Anda di halaman 1dari 30

KASUS:

Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B.
Seorang anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 Liter yang disebutnya sebagai botol dari
sebuah alat suction curret milik seorang dokter di kota anda Masalahnya adalah bahwa dokter
tersebut disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang ilegal dan di dalam botol
tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction. Polisi menerangkan dalam surat
permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari tiga perempuan yang saat ini
sedang diperiksakan ke Bagian Kebidanan di rumah sakit anda. Penyidik membutuhkan
pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi pengguguran
kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan yang sedang diperiksa di kebidanan
adalah perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut. Hasil pemeriksaan
tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke proses hukum terhadap dokter tersebut.
Anda tahu bahwa harus ada komunikasi antara anda dengan dokter kebidanan yang
memeriksa perempuan-perempuan diatas, agar pemeriksaan medis dapat memberi manfaat yang
sebesar-besarnya bagi penyidikan dan penegakan hukum.
PENDAHULUAN
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara
menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi
dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28
minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi
dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Pengelompokan Abortus provokatus secara
lebih spesifik:
Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus
- abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud
dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai
dengan tanggung jawab profesi.
1

2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang
ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
Abortus Provokatus Kriminalis
- aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran
dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.
Abortus buatan ilegal
Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain dari pada untuk menyelamatkan/
menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat
dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut
dengan abortus provocatus criminalis, karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau
kejahatan.1
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada
beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:

Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.

Kehamilan di luar nikah.Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah


beban ekonomi keluarga.

Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).

Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan
kehamilan yang tidak diinginkan.

2. Pemeriksaan
Ibu
2.1 Tanda Vital:
Suhu (oral, rektal, axila atau telinga), nadi, respirasi, tekanan darah (mencakup lengan kanan,
lengan kiri, berbaring, duduk, berdiri), berat badan, tinggi badan dan BMI. Selalu mencakup
tekanan darah dan denyut jantung posisi supine dan setelah pasien berdiri selama 1 menit jika
terjadi penurunan volume darah (perdarahan gastrointestinal, pankreatitis, diare atau muntah)
atau jika dicurigai insufisiensi autonomik terutama pada pasien yang dilaporkan pusing atau
sinkop. 2
Pada pemeriksaan fisik mungkin akan didapatkan keadaan umum pasien yang tampak lemah,
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil, suhu badan normal atau mungkin meningkat. Pada pemeriksaan ginekologi, saat inspeksi
vulva akan ditemukan perdarahan pervaginam disertai dengan ada atau tidaknya jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup. Pada colok
vagina ditemukan porsio mungkin masih terbuka atau kemungkinan juga sudah tertutup, teraba
atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan.2
2.2. Pemeriksaan Ginekologi
Tanda-tanda kehamilan:

Striae gravidarum

Uterus yang membesar

Hiperpigmentasi aerola mammae

Tanda-tanda partus:

Sejak hamil hingga usai melahirkan, tubuh wanita mengalami perubahan yang sangat hebat.
Terutama setelah melahirkan normal, tubuh akan mengalami perubahan untuk menyesuaikan diri
kembali ke keadaan sebelum hamil. Periode pascapersalinan ini akan terjadi selama 6 minggu
pertama usai melahirkan.

Vagina yang longgar

Laserasi dan luka yang terdapat pada vagina

Serviks membuka, bisa terdapat dan bisa juga tidak terdapat robekan.

Nyeri

Bila mendapat episiotomy wanita yang melahirkan akan mengalami rasa nyeri di daerah
perineum (antara vagina dan anus). Jahitan, robekan, atau luka yang terasa sangat tidak nyaman.
Usai proses persalinan, juga akan terasa kram pada perut seperti yang terjadi saat menstruasi. Hal
ini terjadi karena ada semacam kontraksi untuk mengembalikan rahim ke ukuran dan bentuk
semulanya, dan membantu otot rahim menekan pembuluh darah yang terbuka akibat pelepasan
plasenta dari dinding rahim. Rasa kram ini akan meningkat beberapa saat setelah persalinan
sampai beberapa hari.

Ditemukan cairan

Lokia adalah sebuah kondisi perdarahan usai proses persalinan, baik normal maupun caesar.
Perdarahan ini mirip menstruasi, namun keluar lebih banyak di hari-hari usai persalinan dan
secara bertahap jumlahnya akan berkurang. Lokia umumnya terjadi sekitar 2-3 minggu atau lebih
dari enam minggu usai persalinan. Hal ini adalah keadaan yang normal dan merupakan cara
tubuh secara alamiah mengeluarkan sisa darah, lendir, dan sisa jaringan yang tertinggal di dalam
rahim.

Wasir

Wasir (hemoroid) seringkali timbul saat kehamilan dan biasanya menghilang tanpa pengobatan
usai persalinan. Wasir terbentuk karena pembesaran vena di bagian bawah rektum dan anus.

Payudara yang mengencang dan membesar

Dalam dua hari pertama usai persalinan, payudara akan menghasilkan kolostrum, cairan
berwarna kekuningan, yang kaya akan nutrisi untuk bayi. Pada saat ini, payudara akan terasa
mengencang dan membesar.

Hormon HCG

Hormon HCG dapat memberikan hasil positif sampai beberapa hari pasca persalinan. Ini dapat
menguatkan lagi sangkaan pemeriksaan bahwa wanita yang diperiksa pernah melahirkan tidak
lama selepas itu.
Janin

Umur janin

Golongan darah

2.3 Pemeriksaan Pada Korban mati


Pemeriksaan post mortem abortus kriminalis bertujuan :

Mencari bukti dan tanda kehamilan

Mencari bukti abortus dan kemungkinan adanya tindakan kriminal dengan obat-obatan
atau instrumen.

Menentukan kaitan antara sebab kematian dengan abortus.

Menilai setiap penyakit wajar yang ditemukan.

Antara hal yang dilakukan adalah:


1. Pemotretan sebelum memulai pemeriksaan
2. Identifikasi umum
5

3. Tinggi badan, berat badan, umur


4. Pakaian; cari tanda-tanda kontak dengan suatu cairan, terutama pada pakaian dalam.
5. Catat suhu badan, warna dan distribusi lebam jenasah.
6. Periksa dengan palpasi uterus untuk kepastian adanya kehamilan.
7. Cari tanda-tanda emboli udara, gelembung sabun, cairan pada :
- arteri coronaria
- ventricle kanan
- arteri pulmonalis
- arteri dan vena dipermukaan otak
- vena-vena pelvis
8. Vagina dan uterus diinsisi pada dinding anterior untuk menghindari jejas kekerasan yang
biasanya terjadi pada dinding posterior misalnya perforasi uterus. Cara pemeriksaan: uterus
direndam dalam larutan formalin 10% selama 24 jam, kemudian direndam dalam alcohol 95%
selama 24 jam, iris tipis untuk melihat saluran perforasi. Periksa juga tanda-tanda kekerasan pada
cervix (abrasi, laserasi).
9. Ambil sampel semua organ untuk menilai histopatologis.
10. Buat swab dinding uterus untuk pemeriksaan mikrobiologi.
11. Ambil sampel untuk pemeriksaan toksikologis :
- isi vagina

- darah dari vena cava inferior dan kedua


ventrikel

- isi uterus
- urine

- isi lambung

- rambut pubis

Pertimbangan pertimbangan saat otopsi


Saat melakukan otopsi untuk kasus aborsi, ahli patologi harus membuat catatan khusus tentang
kondisi rahim dan genitalia, serta deskripsi umum tentang mayat. Panjang, lebar dan ketebalan
uterus, ketebalan dinding uterin, panjang rongga uterin, lingkar sirkumferen internal dan
eksternal, panjang serviks, diameter corpus luteum, dan ukuran sisa-sisa janin, harus dicatat.
Pemeriksaan dilakukan pada tuba ovarium dan payudara.
Bagian-bagian janin harus dicari dalam saluran genital dan rongga peritoneal. Luka-luka
instrumental dan tanda-tanda tenaculum harus diidentifikasi. Semua organ dalam rongga
abdominal dapat menyebabkan peritonitis supuratif, seperti appendiks, kandung kemih atau
perut, harus diperiksa. Semua kondisi tubuh yang dapat menyebabkan aborsi spontan, seperti
penyakit jantung dan hydatidiform mole, harus diperiksa.
Kondisi-kondisi septik tubuh harus diperiksa dengan cermat. Vena-vena uterin dan ovarian harus
diurutkan dengan cermat sampai ke bagian tubuh yang lebih besar untuk mengetahui terjadinya
phlebitis purulen. Pengguanan terapeutik sulfonamid dan obat-obatan antibiotik lainnya dapat
menghambat perkembangan bakteri dalam kultur post-mortem. Pemeriksaan kimiawi harus
dilakukan pada otak dan viscera parenkimatom, jika perlu.
Harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada mukosa uterin untuk mengetahui apakah terjadi
villi chorionic. Struktur-struktur lainnya, seperti tuba, ovarium, appendiks, ginjal, limpa, hati,
pankreas, jantung, paru-paru, dan organ-organ lainnya yang terlihat abnormal harus
diperiksa/dipotong. Jika terdapat sisa-sisa janin, dapat dilakukan pemeriksaan sinar x untuk
mengetahui pusat-pusat osifikasi. Hal ini sangat penting untuk menentukan usia kehamilan.
Benda-benda asing, instrumen, juga harus diawetkan sebagai bukti, jika ditemukan dalam tubuh.
Dalam banyak kasus, sisa-sisa janin tidak mudah diidentifikasi. jika seorang wanita meninggal
saat aborsi, janin atau bagian dari janin, akan ditemukan dalam saluran genital.
Kadang-kadang, terjadi perforasi rahim dan janin dipaksakan masuk ke rongga peritoneal, ini
akan ditemukan saat otopsi. Biasanya, tubuh janin telah diangkat, dan daerah plasenta ditandai
oleh penonjolan sirkuler pada batas-batas uterus di sekitar fundus, kondisi ini akan bertahan
7

selama beberapa hari. Perforasi dapat terjadi dalam berbagai ukuran dan bentuk, bervariasi mulai
dari stellata kasar dan kecil yang terbuka dan berdiameter kurang lebih 1 cm, banyak potongan
stellata yang berbentuk oval atau ireguler, dan terlihat seperti-kawah yang kadang menonjol pada
fundus uterin. Kadang, ditemukan dua atau beberapa perforasi pada fundus, atau terjadi
perlukaaan fundus dan serviks akibat penggunaan kuret.
Uterus paling mudah mengalami perforasi adalah jenis bicornuate, karena operator yang raguragu, menduga bahwa rongga uterus lebih panjang dan melukai dindingnya pada bagian cornua
yang terpisah. Luka pada serviks uteri terjadi sebanyak kurang dari separuh perlukaan
instrumental pada uterus, sebagian diantaranya berupa ekskavasasi crateriform dalam dinding
servikal, sedangkan yang lainnya mengalami perforasi ke dalam rongga abdominal melalui
dinding uterus. Perforasi tersebut berbentuk stellata dan mengarah ke atas mungkin akibat
penggunaan instrumen seperti kayu .
Perforasi pada rongga vaginal jarang terjadi pada aborsi yang dilakukan oleh seorang operator,
namun paling sering terjadi pada aborsi yang dilakukan sendiri. salah satu kasus yang dihadapi
oleh penulis adalah seorang ibu hamil yang melukai rongga vaginanya menggunakan jarum
panjang, yang ditusukkan ke dalam perut dan usus beberapa kali sehingga terjadi peritonitis
septik.9
Kasus-kasus aborsi yang mengakibatkan perforasi saluran genital dan organ abdominal harus
dirujuk ke rumah sakit untuk merawat gejala dan agar dokter bedah dapat melakukan laparotomi.
Dalam berbagai kasus, operator dapat memperbaiki luka dengan melakukan penjahitan,
sedangkan dalam kasus lainnya, operator dapat mengangkat rahim, atau reseksi intestinal. Jika
pasien meninggal, dokter bedah harus menyerahkan semua organ, jaringan atau benda asing yang
diperoleh saat operasi untuk diperiksa dan menyimpan catatan klinis kasus yang akurat.
Ukuran daerah plasenta bervariasi sesuai dengan usia kehamilan dan jumlah hari setelah aborsi.
Setelah melakukan kuretase pada bagian plasenta yang tersisa pada dinding uterin, berupa
penyimpangan villi chorionic dan syncytial giant cell, ini dapat dilihat melalui pemeriksaan
mikroskopis pada daerah plasenta. Karena plasenta merupakan bagian dari janin, ini merupakan
bukti nyata terjadinya kehamilan, yang bertolak belakang dengan sel-sel decidual yang
merupakan jaringan dari ibu dan bukan, merupakan indikasi yang jelas. villi chorionic dan
8

syncytial giant cell akan menetap selama beberapa hari kemudian menghilang, satu-satunya
kriteria yang tersisa adalah ukuran dan bentuk rahim, kondisi payudara dan corpus luteum
ovarium.
Penemuan janin atau sisa-sisanya biasanya berguna untuk memastikan usia kehamilan saat aborsi
dilakukan. Jadi, kita harus mengetahui perkembangan janin selama masa kehamilan.
Pemeriksaan sinar roentgen pada bagian-bagian janin yang besar akan menunjukkan pusat-pusat
osifikasi dalam berbagai tulang, ini dapat digunakan untuk menentukan usia bagian-bagian
tersebut. Biasanya akan terbentuk produk perkembangan pembuahan ovum selama dua minggu
pertama masa kehamilan. Mulai dari minggu pertama sampai ke lima, selama periode tersebut,
akan terjadi perkembangan berbagai organ dan menghasilkan bentuk yang jelas, organisme ini
disebut sebagai embrio. Setelah minggu kelima, disebut sebagai janin.
Dalam suatu kasus aborsi yang telah terjadi selama beberapa hari dan tidak ada sisa-sisa janin
dalam rahim, sulit untuk membuktikan fakta bahwa telah terjadi kehamilan atau usia kehamilan
sebelum aborsi dilakukan. Bagian-bagian janin yang tersisa, membran atau jaringan plasenta, dan
terjadinya infeksi intra-uterine akan menganggu atau menghambat proses involusi uterus.
Nekrosis sisa-sisa janin, membran dan jaringan plasenta akan mempersulit pemeriksaan
mikroskopis.
Dimensi uterus yang diukur saat otopsi merupakan satu-satunya data yang dapat diandalkan oleh
ahli patologis untuk memperkirakan usia kehamilan. Dalam kondisi tidak-hamil, uterus
berbentuk seperti buah pir dan memiliki panjang 3 inci, lebar 2 inci dan ketebalannya 1 inci.
Selama dua bulan pertama masa kehamilan, terjadi pembesaran. Pada akhir bulan ketiga, panjang
rahim akan mencapai 4 sampai 5 inci, panjang serviks mencapai 1 cm dan panjang corpus uteri
mencapai 3 sampai 4 inci; pada akhir bulan keenam, uterus akan membesar, corpus akan
membentuk globular dan serviks memendek. Pada akhir bulan keempat, panjang uterus
mencapai 5 sampai 6 inci; pada akhir bulan keenam panjangnya akan mencapai 6 inci; pada
akhir bulan ke tujuh, panjangnya mencapai 8 inci; pada akhir bulan ke delapan, panjangnya
mencapai 91/2 inci; dan pada akhir bulan ke sembilan, panjangnya mencapai 101/2 sampai 12
inci.

Setelah proses kelahiran, rahim akan berkontraksi dan dindingnya menebal. Setelah dua hari
post-partum, panjangnya akan mencapai 7 inci dan lebar 4 inci; pada akhir minggu pertama akan
berkontraksi sampai panjangnya 5 inci; setelah dua minggu panjangnya mencapai 4 inci. Setelah
dua bulan ukuran uterus akan kembali normal jika involusi telah sempurna. Dimensi uterus
setelah aborsi sulit ditentukan; jika pasien hidup sebentar setelah ekspulsi janin, ukuran uterus
jelas akan berkurang, namun tidak ada standar ukuran involusinya setelah aborsi dalam berbagai
usia kehamilan. Pemeriksa hanya dapat menentukan dimensi uterus seakurat mungkin dan
menarik kesimpulan sendiri sesuai dengan pengalamannya menghadapi kasus semacam itu.
Ukuran pembuluh darah dan limfatik uterus akan bertambah selama masa kehamilan dan akan
tetap meregang selama puerperium sampai masa involusi lewat. Peningkatan vaskularitas ini
akan meningkatkan kerentanan gravid uterus terhadap perdarahan dan infeksi.
Payudara akan membesar selama masa kehamilan, akibat terjadinya hiperplasia kelenjar-kelenjar
payudara. Pada wanita yang tidak hamil, jaringan kelenjar berupa beberapa duktus dan sejumlah
alveoli dalam suatu stroma fibrosa yang padat, namun seiring dengan perkembangan kehamilan,
cabang-cabang duktus dan jaringan kelenjar akan berproliferasi dan jumlahnya bertambah. Pada
akhir bulan kedua, payudara akan membesar dan memiliki konsistensi noduler saat dipalpasi.
Beberapa bulan setelah sekresi air susu yang disebut sebagai kolostrum, yang keluar dari
payudara saat diberi tekanan ringan. Pada akhir masa menyusui, sekresinya sangat banyak, jika
payudara dipotong, akan keluar banyak cairan susu dari permukaan yang dipotong. Selama masa
kehamilan, puting susu akan terlihat lebih menonjol, dan aerola di sekitarnya semakin meluas
dan pigmentasinya bertambah; Ukuran kelenjar Montgomery, kelenjar sebaseous dalam aerola
akan bertambah selama masa menyusui dan membentuk nodul subkutan pendek.
Sebagian urin yang diperoleh post-mortem dari kandung kemih harus disimpan dan dapat
digunakan dalam uji Aschheim-Zondek untuk menguji kehamilan, jika diperoleh dalam waktu
satu minggu setelah aborsi. Dalam beberapa kasus aborsi, kematian yang terjadi disebabkan oleh
infeksi piogenik parah dan urin mengandung bakteri yang akan membunuh binatang-binatang
yang digunakan dalam pengujian dan mengurangi kegunaan reaksi.
2.3 Pemeriksaan Laboratorium
A.Macam-macam Pemeriksaan Laboratorium Sederhana dan Pelaksanaannya

10

1. Pemeriksaan Laboratorium Forensik Darah


Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering
dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer pada hampir semua
bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah ini sangat berguna untuk
mengungkapkan suatu tindakan kriminil. 2
Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi
pemilik darah tersebut.
Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita harus
dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu perlu dilakukan
pemeriksaan guna menentukan :
a. Bercak tersebut benar darah
b. Darah dari manusia atau hewan
c. Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia
Untuk menjawab pertanyaan pertanyaan diatas, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium
sebagai berikut :
a. Persiapan
Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam dalam
larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila menempel pada
pakaian. 3,4
b. Pemeriksaan Penyaringan (presumptive test)
Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk membedakan apakah bercak tersebut
berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang hasilnya positif saja yang dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
Prinsip pemeriksaan penyaringan:
H2O2 > H2O + On
Reagen -> perubahan warna (teroksidasi)
Pemeriksaan penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan reaksi benzidine dan reaksi
fenoftalin. Reagen dalam reaksi benzidine adalah larutan jenuh Kristal Benzidin dalam asetat

11

glacial, sedangkan pada reaksi fenoftalin digunakan reagen yang dibuat dari Fenolftalein 2g +
100 ml NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji biji zinc sehingga terbentuk fenolftalein yang
tidak berwarna. 2
Hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil negative pada kedua reaksi tersebut memastikan
bahwa bercak tersebut bukan darah. 2

1. Reaksi Benzidine (Test Adler)


Tes Benzidine atau Test Adler lebih sering digunakan dibandingkan dengan tes tunggal pada
identifikasi darah lainnya. Karena merupakan pemeriksaan yang paling baik yang telah lama
dilakukan. Pemeriksaan ini sederhana, sangat sensitif dan cukup bermakna. Jika ternyata
hasilnya negatif maka dianggap tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan lainnya.
Cara pemeriksaan reaksi Benzidin:
Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian diteteskan 1
tetes H202 20% dan 1 tetes reagen Benzidin.
Hasil:
Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap pada kertas saring
2. Reaksi Phenolphtalein (Kastle Meyer Test)
Prosedur test identifikasi yang sekarang ini, mulai banyak menggunakan Phenolphtalein.
Zat ini menghasilkan warna merah jambu terang saat digunakan pada test identifikasi darah.
Cara Pemeriksaan reaksi Fenolftalein:
Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung diteteskan
reagen fenolftalein.
Hasil:
Hasil positif pada reaksi Fenoftalin adalah bila timbul warna merah muda pada kertas
saring.

12

c. Pemeriksaan Meyakinkan/Test Konfirmasi Pada Darah 3,4


Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah darah maka dapat
dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan meyakinkan darah berdasarkan
terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen.
Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan bercak darah tersebut
benar berasal dari manusia, yaitu :

1. Cara kimiawi
Terdapat dua macam tes yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa
itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristal-kristal hemoglobin yang dapat dilihat dengan
mata telanjang atau dengan mikroskopik. Tes tersebut antara lain tes Teichmann dan tes
Takayama.
a. Test Teichman (Tes kristal haemin)
Pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Test diawali dengan memanaskan darah
yang kering dengan asam asetat glacial dan chloride untuk membentuk derivate hematin. Kristal
yang terbentuk kemudian diamati di bawah mikroskop, biasanya Kristal muncul dalam bentuk
belah-belah ketupat dan berwarna coklat.
Cara pemeriksaan:
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan 1 butir kristal NaCL
dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan.
Hasil:
Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang berbentuk batang
berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik.
Kesulitan :
Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu panas atau terlalu dingin
dapat menyebabkan kerusakan pada sampel.
b. Test Takayama (Tes kristal B Hemokromogen)

13

Apabila heme sudah dipanaskan dengan seksama dengan menggunakan pyridine dibawah
kondisi basa dengan tambahan sedikit gula seperti glukosa, Kristal pyridine ferroprotoporphyrin
atau hemokromogen akan terbentuk.2
Cara kerja:
Tempatkan sejumlah kecil sampel yang berasal dari bercak pada gelas objek dan biarkan
reagen takayama mengalir dan bercampur dengan sampel. Setelah fase dipanaskan, lihat
di bawah mikroskop.
Hasil :
Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus berwarna merah jambu yang
terlihat dengan mikroskopik.
Kelebihan:
Test dapat dilakukan dan efektif dilakukan pada sampel atau bercak yang sudah lama dan
juga dapat memunculkan noda darah yang menempel pada baju. Selain itu test ini juga
memunculkan hasil positif pada sampel yang mempunyai hasil negative pada test
Teichmann.
Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk memastikan bercak tersebut
berasal dari darah, yaitu :
c.Pemeriksaan Wagenaar
Cara pemeriksaan:
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan juga sebutir pasir, lalu
tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah untuk
penguapan zat. Kemudian pada satu sisi diteteskan aseton dan pada sisi lain di tetes kan HCL
encer, kemudian dipanaskan.3
Hasil:
Hasil positif bila terlihat Kristal aseton hemin berbentuk batang berwarna coklat. Hasil
negative selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak darah, juga dapat
dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur kimiawinya telah rusak,
misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan sebagainya.

14

2. Cara serologik
Pemeriksaan serologik berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah. Untuk itu
dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin) serta terhadap protein hewan
dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu.
Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibody
(antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.

a. Test Presipitin Cincin 2


Test Presipitin Cincin menggunakan metode pemusingan sederhana antara dua cairan
didalam tube. Dua cairan tersebut adalah antiserum dan ekstrak dari bercak darah yang
diminta untuk diperiksa.
Cara pemeriksaan :
Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak bercak darah
ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi antiserum. Biarkan pada temperatur ruang
kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan antara antigen dan antibody akan mulai berdifusi ke
lapisan lain pada perbatasan kedua cairan.
Hasil:
Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada bagian antara dua larutan. Pada
kasus bercak darah yang bukan dari manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun.
b. Reaksi presipitasi dalam agar.
Cara pemeriksaan :
Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan selapis
tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang
lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis. Masukkan serum anti-globulin
manusia ke lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di
lubang-lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber)
pada temperature ruang selama satu malam.
15

Hasil :
Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang
tepi.
Pembuatan agar buffer :
1 gram agar; 50 ml larutan buffer Veronal pH 8.6; 50 ml aqua dest; 100 mg. Sodium
Azide. Kesemuanya dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tempatkan dalam penangas
air mendidih sampai terbentuk agar cair. Larutan ini disimpan dalam lemari es, yang bila
akan digunakan dapat dicairkan kembali dengan menempatkan labu di dalam air
mendidih. Untuk melapisi gelas obyek, diperlukan kurang lebih 3 ml agar cair yang
dituangkan ke atasnya dengan menggunakan pipet.
Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk mengkonfirmasi bercak
darah tersebut, yaitu :
3. Pemeriksaan Mikroskopik 2
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel darah merah.
Cara pemeriksaan :
Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca obyek kemudian
ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, dan ditutup dengan kaca penutup, lihat dibawah
mikroskop.
Cara lain, dengan membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa.
Hasil :
Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut hanya dapat menentukan kelas dan
bukan spesies darah tersebut.
Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti,
sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau elips dan tidak berinti Bila terlihat adanya
drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapat dipastikan bahwa darah tersebut berasal
dari seorang wanita.
Kelebihan:
Dapat terlihatnya sel sel leukosit berinti banyak. Dapat terlihat adanya drum stick pada
pemeriksaan darah seorang wanita.
Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan setelah suatu bercak merah benar bercak
darah dan benar bercak darah manusia, meliputi :
16

Penentuan Golongan Darah


American Association of Blood Banks mendefinisikan golongan darah sebagai kumpulan antigen
yang diproduksi oleh alel gen. Bagaimanapun, golongan darah secara genetic dikontrol dan
merupakan karakteristik yang seumur hidup dapat diperiksa karena berbeda pada tiap individual.
Darah yang telah mengering dapat berada dalam pelbagai tahap kesegaran.
Bercak dengan sel darah merah masih utuh.
Bercak dengan sel darah merah sudah rusak tetapi dengan aglutinin dan antigen
yang masih dapat di deteksi;
Sel darah merah sudah rusak dengan jenis antigen yang masih dapat dideteksi
namun sudah terjadi kerusakan aglutinin.
Sel darah merah sudah rusak dengan antigen dan agglutinin yang juga sudah tidak
dapat dideteksi.
Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh
Penentuan golongan darah dapat dilakukan secara langsung seperti pada penentuan golongan
darah orang hidup, yaitu dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan dilihat
terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum merupakan golongan darah
bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi aglutinasi pada antiserum A maka golongan darah
bercak darah tersebut adalah A.
Bila sel darah merah sudah rusak
Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis aglutinin dan antigen.
Antigen mempunyai sifat yang jauh lebih stabil dibandingkan dengan aglutinin. Di antara
system-sistem golongan darah, yang paling lama bertahan adalah antigen dari system golongan
darah ABO.
Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorpsi inhibisi, absorpsi elusi atau
aglutinasi campuran. Cara yang biasa dilakukan adalah cara absorpsi elusi dengan prosedur
sebagai berikut: 3,4
Cara pemeriksaan :
17

2-3 helai benang yang mengandung bercak kering difiksasi dengan metil alcohol selama
15 menit. Benang diangkat dan dibiarkan mengering. Selanjutnya dilakukan penguraian
benang tersebut menjadi serat-serat halus dengan menggunakan 2 buah jarum. Lakukan
juga terhadap benang yang tidak mengandung bercak darah sebagai control negative.
Serat benang dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi. Ke dalam tabung pertama diteteskan
serum anti-A dan kedalam tabung kedua serum anti-B hingga serabut benang tersebut
teredam seluruhnya. Kemudian tabung-tabung tersebut disimpan dalam lemari pendingin
dengan suhu 4 derajat Celcius selama satu malam.
Lakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam faal dingin (4 derajat Celcius)
sebanyak 5-6 kali lalu tambahkan 2 tetes suspense 2% sel indicator (sel daram merah
golongan A pada tabung pertama dan golongan B pada tabung kedua), pusing dengan
kecepatan 1000 RPM selama 1 menit. Bila tidak terjadi aglutinasi, cuci sekali lagi dan
kemudian tambahkan 1-2 tetes larutan garam faal dingin. Panaskan pada suhu 56 derajat
Celcius selama 10 menit dan pindahkan eluat ke dalam tabung lain. Tambahkan 1 tetes
suspense sel indicator ke dalam masing-masing tabung, biarkan selama 5 menit, lalu
pusing selama 1 menit pada kecepatan 1000 RPM.
Hasil :
Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi aglutinasi berarti darah
mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indicator.
Pemeriksaan golongan darah juga dapat membantu mengatasi kasus paternitas. Hal ini
berdasarkan Hukum Mendel yang mengatakan bahwa antigen tidak mungkin muncul
pada anak, jika antigen tersebut tidak terdapat pada salah satu atau kedua orang tuanya.
Orang tua yang homozigotik pasti meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada
anaknya. (Anak dengan golongan darah O tidak mungkin mempunyai orang tua yang
bergolongan darah AB).
Perlu diingat bahwa Hukum Mendel tetap berdasarkan kemungkinan (probabilitas),
sehingga penentuan ke-ayah-an dari seorang anak tidak dapat dipastikan, namun
sebaliknya kita dapat memastikan seseorang adalah bukan ayah seorang anak (singkir
ayah/paternity exclusion).3,4
2.4 Pemeriksaan hubungan antara korban dan tersangka
PEMERIKSAAN DNA
18

Setiap orang memiliki DNA yang unik. DNA adalah materi genetik yang membawa informasi
yang dapatditurunkan. Di dalam sel manusia DNA dapat ditemukan di dalam inti sel dan di
dalam mitokondria. Didalam inti sel, DNA membentuk satu kesatuan untaian yang disebut
kromosom. Setiap sel manusia yangnormal memiliki 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang
kromosom somatik dan 1 pasang kromosomsex (XX atau XY). 3,4
Pola penurunan patrilineal dan matrilinealSetiap anak akan menerima setengah pasang
kromosom dari ayah dan setengah pasang kromosomlainnya dari ibu sehingga setiap individu
membawa sifat yang diturunkan baik dari ibu maupun ayah.Sedangkan DNA yang berada pada
mitokondria hanya diturunkan dari ibu kepada anak-anaknya.Keunikan pola pewarisan DNA
mitokondria

menyebabkan

DNA

mitokondria

dapat

digunakan

sebagaimarka

untuk

mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal. Kedua pola penurunan materigenetik


dapat

diilustrasi

seperti

gambar

sebelumnya.

Dengan

perkembangan

teknologi,

pemeriksaanDNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan individu yang satu
dengan individu yang lain.3,4
Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes DNA, seperti buccal swab (usapan mulut
padapipi sebelah dalam), darah, rambut beserta akarnya, walaupun lebih dipilih penggunaan
darah dalamtabung (sebanyak 2ml) sebagai sumber DNA.
Tes DNA adalah 100% akurat bila dikerjakan dengan benar. Tes DNA ini memberikan hasil lebih
dari99.99% probabilitas paternitas bila DNA terduga ayah dan DNA anak cocok (matched).
Apabila DNAterduga ayah dan anak tidak cocok (mismatched) maka terduga ayah yang di tes
100% bukanlahmerupakan ayah biologis anak tersebut. Konfirmasi dilakukan dengan mengulang
tes terhadap teDalam tes mtDNA yang diturunkan secara maternal, identifikasi DNA dilakukan
dengan membandingkanmtDNA ibu dengan mtDNA anak. Pada tes ini, karena DNA mitokondria
hanya diwariskan secara maternal pada anaknya, bila pola mtDNA seorang ibu sama dengan pola
mtDNA anak maka dikatakanbahwa kedua individu tersebut memiliki garis keturunan maternal
yang sama. Jika pola mtDNA nya tidakcocok, maka kedua individu tersebut dinyatakan 100%
bukan berasal dari satu garis keturunan iburduga ayah.3,4
2.5 Aspek hukum
19

Ketentuan-ketentuan Abortus Buatan Dalam Perundang-undangan.


Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :
Pasal 346 :
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347 :
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348 :
(1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349 :
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan
pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka
pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak
untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam
hukuman empat tahun penjara.

20

2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu
hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 15
tahun penjara.
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu
hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan
atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk
berpraktek dapat dicabut.
Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
Pada penjelasan UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 dinyataka sebagai berikut :
Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun,
dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma
kesopanan.
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang
dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.5
Ayat (2)
Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil
tindakan medis tertentu, sebbab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan janinnya
terancam bahaya maut.
Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga
yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu seorang dokter ahli
kebidanan dan penyakit kandungan.
Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang
bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan
persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.
Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan
peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah.
21

Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan antara lain
mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga kesehaan
mempunyai keahlian dan kewenagan bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.
2.6 Aspek Etika Profesi Kedokteran
Etika Kedokteran
Di

dalam

mempertimbangkan

menentukan
keempat

tindakan
kebutuhan

dibidang
dasar

di

kesehatan
atas,

atau

keputusan

kedokteran,
hendaknya

selain
juga

mempertimbangkan hak-hak asasi pasien. Pelanggaran atas hak pasien akan mengakibatkan juga
pelanggaran atas kebutuhan dasar diatas terutama kebutuhan kreatif dan spiritual pasien.
Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar-salahnya suatu sikap
dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian baik-buruk
dan benar-salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika yang cukup banyak
jumlahnya. Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut orang adalah teori deontologi dan
teleologi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa, Deontologi mengajarkan bahwa baik-buruknya
suatu perbuatan harus dilihat dari perbuatannya itu sendiri (I Kant), sedangkan teleologi
mengajarkan untuk menilai baik-buruk tindakan dengan melihat hasilnya atau akibatnya (D
Hume, J Bentham, JS Mills). Deontologi lebih mendasarkan kepada ajaran agama, tradisi dan
budaya, sedangkan teleologi lebih ke arah penalaran (reasoning) dan pembenaran (justifikasi)
kepada azas manfaat (aliran utilitarian). 4
Beauchamp and Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu
keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral (moral principle) dan beberapa rules
dibawahnya. Ke-4 kaidah dasar moral tersebut adalah :
1.

Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak
otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian
melahirkan doktrin informed consent;

2.

Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang


ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam beneficience tidak hanya dikenal perbuatan
untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih
besar daripada sisi buruknya (mudharat);

22

3.

Prinsip non-maleficience, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang


memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai primum non nocere atau
above all do no harm.

4.

Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan suber daya (distributive justice).4

Etik profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi dalam bentuk
Code of Hammurabi dan Code of Hittites, yang penegakannya dilaksanakan oleh penguasa pada
waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul dalam bentuk lain, yaitu dalam bentuk sumpah
dokter yang bunyinya bermacam-macam, tetapi yang paling banyak dikenal adalah sumpah
Hippocrates yang hidup sekitar 460-370 tahun SM. Sumpah tersebut berisikan kewajibankewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau semacam code of conduct bagi dokter. 4
World Medical Association dalam Deklarasi Geneva pada tahun 1968 menelorkan
sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional. Kode Etik Kedokteran
Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap
sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran Indonesia dibuat
dengan mengacu kepada Kode Etik Kedokteran Internasional.5
Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsipprinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan arahan dalam membuat
keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu
keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam
perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi pedoman
bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman
dalam melakukan penelitian di bidang medis.5
Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan
memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter, seperti
autonomy (menghormati hak pasien, terutama hak dalam memperoleh informasi dan hak
membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya), beneficence (melakukan
tindakan untuk kebaikan pasien), non maleficence (tidak melakukan perbuatan yang

23

memperburuk pasien) dan justice (bersikap adil dan jujur), serta sikap altruisme (pengabdian
profesi).
Pendidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik profesi dan prinsip moral
kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama pendidikan kedokteran, dengan
memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik, memberikan banyak latihan, dan
lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-klinik tertentu (clinical ethics),
sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi bagian pertimbangan dari pembuatan
keputusan medis sehari-hari. Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat
mengubah perilaku etis seseorang, terutama apabila teladan yang diberikan para seniornya
bertolak belakang dengan situasi ideal dalam pendidikan.5
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memiliki sistem pengawasan dan penilaian pelaksanaan
etik profesi, yaitu melalui lembaga kepengurusan pusat, wilayah dan cabang, serta lembaga
MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) di tingkat pusat, wilayah dan cabang.
Selain itu, di tingkat sarana kesehatan (rumah sakit) didirikan Komite Medis dengan Panitia Etik
di dalamnya, yang akan mengawasi pelaksanaan etik dan standar profesi di rumah sakit. Bahkan
di tingkat perhimpunan rumah sakit didirikan pula Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit
(Makersi).
Pada dasarnya, suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar hanya akan
membawa akibat sanksi moral bagi pelanggarnya. Namun suatu pelanggaran etik profesi dapat
dikenai sanksi disiplin profesi, dalam bentuk peringatan hingga ke bentuk yang lebih berat
seperti kewajiban menjalani pendidikan / pelatihan tertentu (bila akibat kurang kompeten) dan
pencabutan haknya berpraktik profesi. Sanksi tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam
rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter tersebut melanggar etik (profesi) kedokteran.
2.7 Akibat Abortus Provokatus Kriminalis
Pada ibu:

Perforasi perdarahan dan peritonitis

Luka pada serviks uteri


24

Pelekatan pada kavum uteri

Perdarahan

Infeksi

Pada janin:

Kematian

Cacat fisik

Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa
menyebabkan kematian pada keduanya.

2.8 Visum et Repertum


Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan dan
pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia atau
bagian dari tubuh manusia, baik hidup maupun mati, atas permintaan tertulis dan penyidik yang
berwenang (atau hakim untuk visum et repertum psikiatrik) yang dibuat atas sumpah atau
dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum adalah alat bukti
yang sah berupa surat ( pasal 184 jo pasal 187 butir c KUHAP). 6
Visum et repertum dibuat sesegera mungkin dan diberikan kepada penyidik pemintanya, dengan
memperhatikan ketentuan tentang rahasia jabatan bagi dokter serta ketentuan kearsipan. 6 Visum
et repertum terdiri dari 5 bagian tetap, yaitu:
1. Pro Justisia. Kata ini diletakkan di bagian atas untuk menjelaskan bahwa visum et
repertum dibuat untuk tujuan peradilan. VeR tidak memerlukan materai untuk dapat
dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum.
2. Pendahuluan. Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis dalam VeR, melainkan langsung
dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan penyidik

25

pemintanya berikut nomor dan tanggal, surat permintaannya, tempat dan waktu
pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
3. Pemberitaan. Bagian ini berjudul "Hasil Pemeriksaan", berisi semua keterangan
pemeriksaan. Temuan hasil pemeriksaan medik bersifat rahasia dan yang tidak
berhubungan dengan perkaranya tidak dituangkan dalam bagian pemberitaan dan
dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran.
4. Kesimpulan. Bagian ini berjudul "kesimpulan" dan berisi pendapat dokter terhadap hasil
pemeriksaan.
5. Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku "Demikianlah visum et
repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan
mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-undang hukum acara pidana/KUHAP".
Contoh visum:
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Telp 56942061, Fax 5631731 Jakarta 11510

Nomor : 3456-SK. III/2345/2-95

Jakarta, 11 Januari 1999

Lamp : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------Perihal : ---------------------------------------------------------------------------------------------------------PROJUSTITIA


Visum Et Repertum
Yang bertanda tangan di bawah ini, Frieda, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta,
menerangkan bahwa atas permintaan bertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta Selatan No.
Pol.: B/876/VR/XII/99/Serse tertanggal 9 Januari 1999, maka pada tanggal sebelas Januari tahun
seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan, pukul delapan lewat tiga puluh menit Waktu

26

Indonesia bagian Barat, bertempat di Rumah Sakit Universitas Kristen Krida Wacana telah
melakukan pemeriksaan atas seorang wanita yang menurut surat permintaan tersebut adalah :
Nama

: Rianti---------------------------------------------------------------------------------

Jenis kelamin : Perempuan-------------------------------------------------------------------------Umur

: 25 tahun------------------------------------------------------------------------------

Kebangsaan

: Indonesia----------------------------------------------------------------------------

Agama

: ----------------------------------------------------------------------------------------

Pekerjaan

: ----------------------------------------------------------------------------------------

Alamat

: ----------------------------------------------------------------------------------------

Hasil Pemeriksaan
1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum sakit sedang. Korban
mengeluh--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------2. Pada korban ditemukan -----------------------------------------------------------------------------------a. tanda-tanda vital : ---------------------------------------------------------------------------------b. garis kehamilan di pertengahan perut-----------------------------------------------------------c. robekan dinding vagina pada pukul 7-----------------------------------------------------------d. luka lecet di daerah vestibulum akibat kekerasan tumpul.-----------------------------------3 . Terhadap korban dilakukan penjahitan dan perawatan luka, dan pengobatan. --------------------4

Korban

dipulangkan.---------------------------------------------------------------------------------------Kesimpulan
Pada korban wanita berusia dua puluh lima tahun ini, ditemukan garis kehamilan di pertengahan
perut, dinding vagina terobek, nyeri tekan di sekitar vagina dan luka lecet di daerah vestibulum
akibat

kekerasan

tumpul.----------------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaikbaiknya mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.----------Dokter yang memeriksa,
27

dr. Frieda
NIP 117-----2.9 LSM ( Lembaga Swadaya Manusia)
Dibeberapa negara bantuan disediakan oleh negara atau lembaga independen yang mempunyai
kegiatan khusus dalam menangani korbankorban kejahatan. Di Jakarta sekarang ini telah
dibentuk suatu Lembaga Swadaya Masyarakat yang mengkhususkan aktivitasnya di bidang
pemberdayaan dan perlindungan terhadap hak-hak perempuan yaitu Mitra Perempuan,
sedangkan di Yogyakarta terdapat Rifka Annisa Womens Crisis Centre.7
Rifka Annisa Womens Crisis Centre, menyediakan berbagai layanan untuk membantu korban
kekerasan dalam rumah tangga seperti home visit, mediasi, konseling medis, shelter, dan support
group. Home visit merupakan layanan berupa kunjungan ke rumah oleh pendamping dari Rifka
Annisa apabila korban tidak memungkinkan untuk ke luar rumah. Kemudian, mediasi adalah
layanan untuk menjembatani penyelesaian masalah yang terjadi antara korban dan pelaku yang
dilakukan oleh Rifka Annisa, dengan catatan apabila hal tersebut diminta oleh korban.
Selanjutnya, konseling medis dilakukan apabila korban mengalami siksaan fisik sehingga perlu
penanganan tenaga medis. Shelter merupakan tempat khusus yang disediakan oleh Rifka Annisa
untuk meindungi korban apabila keselamatan jiwa korban terancam. Kemudian, support group
adalah forum berbagi pengalaman dari pada korban untuk saling mendukung. 7
3. Penutup
Kata pengguguran kandungan adalah terjemahan dari kata abortus provocatus yang dalam
kamus kedokteran diterjemahkan

dengan: membuat keguguran. Pengguguran kandungan

diatur dalam 21 KUHP oleh Pasal-pasal 346, 347, 348, 349. Jika diamati Pasal-pasal tersebut
maka akan dapat diketahui bahwa ada tiga unsur atau faktor
pada kasus pengguguran kandungan yaitu: 8
1. Janin
2. Ibu yang mengandung
3. Orang ketiga yaitu yang terlibat pada pengguguran tersebut.

28

Bagi kita di Indonesia pasal pasal 346 s/d 350 KUHP jelas menyatakan bahwa aborsi sebagai
sesuatu yang melanggar hukum. Namun suatu peraturan menteri kesehatan 8 membolehkan
aborsi, setelah mendengar pendapat dokter ahli, sehubungan dengan terancamnya jiwa si ibu.
Pengadilan-pengadilan kita juga telah menjatuhkan hukuman kepada beberapa dokter dan dukun
yang kedapatan melakukan aborsi secara ilegal.8
Proses pembuktian atas kasus Abortus Buatan Ilegal sangat sulit dan rumit,mengingat para pihak
dalam melakukan perbuatan tersebut selalu didahuluipemukatan (jahat) untuk saling
merahasiakan.
Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah profesi dan kode
etiknya dalam melakukan pekerjaan. Jika hal ini secara konsekwen dilakukan pengurangan
kejadian abortus buatan ilegal akan secara signifikan dapat dikurangi.8

DAFTAR PUSTAKA
1. Abortus

http://homegarden.feedfury.com/content/40426502-askep-abortus.html

tahun

2010 diunduh pada 18 Januari 2011.


2. Buku Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Pemeriksaan Medis Pada Kasus Kejahatan
Seksual. tahun 1997. halaman 153.
3. Pemeriksaan

Lab

Sederhana.

Tahun

2009.

http://yumizone.wordpress.com/2009/03/19/pemeriksaan-laboratorium-forensiksederhana/ diunduh pada 17 Januari 2011.


4. Prosedur medikolegal; Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran; Bagian
kedokteran forensik FKUI; 1994; cetakan kedua; halaman 11- 16.
5. Amir Hendarsah,Undang-Undang Kesehatan Dan Praktik Kedokteran,Ed 1 ,2009

29

6. Buku Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi I. Visum et Repertum. Tahun 1997. halaman 1


7. LSM.http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/2%20URGENSI%20PERLINDUNGAN%20KORBAN
%20KEJAHATAN.PDF tahun 2008 diunduh pada 17 Januari 2010.
8. Peranan

Barang

Bukti

Terhadap

Putusan

Pengadilan

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01d0/f8c62fdf.dir/doc.pdf.ta
hun 2008 diunduh pada 19 Januari 2011.

30

Anda mungkin juga menyukai