ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Enchefalitis
1. Pengkajian
a) Biodata
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan
klien satu dengan yang lain. Beberapa jenis ensefalitis lebih lazim atau lebih
parah pada anak-anak (0-15 tahun) atau orang tua. Jika memiliki pekerjaan
outdoor atau mempunyai hobi, seperti berkebun,joging, golf atau mengamati
burung, harus berhati-hati selama wabah ensefalitis. ( Muttaqin, Arif. 2000 ).
b) Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
keluhan utama pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk,
gangguan kesadaran, demam dan kejang.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST :
1. Provokes (Pemicu) : terjadinya kejang, suhu naik, dan kesadaran menurun
2.
pada klien.
Quality (Kualitas) : klien mengalami nyeri kepala, muntah, hipersekresia,
3.
pucat.
Radiation (Penyebaran) : klien mengalami nyeri di sekitar kepala,
4.
5.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya
keluhan, mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami
sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari
ditandai dengan demam,sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan,
malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang
berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala
terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan perilaku, gangguan
kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa
afasia, hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf otak.
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.
Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita
oleh ibu terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi
lahir dalam usia kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi system
kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma persalinan juga mempengaruhi
timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal
diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah lahir. Contoh : BBLR, &
apgar score.
e) Riwayat penyakit dahulu
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan
kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G. Chusid,
1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana kekebalan tubuh
anak. Alergi pada anak perlu diketahui untuk dihindarkan karena dapat
f)
memperburuk keadaan.
Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan
penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu
diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang
ada hubungannya dengan penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno marram,
1983).
g) Riwayat sosial
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan
dan perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit sehingga mengganggu
status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut mengkaji status klien
ataukeluarga agar dapat memprioritaskan maslaah keperawatnnya.
h) Kebutuhan dasar (aktifitas sehari-hari)
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan seharihari antara lain: gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual muntah,
hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola
istirahat pada penderita sering kejang, hal ini sangat mempengaruhi penderita.
Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur karena penderita lemah
atau tidak sadar dan cenderung tergantung pada orang lain perilaku bermain
perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat hospitalisasi pada
i)
anak.
Pemeriksaan fisik
peradangan otak.
Gangguan system pernafasan
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial
menyebabakan kompresi pada batang otak yang menyebabkan
pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas
c.
pada
daerah
tersebut,
hal
ini
akan
merangsaang
vasomotor
menyebabkan
meningkatnya
transmitter
terjd
diare
hipermetabolisme.
akibat
terjadi
peradangan
sehingga
terjadi
e.
2.
otot
bantu
napas
dan
peningkatan
frekuensi
tambahan
seperti
ronchi
pada
klien
encephalitis
b.
c.
Keperawatan
Persarafan,2008
Klien
menyebutkan
dengan
Gangguan
Sistem
untuk
enchephalitis
dapat
3.
normal.
Pemeriksaan
papiledema
mungkin
5.
Sistem motorik
Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi
pada enchephalitis tahap lanjut mengalami perubahan.
Pemeriksaan reflex
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon,
ligamentum atau periosteum derajat refleks pada respon
normal. Refleks patologis akan didapatkan pada klien
6.
7.
d.
leher.
B4 (Bladder)
Pemeriksaan oada sistem perkemihan biasanya didapatkan
berkurangnya volume haluan urin, hal ini berhuungan dengan
e.
karena
2.
3.
4.
5.
6.
7.
ketahanan
Hipertermi b.d reaksi pertahanan tubuh terhadap infeksi, instabil termoregulasi
Resiko cedera b.d kejang spastik karena kerusakan sel saraf
Ketidakmampuan koping keluarga b.d mekanisme koping keluarga yang tidakk
8.
9.
sakit kronis
Defisit perawatan diri b.d personal hygiene yang tidak efektif, perilaku hidup
15. Risiko infeksi b.d diseminata hematogen dari patogen, stasis cairan tubuh,
penekanan respon inflamasi (akibat obat), pemajanan orang lain terhadap
patogen
3.
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan
(Boedihartono, 1994). Perencanaan keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis
adalah :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria hasil :
1. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2. Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
INTERVENSI
Mandiri :
RASIONAL
indikasi.
istirahat/relaksasi.
Untuk menentukan tindakan yang
akan dilakukan kemudian.
meningkatkan nyeri.
Dapat membantu merelaksasikan
Kolaborasi :
indikasi.
b.
INTERVENSI
Mandiri :
RASIONAL
menggigil/ diaforesis.
sesuai indikasi.
Berikan kompres mandi hangat,
mendekati normal.
Dapat membantu mengurangi demam.
indikasi.
dengan
aksi
sentralnya
pada
hipotalamus.
c.
INTERVENSI
Mandiri :
RASIONAL
penglihatan
RASIONAL
Mandiri:
Berikan penjelasan pada keluarga
mencegah kontraktor.
Dengan melakukan perubahan
jam.
Kolaborasi :
Pemberian pengobatan spastik
spastik hilang.
e.
Intervensi
Rasional
selanjutnya.
selanjutnya.
peningkatan TIK.
serebri
8 jam sekali.
dan infeksi.
antibiotik.
f.
Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan penumpukan secret pada jalan
nafas.
Tujuan :
Setelah dilakuakan tindakan keperawatan jalan nafas bisa efektif, oksigenasi
adequate yang ditandai dengan
Kriteria hasil:
Frekuensi Pernapasan 20-24 X/menit, irama teratur, bunyi nafas normal, tidak
ada stridor, ronchi, whezzing, tidak ada pernafasan cuping hidung pergerakan
dada simetris, tidak ada retraksi.
Intervensi
1. Kaji ulang kecepatan kedalaman,
Rasional
1. Perubahan yang terjadi berguna
fowler.
pernafasan.
g.
Intervensi
1. Observasi tekstur dan turgor kulit.
2. Lakukan oral hegiene.
3. Observasi masukan dan keluaran
Rasional
1. Mengetahui status nutrisi klien.
2. Kebersihan mulut merangsang
nafsu makan.
makanan.
4. Observasi posisi dan keberhasilan
sonde.
5. Tentukan kemampuan klien dalam
mengunyah, menelan dan feflek batuk.
6. Kaji kemapuan klien dalam
menelan, batuk dan adanya sekret.
7. Auskultasi bising usus , amati
penurunan atau hiperaktivitas bising
usus.
8. Timbang berat badan sesuai
indikasi.
9. Berikan makanan dengan cara
meninggikan kepala.
10. Letakkan posisi kepala lebih
atau aspirasi.
10. Untuk klien lebih mudah menelan
karena gaya gravitasi.
11. Membantu dan melatih dan
meningkatkan kontrol muskular.
menelan air.
h.
Resiko tinggi cidera berhubungan dengan kejang, perubahan status mental, dan
penurunan tingkat kesadaran.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan dalam waktu 3x24 jam, klien bebas dari cidera yang
disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran.
Kriteria hasil :
Klien tidak mengalami cidera apabila ada kejang berulang.
Intervensi
Rasional
i.
Intervensi
1. Usahakan membuat lingkungan
Rasional
1. Menurunkan reaksi terhadap