Pendahuluan
Tantangan pendidikan saat ini semakin kompleks. Pertanyaannya, siapkah orang tua (yang adalah
pendidik di rumah) dan guru menghadapi tantangan ini? Hal lain adalah guru selalu bertanya apakah
saya menjadi guru yang baik? Apa itu guru yang baik? Bagaimana menjadi guru yang baik? Guru
bukanlah pekerjaan, tetapi profesi. Hal ini juga telah didukung undang-undang negeri kita. Karena profesi
ini mulia, maka adalah kewajiban kita semua untuk mengembangkan secara maksimal potensi kita.
Dalam tulisan ini, saya mencoba banyak menggali dari hasil penelitian sehingga ini bukan sesuatu yang
tidak mengena dan juga pengalaman penulis selama 14 tahun sebagai seorang pendidik di sekolah
teologi.
Pandangan Para Pakar Pendidikan Tentang Mengajar yang Baik
Hasil penelitian dari Edward Sheffield tentang karakteristik dari guru yang efektif yang sering disebut atau
Characteristics of Effective Teachers Most Often Mentioned (Edward Sheffield, Teaching in the
Universities-- No One Way, 1974):
1. Menguasai bahan yang diajar dan memiliki kompetensi.
2. Pengajaran dipersiapkan dengan baik dan memiliki organisasi pengajaran secara teratur.
3. Pelajaran harus dihubungkan dengan hal praktis dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mendorong murid bertanya dan memberikan opini.
5. Antusias tentang subyek yang diajar.
6. Dapat didekati murid (approachable), bersahabat, terbuka (available).
7. Peduli kepada kemajuan siswa.
8. Memiliki sifat humoris
9. Hangat, baik, simpati.
10.Menggunakan alat-alat atau media secara efektif.
Selanjutnya ada penelitian tentang guru yang hebat atau Characteristics of Great Teachers (Lea Ebro,
Instructional Behavior Patterns of Distinguished University Teachers, 1977):
1. Mengajar yang baik disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan yang ada pada individu siswa.
2. Good teaching provides (specific) feedback to the students.
Fakta yang menarik adalah bahwa guru yang baik ternyata harus menjadi konselor yang baik
bagi murid-muridnya. Itu sebabnya seorang guru harus belajar mendalami konseling agar dia sukses.
Dalam tulisan Good Teaching oleh Theodore R. Sizer, mantan Pembantu Rektor bidang Akademik di
Harvard University College of Education mengatakan bahwa guru hendaknya menjadi guru profesional
yaitu mengetahui hal-hal sederhana soal konseling, termasuk dalam hal-hal yang kecil sehingga murid
bertumbuh. Ada beberapa poin yang dia sampaikan:
4. Mengingat sesuatu yang pernah digumuli oleh siswa sebelumnya. Contohnya: apakah mamamu
sudah keluar rumah sakit?
5. Hindari bersifat sarkastik dalam memberikan komentar atas kebodohan atau kenakalan yang
dilakukan seorang siswa. Ini akan melukai hati siswa.
6. Jangan pernah toleransi dengan masalah SARA, termasuk lelucon-lelucon masalah SARA.
7. Ingat pepatah yang diberikan orang tua kita: jika kita tidak bisa menyampaikan atau melihat
sesuatu yang baik tentang seseorang, jangan katakan apapun.
8. Katakan suatu kebenaran atau teguran secara pribadi. Contohnya: Ayu, saya sebenarnya curiga
kamu menyontek..., Amir, kamu kurang belajar dan malas sepertinya... Hasan, kamu kok bau ya,
apakah kamu tidak mandi pagi? Besok mandi ya... Mei, kamu suka mengganggu...)
9. Selalu mendorong bahwa kemampuan siswa lebih dari yang merasa dimiliki siswa.
10. Jadilah guru yang positif, namun hati-hati bila selalu memuji pekerjaan baiknya. Tidak ada
seorang pun belajar lebih cepat ketika dia merasa bahwa dia merasa berhasil.
11. Pertunjukkan persahabatan dan jadilah jujur dan obyektif dalam penilaian terhadap murid-murid
yang kita juluki nakal atau mengganggu.
14. Setiap kali memberikan pedoman dan aturan, sampaikan alasannya dan jangan tidak
disampaikan apa yang dimaksud.
15. Tahu membedakan mana siswa yang hanya mendengar dan yang memperhatikan sehingga bisa
menyerap. Caranya adalah mendengarkan mereka yaitu memberikan kesempatan kepada
mereka untuk bertanya.
Ada hal-hal teknis sebagai seorang guru yang harus diperhatikan sehingga dia dapat disebut guru yang
berintegritas, yaitu seorang yang walk the talk:
1. Jangan lambat masuk kelas.
1. Kembalikan tugas-tugas murid tepat pada waktunya dengan komentar yang menguatkan.
returning papers to students within twenty-four hours
2. Penting anak diingatkan untuk mengerjakan tugas dengan jujur. Ini karena banyak orang tua
campur tangan mengerjakan tugas-tugas rumah.
3. Anak diajar untuk menghargai formalitas kelas, tanpa harus formal dan kaku dalam
mengembangkan pikiran-pikiran.
dan ciri-ciri individual lainnya. Sebagian besar anak memimpikan guru-guru yang penyayang dan
perhatian!
Definisi guru yang baik selalu diuji para pendidik, administrasi pendidikan, dan para guru sendiri.
Pemerintah, pakar dan orang-orang yang berkompeten serta masyarakat dan media memiliki haparapanharapan mereka masing-masing. Akan tetapi, belum banyak orang tanya kepada anak-anak sebagai
penerima layanan pendidikan apa pendapat mereka mengenai hal ini. Pada kenyataannya, anak-anak
merupakan alasan munculnya profesi guru dan melalui mereka pulalah profesi ini mendapat nilai yang
berharga. Buku yang berisi pendapat anak dalam cerita-cerita dan gambar-gambar dapat berguna bagi
guru dan pelatih guru sebagai katalis refleksi diri. Buku tersebut juga dapat digunakan dalam kelompokkelompok belajar untuk memotivasi dan membantu para guru bersama-sama merefleksikan diri dan
mencari cara mencapai standar yang diinginkan anak-anak pada mereka. Sangat penting bahwa
ungkapan jujur anak-anak menginspirasi dan memotivasi para guru untuk mengembangkan tingkat
tanggapan guru pada kebutuhan siswa.
Dia memperlakukan tiap siswa dengan setara. Dalam kebaikan hatinya, dia tidak pernah memihak.
Sebagai murid, ini adalah hal yang paling berharga tentang guru Dalam kelas guru Chen, kami merasa
santai dan hidup (bersemangat). Dia selalu tanpa sengaja mengajukan pertanyaan atau membuat
kesalahan agar kami dapat membetulkannya. Jika kami mengatakan sesuatu yang salah, tidak
menyalahkan kami. Dia bahkan akan berkata sambil tersenyum: Kesalahan Bagus! Kesalahan
membantu kami menemukan masalah-masalah". Tidak seberapa lama kemudian, bahkan siswa yang
paling pemalu mau mengangkat tangan dan menjawab pertanyaannya. Tang Yiyi, kelas 4
Di Pakistan, sebuah ulasan mengenai apa yang membuat seorang guru dinilai baik juga dilakukan
dengan bantuan Save the Children-UK (2001). Tidak hanya murid, tapi juga orangtua dan para guru juga
ditanyai pendapat mereka tentang seorang guru yang baik. Ulasan itu menunjukkan bahwa guru yang
baik merupakan hasil kombinasi sejumlah faktor, termasuk pendidikan dan pelatihan, kompetensi dan
pengawasan serta dukungan kepala sekolah dan guru.
Guru kami tahu nama tiap anak Anak laki-laki dari Peshawar
Dia menjelaskan pelajaran di papan tulis. Jika seseorang tidak paham, dia akan mendudukan anak itu
disebelahnya dan menjelaskan lagi pelajaran itu. Anak perempuan dari Kasur
Dia menghormati anak-anak, dia selalu memanggil mereka aap (aap ~ bentuk sopan kamu) Anak
perempuan dari Lahore
Guru kami selalu memperhatikan tiap anak ketika mengajar. Anak laki-laki dari Haripur
Guru yang mampu menangani hukuman dan manajemen kelas dalam cara yang positif sering disebut
sebagai karakteristik guru yang baik. Manajemen kelas mengacu pada perilaku guru yang memfasilitasi
belajar-mengajar. Manajemen kelas ini sangat penting terutama dalam penanganan kelas besar,
pengajaran lebih dari 1 kelas secara simultan, berhubungan dengan anak-anak yang pandai, nakal,
pemalu dan lemah. Bagaimana guru yang baik itu menggunakan wawancara, diskusi kelompok, bermain
peran dan gambar dalam mengumpulkan pendapat anak-anak tentang guru.
Saya mengajar mata pelajaran yang berbeda-beda dengan cara yang berbeda-beda pula. Misalnya,
saya mengajar bahasa Urdu seperti cerita. Pertama-tama, saya membaca lalu anak-anak memerankan
pelajaran. Saya memberi tiap anak kesempatan membaca tiap hari, dan puisi-puisi dilagukan. Guru
wanita Peshawar
Ulasan tersebut menunjukkan dengan jelas beberapa karakteristik guru yang baik. Guru yang baik pada
dasarnya adalah manusia yang baik. Mereka memiliki kepribadian penyayang, baik, hangat, sabar, tegas,
luwes dalam perilaku, bekerja keras, serta berkomitmen pada pekerjaan mereka. Pusat perhatian mereka
bukanlah pada buku teks atau kurikulum, tetapi pada anak! Mereka sangat menyadari beragamnya cara
anak-anak belajar, perbedaan antar anak-anak dan pentingnya metode beragam untuk mendorong siswa
mampu belajar. Anak-anak yang belajar dengan guru semacam itu tidak perlu lagi mengeluarkan uang
tambahan untuk mengikuti les sepulang sekolah.
Diambil dari Anak-anak menentukan kualitas yang menjadikan seorang guru baik (UNICEF, Cina, 2004)
dan Apa yang menjadikan seorang guru baik (Save the Childre