka dapat terjadi anemia
hipokronik mikrosisik.

14

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.

Identitas Pasien

2.

Keluhan Utama : Nyeri pada abdomen (lambung)

3.

Riwayat Penyakit Sekarang :


a. Adanya nyeri perut (lambung) setelah makan atau sebelum makan
b. Terasa mual dan muntah setelah makan
c. Muntah darah
d. Terasa panas pada abdomen

4.

Riwayat Kesehatan Lalu


a.

5.

Adanya riwayat penyakit gastritis

Riwayat Penyakit Keluarga


a. Adakah keluarga yang pernah menderita ulkus peptikum (herediter)

6.

Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
GCS : Ciri tubuh : kulit, rambut, postur tubuh.
Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.
2) Head to toe
a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala.
Palpasi : nyeri tekan dikepala.
b. Wajah
Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
Palpasi : nyeri tekan di wajah.
c. Mata
Inspeksi : bentuk mata, sclera, konjungtiva, pupil.
Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna
mukosasclera.

15

d. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, secret.
Palpasi : nyeri tekan pada hidung.
e. Mulut
Inspeksi : bentuk mulut, bentuk mulut, bentuk gigi.
Palpasi : nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi.
f. Leher
Inspksi : bentuk leher, warna kulit pada leher.
Palpasi : nyeri tekan pada leher.
g. Dada
Inspeksi : bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan.
Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi,
fokal fremitus, nyeritekan.
Perkusi : batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret.
Auskultasi : bunyi paru dan suara napas.
h. Payudara dan ketiak
Inspeksi : bentuk, benjolan.
Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan.
i. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen, warna kulit abdomen.
Auskultasi : bising usus, bising vena, pergesekan hepar dan lien.
Perkusi : batas hepar,batas ginjal,batas lien,ada/tidaknya pnimbunan
cairan diperut.
j. Genitalia
Inspeksi : bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin, warna rambut
kelamin, benjolan
Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin.
k. Integumen
Inspeksi : warna kulit,benjolan.
Palpasi : nyeri tekan pada kulit.

16

l. Ekstremitas Atas
Inspeksi : warna kulit,bentuk tangan.
Palpasi : nyeri tekan.
m. Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : warna kulit, bentuk kaki.
Palpasi : nyeri tekan,kekuatan otot.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri yang berhubung dengan iritasi mukosa dan spasme otot
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri
yang berkaitan dengan makan
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan sekunder
terhadap ulkus peptikum.
Diagnosa Keperawatan 1
Nyeri yang berhubung dengan iritasi mukosa dan spasme otot
Tujuan : Menghilangkan nyeri
Hasil yang diharapkan
1. Menggunakan obat-obatan sesuai resep
2. Menghindari obat yang dijual bebas yang mengandung asam
asetilsalisilat
3. Mentaati pembatasan yang dianjurkan
4. Mengidentifikasi makanan dan minuman yang dihindari
5. Mentaati jadwal makan dan kudapan secara teratur
Intervensi Keperawatan
Rasional
1.
Berikan terapi obat-obatan Farmakoterapi membantu mengurangi
sesuai program :
a.

Antagonis histamin

b.

Garam antibiotik

c.

Agen sitoprotektif

d.

Inhibitor pompa proton

nyeri sebagai berikut :


Antagonis

histamin

mempengaruhi

sekresi asam lambung


Antibiotik diberikan bersamaan dengan
garam bismut untuk mematikan H.pylori.
Agen sitoprotektif melindungi mukosa

17

lambung
Inhibitor pompa proton menurunkan
2.

asam lambung.
Anjurkan menghindari obat- 2 Obat- obatan

obatan yang dijual bebas.


3.
Anjurkan
pasien

yang

mengandung

salisilat mengiritasi mukosa lambung


untuk 3 Makanan/ minuman yang mengandung

menghindari makanan/minuman kafein

merangsang

sekresi

asam

yang mengiritasi lapisan lambung hidroklorida.


: kafein dan alkohol.
4.
Anjurkan
pasien
menggunakan

makan

kudapan

interval

pada

untuk 4 Jadwal makan yang teratur membantu


dan mempertahankan partikel makanan di
yang dalam

teratur.

lambung,

yang

membantu

menetralisasi keasaman sekresi lambung.

Diagnosa Keperawatan 2
Perubahan konsep kebutuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri yang berkaitan
dengan makan
Tujuan : Mendapatkan tingkat nutrisi optimal
Hasil yang diharapkan :
a.

Menghindari makanan dan minuman pengiritasi

b.

Makan makanan dan kudapan pada interval yang dijadwalkan secara teratur

c.

Memilih lingkungan rileks untuk makan

Intervensi Keperawatan
Rasional
1.
Anjurkan makan makanan dan 1 Makanan yang tidak mengiritasi
minuman yang tidak mengiritasi.

mengurangi nyeri epigastrik.

18

2.

Anjurkan

makanan 2

dimakan. Dimakan

pada

Makan

teratur

jadwal menetralisasi

sekresi

waktu teratur ; hindari kudapan kudapan

sebelum

membantu
lambung
waktu

tidur

sebelum waktu tidur.


meningkatkan sekresi asam lambung.
3.
Dorong makan makanan pada
Lingkungan yang rileks kurang
lingkungan yang rileks.

menimbulkan ansietas. Menurunkan


ansietas

membantu

menurunkan

sekresi asam hidroklorida.

Diagnosa Keperawatan 3
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap
ulkus peptikum.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam volume cairan
kembali normal
Hasil yang diharapkan : Klien menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan
dibuktikan dengan haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal, tanda vital
stabil, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat.
Intervensi Keperawatan
Rasional
1.
monitor tanda vital : bandingkan 1 perubahan tekanan darah dannadi dapat
dengan

hasil

sebelumnya.

normal

Ukur

klien

tekanan

/ digunakan

untuk

perkiraan

kasar

darah kehilangan darah (missal tekanan darah

dengan posisi duduk, berbaring, berdiri kurang dari 90 mmHg dan nadi lebih dari
bila mungkin.

110 mmHg diduga 25% penurunan


volume atau kurang lebih 1000 ml )
Hipotensi

2.

Monitor

intake

dan

output

procedural

menunjukkan

penurunan volume sirsulasi.


dan 2
memberikan
pedoman

untuk

hubungkan dengan perubahan berat penggantian cairan.


badan. Ukur kehilangan darah / cairan
melalui muntah, keringat, urine dan
defekasi.

19

3.

Pertahankan tirah baring: mencegah 3 aktifitas/


muntah dan tegangan saat defekasi.

muntah

meningkatkan

tekanan intra abdominal dan dapat


mencetuskan perdarahan lebih lanjut.

20

BAB II
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam
dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum
disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada
lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).
Penyebab ulkus peptikum kurang dipahami, meskipun bakteri gram
negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai factor penyebab. Penyebab lain
adalah genetik, stres, obat-obatan, alkohol, merokok.
Penatalaksanaaan :
1.

Non-Farmako
a. Penurunan Stres dan Istirahat
b. Penghentian Merokok
c. Modifikasi Diet
d. Intervensi Bedah

2.

Farmako
a. Obat-obatan

21

DAFTAR PUSTAKA
http://katumbu.blogspot.com/2012/06/askep-ulkus-peptikum.html diakses tanggal
25-02-2013 pukul 18.10
http://ziengger.blogspot.com/2012/08/ASKEP-ULKUS-PEPTIKUM.html
http://ners-asfibuton.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-ulkuspeptikum.html
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/ulkus-peptikum/
http://www.news-medical.net/health/Peptic-Ulcer-Symptoms-%28Indonesian
%29.aspx
http://juliramayadiani.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-pasienulkus.html diakses tanggal 25-02-2013 pukul 18.00
Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Ed. 8.Vol. 3.
Jakarta : EGC
Price, Silvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Ed. 6.
Volume 1. Jakarta: EGC
Juli Ramayadiani. 2012. Asuhan keperawatan pada pasien ulkus peptikum
Moh Salman. 2012. Asuhan keperawatan pada ulkus peptikum

22

Anda mungkin juga menyukai