Anda di halaman 1dari 14

Analisa Epidemiologi Kanker Lidah di Australia Selatan

Selama Periode 24 tahun, 1977 2001


Abstrak
Latar belakang: Kanker lidah (141 ICD-9) merupakan keganasan intra-oral yang
paling sering terjadi di negara Barat. Pada beberapa dekade terakhir, angka kejadian
dan angka mortalitas kanker lidah telah dilaporkan meningkat baik di Eropa maupun di
Amerika Serikat, yang mana tidak disertai dengan peningkatan signifikan dari angka
ketahanan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan epidemiologi dan
kecenderungan angka bertahan hidup dari kanker lidah di Australia Selatan selama
periode 24 tahun mulai dari 1977 hingga 2001.
Metode: Data berbasis populasi untuk kanker lidah disediakan oleh Central Cancer
Registry Unit of Epidemiology Branch of the South Australian Department of Health.
Angka kejadian-berbasis usia dan angka mortalitas untuk pria dan wanita juga dihitung.
Analisa angka ketahanan hidup Kaplan-Meier dibuat berdasarkan periode waktu, usia,
jenis kelamin, dan sub-lokasi di lidah. Analisa cox regresi digunakan untuk menentukan
faktor yang mempengaruhi angka ketahanan hidup.
Hasil:Selama periode 24 tahun, 611 kasus kanker lidah (298 pria, 213 wanita) telah
dilaporkan, dengan mayoritas dari jenis kanker ini adalah karsinoma sel skuamosa.
Usia mayoritas pada saat diagnosis ditegakkan adalah 65-69 tahun pada pria dan 6064 tahun pada wanita. Lima puluh kasus (8.18% dari semua kasus kanker lidah) terjadi
pada pasien berusia di bawah 40 tahun. Sub-lokasi kanker lidah yang paling sering
adalah letak yang tidak spesifik di lidah (48.45%), batas lateral lidah (25.53%), dan
basal lidah (18.49%). Insiden-berbasis usiadan angka mortalitas untuk wanita di
Australia Selatan relatif rendah dan stabil, dan tidak ada perkembangan yang signifikan
dari angka ketahanan hidup kanker lidah pada periode ini. Prediktor angka ketahanan
hidup yang signifikan adalah jenis kelamin, usia, dan sub-lokasi dari lidah, di mana
pria, usia tua, dan lokasi di basal lidah seringkali dikaitkan dengan angka ketahanan
hidup yang lebih rendah.
Kesimpulan: Kanker lidah merupakan masalah kesehatan yang penting yang terkait
dengan angka ketahanan hidup yang rendah. Deteksi dini dan penegakan diagnosis
yang cepat sangat penting untuk meningkatkan angka ketahanan hidup dari
keganasan ini.

PENDAHULUAN
Kanker lidah adalah keganasan intraoral yang paling sering terjadi di negara
Barat. Kanker ini bertanggung jawab atas sekitar 20 hingga 50 persen dari semua
keganasan yang berhubungan dengan kavitas oral. Pria lebih banyak mederita jenis
kanker ini dibandingkan wanita dan angka kejadian paling tinggi terjadi pada dekade
ketujuh kehidupan. Lebih dari 95% dari keganasan di lidah adalah squamous cell
carcinoma (SCC). Batas lateral dan dasar dari lidah adalah daerah yang paling sering
terserang. Bahkan pada beberapa penelitian, basal lidah bertanggung jawab atas
sepertiga kasus SCC yang menyerang lidah. Agen etiologi yang dianggap paling
penting adalah konsumsi tembakau (merokok dan kebiasaan mengunyahnya) dan
konsumsi alkohol.
Insiden dan mortalitas dari penyakit ini bervariasi di berbagai daerah geografis
yang berbeda. Telah dilaporkan adanya peningkatan insidensi SCC lidah dan dikaitkan
dengan angka mortalitas di Eropa dan Amerika Serikat. Sebagai tambahan,
peningkatan insidensi SCC lidah pada dewasa muda juga telah dilaporkan dari sebuah
penelitian yang dilakukan di beberapa negara. Sekiar 5-10% kasus kanker mulut terjadi
pada pasien yang lebih muda, yang mana hampir sebagian besar di antara mereka
tidak mempunyai faktor resiko khusus seperti riwayat merokok atau konsumsi alkohol.
Perdebatan terus berlanjut pada berbagai literatur mengenai etiologi, biologi tumor, dan
prognosis dari kanker lidah pada pasien usia muda,
Meskipun telah terjadi perkembangan yang cukup signifikan dalam terapi
kanker, rata-rata angka 5-tahun bertahan hidup SCC lidah di seluruh dunia sejak tahun
1970-an relatif sama, dengan perkiraan sekitar 50% di negara yang berkembang.
Banyak faktor yang berhubungan dengan pasien, tumor, dan terapi telah diidentifikasi
untuk memprediksi angka bertahan hidup dari pasien dengan kanker lidah. Stadium
tumor, node, metastasis (TNM) yang merupakan metode untuk mendiagnosa penyakit
ini merupakan satu-satunya prediktor paling penting untuk memprediksi angka
bertahan hidup. Keberadaan metastase nodus servikalis secara dramatis menurunkan
angka 5-tahun bertahan hidup sebesar 15-30%, dibandingkan dengan sebesar 50%
untuk mereka yang tanpa disertai keterlibatan nodus. Angka bertahan hidup yang lebih
kecil juga dikaitkan dengan jenis kelamin pria, usia yang lebih tua, letak tumor yang
berada di sebelah posterior, dan keterlambatan terapi.

Tujuan dari penelitian ini ada dua: (1) untuk menganalisa pola epidemiologi dai
kanker lidah di Australia Selatan selama periode 24 tahun, yakni 1977 2001, dengan
berfokus pada insidensi, mortalitas, dan kecenderngan angka 5-tahun bertahan hidup;
dan (2) untuk mengidentifikasi prediktor bertahan hidup kanker lidah yang secara
statistik memuaskan, yang mana tersedia di South Australia Cancer Registry
Database.
MATERI DAN METODE
Data untuk penelitian ini disediakan oleh Central Cancer Registry of the
Epidemiology Branch of the South Australian Department of Health. Registrasi kanker
berbasis populasi ini memproses segala laporan dari semua rumah sakit, laboratorium
patologi, departemen radioterapi, dan South Australian Registrar of Death untuk semua
kasus kanker invasif yang telah terjadi di Australia Selatan sejak tahun 1977. The
Cancer Registry juga mempunyai akses ke statistik populasi dari Australian Bureau of
Statistics, sehingga memungkinkan dilakukan penghitungan insiden dan angka
mortalitas yang berbasis populasi. Kasus kanker diberi kode berdasarkan International
Classification of Diseas, edisi ke-9 (ICD-9). Sub-lokasi dari kanker lidah (141 ICD-9)
terdiri dari: (1) Basal lidah (141.0 ICD-9); (2) Permukaan dorsal (141.1 ICD-9); (3)
Batas lateral (141.2 ICD-9); (4) Permukaan ventral/ dua pertiga anterior (141.3 ICD-9);
(5) Tempat yang tidak spesifik di lidah (141.9 ICD-9). Tipe patologis dan morfologi dari
kasus kanker diberi kode berdasarkan The International Classification of Diseases for
Oncology, edisi kedua (ICD-O).
Analisis statistik
Jumlah total kasus dan jumlah kasus berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
distribusi sub-lokasi dari kanker lidah di Australia Selatan antara tahun 1977 2001
dianalisa menggunakan Intercooled Stata 8.0 statistical software. Angka signifikansi
statstik

antara

berbagai

parameter

dinilai

menggunakan

PEPI

Version

4.0

menggunakan interval kepercayaan 95% (p<0.05).


Angka insidensi dan mortalitas berdasarkan usia untuk jenis kelamin pria dan
wanita dihitung menggunakan South Australia Census Postcode Population pada
tahun 1981, 1991, dan 1996 yang difasilitasi oleh Australian Bureau of Statistics.
Angka kejadian dan mortalitas berdasarkan usia-terstandardisasi kemudian dihitung
masing-masing pada pria dan wanita hingga mencapai populasi dunia untuk periode
waktu 1977 1985, 1986 1993, dan 1994 -2001 menggunakan Microsoft Excel

Software. Untuk analisa mengenai angka bertahan hidup dari kanker lidah, kasusnya
dibadi berdasarkan periode diagnosis (1977-1985, 1986-1993, dan 1994-2001), jenis
kelamin, kelompok usia (50, 60-69, dan 70 tahun), dan sublokasi lidah (ICD-9).
Kurva bertahan hidup dibuat menggunakan metode Kaplan-Meier. Cox proportional
hazard analysis digunakan untuk mengidentifikasi prediktor kanker lidah yang
signifikan secara statistik yang tersedia di Cancer Registry Database, yakni antara lain
periode waktu saat penegakan diagnosa, jenis kelamin, kelompok usia, dan sublokasi
lidah. Semua faktor yang berpengaruh terhadap bertahan hidup yang telah mencapai
angka signifikansi kurang dari atau sama dengan 0.05 pada analisa regresi univariat
akan dikembangkan menjadi model multivariabel.
HASIL
Jumlah kasus kanker lidah
Jumlah kasus kanker lidah yang dilaporkan di Australia Selatan selama periode 24
tahun antara tahun 1977 hingga 2001 ditunjukkan pada Tabel 1. Secara signifikan,
lebih banyak laki-laki (65.14%) dibandingkan wanita (34.86%) telah terdiagnosa
dengan kanker lidah dengan rasio laki-laki: wanita 1.9:1 (p<0.001). Lidah merupakan
lokasi intra-oral yang paling sering menjadi kanker oral, yakni sebesar 44.9% dari
seluruh keganasan intra-oral. Kanker lidah bertanggung jawab atas 0.41% dari semua
kanker yang tercatat oleh Cancer Registry pada periode ini dan mayoritas dari kanker
lidah adalah squamous cell carcinoma (97.21%).

Tabel 1. Kasus kanker mulut yang dilaporkan antara tahun 1997 2001 (tidak
termasuk kanker bibir dan keganasan pada kelenjar air ludah mayor)
Usia pada saat diagnosa kanker lidah
Gambar 1 menunjukkan jumlah kasus kanker lidah berdasarkan usia pada saat
diagnosis ditegakkan. Hubungan yang signifikan dapat diamati antara jumlah kasus
kanker lidah dan peningkatan usia pada kedua jenis kelamin (p>0.01). Dari seluruh
jumlah kanker lidah, sejumlah 50 kasus (31 pria, 19 wanita) terjadi pada pasien dengan

usia 40 tahun atau lebih muda, yang mana mewakili 8.18% kasus kanker lidah secara
keseluruhan.

Gambar 1. Kanker Lidah di Australia Selatan, 1977 2001; usia pada saat diagnosis
ditegakkan
Sublokasi dari lidah yang terlibat
Jumlah kasus total yang dilaporkan untuk setiap sub-lokasi lidah dan jumlah
kasus yang dilaporkan berdasarkan usia ditampilkan pada Tabel 2. Lokasi tidak
spesifik pada lidah (141.9 ICD-9) adalah sub-lokasi kanker yang paling sering
dilaporkan, yakni sebesar 48.45% dari semua kasus kanker lidah di Australia Selatan
antara tahun 1977 2001.
Pada pria telah dilaporkan keja
dian kanker lidah yang lebih sering secara signifikan, dan terjadi pada daerah basal,
ujung dan batas lateral lidah, dan pada daerah yang tidak spesifik pada lidah, dengan
rasio pria berbanding wanita untuk kanker basal lidah sebesar 3.35:1 (p<0.001).
Jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap sub-lokasi lidah berdasarkan tiga
periode waktu penegakan diagnosis ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 2. Kanker lidah di Australia Selatan, 1977 2001: jumlah kasus yang dilaporkan
pada setiap sub-lokasi (ICD-9) serta distribusi dan rasio pria-wanita.

Tabel 3. Kanker lidah di Australia Selatan, 1977 2001: sub-lokasi lidah (ICD-9)
berdasarkan jumlah kasus yang telah terdiagnosa pada periode waktu diagnosis.
Angka kejadian dan mortalitas kanker lidah
Angka kejadian dan mortalitas kanker lidah berdasarkan usia-yang telah
terstandardisasi di Australia Selatan untuk tiga periode diagnosis uakni 1977-1985,
1986-1993, dan 1994-2001 dipresentasikan pada Tabel 4. Meskipun angka kejadian
berdasarkan usia-yang telah distandardisasi pada pria menunjukkan tren peningkatan
pada tahun 1977-2001, tidak ada perbedaan yang signifikan antara tiga periode waktu
tersebut. Sama halnya, angka kematian berdasarkan usia-yang telah distandardisasi
pada pria cenderung untuk tetap stabil selama periode waktu 24 tahun. Pada wanita,
tidak ada perubahan yang signifikan pada berbagai parameter dari angka kejadian dan
mortalitas kanker lidah berdasarkan usia-yang telah terstandardiasi. Pria menunjukkan
angka insidensi dan mortalitas yang secara signifikan lebih besar dibandingkan wanita
pada ketiga periode waktu tersebut.

Tabel 4. Kanker lidah di Australia Selatan, 1977 2001: Angka kejadian dan
mortalitas kanker lidah berdasarkan usia yang telah terstandardisasi per 100.000
penduduk dunia (95% CI) untuk tiga periode waktu yakni 1977 1985, 1986 1993,
dan 1994 2001.
Analisa angka 5-tahun bertahan hidup dari kanker lidah
Kurva bertahan hidup Kaplan-Meier berdasarkan periode diagnosis, kelompok
usia, jenis kelamin, dan sub-lokasi lidah terpapar pada Gambar 2-5.
Angka bertahan hidup pada periode waktu diagnosa ditegakkan
Cox proportional hazard regression analysis menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan signifikan antara waktu penegakan diagnosis. Namun, dapat dilihat bahwa
angka bertahan hidup pada dua periode waktu yang terbaru , 1986-1993 dan 19942001, berada pada level di bawah kurva bertahan hidup pada periode 1977-1985
(Gambar 2). Meskipun tidak signifikan secara statistik, temuan ini menunjukkan bahwa
angka bertahan hidup masih belum meningkat dari tahun ke tahun.

Gambar 2. Kurva bertahan hidup Kaplan-Meier untuk kanker lidah berdasarkan


periode diagnosis: 1977-1985, 1986-1993, dan 1994-2001.
Angka bertahan hidup berdasarkan jenis kelamin
Pria menunjukkan kurva 5-tahun bertahan hidup yang lebih rendah (p=0.025)
dibandingkan wanita (Gambar 3). Penurunan kurva secara curam pada dua tahun
pertama mengindikasikan bahwa mortalitas akibat penyakit pada periode ini paling
tinggi, dan setelah dua tahun penurunan pada kurva pria ini tetap berlanjut.

Gambar 3. Kurva bertahan hidup Kaplan-Meier untuk kanker lidah berdasrkan jenis
kelamin.
Angka bertahan hidup berdasarkan kelompok usia
Kurva bertahan hidup Kaplan Meier untuk tiga kelompok usia 59, 60-29, dan
70 tahun ditunjukkan pada Gambar 4. Kelompok usia yang lebih muda bertanggung
jawab atas 35.84% kasus (n=219), kelompok usia menengah sebesar 32.08% (n=196),
dan kelompok usia yang paling tua sebesar 32.08% (n=196) kasus kanker lidah.
Kelompok usia yang paling tua menunjukkan angka bertahan hidup yang paling buruk,
diikuti oleh kelompok usia 60-69 tahun, dan mereka yang berusia kurang dari 59 tahun
memiliki angka bertahan hidup yang paling baik. Perbedaan ini secara statistik
signifikan (p=0.041).

Gambar 4. Kurva bertahan hidup Kaplan Meier untuk kanker lidah berdasarkan usia.

Angka bertahan hidup berdasarkan sublokasi dari lidah


Kanker yang melibatkan basal lidah memiliki angka bertahan hidup yang secara
signifikan lebih rendah dibandingkan sub-lokasi lidah lainnya (p=0.033). Kurva
bertahan hidup Kaplan Meier menunjukkan penurunan yang curam pada dua tahun
pertama, diikuti oleh penurunan yang lebih lambat setelahnya. Angka bertahan hidup
yang lebih baik ditunjukkan pada lokasi tidak spesifik di lidah, batas ujung dan lateral,
permukaan dorsal dan ventral/dua pertiga anterior (Gambar 5).

Gambar 5. Kurva bertahan hidup Kaplan Meier untuk kanker lidah berdasarkan sublokasi di lidah.
Prediktor untuk angka bertahan hidup pada kanker lidah
Analisa

univariat

menggunakan

Cox

proportional

hazard

regression

menunjukkan bahwa jenis kelamin, usia, dan sub-lokasi lidah signifikan secara statistik
sebagai prediktor ketahanan hidup pada kasus kanker lidah (p=0.025, 0.041, dan
0.033 secara berturut-turut). Secara spesifik, pria, bertambahnya usia, dan sub-lokasi
di basal lidah terbukti dapat mempengaruhi angka bertahan hidup secara negatif.
Analisa multivariabel menunjukkan bahwa sub-lokasi di basal lidah merupakan faktor
yang paling signifikan dalam memprediksi angka bertahan hidup pada kanker lidah,
bahkan setelah dilakukan pengendalian pada jenis kelamin dan usia (p=0.002).

DISKUSI
Penelitian ini mempelajari berbagai parameter epidemiologi yang terkait dengan
kanker lidah di Australia Selatan selama periode 24 tahun mulai tahun 1977 2001.
Kanker lidah bertanggung jawab atas mayoritas kanker mulut (kecuali kanker bibir dan
keganasan pada kelenjar ludah mayor) dan paling sering ditemukan pada pria dan
dekade ketujuh kehidupan. Hampir sebagian besar kanker lidah adalah squamous cell
carcinoma dan hal ini selaras dengan temuan-temuan dari penelitian yang dilakukan di
Eropa, Amerika Serikat, dan juga di beberapa daerah lain di Australia. Sub-lokasi yang
paling sering dilaporkan adalah letak tidak spesifik di lidah, batas ujung dan lateral,
dan basal lidah. Menariknya, hampir 45% dari kasus letak tidak spesifik yang
dilaporkan ini terjadi pada periode waktu yang paling awal, yakni 1977 1985 (Tabel
3), yang mana dapat mencerminkan dokumentasi yang kurang spesifik di periode
waktu awal tersebut.
Dibandingkan dengan berbagai wilayah di Australia lainnya, insidensi kanker
lidah pada pria di Australia Selatan relatif rendah. Sebagai contoh, angka kejadiannya
adalah 2.1 per 100.000 penduduk di Victoria, dan 2.8 per 100.000 penduduk di
Australia bagian Barat. Roder dan Wilson melaporkan bahwa angka kejadian pada pria
adalah 1.8 per 100.000 penduduk di Australia Selatan pada tahun 1977-1980, dan
angka kejadian yang sama dilaporkan antara tahun 1988 1992. Alasan untuk
pembagian regio yang berbeda pada saat menilai angka kejadian masih kurang jelas.
Beberapa penulis sebelumnya telah menyatakan adanya perbedaan regional dalam
paparan oksigen atau diet bersamaan dengan perbedaan potensial mengenai
kewaspadaan akan lesi oral yang mana bisa menggambarkan suatu keadaan
premaligna atau kanker oral. Pengamatan yang lebih lanjut diperlukan untuk
mengkonfirmasi hipotesis ini.
Hasil yang ditunjukkan pada penelitian ini mengindikasikan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara insiden atau mortalitas pada pria di Australia selatan
pada tiga periode waktu. Hal ini selaras dengan laporan lainnya yang mengindikasikan
bahwa angka kejadian kanker lidah di Australia tetap stabil sepanjang tahun dengan
perkecualian pada Selandia Baru, di mana angka kejadian dan mortalitas sama-sama
meningkat. Macfarlane et al. percaya bahwa pola ini konsisten dengan trn penurunan
per kapita di Australia dalam hal konsumsi tembakau dan alkohol, serta peningkatan
konsumsi sayur dan buah, yang mana dikatakan memiliki peran proteksi melawan
kanker oral. Angka insidensi dan mortalitas kanker lidah pada wanita di Australia

Selatan cukup rendah dan tetap stabil, mirip dengan apa yang dilaporkan pada
berbagai daerah di Australia lainnya dan di Amerika Serikat. Sebaliknya, ada
peningkatan angka kejadian dan mortalitas kanker lidah di Eropa dan Amerika Serikat,
terutama pada pria dewasa muda dan beberapa populasi wanita.
Angka 5-tahun bertahan hidup untuk kanker lidah masih belum membaik
selama periode 24 tahun. Hal ini adalah temuan yang sering didapatkan di berbagai
laporan mengenai kanker oral, meskipun telah ada kemajuan yang signifikan dalam
teknik bedah reseksi, rekonstruksi, dan terapi radiasi, serta radioterapi. Prediktor
prognosa klinis yang utama adalah stadium TNM pada saat diagnosa ditegakkan.
Angka kesembuhan menurun hingga mencapai 50% apabila didapatkan metastase
limfonodi. Kurangnya perbaikan dalam angka bertahan hidup dari kanker lidah ini
mengindikasikaan bahwa kanker ini tidak didiagnosa pada stadium dini. Keterlambatan
diagnosis, terutama pada kanker basal lidah, akan menyebabkan keterlambatan
penanganan, yang mana akan memperluas lesi yang sudah terbentuk dan terjadi
peningkatan resiko penyebaran metastase. Hal ini secara pasti akan berakibat pada
buruknya hasil akhir yang ditunjukkan oleh pasien.
Dari berbagai variabel yang tersedia di South Australian Cancer Registry
population-based database, analisa univariat menunjukkan bahwa jenis kelamin, usia,
dan sub-lokasi dari lidah merupakan prediktor angka bertahan hidup kanker lidah yang
signifikan. Angka 5-tahun bertahan hidup pada pria yang lebih buruk dibandingkan
wanita dapat secara kecil dijelaskan melalui distribusi sub-lokasi. Kasus-kasus pada
pria memiliki proporsi keterlibatan basal lidah yang lebih besar (Tabel 2). Kantola et al.
juga mecatat adanya keterkaitan antara beberapa faktor prognosis pada kanker lidah
dan menunjukkan bahwa beberapa faktor demografik secara signifikan berkaitan
dengan stadium klinis TNM. Telah terbukti bahwa pasien pria mengalami keterlibatan
limfonodi yang lebih sering dan bahwa usia yang lebih tua secara signifikan berkaitan
dengan penyebaran karsinoma di luar lidah.
Fakta bahwa usia yang lebih tua memiliki angka 5-tahun bertahan hidup dari
kanker lidah yang lebih rendah bisa diakibatkan oleh sejumlah faktor, termasuk
keterlambatan diagnosis, status nutrisi dan imunologis yang lebih rendah, dan
penurunan kemampuan untuk bertahan dari modalitas terapi yang agresif seperti
radioterapi atau operasi. Banyak penelitian telah secara spesifik memperhatikan
hubungan antara usia dan prognosa SCC lidah dan hasilnya masih membingungkan.
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa usia yang lebih muda dikaitkan dengan

prognosis yang lebih buruk; penelitian lainnya menemukan bahwa usia yang lebih
muda memiliki pengaruh prognosis yang positif, atau bahkan tidak mempunyai
pengaruh sama sekali. Beberapa penulis telah mengatakan bahwa populasi pasien
yang dianggap sebagai pasien muda dengan oral SCC (secara umum didefinisikan
sebagai populasi yang berusia kurang dari 35 atau 40 tahun) dapat terdiri dari
beberapa subset pasien dengan keadaan klinis yang bervariasi. Pada penelitian ini,
terdapat 50 kasus (8.18%) yang dilaporkan pada pasien yang berusia kurang dari atau
sama dengan 40 tahun. Banyak penelitian telah menggarisbawahi masalaah mengenai
oral SCC pada pasien yang lebih muda. Pasien yang lebih muda secara terus menerus
menyumbangkan angka kurang dari 5% dari seluruh pasien SCC kepala-leher. Lidah
adalah lokasi yang paling sering terkena, dan insidensi keterlibatan lidah ini semakin
meningkat. Pengetahuan mengenai etiologi, perilaku klinis, dan penanganan yang
efektif dari oral SCC pada dewasa muda sangat terbatas (terutama karena jumlah
sampel yang kecil) dan terkadang saling bertentangan antara satu penelitian dengan
lainnya. Tembakau dan alkohol tidak selalu merupakan etiologi oral SCC pada dewasa
muda, dan peran patogen dari berbagai jenis obat-obatan terlarang seperti mariyuana,
masih kurang jelas. Hal ini menunjukkan bahwa faktor eksternal dan internal lainnya
juga memainkan peran dalam perkembangan penyakit ini pada individu dewasa muda.
Sebuah dasar genetik untuk oral SCC pada dewasa muda telah diajukan, namun
peran kausatif dari agen infeksi seperti Epstein-Barr virus (EBV), human papillomavirus
(HPV), hepatitis C, hepatitis G, atau human immunodeficiency virus (HIV) masih
dikembangkan. Beberapa penelitian lain yang lebih baru menunjukkan bahwa usia saja
bukan merupakan faktor prediktif dari angka bertahan hidup, dan bahwa prediktor kuno
seperti stadium, status batas pembedahan, dan keberadaan metastase nodus lebih
penting dibandingkan usia.
Distribusi sub-lokasi dari kanker lidah juga mempengaruhi angka bertahan
hidup. Semakin posterior letak tumor, kemungkinan angka bertahan hidup semakin
kecil. Secara khusus, kanker basal lidah mempunyai angka bertahan hidup yang lebih
buruk dibandingkan sub-lokasi lainnya dan merupakan indikator yang paling signifikan
untuk kecilnya angka bertahan hidup, bahkan setelah dilakukan pengendalian usia dan
jenis kelamin pada analisa multivariate. Temuan ini sesuai dengan laporan-laporan
lainnya. Nason et al. melaporkan bahwa angka 5-tahun bertahan hidup untuk kanker
basal lidah adalah 26%, dibandingkan dengan kanker lidah anterior sebesar 64%.
Kanker pada dua pertiga anterior lidah cenderung terdiferensiasi dengan baik dan
biasanya dapat dideteksi lebih dini dibandingkan di sepertiga belakang. Kanker basal

lidah biasanya tidak menimbulkan gejala pada stadium awal dan tidak mudah dideteksi
secara klinis, sehingga presentasinya biasanya sudah terlambat. Telah dilaporkan
bahwa 71% pasien dengan tumor basal lidah berada pada stadium lanjut pada saat
ditemukan dibandingkan dengan 32% pada lidah anterior. Sebagai tambahan, ada
angka kejadian metastase nodus servikalis yang tinggi yang dikaitkan dengan SCC
pada basal lidah, dengan 60% atau lebih pasien memiliki kelainan nodus ipsilateral
pada saat presentasi gejala awal. Karena banyaknya jaringan limfe yang menyuplai
lidah dan kecenderungan jaringan limfe ini untuk mengalir ke kedua sisi leher,
keterlambatan deteksi tumor dapat meningkatkan peluang untuk terjadinya metastase
nodus dan secara signifikan dapat menurunkan angka bertahan hidup.
KESIMPULAN
Penelitian ini menganalisa epidemiologi kanker lidah di Australia Selatan antara
periode tahu 1977 2001. Penemuan bahwa insidensi dan angka bertahan hidup
kanker lidah masih tidak membaik menggambarkan suatu kebutuhan untuk
meningkatkan kewaspadaan pasien dan para klinisi akan penyakit ini dan faktor
resikonya. Pemeriksaan kanker oral yang profesional secara berkala perlu ditekankan.
Klinisi harus waspada akan potensi bahwa kanker lidah dapat terjadi pada pasien usia
muda yang tidak memiliki faktor resiko yang jelasm seperti konsumsi tembakau dan
alkohol. Pesan yang paling penting adalah bahwa deteksi dini dan diagnosa kanker
lidah akan sangat membantu memperbaiki tidak hanya angka bertahan hidup kanker
lidah, melainkan juga kualitas hidup pasien.

Anda mungkin juga menyukai