Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana cara anda mengidentifikasi kawasan prospek atau non prospek untuk ditambang?

Untuk menentukan kawasan prospek atau non prospek untuk ditambang dapat dilakukan
dengan cara mengkaji data-data yang telah didapat dari kegiatan awal pertambangan yang
terdiri dari prospeksi (penyelidikan) dan eksplorasi.
Kegiatan prospeksi merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian, atau penemuan endapanendapan mineral berharga yang merupakan tahap awal eksplorasi pada suatu daerah
berdasarkan data geologi, geokimia dan geofisika. Atau dengan kata lain kegiatan ini
bertujuan untuk menemukan keberadaan atau indikasi adanya bahan galian yang akan dapat
atau memberikan harapan untuk diselidiki lebih lanjut.
Jika pada tahap prospeksi ini tidak ditemukan adanya cadangan bahan galian yang berprospek
untuk diteruskan sampai ke tahapan eksplorasi, maka kegiatan ini harus dihentikan. Apabila
tetap diteruskan akan menghabiskan dana secara sia-sia. Namun jika sudah ditemukan adanya
indikasi atau tanda-tanda keberadaan bahan galian yang memiliki prospek untuk ditambang
dan menghasilkan keuntungan, kegiatan ini dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya yang
disebut eksplorasi.
Metoda prospeksi antara lain penelurusan jejak serpihan mineral (tracing float) dan pemetaan
geologi dan bahan galian. metode tracing float ini digunakan terutama pada anak sungai,
yang lebih mudah dilakukan pada musim kemarau. Metode ini dilakukan untuk mencari atau
menemukan float bahan galian yang diinginkan, yang berasal dari lapukan zone mineralisasi
yang melewati lereng bukit atau terpotong anak sungai dan terhanyutkan oleh aliran sungai.
Dengan melakukan tracing float dari arah hilir ke hulu sungai, maka bisa diharapkan untuk
menemukan adanya zone mineralisasi yang tersingkap pada arah hulu sungai. Pada metode
ini litologi setempat sebagian besar sudah diketahui.
Kedua, metode pemetaan geologi dan bahan galian. Metode ini dilakukan apabila litologi
setempat pada umumnya tidak diketahui, atau diperlukan data yang rinci lagi.
Kegiatan eksplorasi bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian
yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, jumlah, kualitas (kadar) endapan bahan
galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut. Selain untuk mendapatkan
data penyebaran dan ketebalan bahan galian, dalam kegiatan ini juga dilakukan pengambilan
contoh bahan galian dan tanah penutup.
Kemudian pada tahap selanjutnya dilakukan pengkajian terhadap penelitian yang telah
dilakukan untuk menentukan apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut
layak dilakukan atau tidak, kegiatan ini disebut sebagai studi kelayakan. Studi kelayakan
bukan hanya mengkaji secara teknis, atau membuat prediksi secara ekonomis, namun juga
mengkaji aspek nonteksnis lainnya, seperti aspek sosial, budaya, hukum, dan lingkungan.
Adapun aspek-aspek yang menjadi kajian dalam studi kelayakan adalah:
1. Aspek kajian teknis, meliputi:

kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi, sumur uji, parit uji,
pemboran, kualitas endapan, dan jumlah cadangan.
Pada saat kegiatan eksplorasi, dilakukan pengambilan sample secara acak, pembuatan
sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan
pemboran. Jika survei tersebut memberikan harapan yang baik maka dapat dilakukan
sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur
uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran
dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara
mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan
terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga
dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko
dapat dihindarkan.
Selain itu, hasil dari kegiatan ini dapat juga berupa data yang lebih akurat mengenai
kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3D (panjanglebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan
penyebaran struktur. Hasil kajian data-data eksplorasi tersebut digunakan sebagai data
teknis dalam menentukan pilihan sistem penambangan, apakah tambang
terbuka, tambang bawah tanah atau campuran. Jika cadangan berada dekat dengan
permukaan bumi maka dapat dilakukan penambangan secara tambang terbuka.
Sebaliknya, jika cadangan berada jauh dari permukaan bumi maka dilakukan
penambangan secara tambang bawah tanah. Penentuan metode penambangan harus
memperhatikan faktor resiko dan profit yang akan didapat. Misalkan, jika endapan
bahan galian berada jauh di dalam permukaan bumi maka akan digunakan metode
penambangan bawah tanah. Namun, untuk merealisasikan metode tersebut tentunya
juga memerlukan sarana prasarana dan biaya yang cukup banyak. Jika hasil produksi
dari bahan galian tersebut tidak dapat menutup total biaya yang akan dikeluarkan
maka dapat dikatakan kawasan tambang tersebut tidak memiliki prospek untuk di
tambang karena tidak mendatangkan keuntungan justru akan menyebabkan kerugian.
Dari kegiatan eksplorasi juga akan dihasilkan model geologi, model penyebaran
endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, lebar/ukuran bukaan
atau kemiringan lereng tambang. Berdasarkan data tersebut dapat dikaji mengenai
produksi bulanan atau tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas
bantu lainnya. Jika hasil produksi cadangan yang ada tidak sebanding dengan biaya
yang telah dikeluarkan selama proses penambangan maka kawasan tersebut tidak
memiliki prospek untuk ditambang. Selain itu, kualitas cadangan juga menjadi faktor
penentu karena walaupun cadangan tersedia dalam jumlah yang banyak namun
kualitasnya rendah maka keuntungan yang didapat belum tentu sebanding dengan
biaya penambangan.
Jika setelah pengkajian data-data hasil eksplorasi diperoleh peluang yang baik untuk
melakukan penambangan atau dengan kata lain kawasan tersebut memiliki prospek

untuk di tambang maka dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu perencanaan


tambang.

Target produksi tambang dan umur tambang


Sebelum memulai kegiatan penambangan kita harus memiliki data endapan bahan
galian yang dapat diproduksi dan membuat target produksi yang harus dicapai dalam
waktu tertentu untuk menutupi biaya operasi selama proses penambangan. Jika biaya
operasi lebih besar daripada hasil produksi maka kawasan tersebut tidak memiliki
prospek yang baik untuk dilakukan penambangan. Selain itu juga perlu dikaji
mengenai seberapa banyak dan lama bahan galian yang ada di kawasan tersebut dapat
ditambang.

2. Aspek kajian nonteknis, meliputi:

kajian peraturan perundang-undangan yang terkait dengan aspek ketenagakerjaan,


aturan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), sistem perpajakan dan retribusi, aturan
administrasi pelaporan kegiatan tambang, dan lain-lain;

kajian aspek sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, meliputi kajian
aspek hukum adat yang berlaku, pola perilaku, dan kebiasaan masyarakat setempat
Ketika membangun perusahaan tambang kita harus mendapat dukungan dari
masyarakat di sekitar lokasi penambangan karena dengan hubungan yang baik dengan
masyarkat sekitar akan membantu prospek tambang tersebut kedepannya. Jika kita
tidak mendapat persetujuan dari masyarakat maka hal tersebut akan mengganggu
kegiatan penambangan yang sedang berjalan bahkan perusahaan pertambangan
tersebut dapat terancam ditutup sehingga dapat menyebabkan kerugian yang cukup
besar.

4. Kajian kelayakan ekonomis, adalah perhitungan tentang kelayakan ekonomis yang berupa
estimasi-estimasi dengan mempergunakan beberapa metode pendekatan. Secara umum,
metode pendekatan yang dimaksud biasanya melalui analisis Net Present Value (NPV),
Benefit Cost Ratio (BCR), Profitability Index (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period.
5. Kajian kelayakan lingkungan, berbentuk AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) dan UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan- Upaya Pemantauan
Lingkungan).
Apabila kawasan yang akan kita tambang memiliki prospek yang bagus namun dalam
kegiatan penambangan kita tidak memperhatikan faktor lingkungan maka kegiatan kita
tersebut akan mengganggu kestabilan ekologi di kawasan pertambangan tersebut dan akan

mendapatkan sanksi bahkan penutupan perusahaan karena melanggar peraturan yang berlaku
mengenai reklamasi pasca tambang. Hal tersebut tentunya akan sangat merugikan. Oleh
karena itu, sebelum melakukan pembangunan usaha pertambangan kita juga harus
menganalisis secara cermat dan mendalam mengenai dampak lingkungan yang akan terjadi
terutama dampak terhadap pencemaran dan cara pencegahannya serta cara pengelolaan
lingkungan selama proses penambangan.

ANTAM tutup tambang bauksit di tanjung pinang


VIVanews - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) menutup pertambangan bauksit unit
pertambangan Kijang, di Tanjung Pinang, Riau. Tambang ini merupakan tambang yang
mulanya dikelola oleh perusahaan Belanda, Naamloze Vennootschap Nederlandsch
Indische Bauxit Exploitatie Maatschappij, sejak tahun 1935. Di tahun 1959, Pemerintah RI
secara resmi mengambil alih tambang Kijang dan pada akhirnya menyerahkan
pengelolaannya ke ANTAM di tahun 1968. Pada awalnya, tambang Kijang dapat
menghasilkan 1,1 juta ton bauksit/tahun. Namun kini tambang Kijang hanya menghasilkan
300.000 ton bauksit setahun.
Oleh karena itu ANTAM menghentikan kegiatan penambangan bauksit di Kijang sejak 22
September 2009 namun ANTAM masih tetap menjalankan berbagai program
pascatambang, yang meliputi kegiatan reklamasi, revegetasi, serta Corporate Social
Responsibility (CSR) untuk pengelolaan lingkungan dan mempercepat kemandirian ekonomi
masyarakat setempat.
Berdasarkan berita tersebut, penutupan tambang oleh ANTAM dilakukan karena produksi
yang dihasilkan tambang ini kian menurun. Hal tersebut disebabkan karena semakin
menipisnya jumlah cadangan bauksit yang ada sehingga menjadikan kawasan tambang
tersebut tidak memiliki prospek lagi untuk ditambang. Apabila kegiatan penambangan tetap
dilakukan maka akan menyebabkan kerugian karena hasil produksi tidak sebanding dengan
biaya produksi.

Anda mungkin juga menyukai