Anda di halaman 1dari 4

Setiawan F. A., et all., Pengaruh Fraksi berat...

Pengaruh Fraksi Berat Aditif Montmorillonite Siklus Termal Terhadap Sifat


Mekanik Pada Komposit Polyester Berpenguat Serat Bambu
(Effect Of Weight Fraction Additive Montmorillonite Cycle Thermal For
Mechanical Properties On Composites Polyester Reinforcement Bamboo
Fiber)
Febri Anggih S.1, Robertoes Koekoeh K W2, Dedi Dwilaksana3
1

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember


Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
email: Febri_anggihsetiawan@ymail.com

Abstrak
Komposit adalah gabungan dua atau lebih suatu material yang terdiri dari matriks dan penguat yang tidak saling
melarutkan yang bertujuan memperbaiki atau membentuk sifat baru suatu material. Matriks yang digunakan adalah
polyester, sedangkan penguatnya adalah serat bambu. Material komposit diberi perlakuan siklus thermal yaitu pemberian
temperatur dari temperatur tinggi ke rendah secara bertahap dan berulang-ulang. Penambahan partikel montmorillonite
pada komposit diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanik. Dalam penelitian kali ini difokuskan tentang peningkatan
nilai kekuatan tarik dan kekuatan Impak dari komposit polyester berpenguat serat bambu dengan montmorillonite. Variasi
yang digunakan adalah variasi fraksi berat aditif montmorillonite, 0%, 30%, 40%, dan 50%, serta variasi jumlah siklus
termal sebanyak 25x, 50x, dan 75x. Dari hasil penelitian didapat bahwa penambahan montmorillonite dapat meningkatkan
kekuatan mekanik komposit. Kekuatan tarik dan kekuatan impak tertinggi didapat pada kadar monmorillonite 40%
dengan jumlah siklus termal sebanyak 25x sebesar 25,86 Mpa dan 0,28 J/mm 2
Kata kunci: Komposit, matriks, penguat, siklus thermal, montmorillonite, kekuatan tarik, kekuatan impak

Abstract
Composites is combination two or more materials made up matriks and reinforcement that not dissolving have repairing or
forming new characteristic matrials. Matriks used is polyester, while reinforce is bamboo fiber. Materials composites gived
treatment the cycle thermal is giving from low temperature until high temperature in by step and repeated. Addition of
particle monmorillonite to composites have upgrade mechanical properties. In this research focused abaut increased of
tensile strenght and impact strenght from composites polyester reinforced bamboo fiber with addition montmorillonite.
Composites used variation weight additive montmorillonite, 0%, 30%, 40% and 50%, with variation cycle thermal as many
as 25x, 50x and 75x. In this research have conclution is addition of montmorillonite obtain increased mechanical
properties composites. Tensile strenght and impact strenght highest obtained montmorillonite 40% with cycle thermal as
many as 25x in the amount of 25,86 Mpa and 0,28 Mpa.
Keywords: Composite, matrix, reinforced, cycle thermal, montmorillonite, tensile strenght

Pendahuluan
Material komposit di definisikan sebagai kombinasi
antara dua material atau lebih yang berbeda bentuk,
komposisi kimia, dan tidak saling melarutkan dimana
material yang satu berperan sebagai penguat dan yang
lainnya sebagai pengikat serta dapat dilihat perbedaannya
secara makroskopis[1].
Polyester merupakan material yang bersifat termoset
karena mempunyai ikatan monomer stiren. Oleh karena itu
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika akan
menggunakan resin Polyester, yaitu :
Waktu pengerjaan yang terbatas, karena akan
cepat mengeras jika didiamkan terlalu lama.
Shrinkage (penyusutan volume) yang relatif tinggi
pada saat pengerasan.

UNEJ JURNAL Teknik Mesin 2015, 1 (1): 1-4

Mengeluarkan emisi gas styrene dalam kadar yang


tinggi, sehingga dapat membahayakan kesehatan
[2].
Serat alam khususnya bambu yang berlimpah di
Indonesia sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai
bahan teknik dengan melakukan rekayasa material
komposit berpenguat serat bambu. Dalam penelitian ini
digunakan serat bambu petung dengan orientasi acak. sifat
fisik serat bambu antara lain memiliki kekuatan tarik
402,18 MPa, densitas 0,818 g/cm3[3] .
Montmorillonite atau bentonit merupakan mineral
aluminosilikat (Al-silikat) yang banyak digunakan sebagai
bahan baku untuk pembuatan berbagai produk di berbagai
industri, salah satunya sebagai katalis, penyangga katalis
(catalyst support), dan juga sebagai reinforcement.
Ketebalan setiap lapisan montmorillonite sekitar 0,96 nm,

Setiawan F. A., et all., Pengaruh Fraksi berat...


tiap dimensi permukaan pada umumnya 300-600 nm,
sedangkan d-spacing 1,2 1,5 nm [4].
Siklus termal merupakan suatu perlakuan dimana suatu
sampel akan dilakukan pemanasan dan pendinginan secara
perlahan dan itu dilakukan secara berulang-ulang hingga
membentuk suatu siklus.

Metode Penelitian
Langkah-Langkah Pembuatan Sampel
Sampel dibuat dengan menggunakan cetakan yang
terbuat kaca dengan ukuran spesimen 16 x 5 x 2,5 cm.
Setelah itu potong serat bambu sesuai dengan standart
ASTM D 3039 dan ASTM D 6110 untuk ukuran sampel uji
tarik dan uji impak. Kemudian buat partikel
montmorillonite dengan menumbuk genteng dengan
lumpang besi lalu ayak dengan ayakan tepung untuk
mendapatkan mesh berukuran 50. Ukur dan timbang resin
sesuai kebutuhan, tambahkan katalis (hardener) 1%, dan
timbang montmorillonite. Kemudian campur resin, katalis
dan montmorillonite dengan persentase sesuai dengan
rencana. Aduk sebanyak 100 kali saat pencampuran resin
dan katalis, lalu aduk 60 kali saat pencampuran resinkatalis dengan montmorillonite.
Langkah selanjutnya lapisi cetakan dengan plastik
astralon. Tuang campuran matriks ke dalam cetakan
sampai ketebalan 3 mm, kemudian letakkan serat bambu di
atasnya, setelah itu tuangkan lagi matriks ke dalam
cetakan. Tutup cetakan dengan plastik astralon. Pastikan
tidak terjadi rongga udara (void) saat menutup cetakan.
Tutup dengan cetakan kaca lalu berikan pemberat. Tunggu
hingga setengah hari, kemudian lepaskan hasil cetakan dari
cetakan. Potong pada sisi kiri dan kanan yang berlebih
pada komposit dengan menggunakan gerinda tangan agar
spesimen mempunyai ukuran yang sesuai dengan standart
ASTM D3039 ASTM D6110.
Siklus Thermal
Sampel komposit dilakukan perlakuan siklus thermal
dengan meletakkan sampel ke dalam microwave dengan
temperatur 100o C selama 10 menit. Setelah itu sampel
dimasukkan ke dalam referigerator (pendingin) dengan
temperatur 0o C selama 10 menit dengan waktu
penahanaan pada temperatur ruang selama 10 menit. Hal
ini dilakukan terus menerus secara berulang-ulang dan
membentuk suatu siklus. Yang disebut satu siklus thermal
adalah ketika sampel masuk ke dalam microwave dan
masuk lagi ke dalam referigerator. lakukan siklus tersebut
sebanyak 25x, 50x, dan 75x (sesuai dengan variabel yang
ditentukan).
Pengujian Tarik
Spesimen langsung dilakukan uji tarik dengan
menggunakan mesin uji tarik sesuai standar ASTM D3039.
Ketika pengujian tarik siap dilakukan, setel penanda
displacement dengan meletakkan ujung dasarnya ke dasar
mesin uji tarik. Saat penanda displacement tidak lagi
menyentuh dasar mesin uji tarik, lakukan penyetelan ulang
dengan mengendorkan pengikatnya dan meletakkan ke
dasar mesin uji tarik. Hal ini dimaksudkan supaya penanda
displacement dapat bekerja dengan baik. Reset display saat
akan melakukan pengujian tarik. Proses pengujian minimal
UNEJ JURNAL Teknik Mesin 2015, 1 (1): 1-4

2
dilakukan oleh dua orang, orang pertama memegang
pencekam sedangkan yang lainnya mengungkit dengan tuas
yang disediakan. Selama proses, jangan lupa untuk
melakukan perekaman. Simpan rekaman video tersebut
untuk selanjutnya diolah datanya[5].
Pengujian impak
Dimensi di ukur untuk setiap spesimen pengujian.
Memeriksa vice yang akan digunakan apakah telah sesuai
dengan yang akan digunakan. Bila belum sesuai diganti
dengan yang sesuai. Pendulum di sesuaikan dengan posisi
spesimen. Melakukan pengujian hampa (pendulum
diletakkan pada ketinggian yang ditentukan, dan tanpa
spesimen uji, lalu pendulum dilepaskan) nilai sudut awal (
) di catat pada skala jarum penunjuk. Pendulum diletakkan
pada ketinggian yang ditentukan dan ditahan, pemasangan
spesimen uji pada pendukung sehingga ujung pendulum
tepat mengenai tengah-tengah spesimen. Pendulum di
lepaskan dan hasil dicatat pada nilai sudut akhir () pada
skala jarum penunjuk setelah pendulum mengenai tengahtengah spesimen. Melakukan perhitungan pada data hasil
pengujian untuk mendapatkan nilai kekuatan impaknya

Hasil Penelitian

Gambar 1 Grafik hubungan antara nilai kekuatan tarik


dengan variasi kadar montmorillonite.
Pada grafik 1 dapat kita lihat kekuatan tarik tertinggi
terdapat pada penambahan kadar montmorillonite sebesar
40% pada jumlah siklus termal 25x, dengan nilai rata-rata
sebesar 25,86 Mpa. Sedangkan kekuatan tarik terendah
didapat pada kadar montmorillonite 30% pada jumlah
siklus termal 75x dengan nilai rata-rata 5,78 Mpa, Sebagai
pembanding telah dilakukan pembuatan komposit tanpa
Montmorillonite dengan kadar 0% dengan siklus termal
25x, 50x dan 75x dengan nilai rata-rata berturut-turut
sebesar 13,81 Mpa, 9,79 Mpa dan 5,4 Mpa. Terjadi
peningkatan
kekuatan
tarik
pada
penambahan
montmorillonite dengan kadar 30% dan 40% pada masingmasing siklus termal. Hal ini berarti bahwa penambahan
montmorillonite berpengaruh terhadap kekuatan tarik
komposit

Setiawan F. A., et all., Pengaruh Fraksi berat...

Gambar 2. Grafik hubungan antara nilai kekuatan tarik


dengan variasi jumlah siklus thermal.
Pada grafik 2 terlihat penurunan kekuatan tarik pada
semua fraksi Montmorillonite akibat dari penambahan
jumlah siklus termal. Maka dari itu dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak jumlah siklus termal yang di
lakukan maka kekuatan tariknya semakin menurun.

Gambar 3 Grafik hubungan antara nilai kekuatan impak


dengan variasi kadar montmorillonite.
Dari grafik 3 dapat kita lihat terjadi peningkatan
kekuatan impak pada penambahan kadar montmorillonite
30% dan 40% sedangkan terjadi penurunan kekuatan
impak pada kadar 50%. Kekuatan impak tertinggi di dapat
pada kadar montmorillonite 40% dengan jumlah siklus
termal 25x dengan nilai rata-rata sebesar 0,28 J/mm 2.

Pada gambar 5 di atas terlihat pada frasksi 0% MMT


terjadi kode patahan AGM yang berarti patahan berbentuk
sudut pada luasan gage dan patahan terletak pada posisi
tengah. Pada fraksi 30% dan 40% MMT terjadi kode
patahan LAT yang berarti patahan berbentuk lateral
sedangkan area patahan terletak di di bagian cekam dan
patah pada posisi atas. Pada fraksi 50% terjadi kode
patahan LAB yang berarti bentuk patahan lateral pada area
di bagian cekam dan posisi patahan terletak pada bagian
bawah. Dapat di lihat bahwa semua spesimen mengalami
patah getas, hal ini dapat di lihat dari jenis-jenis kode
patahan yang terjadi.
Kerusakan matriks ditunjukkan
dengan retak arah longitudinal akibat mekanisme
ploughing berulang yang menyebabkan fatik pada
permukaan. Mekanisme ini muncul pada kecepatan dan
beban sedang (mengikuti ironing). Mekanisme ini terletak
pada zona severe wear regime[6].
Analisa Variasi Fraksi Kadar Berat MMT Terhadap
kekuatan impak.

5 .0
4 .5

Kekuatan impak (J/mm2)

4 .0
3 .5
3 .0

0%

2 .5

30%

2 .0

40%

1 .5

50%

1 .0
0 .5
0 .0
25x

50x

Gambar 6 bentuk patahan uji impak pada kadar MMT 0%,


30%, 40% dan 50% pada perlakuan siklus termal 50x

75x

V a ria s i ju m la h s ik lu s t e r m a l

Gambar 4 Grafik hubungan antara nilai kekuatan impak


dengan variasi jumlah siklus termal
Pada grafik 4 dapat dilihat terjadi penurunan kekuatan
impak secara bertahap pada jumlah siklus 25x, 50x dan
75x. Hal ini dapat dilihat bahwa pengaruh penambahan
kadar montmorillonite terhadap perlakuan siklus termal
pada kekuatan impak tidak berpengaruh. Dapat di
simpulkan bahwa semakin banyak jumlah siklus termal
maka kekuatan impaknya semakin menurun.

Pada gambar 6 di atas dapat kita lihat variasi kadar


mmt 0%, 30%, 40% dan 50% dengan perlakuan siklus
termal 50x mengalami patah getas. Hal itu terlihat dari
bentuk patahannya yang relatif lurus dan tidak
menyimpang. Selain itu, bila potongan-potongannya
disambungkan lagi, ternyata keretakannya tidak disertai
dengan deformasinya bahan.
Bila matriks mampu menahan beban gaya geser dan
meneruskannya ke serat disekitarnya, maka serat yang
putus akan semakin banyak sehingga timbul retak, bahan
komposit akan patah getas[7].
Pengujian Hipotesis Pada Pengujian Tarik

Pembahasan
Analisa Variasi Fraksi Kadar Berat MMT Terhadap
kekuatan tarik
Gambar 5 bentuk patahan uji tarik pada kadar MMT
0%, 30%, 40% dan 50% pada perlakuan siklus termal 50x

Tabel 1 daftar anava untuk pengujian tarik

UNEJ JURNAL Teknik Mesin 2015, 1 (1): 1-4

Setiawan F. A., et all., Pengaruh Fraksi berat...


Berdasarkan gambar 1 di atas, pada sumber
keragaman (SK) siklus termal, didapatkan nilai F-hitung
sebesar 44,97. Dari tabel distribusi F dengan db n 1 = 2 dan
n 2 = 60 didapatkan F-tabel sebesar 1,95 pada taraf 5%. Jika
F-hitung lebih besar daripada F-tabel 5% (44,97>1,95)
didapatkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh signifikan
variasi jumlah siklus termal terhadap kekuatan tarik
komposit.
Pada sumber keragaman (SK) Montmorillonite,
didapatkan nilai F-hitung sebesar 14,26. Dari tabel
distribusi F dengan db n 1 = 3 dan n 2 = 60 didapatkan Ftabel sebesar 3,15 pada taraf 5%. Jika F-hitung lebih besar
dari pada F-tabel 5% (14,26>3,15) didapatkan kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh signifikan variasi penambahan
Montmorillonite terhadap kekuatan tarik komposit
Pengujian Hipotesis Pada Pengujian impak

4
menurun secara drastis mulai dari 25X siklus
termal hingga terendah yaitu 75X siklus termal.
3. Kondisi morfologi komposit setelah dilakukan
pengujan tarik dan pengujian impak semua
mengalami kegagalan patah getas.
Saran yang dapat penulis sampaikan pada penelitian
selanjutnya adalah:
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh siklus termal terhadap sifat mekanis
yang berbeda seperti kekuatan bending dan
kekuatan tekan.
2. Penelitian tentang komposit berbasis serat bambu
perlu dikembangkan mengingat potensi pohon
bambu yang melimpah di sekitar kita.

Daftar Pustaka
[1] Yunus, S. 2011. Komposit Proses, Fabrikasi dan
Aplikasi Jember, Univesitas Jember.
[2] Bramantyo. A., 2008. Pengaruh Konsentrasi Dan
Arah Serat Rami. Universitas Indonesia, Jakarta.

Tabel 2 daftar anava untuk pengujian impak


Berdasarkan tabel 2 di atas, pada sumber keragaman
(SK) siklus termal, didapatkan nilai F-hitung sebesar
30,128. Dari tabel distribusi F dengan db n 1 = 2 dan n 2 =
60 didapatkan F-tabel sebesar 1,95 pada taraf 5%. Jika Fhitung lebih besar daripada F-tabel 5% (30,128>1,95)
didapatkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh signifikan
variasi jumlah siklus termal terhadap kekuatan impak
komposit
Pada sumber keragaman (SK) Montmorillonite,
didapatkan nilai F-hitung sebesar 84,62. Dari tabel
distribusi F dengan db n 1 = 3 dan n 2 = 60 didapatkan Ftabel sebesar 3,15 pada taraf 5%. Jika F-hitung lebih besar
dari pada F-tabel 5% (84,62>3,15) didapatkan kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh signifikan variasi penambahan
Montmorillonite terhadap kekuatan impak komposit

Kesimpulan dan Saran


Setelah dilakukan penelitian serta analisis data hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa:
1. Penambahan
montmorillonite
meningkatkan
kekuatan tarik dan kekuatan impak komposit
matrik
polyester
dengan
aditif
partikel
montmorillonite berpenguat serat bambu pada
kadar 30%, 40% dan 50%. Dari tiga variasi kadar
penambahan
montmorillonite,
pada
kadar
montmorillonite 40% dengan jumlah siklus
sebanyak 25X di dapat nilai kekuatan tarik dan
kekuatan impak tertinggi.
2. Secara umum, semakin banyak jumlah siklus
termal yang dilakukan pada komposit maka
kekuatan tarik dan kekuatan impak komposit
UNEJ JURNAL Teknik Mesin 2015, 1 (1): 1-4

[3] Oka, G. M., 2005. Cara Penentuan Kelas Kuat


Acuan Bambu Petung. Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Tadulako, Palu.
[4] Berleany. D. R., 2011., Pengaruh Komposisi
Montmorillonite pada Pembuatan PolipropilenNanokomposit terhadap Kekuatan Tarik dan
Kekerasannya Teknik Kimia Fakultas Teknik,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
[5] Nasiruddin. 2014. Analisis Termal-Mekanis Komposit
Matrik
Polyester
Dengan
Aditif
Partikel
Montmorillonite Berpenguat Serat Kenaf Anyam.
Skripsi Universitas Jember, Jember.
[6] Febriyanto, H., 2011 Pengaruh Variasi Temperatur
Dan Paduan Polypropylene Dengan Serbuk Arang
Kayu Terhadap Kekuatan Impact Pada Proses
Injection Moulding, Teknik Mesin, Universitas
Jember.
[7] Ratni. K., 2002. Pembuatan Dan Karakterisasi
Komposit Polimer Berpenguat Serat Alam FMIPA,
Institit Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai